I. PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya yang melimpah di Indonesia adalah sumberdaya hutan.

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS MANFAAT EKONOMI PENGOLAHAN LIMBAH POHON JATI (Studi Kasus Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora, Jawa Tengah) CITRA ANGGUN PRAMITHASARI

II. TINJAUAN PUSTAKA. (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

.VI. KARAKTERISTIK USAHA DAN RANTAI PEMASARAN. Usaha pengolahan limbah tunggak pohon jati di Kecamatan Jiken

BAB I PENDAHULUAN. melampaui dua tahapan, yaitu ekstraksi kayu dan pengelolaan hutan tanaman. mengikuti paradigma baru, yaitu kehutanan sosial.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyerapan karbon oleh hutan dilakukan melalui proses fotosintesis. Pada proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sumber mata pencahariannya. Mereka memanfaatkan hasil hutan baik hasil hutan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang

EVALUASI IMPLEMENTASI PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI KPH RANDUBLATUNG BLORA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman (tegakan seumur). Salah satu hutan tanaman yang telah dikelola dan

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu. kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN

PELUANG PENINGKATAN PERANAN HUTAN PRODUKSI KPH RANDUBLATUNG TERHADAP PENINGKATAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja dan memberikan kesempatan membuka peluang berusaha hingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Hutan sendiri

LIMBAH PEMANENAN DAN FAKTOR EKSPLOITASI PADA PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan)

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat, baik. generasi sekarang maupun yang akan datang.

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

KARAKTERISTIK LINGKUNGAN, KARAKTERISTIK PETANI PESANGGEM, DAN PERAN MASYARAKAT LOKAL DALAM PHBM KPH KENDAL TUGAS AKHIR

BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN LATAR BELAKANG. Defisit kemampuan

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi hutan di Indonesia saat ini dalam keadaan krisis. Banyak tumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hutan tidak hanya mempunyai peranan dalam segi ekologi, tetapi sebagai

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi

BAB 1 PENDAHULUAN. internasional yang berkisar US$ /m 3 mendorong banyak perusahaan

I. PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkeadilan melalui peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (SK) perhutani No. 136/KPTS/DIR/2001. berkurangnya akses masyarakat terhadap hutan dan berdampak pula pada

BAB I PENDAHULUAN. diberi mandat oleh negara untuk mengelola sebagian besar hutan negara di Pulau

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

POTENSI DAN KELEMBAGAAN HUTAN RAKYAT Oleh: Billy Hindra 1)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kayu keras tropis yang paling berharga di pasar

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia. Pengelolaan hutan merupakan sebuah usaha yang

STUDI PENYUSUNAN MODEL PENGATURAN HASIL HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DI KPH CEPU PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan masyarakat.

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

1 BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penghasil kayu, yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan,baik

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang dikaruniakan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Indriani Fauzia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pertukangan dan termasuk kelas kuat dan awet II (Martawijaya et al., 1981). sebagai pilihan utama (Sukmadjaja dan Mariska, 2003).

ANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

BAB I PENDAHULUAN. didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan

2 dilakukan adalah redesign manajemen hutan. Redesign manajemen hutan mengarah pada pencapaian kelestarian hutan pada masing-masing fungsi hutan, teru

BAB I PENDAHULUAN. jati memiliki kelas awet dan kelas kuat yang tinggi seperti pendapat Sumarna

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan oleh negara Indonesia. Menurut pasal Pasal 33 ayat (3) disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan kita. Dalam hutan terdapat banyak kekayaan alam yang

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan sumber kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan

I. PENDAHULUAN. menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode

PEMBANGUNAN HUTAN KOTA DALAM STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan. Terkait dalam peningkatan jumlah penduduk, tuntutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi

BAB I PENDAHULUAN. dekade 1990-an. Degradasi dan deforestasi sumberdaya hutan terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting berdampingan dengan sektor lainnya. Walaupun sektor

Teak Harvesting Waste at Banyuwangi East Java. Juang Rata Matangaran 1 dan Romadoni Anggoro 2

BAB III ISU STRATEGIS

BAB 2 ANALISIS LINGKUNGAN MAKRO

I. PENDAHULUAN. menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sektor pertanian tidak hanya sebagai

KONSEP EKO EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN SUKOHARJO TUGAS AKHIR

