PERILAKU MEMILIH PEMILIH PEMULA MASYARAKAT KENDAL PADA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
PERILAKU MEMILIH GENERASI MUDA KELUARGA ANGGOTA POLRI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TENGAH 2013 Studi di Asrama Polisi Sendangmulyo Kota Semarang

DAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

STUDI PERBANDINGAN PARTISIPASI POLITIK PEMILIH DI KOTA TEGAL DALAM PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 DAN PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan aplikasi berbagai disiplin ilmu manajemen seperti marketing. Hal

Ainur Rofieq FISIP Universitas Islam 45 Bekasi

Oleh: Edy Kuncoro ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Voting Behavior. Perilaku pemilih (voting behavior) merupakan tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego

BAB IV PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

PILIHAN POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILU LEGISLATIF

Jurnal Politik Muda, Vol. 5, No. 3, Agustus Desember 2016,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

ANALISIS PERILAKU MEMILIH PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 (Studi Kasus pada Masyarakat Kelurahan Kranggan, Semarang Tengah) Oleh: Ardi Ferdian

Keywords: Voting Behavior, Election 2015, Gender, Program Compatibility, Money Politics, Party Machine

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial

LAPORAN EKSEKUTIF SURVEI NASIONAL MEI 2014

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pola Surat Suara Tidak Sah dalam Pemilu Presiden 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budiarjo (2008) mengatakan, salah satu perwujudan demokrasi yang menunjukkan

PERILAKU PEMILIH KOTA TANJUNGPINANG PADA PEMILIHAN WALIKOTA TAHUN 2012 E-JOURNAL

LAPORAN SURVEI NASIONAL MEMBACA PETA DUKUNGAN & ELEKTABILITAS CAPRES-CAWAPRES 2014

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

II. TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata Kunci: Pengaruh, sosialisasi politik, orientasi politik, pemilih

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pemilihan umum. Perilaku memilih dapat ditujukan dalam memberikan suara. Kepala Daerah dalam Pemilukada secara langsung.

PENILAIAN MAHASISWA TERHADAP SIFAT-SIFAT PRIBADI PARA CAPRES PADA PILPRES 2014 DALAM KONTEKS PEMASARAN POLITIK

BAB II KAJIAN TEORETIK. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang

PENGARUH TAYANGAN IKLAN POLITIK DI TELEVISI DAN CITRA KANDIDAT TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PRESIDEN PADAPEMILU PRESIDEN 2014 DI KOTA SEMARANG

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon

PERILAKU PEREMPUAN ISLAM PEMILIH PADA PEMILUKADA PUTARAN II KOTA MEDAN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut Sudiono Sastroatmodjo (1995: 3) adalah :

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

(Viola Indora, Irawan Suntoro, Yunisca Nurmalisa) ABSTRAK

13 HARI YANG MENENTUKAN HEAD TO HEAD PRABOWO HATTA VS JOKOWI - JK. Lingkaran Survei Indonesia Juni 2014

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Way Petai yang

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik demokratik modern. Secara universal Pemilihan Umum adalah

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

Kebangkitan Seminggu Terakhir. Head to Head Jokowi-JK vs Prabowo-Hatta

LAMPIRAN I. 1. Gambar salah satu sampel Gereja yaitu Gereja HKBP Padang Bulan. 2. Gambar salah satu sampel Gereja yaitu Gereja HKBP Simpang Limun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

PENDAHULUAN Latar Belakang

Penilaian Mahasiswa terhadap Sifat Pribadi Capres pada Pilpres 2014 dalam Konteks Pemasaran Politik

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang pemilihan umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden.

BAB I PENDAHULUAN. mewakili mereka dalam lembaga negara seperti lembaga legislatif dan eksekutif.

