BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS METODE RASHDUL KIBLAT BULAN AHMAD GHOZALI DALAM KITAB JAMI U AL-ADILLAH

NAMA :... NIM :... KELAS :......

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013

Pengertian Planet, Macam-Macam Planet Serta Ciri-Cirinya

BAB IV ANALISIS METODE AZIMUTH BULAN SEBAGAI ACUAN PENENTUAN ARAH KIBLAT. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimuth Bulan

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah

BAB IV UJI AKURASI AWAL WAKTU SHALAT SHUBUH DENGAN SKY QUALITY METER. 4.1 Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh dengan Sky Quality Meter : Analisis

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.1. (1) Yupiter Berupa gas dan massanya terbesar diantara planet tata surya

BAB III ARAH KIBLAT DENGAN AZIMUT PLANET. Tata surya merupakan suatu sistem dengan pusat Matahari dikelilingi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : 1 kali pertemuan 2 35 menit. Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya

Gambar tata sury, alam 98

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI SEBAGAI PENENTU ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT

Antiremed Kelas 9 Fisika

METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN TEODOLIT

PETA KONSEP. Revolu si. Rotasi. Mataha ri TATA SURYA. satelit buata n. satelit. alami. satelit. Bulan. palapa. Kalender Masehi. Revolu si.

BAB IV UJI KOMPARASI DAN EVALUASI QIBLA LASER SEBAGAI ALAT PENENTU ARAH KIBLAT. A. Konsep Penentuan Arah Kiblat Dengan Qibla Laser Setiap Saat Dengan

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN LINGKARAN JAM TANGAN ANALOG. A. Prinsip Penentuan Arah Kiblat dengan Menggunakan Lingkaran Jam

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH Bagian IV : APLIKASI PERHITUNGAN UNTUK PENGGUNAAN SUNDIAL MIZWALA dengan Casio Power Graphic Fx-7400g Plus

seperti sebuah bajak, masyarakat Cina melihatnya seperti kereta raja yang ditarik binatang, dan masyarakat Jawa melihatnya seperti bajak petani.

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Pantai Kartini Jepara

KUMPULAN SOAL & PEMBAHASAN OSK OSP OSN DLL KOORDINAT BENDA LANGIT (By. Mariano N.)

SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT

BAB VII TATA SURYA. STANDAR KOMPETENSI : Memahami Sistem Tata Surya dan Proses yang terjadidi dalamnya.

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu

5. BOLA LANGIT 5.1. KONSEP DASAR SEGITIGA BOLA

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 13. KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT LATIHAN SOAL BAB 13

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS

Klik. Korona pada Matahari

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Tata Surya, sebuah kerajaan di langit

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. A. Penentuan Arah Kiblat Menggunakan Azimut Bintang dan Planet

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

PEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ALGORITMA EQUATION OF TIME JEAN MEEUS DAN SISTEM NEWCOMB

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain

TATA SURYA Susunan Matahari dan anggota tata surya yang mengitarinya. Anggota Tata Surya:

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

JAWABAN DAN PEMBAHASAN

AS Astronomi Bola. Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT

KELOMPOK I. Raditya Budi Satria ( ) Imelsa Heni Priyayik ( ) Sergius Prastowo ( ) Rina Metasari ( )

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL SMP SELEKSI TINGKAT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007

ZAARI BIN MOHAMAD HBSC4203_V2 - EARTH AND SPACE / BUMI DAN ANGKASA BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

MIDDLE EXAMINATION AL AZHAR SYIFA BUDI YUNIOR HIGH SCHOOL TERM II ACADEMIC YEAR

BAB IV UJI KELAYAKAN DAN VERIFIKASI PANTAI PASIR PUTIH SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

Mata Pelajaran : IPA Hari/Tanggal : Kelas : VI Waktu : 90 Menit

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BAB III PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAH 2013

SAINS BUMI DAN ANTARIKSA

Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H

PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT DATA EPHEMERIS HISAB RUKYAT Sriyatin Shadiq Al Falaky

MEMBUAT PROGRAM APLIKASI FALAK DENGAN CASIO POWER GRAPHIC fx-7400g PLUS Bagian II : Aplikasi Perhitungan untuk Penggunaan Teodolit

indahbersamakimia.blogspot.com

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Pluto, Planet?