BAB I. PENDAHULUAN I. 1. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang

Lampiran 3b. Rencana Strategis Program Peningkatan Pemanfaatan Hutan Produksi

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya/Papua. Dari 168 juta hektar lahan

BAB I PENDAHULUAN. pada 8 februari 2010 pukul Data dari diakses

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya yang melimpah di Indonesia adalah sumberdaya hutan. Indonesia adalah penghasil sumberdaya hutan kedua terbesar di dunia. Sehingga sumberdaya hutan di Indonesia merupakan sektor yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian. Sumberdaya hutan memiliki nilai-nilai ekonomi yang terdiri dari nilai guna langsung (direct use value) dan nilai guna tidak langsung (indirect use value). Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (KLH, 2008) nilai guna langsung adalah nilai yang dapat ditemukan harga pasarnya. Nilai guna tidak langsung adalah manfaat yang dirasakan dari adanya jasa lingkungan hutan. Nilai guna langsung sumberdaya hutan terdapat pada kayu, madu, buah, dan sumberdaya lainnya yang dapat ditemukan harga pasarnya. Nilai guna tidak langsung sumberdaya hutan terdapat pada fungsi hidrologis hutan sebagai penahan air, sebagai penyerap emisi di udara, dan juga sebagai penahan erosi/mencegah terjadinya bencana longsor. Nilai guna sumberdaya hutan sangat berperan penting dalam menambah jumlah devisa negara. Salah satu nilai guna hutan yang memiliki nilai strategis terdapat pada kayu sebagai hasil hutan. Jumlah produksi kayu bulat oleh Perusahaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 7,39 juta m 3 (BPS, 2010). Banyaknya kayu bulat yang diproduksi tersebut menandakan bahwa industri kayu pada saat sekarang ini telah berkembang pesat dan memiliki permintaan yang tinggi. Selain permintaan dan

nilai ekonomi yang tinggi, terdapat beberapa jenis pohon yang memang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Salah satu jenis kayu hutan yang memiliki potensi di Indonesia adalah kayu dari pohon jati. Pohon jati merupakan termasuk pohon yang memiliki struktur kayu yang kuat dan sangat baik untuk menjaga struktur tanah, sehingga sangat baik untuk mencegah erosi. Kayu jati merupakan salah satu jenis kayu yang bernilai tinggi dalam industri kayu di Indonesia. Kayu jati telah dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, furniture, hingga souvenir. Pohon jati sangat cocok untuk ditanam di Indonesia karena iklim dan suhu udaranya yang mendukung daya tumbuh pohon tersebut (Mulyana dan Asmarahman, 2010). Sehingga Indonesia berpotensi untuk mengembangkan hutan jati, karena menguntungkan dari segi ekonomi dan juga ekologi. Kegiatan pengembangan hutan produksi kayu jati di Indonesia, selain menghasilkan manfaat ekonomi juga menghasilkan limbah eksploitasi hutan. Limbah eksploitasi hutan merupakan bagian pohon yang sebenarnya dapat dimanfaatkan tetapi karena berbagai sebab terpaksa ditinggalkan di hutan (Simamarta & Sastrodimedjo dalam Anggoro, 2007). Limbah eksploitasi/pemanenan hutan dapat berupa kayu bulat yang merupakan bagian dari batang komersial, potongan pendek, tunggak, cabang dan ranting (Budiaman dalam Anggoro, 2007). Di bawah ini adalah tabel potensi limbah eksploitasi hutan pada beberapa pengusahaan hutan alam dan hutan tanaman industri di Indonesia: 2