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyedot perhatian yang luar biasa dari masyarakat Indonesia. Penentuan

ABSTRACT. Key Words : Direct local election, determinant factor of the triumph of candidate, personality factor

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELOMPOK SOSIAL DENGAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2015

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PREFERENSI MASYARAKAT ETNIS TIMOR DALAM PEMILIHAN LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KOTA KUPANG

PERILAKU PEMILIH DI KELURAHAN PENYENGAT PADA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH KOTA TANJUNGPINANG TAHUN Naskah Publikasi

PENGARUH ISU POLITIK YANG BERKEMBANG SAAT PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 TERHADAP PREFERENSI POLITIK PEMILIH

KPU KOTA ADM. JAKARTA BARAT HASIL RISET TENTANG

BAB VII PENUTUP. pendeskripsian, uji Chi-square dan uji koefisien kontingensi maka peneliti dapat

Penggunaan Hak Memilih Suku Anak Dalam Muara Kilis Jambi. dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pemilukada Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 yang dilaksanakan secara

Kegagalan Calon Perempuan dalam Pemilukada Kabupaten Merangin Tahun 2013 (Studi Kasus Fauziah, SE)

BAB V PENUTUP. Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati, maka penulis memperoleh. 1. Budaya Politik Masyarakat Desa Suwatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Selanjutnya pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, Kota Jambi merupakan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

BAB III DATA RESPONDEN

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA

Pertarungan Wilayah Strategis Dan Efek Cawapres

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Surakarta, 01 Oktober 2011 Ketua Tim Peneliti. Nurhadiantomo. iii

III. Metode Penelitian. deskriptif kuantitatif. Tipe penelitian deskriptif ini bertujuan untuk

PERILAKU PEMILIH PEMULA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN. Oleh: Samiruddin, Sulsalman Moita, dan Megawati A.

QUICK COUNT PILPRES & PILKADA PALING PRESISI PROPOSAL SURVEI PILKADA SERENTAK 2018

Wuwung Ahmadi Pembimbing : Drs. H. Ishak, M.Si

PERSEPSI PEMILIH PEMULA TERHADAP ATRIBUT SOSIALISASI POLITIK DALAM PEMILU

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, dan pola pemikiran yang berbeda. Hal inilah yang secara tidak langsung

Transkripsi:

PERILAKU MEMILIH PEMILIH PEMULA MASYARAKAT KENDAL PADA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 Oleh : Khairul Azmi 14010111140124 Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang Jalan Prof.H Soedarto, SH, Tembalang, Semarang. Kotak Pos 1269 Website : http://www.fisip.undip.ac.id/ Email : fisip@undip@ac.id Email : Azmy_azmy@rocketmail.com Abstract Voting behavior in the presidential election is a set of activities to determine the decision in choosing the president and vice president. In the 2014, the number of young voters of presidential election were very significant to win the election in Indonesia, about 20-30% of the total number of voters are young voters. Based on survey of Lembaga Survei Nasional young voters behavior included in the category of rational approach. This study to analyze the young voters behavior in Kendal on Election of President and Vice President using sociological approach, psychological approach, and the approach of rational choice. This research is using quantitative approach with survey method. The sampling technique in this study using Multi Stage Random Sampling with 100 respondents. This study using a questionnaire to collecting data. The results showed that young voters is using their voting rights rationally. Beginner voters ignore sociological factors, they ignored age and professional background of presidential candidates, but the education and gender of beginner voters influence their political choices. Male young voters tend to choose a mate Prabowo-Hatta, while female young voters tend to choose Jokowi-Jusuf Kalla. Based on psychological approaches, candidates figur had larger role than bearer party. Based on rational approaches, young voters believe that president they have chosen can alleviate poverty, enforce laws, and improve welfare. For the next researcher who will conduct research on the same topic, researchers hope this study can be perfected, by using a triangulation method. Keywords: voting behavior, young voters