- - TATA SURYA - - sbl5surya

BAB IV ANALISIS HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM PROGRAM JAM WAKTU SALAT LED. A. Algoritma penentuan awal waktu Salat dalam Program Jam Waktu

Meridian Greenwich. Bujur

Lampiran I. Algoritma Equation of Time Versi Jean Meeus

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI UJUNG PANGKAH GRESIK SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. A. Latar Belakang Penggunaan Pantai Ujung Pangkah Sebagai Tempat

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

Materi Bumi dan Antariksa)

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan masalah karena Rasulullah saw. ada bersama-sama sahabat dan

APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam

Sabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY

MAKALAH ISLAM Waktu Praktis Penentuan Arah Kiblat

Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris

UJI KEMAMPUAN IPA TATA SURYA. Isilah titik-titik berikut dengan jawaban yang tepat! 2. Diameter matahari adalah km

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

JADWAL WAKTU SALAT PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH, IRSYÂD AL-MURÎD, DAN ṠAMARÂT AL-FIKAR KARYA AHMAD GHOZALI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SILABUS PEMBELAJARAN

Info Astronomy JELAJAH SEMESTA. Penerbit Info Astronomy

Wilfried Suhr Gambar 1. Waktu-waktu kontak dalam peristiwa transit Venus.

METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT

PLANET DAN SATELITNYA. Merkurius

PROGRAM PERSIAPAN OLIMPIADE SAINS BIDANG ASTRONOMI 2014 SMA 2 CIBINONG TES 20 MEI 2014

Tata Surya. karena planet bergerak mengedari matahari. Planet tidak dapat. planet hampir berbentuk lingkaran. Pada awal abad ke-17 Johanes Kepler

Macam-macam Waktu. Universal Time dan Dynamical Time

BAB III ANALISA SISTEM

BAB 2 GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA

GERAK BUMI DAN BULAN

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet Pada dasarnya azimut planet adalah busur yang diukur dari titik Utara searah jarum jam sampai pada proyeksi planet pada ufuk. Maka dari itu, dengan mengetahui azimut planet kita bisa menentukan arah mata angin (Utara, Timur, Selatan, Barat) yang sejati, yang arah mata angin itu juga digunakan sebagai acuan dari azimut kiblat. Gambar 4 : Azimut Benda Langit 119 Pada gambar di atas ditunjukkan bahwa azimut adalah sudut yang dibentuk oleh titik utara - observer azimut (bidang putih), dalam penentuannya,perhitungan azimut planet ini juga menggunakan perhitungan spherical trigonometry. 119 https://en.wikipedia.org/wiki/azimuth diakses pada tanggal 02 November 2016 pukul 14:29 WIB 51

52 Dari berbagai planet yang ada di tata surya (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus), tidak semuanya dapat dilihat dari Bumi dengan dengan mata telanjang. Merkurius, sebagai planet yang paling dekat dengan Matahari sebenarnya planet ini termasuk Planet yang dapat memantulkan cahaya yang terang, hal ini disebabkan oleh jenis permukaannya, namun karena kedudukannya yang sangat dekat dengan Matahari, sinar/cahaya pada Planet Merkurius terkalahkan oleh cahaya Matahari. Apalagi dengan elongasi maksimal yang hanya sebesar 28 o. Dan sesuai posisinya sebagai planet dalam, Merkurius hanya dapat diamati pada saat fajar dan sore hari. Visibilitas elongasi minimum planet adalah 15 o120, jika sebuah planet mempunyai elongasi lebih kecil dari 15 o, maka dipastikan planet tersebut sulit untuk dilihat. Merkurius termasuk ke dalam planet yang mempunyai kemungkinan terkecil untuk terlihat, karena jika dihitung saja, elongasi maksimalnya adalah 28 o sementara elongasi minimal planet untuk dapat terlihat adalah 15 o, jadi hanya ada kesempatan renggang elongasi sebesar 13 o, yang kira-kira secara kasar jika dilihat pada saat elongasi maksimum tidak lebih dari 1 jam. Venus, merupakan salah satu planet yang dapat dilihat dengan mata telanjang, meskipun Venus termasuk planet dalam, namun elongasi maksimalnya lebih besar dari pada Merkurius yakni sebesar 48 o, planet ini juga hanya bisa diamati saat fajar dan sore hari. 120 http://www.nakedeyeplanets.com/movements.htm diakses pada tanggal 03 November 2016, pukul 08:48 WIB