Tabel 1. Hasil Penelitian Potensi Limbah pada Beberapa Pengusahaan Hutan Alam dan Hutan Tanaman Industri di Indonesia: Pengusahaan Lokasi;Penelitian;Tahun Potensi Limbah Hutan Alam Hutan Tanaman Industri Sumber : Anggoro (2007) 8 areal HPH Di Kalteng dan Kalsel; Dulsalam; 1995 PT Narkata, Rimba, Kaltim; Sukanda; 1995 PT Suka Jaya Makmur, Kalbar; Muhdi; 2001 Jambi; Budiaman; 2000 HPHTI Kayu Pertukangan BKPH Cikeusik, KPH Banten; Gustian; 2004 HPHTI PT Musi Hutan Persada, Sumsel; Rishadi; 2004 5,61 m 3 /pohon untuk teknik penebangan konvensional dan 4,51 m 3 /pohon untuk teknik penebangan serendah mungkin 86,46 m 3 /ha 13,707 m 3 /ha untuk teknik penebangan konvensional dan 11,059 m 3 /ha untuk teknik penebangan berdampak rendah 39,53% 16,8% (60,12 m 3 /ha) 29,32 m 3 /ha Dari data hasil penelitian mengenai potensi limbah yang dihasilkan, disebutkan bahwa limbah eksploitasi per pohon hingga 5,61 m 3. Sedangkan limbah eksploitasi per ha mencapai paling tinggi sebanyak 86,46 m 3, dan jumlah limbah setiap dilakukan eksploitasi dapat mencapai 39,53% dari seluruh kayu yang di eksploitasi. Limbah hasil eksploitasi tersebut sebagian besar masih belum dimanfaatkan, maka dapat dibayangkan berapa nilai kayu yang terbuang berupa limbah eksploitasi tersebut. Banyaknya limbah pohon yang dihasilkan, sehingga diperlukan suatu usaha dalam meminimisasi limbah kayu tersebut. Salah satu daerah yang telah melakukan pemanfaatan terhadap limbah kayu adalah Kabupaten Blora. Kabupaten Blora merupakan salah satu Kabupaten penghasil kayu jati yang cukup besar di Indonesia. Produksi Kayu Jati menurut Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) di Kabupaten Blora pada tahun 2009 mencapai 6484 m 3 (BPS, 2010). Selain itu, 51% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Blora 3

merupakan hutan jati. Dari luas wilayah dan jumlah produksi kayu jati tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa limbah eksploitasi berupa tunggak pohon jati yang ditinggalkan di Kabupaten Blora cukup melimpah. Pemanfaatan limbah kayu oleh masyarakat Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora telah berlangsung selama 10 tahun terakhir. Hal tersebut berkaitan dengan kebijakan Perum Perhutani dalam bekerjasama dengan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) sebagai salah satu program dari adanya PHBM. Peran LMDH adalah mengawasi pengambilan limbah tunggak pohon jati yang akan dimanfaatkan dan mengatur bagi hasil dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan bersama. Kebijakan Perum Perhutani dalam kerjasama dengan LMDH dikeluarkan karena pada tahun 1998-2002 terjadi penjarahan kayu besar-besaran di hutan jati milik Perhutani oleh masyarakat Kabupaten Blora. Penjarahan kayu yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar milik Perhutani tersebut merugikan Perhutani dalam jumlah besar. Sehingga perhutani mengijinkan masyarakat sekitar hutan untuk memanfaatkan limbah pohonnya saja, dengan syarat-syarat tertentu dan dibawah pengawasan LMDH setempat. Selain itu, potensi limbah tunggak yang dihasilkan di Kabupaten Blora juga mendukung dikeluarkannya kebijakan tersebut. Sehingga pemanfaatan kembali dari limbah yang dihasilkan oleh kegiatan produksi kayu jati di hutan jati Kabupaten Blora, diharapkan menghasilkan manfaat ekonomi yang menciptakan pembangunan perekonomian. Pembangunan ekonomi akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, seperti halnya peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja yang dapat dihasilkan. Maka dari itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan limbah kayu jati di Kabupaten Blora, guna menjadi bahan pertimbangan 4

Pemerintah untuk merumuskan kebijakan lanjutan guna mendukung kegiatan tersebut. Dengan permasalahan diatas, maka saya mengangkat topik Analisis Manfaat Ekonomi Pengolahan Limbah Pohon Jati agar dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Blora dalam merumuskan kebijakan lanjutan. 1.2 Perumusan Masalah Pemanfaatan limbah tunggak pohon jati selain memang membuka lapangan pekerjaan, juga dapat mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan. Pemanfaatan limbah pohon jati juga bersifat ramah terhadap lingkungan, karena dapat memanfaatkan limbah kayu sebaik-baiknya untuk memenuhi permintaan pasar. Dengan cara demikian penyediaan bahan baku dapat ditingkatkan tanpa menambah areal tebangan tahunan, sehingga upaya ini di satu pihak akan menambah penyediaan bahan baku, dan di lain pihak juga akan membantu menghemat sumberdaya hutan. Lokasi hutan jati yang cukup luas dengan potensi limbah pohon yang tinggi adalah wilayah Kabupaten Blora, dimana 51% dari keseluruhan wilayah Kabupaten Blora adalah hutan baik milik Perum Perhutani maupun milik masyarakat. Potensi limbah yang ada tersebut tidak digunakan lagi oleh Perum Perhutani. Limbah-limbah yang ada di Kabupaten Blora tersebut masih dapat dimanfaatkan kembali menjadi suatu barang kerajinan kayu seperti yang telah dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat Kabupaten Blora, khususnya masyarakat Kecamatan Jiken. Kegiatan pemanfaatan limbah pohon tersebut berkembang setelah Perum Perhutani mengeluarkan kebijakan untuk bekerjasama 5