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum merupakan salah satu pilar dan poin penting dalam sebuah negara demokrasi. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat yang diselenggarkan secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) adalah salah satu bentuk partisipasi politik warga negara untuk memilih pemimpin negara guna menentukan kemajuan dari negara tersebut. Pada 9 Juli 2014 secara serentak masyarakat seluruh Indonesia melakasanakan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Pada Pilpres tahun 2014 sekitar 20-30 persen dari total jumlah pemilih keseluruhan merupakan pemilih pemula. Jumlah tersebut sangat signifikan guna memenangkan perhelatan pemilihan umum tahun 2014. Berdasarkan data yang diperoleh dari KPU Kabupaten Kendal, jumlah pemilih tetap Kabupaten Kendal Tahun 2014 yang memiliki hak pilih sebanyak 756.131 orang yang tersebar di dua puluh kecamatan. Dari jumlah pemilih tersebut, pemilih dengan kisaran umur 17-21 yang memiliki hak pilih lebih kurang 82.235 merupakan pemilih pemula. Jumlah pemilih pemula tersebut tentunya membawa dampak yang berpengaruh pada kemenangan seorang kontestan atau calon pada tingkat Kabupaten. Berdasarkan hasil survei Lembaga Survei Nasional, perilaku memilih (voting behavior) pemilih pemula berbeda dari masyarakat Indonesia pada umumnya, survei tersebut menunjukkan mayoritas pemilih pemula 46,4 persen mengutamakan kemampuan capres dalam memecahkan masalah, 41,3 persen pemlih pemula tidak mempermasalahkan latar belakang suku capres. 3,6 persen yang mengaku akan meminta pendapat dan saran orang lain, dan sisanya hanya 1,8 persen mengaku akan mengikuti pilihan orang yang disegani. Dari hasil survei tersebut dapat disimpulkan bahwa pemilih pemula termasuk dalam kategori pendekatan rasional. Melihat penelitian sebelumnya perilaku memilih masyarakat pada Pemilu Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah (PIKADA) Kabupaten Kendal 2010 hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kandidat (figur pasangan calon) mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap perilaku pemilih, karena pemilih melihat kandidat dari citra suatu kandidat. Faktor lain adalah visi/misi pasangan calon juga mempengaruhi perilaku pemilih selain kesamaan agama dengan

kandidat yang dipilih. Hasil analisa juga menunjukkan bahwa perilaku memilih masyarakat Kabupaten kendal masih dipengaruhi oleh politik uang walaupun pada dasarnya mayoritas masyarakat Kendal memiliki partisipasi yang tinggi dalam Pemilu serta sadar akan haknya sebagai warga negara. Mengingat ada kesamaan antara PILPRES dan PILKADA yaitu sama-sama memilih wakil di tingkat eksekutif adakah kesamaan pola perilaku memilih pemilih pemula pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Kendal? Untuk menganalisis bagaimana perilaku memilih pemilih pemula ada tiga pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan pilihan rasional. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku memilih pemilih pemula pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 di Kabupaten Kendal dilihat dari pendekatan sosiologis, pendekatan sosiologis, dan pendekatan pilihan rasional. C. Teori C.1 Perilaku Memilih Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan. Menurut Ramlan Surbakti perilaku memilih adalah: Aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih (to vote or not vote) didalam suatu pemilihan umum (pilkada secara langsung). Bila voters memutuskan untuk memilih (to vote) maka voters akan memilih atau mendukung kandidat tertentu. Jack C Plano memposisikan perilaku pemilih sebagai suatu studi yang memusatkan diri pada bidang yang menggeluti kebiasaan atau kecenderungan pilihan rakyat dalam pemilihan umum, serta latar belakang mengapa mereka melakukan pemilihan itu. Pemberian suara atau voting secara umum dapat diartikan sebagai, sebuah proses dimana seorang anggota dalam suatu kelompok menyatakan pendapatnya dan ikut menentukan konsensus diantara anggota kelompok seorang pejabat maupun keputusan yang diambil. C.2 Pendekatan Perilaku Memilih Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskridho Ambardi dalam bukunya Kuasa Rakyat, perilaku memilih dapat diurai dalam tiga pendekatan utama, masing-masing pendekatan Sosiologi, Psikologi, dan Pilihan Rasional.