53 Mars, planet ini merupakan planet yang paling mudah diidentifikasi keberadaannya di langit, karena warnanya yang kemerah-merahan, planet ini termasuk planet yang mudah diamati dengan mata telanjang, karena posisinya yang dekat dengan Bumi. Yupiter sebagai planet yang paling besar di sistem tata surya kita, tentunya mudah untuk diamati, meskipun jaraknya yang cukup jauh dengan Matahari, tetapi karena ukurannya yang besar dan jaraknya terhadap Bumi yang masih dekat, keberadaannya di langit masih bisa dibedakan dengan benda langit lainnya. Saturnus, merupakan planet yang indah karena permukaan dan cincin yang melingkari planet ini, namun jika dilihat dengan mata telanjang bentuk planet ini hanya berupa titik kecil saja karena jaraknya yang jauh dari Bumi, tetapi karena ukurannya yang cukup besar yakni 80% dari ukuran Yupiter, dan 9 kali lebih besar dari ukuran Bumi planet ini masih dapat kita lihat. Uranus dan Neptunus, kedua planet ini tidak bisa diamati dengan mata telanjang, meskipun ukurannya yang cukup besar, namun karena jaraknya yang sangat jauh dari Bumi sehingga bentuk di Bumi sangatlah kecil dan hanya bisa dilihat dengan menggunakan teleskop. Kelima planet yang terakhir (Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus) merupakan planet luar, jadi gaya geraknya berbeda dengan Merkurius dan Venus jika dilihat dari Bumi. Merkurius dan Venus hanya dapat dilihat saat fajar dan sore hari karena posisinya yang dekat dengan Matahari dan harus menunggu Matahari berada di bawah ufuk. Berbeda dengan Mars, Yupiter,

54 Saturnus, Uranus dan Neptunus, jika dilihat dari Bumi pergerakan kelima planet ini lebih luas dan lebih lama. Planet luar tersebut mempunyai gaya gerak tersendiri, dikarenakan kala revolusi yang berbeda-beda, hal ini mempengaruhi seberapa besar kemungkinan planet-planet tersebut dapat dilihat dari Bumi. Patokan yang digunakan dalam metode penentuan arah kiblat dengan azimut planet adalah gerak semu harian planet, yang seolah-olah planetplanet tersebutlah yang mengelilingi Bumi. Metode ini diaplikasikan dengan menggunakan data-data planet dan Matahari sebagai berikut : Lintang Tempat, Bujur Tempat, Waktu Bidik, Perata Waktu, Panjatan Tegak Matahari, Panjatan Tegak Planet dan Deklinasi Planet, data-data tersebut (Data Matahari dan Planet) penulis ambil dari salah satu aplikasi falak yaitu aplikasi Falakiyah Pesantren. Selanjutnya setelah data terkumpul, dimasukkan ke dalam rumus spherical trigonometri dan akan mendapatkan hasil azimut planet. Sebagai contoh jika kita telah mengetahui azimut planet Venus 265 o 15 45 pada jam 18:45 WIB dan Azimut kiblat 294 o 25 11, maka setelah kita membidiki planet tersebut yang mempunyai posisi 265 o 15 45 pada jam 18 : 45 WIB, maka kita hanya tinggal menarik searah jarum jam dari arah azimut tersebut sebesar beda azimut yakni 294 o 25 11-265 o 15 45 = 29 o 09 26.