dengan LMDH, dimana LMDH berperan memfasilitasi masyarakat untuk pengambilan limbah pohon (tunggak) dengan syarat-syarat tertentu, dimaksudkan agar tetap terciptanya pengelolaan hutan lestari. Namun hanya sebagian kecil dari masyarakat yang dapat ikut serta dalam kegiatan pemanfaatkan limbah pohon tersebut. Sehingga diharapkan pemerintah dapat mengembangkan kebijakan tersebut yang terkait dengan kegiatan pemanfaatan limbah pohon. Karena kegiatan pemanfaatan limbah pohon tersebut selain dapat memenuhi permintaan tanpa menambah areal tebangan, juga dapat menghasilkan manfaat ekonomi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam segi pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Tingginya potensi Limbah di Kabupaten Blora khususnya Kecamatan Jiken dan dihasilkannya potensi ekonomi dari pengolahan limbah kayu pohon jati, sehingga dbutuhkan penelitian mengenai analisis manfaat ekonomi pengolahan limbah kayu jati, untuk dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam merumuskan kebijakan lanjutan yang dapat mendukung kegiatan pemanfaatan limbah pohon jati tersebut. Maka untuk dapat menganalisis manfaat ekonomi dari pengolahan limbah pohon jati, dalam penelitian ini dirumuskan lingkup masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik usaha dan rantai pemasaran dari pengolahan limbah pohon jati yang dihasilkan oleh masyarakat Kecamatan Jiken saat ini? 2. Berapa nilai tambah dan pendapatan usaha dari pemanfaatan limbah pohon jati oleh masyarakat Kecamatan Jiken? 6

3. Berapa penyerapan tenaga kerja yang dapat dihasilkan dari pemanfaatan limbah pohon jati oleh masyarakat Kecamatan Jiken? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berkut: 1. Menganalisis karakteristik usaha dan rantai pemasaran dari pengolahan limbah pohon jati yang dihasilkan oleh masyarakat Kecamatan Jiken saat ini. 2. Menghitung nilai tambah dan pendapatan usaha dari pemanfaatan limbah pohon jati oleh masyarakat Kecamatan Jiken. 3. Menghitung penyerapan tenaga kerja yang dapat dihasilkan dari pemanfaatan limbah pohon jati oleh masyarakat Kecamatan Jiken. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka hasl penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Perhutani, sebagai informasi dan bahan evaluasi bahwa limbah kayu memiliki manfaat ekonomi yang berkontribusi dalam pembangunan daerah. 2. Pemerintah, agar terus mendukung usaha pemanfaatan limbah kayu jati guna mengurangi pencurian kayu dari hutan jati oleh penduduk sekitar hutan. 3. Masyarakat, sebagai informasi bahwa jika limbah diolah, selain mengurangi masalah pencemaaran lingkungan juga memberikan manfaat ekonomis. 7

4. Akademisi, baik sebagai pengetahuan maupun sebagai tambahan informasi untuk melaksanakan studi yang relevan di masa yang akan datang. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah survey lapangan dengan teknik wawancara. Limbah pohon jati yang digunakan dalam penelitian ini adalah tunggak pohon jati. Karakeristik usaha dan rantai pemasaran pengolahan limbah pohon jati diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif. Nilai tambah yang dihasilkan dihitung dengan menggunakan metode Hayami. Pendapatan usaha yang dihasilkan dihitung dengan menggunakan analisis kuantitatif pendapatan. Penyerapan tenaga kerja yang dihasilkan dihitung dengan menggunakan rumus pertumbuhan, dari selisih jumlah tenaga kerja sebagai pengolah limbah pohon jati pada tahun 2002 dan tahun 2011. 8