Pendekatan sosiologis pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan sosial usia, jenis kelamin, agama, pekerjaan, latar belakang keluarga, kegiatan-kegiatan dalam kelompok formal dan informal dan lainnya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan pilihan-pilihan politik. Menurut Afan Gaffar indikator pendekatan sosiologis yaitu: pendidikan, jabatan / pekerjaan, jenis kelamin, usia. Pendekatan psikologi, menurut pendekatan ini, para pemilih menentukan pilihannya terhadap seorang kandidat karena produk dari sosialisasi yang diterima seseorang pada masa kecil, baik dari lingkungan keluarga maupun pertemanan dan sekolah, sangat mempengaruhi pilihan politik mereka, khususnya pada saat pertama kali mereka memilih. Menurut Adman Nursal indikator yang digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh pendekatan ini yaitu : 1. Ketokohan, dilihat dari perasaan emosional pemilih yang melandasi pilihannya dengan mempertimbangkan identitas atau ketokohan calon (atau tokoh dibelakang calon) dan tokoh-tokoh panutan yang dihormati oleh pemilih. 2. Identifikasi Partai, yang dilihat dari kesamaan pandangan responden dengan anggota keluarganya terhadap pilihan tertentu serta adanya kesamaan antara partai yang dipilih dengan partai yang dikagumi. Pendekatan pilihan rasional pilihan rasional menganggap seseorang memilih calon atau partai apabila calon atau partai tersebut dipandang dapat membantu pemilih memenuhi kepentingan dasarnya yaitu kehidupan ekonomi, oleh karena itu pendekatan ini juga disebut pendekatan ekonomis, melalui pendekatan ini, pemilih diasumsikan mempertimbangkan segala pilihan yang ada, misalnya tiaptiap parpol yang ada, tiap-tiap kandidat yang ada dan tiap-tiap kebijakan yang ada. Lalu, dilihat untung atau ruginya bagi individu. Pada akhirnya individu akan memilih yang memberi keuntungan paling besar dan kerugian paling kecil bagi dirinya. Menurut Anthony Downs dalam pendekatan pilihan rasional ini, dipaparkan dua orientasi yang menjadi daya tarik pemilih, yaitu orientasi isu dan kandidat. Orientasi isu berpusat pada pertanyaan; apa yang seharusnya dan sebaiknya dilakukan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat? Dan orientasi kandidat mengacu pada sikap seseorang terhadap pribadi kandidat tanpa mempedulikan label partainya. D. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survey. Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Populasi penelitian ini adalah seluruh pemilih yang berusia 17-21 tahun yang terdaftar pada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kendal tahun 2014 dengan jumlah 82.235 pemilih. pada penelitian ini jumlah sampel sebanyak 100

responden dipilih dengan multi-stage random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, kemudian dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi dan tabel silang. E. Hasil dan Pembahasan E.1 Data Responden Penelitian ini responden berjumlah 100 orang, dengan pembagian 50 responden laki-laki dan 50 responden perempuan. Pembagian jumlah responden tersebut mengikuti populasi yang menunjukkan jumlah pemilih laki-laki dan perempuan yang berimbang. Berdasarkan umur mayoritas pemilih pemula di Kabupaten Kendal pada Pilpres tahun 2014 berumur 21 tahun. Pada Pilpres tahun 2014 97% pemilih pemula di Kabupaten Kendal beragama Islam. Pemilih pemula di Kabupaten Kendal pada Pilpres tahun 2014 mayoritas sebanyak 52% berpendidikan tinggi, sedangkan yang berpendidikan Sekolah Menengah Atas sebanyak 42%. E.2 Penggunaan Hak Pilih Penggunaan hak pilih adalah syarat awal menentukan responden dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini semua (100%) responden adalah pemilih pemula yang menggunakan hak pilihnya di TPS 9 juli 2014. Pemilih pemula di Kabupaten Kendal mayoritas memberikan suaranya dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 dikarenakan sadar akan haknya sebagai warga negara, dan menggunakan hak pilih dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden sebagai kewajiban. Pilihan politik pemilih pemula di Kabupaten Kendal sebanyak 31% memilih pasangan Prabowo Subianto Hatta Rajasa dan yang memilih pasangan Joko Widodo Jusuf Kalla sebanyak 69%. Perolehan suara tersebut tidak berbeda dengan hasil rekapitulasi suara Pilpres di Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kendal dimana pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla juga unggul atas pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Tabel 1. Alasan Menggunakan Hak Pilih No Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase 1. Sadar akan hak sebagai warga Negara 62 62% 2. Kewajiban warga Negara 28 28% 3. Ajakan keluarga, teman, tokoh yang dihormati 7 7% 4. Karena mendapat imbalan 3 3% Jumlah 100 100%