55 Ilustrasi praktek sebagai berikut : Gambar 5 : Posisi Azimut Planet Venus Dari gambar tersebut telah diketahui posisi planet pada jam 18 : 45, yakni berada pada azimut 265 o 15 45, yang mana patokan azimut pada utara sejati. Gambar 6 : Azimut Kiblat Suatu Tempat Gambar tersebut menunjukkan arah kiblat yang telah dihitung pada suatu tempat, dengan nilai 294 o 25 11, yang juga berpatokan pada utara sejati. Gambar 7 : Beda Azimut Planet Venus dan Azimut Kiblat

56 Gambar ini penggabungan antara azimut kiblat dan azimut planet yang keduanya mempunyai patokan yang sama, yakni utara sejati,jadi untuk mengetahui arah kiblat tinggal mencari selisih dari kedua azimut itu saja. B. Analisis Akurasi Azimut Planet Sebagai Acuan Penentuan Arah Kiblat Saat ini, metode penentuan arah kiblat yang dianggap paling akurat adalah metode dengan menggunakan acuan Matahari, baik itu dengan menggunakan azimut Matahari maupun Rashdul Kiblat Matahari. Namun Hendro Setyanto menyatakan, bahwa menggunakan pengukuran kiblat dengan acuan azimut planet hasilnya bisa lebih baik dari pada pengukuran dengan menggunakan acuan Matahari, alasan beliau adalah dikarenakan cahaya bidikan planet yang hanya satu titik, berbeda dengan cahaya bidikan Matahari, yang hanya dibidik sinarnya saja, sehingga belum tentu pembidikan Matahari tepat pada titik tengah Matahari itu sendiri. Dalam penelitian kali ini, penulis melakukan 8 kali pengamatan dan pengukuran arah kiblat, 1 kali dengan Matahari dan 7 kali dengan 7 planet yang berbeda, yang kemudian hasilnya dibandingkan antara pengukuran dengan acuan planet dan pengukuran dengan acuan Matahari. Pengukuran

57 kiblat dengan planet ini dilakukan di Perumahan Wahyu Utomo dengan koordinat Lintang 6 o 59 44,67 LS dan 110 o 20 30,38 BT. 1. Pengukuran pertama dengan planet Merkurius Pengukuran kiblat dengan Planet Merkurius dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2016, data-datanya sebagai berikut : Data Merkurius 12 Oktober 2016 Waktu Bidik Merkurius 5 : 10 AR 1 Merkurius 187 o 52 11,00 AR 2 Merkurius 187 o 56 06,77 Deklinasi 1 Merkurius -01 o 21 32,69 Deklinasi 2 Merkurius -01 o 23 20,22 AR Matahari 1 197 o 32 36,33 AR Matahari 2 197 o 34 54,80 Equation of Time 1 0 o 13 30 Equation of Time 2 0 o 13 30 Jarak Zenit Merkurius 83 o 59 33,54 Azimut Merkurius 90 o 38 30,81 Azimut Kiblat 294 o 31 17,03 Pengukuran dengan planet Merkurius gagal dilakukan, menurut penulis hal ini bukan dikarenakan cuaca, polusi ataupun mendung, karena pada saat pengukuran, cuaca sangat cerah, sehingga bintang-bintang yang lain pun kelihatan. Faktor penyebab tidak terlihatnya Merkurius pada pengamatan ini adalah karena jarak Merkurius yang terlalu dekat dengan Matahari, sehingga sinar Merkurius terkalahkan oleh pembiasan cahaya Matahari. Dan tidak menutup kemungkinan jika dilihat pada lain waktu