E.3 Perilaku Memilih Pemilih Pemula Pemilih pemula di Kabupaten Kendal pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden mengabaikan faktor sosiologis, mereka tidak menghiraukan umur dan latar belakang profesi calon Presiden, namun faktor pendidikan dan jenis kelamin pemilih pemula mempengaruhi pilihan politik mereka. Pemula yang berpendidikan tinggi cenderung memilih pasangan Prabowo-Hatta. Sedangkan pemilih pemula yang berpendidikan rendah cenderung memilih pasangan Jokowi- Jusuf Kalla. Berdasarkan jenis kelamin, pemilih pemula laki-laki cenderung memilih pasangan Prabowo-Hatta, sedangkan pemilih pemula perempuan cenderung memilih pasangan Jokowi-Jusuf Kalla. Dilihat dari pendekatan psikologis perilaku memilih pemilih pemula di Kabupaten Kendal pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden cenderung memilih berdasarkan faktor figur dibandingkan dengan faktor partai politik. Pemilih pemula menginginkan figur presiden yang jujur dan berwibawa. Pemilih pemula yang memilih pasangan Prabowo-Hatta cenderung memilih karena alasan pasangan Prabowo-Hatta merupakan sosok calon pemimpin yang berwibawa. Pemilih pemula yang memilih pasangan Jokowi-Jusuf Kalla cenderung memilih karena alasan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla merupakan sosok calon pemimpin yang jujur dan bercitra baik. Tabel 2. Alasan Memilih Figur No Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase 1. Citra pasangan calon 17 18,9% 2. Daya tarik fisik 13 14,4% 3. Jujur 23 25,6% 4. Berwibawa 23 25,6% 5. Latar belakang profesi pasangan calon 8 8,9% 6. Kaya 1 1,1% 7. Merakyat 5 5,6% Jumlah 90 100% Dilihat dari pendekatan rasional perilaku memilih pemilih pemula di Kabupaten Kendal pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden sudah memilih secara rasional. Mayoritas dari mereka memilih berdasarkan visi, misi, dan program kerja dibandingkan alasan lain seperti ajakan orang terdekat, daya tarik fisik, dan parpol pengusung. Hal ini didukung dengan sikap pemilih pemula yang sangat yakin dengan pasangan Presiden dan Wakil Presiden yang dipilih mampu menjalankan program kerja. Oleh karena itu mereka yakin pasangan Presiden dan Wakil Presiden yang dipilih mampu mengatasi masalah kemiskinan, dapat menegakkan hukum, dan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Rasionalitas pemilih pemula pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tidak terlepas oleh faktor tingginya pendidikan pemilih pemula. Tabel 3. Alasan Memilih Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden No Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase 1. Visi, misi, dan program kerja 60 60% 2. Ajakan keluarga, teman, tokoh yang dihormati 25 25% 3. Karena mendapat imbalan 2 2% 4. Daya tarik fisik pasangan calon 10 10% 5. Partai politik yang mendukung 3 3% Jumlah 100 100% Tabel 4. Indikator Pilihan Rasional No Indikator 1. Yakin menjalankan Program kerja 2. Yakin mampu mengatasi masalah kemiskinan 3. Yakin mampu menegakkan hukum 4. Yakin mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat Sangat Raguragu yakin Tidak Yakin yakin 51% 41% 8% 0% 4% 84% 11% 1% 4% 78% 17% 1% 8% 81% 11% 0% Pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden di Kabupaten Kendal peneliti masih menemukan adanya politik uang. Politik uang masih digunakan oleh para tim sukses kedua calon untuk memobilisasi suara agar memilih kandidat tertentu, khususnya pemilih pemula. Pemilih pemula mayoritas sebanyak 52% menyatakan tidak setuju dengan politik uang. Mayoritas dari pemilih pemula tidak memilih berdasarkan politik uang. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pemilih pemula pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden di Kabupaten Kendal merupakan pemilih yang independen, mereka menggunakan hak pilihnya pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden karena mereka sadar bahwa mereka berhak memilih pemimpin sesuai dengan keyakinan mereka. 2. Pemilih pemula pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden di Kabupaten Kendal merupakan pemilih rasional. Mereka memilih berdasarkan visi, misi, dan program kerja. Mereka tidak terpengaruh ajakan orang terdekat, imbalan dan daya tarik fisik pasangan calon presiden. Rasionalitas

pemilih pemula di Kabupaten Kendal dipengaruhi oleh faktor pendidikan pemilih pemula yang kebanyakan menyenyam pendidikan tinggi. 3. Berdasarkan pendekatan sosiologis pemilih pemula mengabaikan faktor umur dan latar belakang profesi pasangan capres. Namun faktor pendidikan dan jenis kelamin pemilih pemula mempengaruhi pilihan politik mereka. 4. Berdasarkan pendekatan psikologis faktor figure kandidat lebih berpengaruh daripada faktor partai politik pengusung pasangan calon presiden. Pemilih pemula menginginkan pasangan Presiden dan Wakil Presiden yang jujur, berwibawa, dan memiliki citra yang baik. 5. Berdasarkan pendekatan pilihan rasional, pemilih pemula sangat yakin pasangan Presiden dan Wakil Presiden yang mereka pilih mampu menjalankan program kerjanya, sehingga mereka yakin mengatasi kemiskinan, menegakkan hukum, dan meningkatkan kesejahteraan. 6. Pemilih pemula di Kabupaten Kendal tidak terpengaruh oleh politik uang. B. Saran 1. Peneliti menemukan pemilih pemula mengunakan rasionalnya dalam menggunakan hak pilihnya pada pelaksanaan pemilu, besar harapan pada pemilu kedepan pemilih semakin rasional. Oleh karenanya dipemilu yang akan datang partai politik dan kandidat supaya lebih menonjolkan visi, misi, dan program kerja untuk merebut simpati pemilih daripada membeli suara pemilih dengan politik uang. Pemilih sudah mulai cerdas dalam menentukan pilihan, dimasa yang akan datang suara pemilih tidak akan bisa dibeli dengan uang. 2. Kepada peneliti selanjutnya yang berkeinginan melakukan penelitian dengan topik yang sama diharapkan dapat melakukan pengembangan penelitian ini dengan menggunakan metode statistik. DAFTAR PUSTAKA Agustino, Leo. 2009. Pilkada dan Dinamika Politik Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Asfar,M. 2004. Pemilu dan Prilaku Memilih 1955-2004. Surabaya: Pustaka Eureka. Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Efriza.Political Explore, Sebuah Kajian Ilmu Politik. 2012. Bandung: Alfabeta. Gaffar, Afan. 1992. Javanese Voters: A Case Study of Elections Under a Hegemonic Party. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Hadi, Sutrisno. 2000. Statistic. Yogyakarta: Andi. Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga. Mujani, Saiful, R. William Liddle, dan Kuskrindo Ambardi. 2012. KUASA RAKYAT Analisis tentang Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-OrdeBaru. Jakarta: Mizan. Nursal, Adman, 2004. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum. Sastroatmodjo, Sudiono. 1995. Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press. Singarimbun, M dan Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia. Surbakti, Ramlan. 1997. Partai, Pemilih dan Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suyanto, Pemilih Pemula Di Desa Karangsari Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati Dalam Pilkada 2012 Menurut Politik Islam,Skripsi, Fakultas Syari ah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014. Umar, Husein. 2009. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Jakarta: Rajawali Pers