58 saat elongasi merkurius maksimal atau mendekati maksimal, merkurius bisa dilihat. 2. Pengukuran kedua dengan planet Mars Pengukuran kiblat dengan Planet Mars dilakukan pada tanggal 13 Oktober 2016, data-datanya sebagai berikut : Data Mars 13 Oktober 2016 Waktu Bidik Mars 20:40 WIB AR 1 Mars 282 o 04 54,21 AR 2 Mars 282 o 06 48,29 Deklinasi 1 Mars -25 o 12 22,85 Deklinasi 2 Mars -25 o 12 12,00 AR Matahari 1 199 o 02 46,26 AR Matahari 2 199 o 05 05,24 Equation of Time 1 0 o 13 53 Equation of Time 2 0 o 13 54 Jarak Zenit Mars 56 o 09 41,91 Azimut Mars 244 o 15 39,77 Azimut Kiblat 294 o 31 17,03 Beda Azimut 50 o 15 37,26 Pengukuran kiblat dengan Menggunakan Mars berhasil dilakukan. Mars sangat mudah diidentifikasi pada pengukuran kali ini, karena memang posisinya yang sangat mendukung, Mars mempunyai ketinggian yang cukup tinggi dan juga karakter permukaan dari planet ini yang spesial berwarna kemerah-merahan.

59 3. Pengukuran ketiga dengan menggunakan Matahari Pengukuran kiblat dengan Matahari dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2016, data-datanya sebagai berikut : Data Matahari Tanggal 14 Oktober 2016 Waktu Bidik Matahari 08 : 15 WIB Deklinasi 1 Matahari -8 o 15 08,80 Deklinasi 2 Matahari -8 o 16 04,47 Equation of Time 1 0 o 14 01 Equation of Time 2 0 o 14 02 Jarak Zenit Matahari 46 o 58 27,72 Azimut Matahari 94 o 46 57,31 Azimut Kiblat 294 o 31 17,03 Beda Azimut 199 o 44 19,72 Pengukuran arah kiblat dengan Matahari digunakan untuk mengetahui akurasi dari pengukuran arah kiblat dengan acuan planet. Berikut ini adalah gambar hasil pengukuran arah kiblat dengan azimut planet Mars dengan azimut Matahari.

60 Gambar 8 : Arah kiblat dengan azimut planet Mars dan Matahari 121 4. Pengukuran keempat dengan planet Venus Pengukuran kiblat dengan Planet Venus dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2016, data-datanya sebagai berikut : Data venus 17 Oktober 2016 Waktu Bidik Venus 17 : 57 WIB AR 1 Venus 236 o 28 38,58 AR 2 Venus 236 o 31 46,59 Deklinasi 1 Venus -20 o 56 40,68 Deklinasi 2 Venus -20 o 57 27,81 AR Matahari 1 202 o 39 13,30 AR Matahari 2 202 o 41 33,66 Equation of Time 1 0 o 14 43 Equation of Time 2 0 o 14 45 Jarak Zenit Venus 63 o 40 35,22 Azimut Venus 250 o 02 31,11 Azimut Kiblat 294 o 31 17,03 Oktober 2016 121 Foto diambil pada siang hari setelah pengukuran dengan azimut Matahari tanggal 14

61 Beda Azimut 44 o 28 45,92 Pengukuran dengan planet venus berhasil, planet ini sangat cerah pada saat pengamatan, sehingga pengamat mampu membedakan planet venus dengan benda-benda langit lainnya. Ditambah dengan kondisi langit yang sangat cerah, tanpa adanya gangguan-gangguan seperti cuaca hujan, maupun polusi, baik polusi udara maupun cahaya. Di antara planet-planet yang lain, Venus termasuk ke dalam planet yang paling mudah diamati. Hal ini merupakan keunggulan tersendiri yang dimiliki planet Venus. Gambar 9 : Arah kiblat dengan azimut planet Venus dan Matahari 122 Oktober 2016 122 Foto diambil pada siang hari setelah pengukuran dengan azimut Venus tanggal 18

62 5. Pengukuran kelima dengan planet Saturnus Pengukuran kiblat dengan Planet Saturnus dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2016, data-datanya sebagai berikut : Data Saturnus 18 Oktober 2016 Waktu Bidik Saturnus 18 : 50 WIB AR 1 Saturnus 251 o 49 41,53 AR 2 Saturnus 251 o 49 56,12 Deklinasi 1 Saturnus -20 o 58 57,21 Deklinasi 2 Saturnus -20 o 58 59,30 AR Matahari 1 203 o 37 47,17 AR Matahari 2 203 o 40 07,94 Equation of Time 1 0 o 14 55 Equation of Time 2 0 o 14 57 Jarak Zenit Saturnus 62 o 42 47,96 Azimut Saturnus 249 o 57 41,44 Azimut Kiblat 294 o 31 17,03 Beda Azimut 44 o 33 35,59 Pengukuran dengan Saturnus pun berhasil dilakukan, meskipun dengan cahaya yang lebih tipis jika dibandingkan dengan planet Venus, namun dengan sedikit bantuan dari aplikasi Stellarium dan Google Sky Map, pengamat berhasil mengidentifikasi planet Saturnus ini.

63 Gambar 10 : Arah kiblat dengan azimut planet Saturnus dan Matahari 123 6. Pengukuran keenam dengan planet Yupiter Pengukuran kiblat dengan Planet Yupiter dilakukan pada tanggal 03 November 2016, data-datanya sebagai berikut : Data Yupiter 3 November 2016 Waktu Bidik Yupiter 4 : 30 AR 1 Yupiter 191 o 05 10,50 AR 2 Yupiter 191 o 05 38,49 Deklinasi 1 Yupiter -03 o 32 31,00 Deklinasi 2 Yupiter -03 o 32 42,59 AR Matahari 1 218 o 26 56,24 AR Matahari 2 218 o 29 24,14 Equation of Time 1 0 o 16 27 Equation of Time 2 0 o 16 27 Jarak Zenit Yupiter 75 o 21 27,93 Azimut Yupiter 91 o 51 03,75 Azimut Kiblat 294 o 31 17,03 Beda Azimut 202 o 40 13,28 Oktober 2016 123 Foto diambil pada siang hari setelah pengukuran dengan azimut Saturnus tanggal 19

64 Pengukuran kiblat dengan planet Yupiter dilakukan pada dini hari sebelum Matahari terbit, meskipun dengan ketinggian Yupiter yang rendah, namun dengan elongasi yang cukup besar planet Yupiter masih bisa terlihat. Pengamatan planet Yupiter juga mempunyai ciri khas tersendiri, karena adanya satelit-satelit Yupiter yang mudah untuk diamati, sehingga pengamat mampu membedakan antara Yupiter dengan benda-benda langit lainnya. Pengamatan Yupiter ini juga didukung dengan kondisi langit yang cerah, tanpa adanya gangguan, baik itu cuaca, maupun polusi (cahaya/udara), mungkin dikarenakan juga oleh suasana pagi hari yang berbeda dengan sore hari. Gambar 11 : Arah kiblat dengan azimut planet Yupiter dan Matahari 124 124 Foto diambil pada siang hari setelah pengukuran dengan azimut Yupiter tanggal 03 November 2016

65 7. Pengukuran ketujuh dengan planet Uranus Pengukuran kiblat dengan Planet Uranus dilakukan pada tanggal 04 November 2016, data-datanya sebagai berikut : Data Uranus 4 November 2016 Waktu Bidik Uranus 19 : 00 AR 1 Uranus 20 o 18 28,59 AR 2 Uranus 20 o 18 28,59 Deklinasi 1 Uranus 07 o 52 24,87 Deklinasi Uranus 2 07 o 52 24,87 AR Matahari 1 220 o 03 19,84 AR Matahari 2 220 o 03 19,84 Equation of Time 1 0 o 16 25 Equation of Time 2 0 o 16 25 Jarak Zenit Uranus 48 o 02 03,07 Azimut Uranus 72 o 47 02,71 Azimut Kiblat 294 o 31 17,03 Beda Azimut 221 o 44 14,32

66 Seperti yang dijelaskan pada Bab III, bahwa Uranus tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, begitu juga dengan menggunakan Theodolite yang merupakan teleskop konvensional, planet Uranus pun tidak terlihat. 8. Pengukuran kedelapan dengan planet Neptunus Pengukuran kiblat dengan Planet Neptunus dilakukan pada tanggal 04 November 2016, data-datanya sebagai berikut : Data Neptunus Tanggal 4 November 2016 Waktu Bidik Neptunus 23 : 00 AR 1 Neptunus 341 o 13 09,87 AR 2 Neptunus 341 o 13 09,87 Deklinasi 1 Neptunus -08 o 53 07,80 Deklinasi 2 Neptunus -08 o 53 07,80 AR Matahari 1 220 o 13 14,84 AR Matahari 2 220 o 13 14,84 Equation of Time 1 0 o 16 25 Equation of Time 2 0 o 16 25 Jarak Zenit Neptunus 52 o 55 33,53 Azimut Neptunus 95 o 52 23,94 Azimut Kiblat 294 o 31 17,03 Beda Azimut 198 o 38 53,09 Seperti planet Uranus, Neptunus pun sulit dilihat dengan Theodolite, apalagi tanpa bantuan alat apapun (mata telanjang). Gambar 12 : Arah kiblat dengan azimut planet Venus, Mars, Yupiter

67 Saturnus dan Matahari 125 Di samping 8 penelitian tersebut, penulis telah berulang kali melakukan penelitian, khususnya penelitian dengan menggunakan planet Mars, Venus, Saturnus dan Yupiter, namun dengan kondisi yang sangat sulit, karena terganggu oleh cuaca hujan, mendung dan polusi udara maupun cahaya, penelitian sangat sulit dilakukan. Penulis cukup setuju dengan pendapat AR Sugeng Riyadi, yang menyebutkan bahwa dengan cahaya yang cukup terbatas, dan gangguan-gangguan yang ada seperti yang penulis sebutkan di atas, planet-planet ini sulit untuk diamati. Dari penelitian tersebut, penulis mengambil kesimpulan sementara, bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika akan mengamati planet untuk dijadikan sebagai acuan penentuan arah kiblat. 125 Foto diambil pada siang hari setelah pengukuran dengan azimut Yupiter tanggal 03 November 2016

68 a. Posisi Planet Posisi planet mutlak mempengaruhi bisa tidaknya planet diamati, karena akan percuma meskipun pada malam hari tetapi posisi planet di bawah ufuk, pasti tidak akan bisa dilihat. Maka dari itu diperlukan perhitungan terbit dan terbenam planet yang nanti akan dibandingkan dan diperhitungkan dengan terbit dan terbenamnya Matahari. Dari perhitungan itu akan dapat disimpulkan kemungkinan planet di atas ufuk, serta lama planet tersebut di atas ufuk ketika malam hari. Perhitungan terbit/terbenam planet dapat diperhitungkan, data-data yang diperlukan yaitu: 1. Tanggal dan Bulan yang akan dicari terbit dan terbenamnya planet 2. Ascensio Recta Planet (ARp) pukul 00:00 GMT 3. Deklinasi Planet (δp), pukul 00:00 GMT 4. Lintang (φ) dan Bujur Tempat (λ) serta Bujur Daerah (BD) Langkah-langkah perhitungan terbit dan terbenam planet adalah sebagai berikut : 126 1. Cos h = - Tan φ x Tan δp 2. t = h / 15 3. LSTM (Local Sidereal Time at Midnight). - 21 September = 0 j - 21 Maret = 12 j - 21 Oktober = 2 j - 21 April = 14 j - 21 November = 4 j - 21 Mei = 16 j 126 Departement of Physics and Astronomy, Star Time Example, pada physics.gmu.edu/~hgeller/astr402/startimeexample.ppt diakses pada tanggal 10 November 2016 pukul 10:53 WIB

69-21 Desember = 6 j - 21 Juni = 18 j - 21 Januari = 8 j - 21 Juli = 20 j - 21 Februari = 10 j - 21 Agustus = 22 j Untuk menentukan LSTM pada tanggal tertentu harus dilakukan interpolasi data dengan rumus : LSTM A B = A-(A-B)xC/I = data pertama = data kedua C = jarak tanggal yang mau dicari dari tanggal 21 I = interval hari dari tanggal 21 Bulan sebelum dan tanggal 21 Bulan sesudah b. Elongasi Planet terhadap Matahari Mutoha Arkanuddin menyatakan bahwa cahaya yang dipantulkan oleh Planet sangatlah kecil, maka dari itu perlu diperhatikan pula jarak planet tersebut terhadap Matahari, dan masing-masing planet tentunya mempunyai kurva elongasi minimal tersendiri sehingga planet tersebut dapat dilihat. 127 Menurut penulis hal tersebut (elongasi) sangat berpengaruh, terbukti dengan tidak berhasilnya pengamatan ketika menggunakan planet Merkurius, dikarenakan elongasi yang terlalu kecil (± 11 o ) padahal elongasi minimal untuk keseluruhan planet adalah 15 o128, maka dari itu 127 Wawancara via akun facebook Mutoha Arkanuddin pada tanggal 03 November 2016, pukul 19:43 WIB 128 http://www.nakedeyeplanets.com/movements.htm diakses pada tanggal 03 Nopember 2016, pukul 08:48 WIB

70 perlu diperhatikan, khususnya planet yang termasuk ke dalam planet dalam (Merkurius dan Venus) yang orbitnya tidak jauh dari Matahari. Data-data yang diperlukan untuk perhitungan elongasi adalah : - Apparent longitude planet ( λ( ) - Apparent latitude planet (β( ) - Apparent longitude Matahari (λo) Dan dapat dihasilkan dengan rumus 129 : Cos Elongasi = cos β( x cos (λ( - λo) Contoh perhitungan elongasi saat pengamatan merkurius pada tanggal 12 Oktober pukul 05:10 WIB : - Apparent longitude matahari = 187 o 46 34,32 - Apparent latitude planet = 01 o 52 20,36 - Apparent longitude Matahari = 199 o 01 06,22 - Tinggi Planet = 6 o 00 56,46 Cos Elongasi = wb β( x cos (λ( - λo) = cos 01 0 52 20,36 x cos (187 0 46 34,32 199 0 01 06,22) = 11 0 23 42, 22 Kelebihan dan Kekurangan Metode Azimut Planet 1. Kelebihan 129 Jean meeus, Astronomical Algorithms second edition, Virginia : Willmaun Bell. Inc, 1998. Hlm. 225

71 - Metode azimut planet ini dapat dijadikan sebagai alternatif ketika malam hari dan tidak ada Bulan yang tampak - Hasil dari pengukuran arah kiblat dengan menggunakan azimut planet ini sangat akurat dan bisa lebih baik daripada pengukuran dengan menggunakan acuan Matahari, dikarenakan pembidikan dilakukan secara langsung dengan mata, dan objek pembidikan yang hanya berupa satu titik, sehingga pengamat dapat memastikan bahwa titik bidik benar-benar berada di tengah lensa teropong theodolite, hal ini berbeda dengan Matahari, yang pembidikannya hanya menggunakan sinar pancaran, yang bisa jadi titik bidik tidak pas pada titik tengah Matahari. 2. Kelemahan - Cahaya planet yang tipis, sehingga lebih mudah terhalang oleh gangguan, baik berupa cuaca, mendung maupun polusi cahaya dan udara. - Satu planet tidak setiap saat bisa dijadikan sebagai acuan penentuan arah kiblat, dikarenakan siklus planet dan elongasi planet yang diperlukan untuk dapat memastikan terlihat atau tidaknya suatu planet. Jadi membutuhkan perhitungan yang banyak, seperti terbenam/terbit planet dan Matahari, juga perhitungan elongasi planet terhadap Matahari.