Teknik Penyisipan Pesan pada Kanal Citra Bitmap 24 bit yang Berbeda-beda

dokumen-dokumen yang mirip
Pengembangan Metode Pencegahan Serangan Enhanced LSB

TRIPLE STEGANOGRAPHY

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

APLIKASI PENGAMANAN DATA TEKS PADA CITRA BITMAP DENGAN MENERAPKAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pemberian Hiddentext Palsu pada Steganografi Visual

Tanda Tangan Digital Untuk Gambar Menggunakan Kriptografi Visual dan Steganografi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS

BAB II LANDASAN TEORI

Optimasi Konversi String Biner Hasil Least Significant Bit Steganography

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

Pemanfaatan Second Least Significant Bit dan Kunci Dua Kata Untuk Mencegah Serangan Enhanced LSB Pada Citra Digital

Penyembunyian Pesan pada Citra GIF Menggunakan Metode Adaptif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Endang Ratnawati Djuwitaningrum 1, Melisa Apriyani 2. Jl. Raya Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan 1 2

Perbandingan Algoritma Kunci Nirsimetris ElGammal dan RSA pada Citra Berwarna

KONSEP PENYANDIAN FILE JPEG DENGAN MENGGUNAKAN METODE LSB

Pertemuan 2 Representasi Citra

Kriptografi Visual tanpa Ekspansi Piksel dengan Pembangkitan Warna dan Kamuflase Share

IMPLEMENTASI TEKNIK STEGANOGRAFI LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) DAN KOMPRESI UNTUK PENGAMANAN DATA PENGIRIMAN SURAT ELEKTRONIK

Penerapan Metode Adaptif Dalam Penyembunyian Pesan Pada Citra

BAB II LANDASAN TEORI

Perbandingan Steganografi pada Citra Gambar Graphics Interchange Format dengan Algoritma Gifshuffle dan Metode Least Significant Bit

BAB II LANDASAN TEORI

ENKRIPSI CITRA BITMAP MELALUI SUBSTITUSI WARNA MENGGUNAKAN VIGENERE CIPHER

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Steganografi dalam Penurunan dan Pengembalian Kualitas Citra konversi 8 bit dan 24 bit

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Rancang Bangun Perangkat Lunak Transformasi Wavelet Haar Level 3 Pada Least Significant Bit (Lsb) Steganography

Studi analisis dan perbandingan teknik steganografi citra pada domain spasial, domain frekuensi, dan domain kompresi

ANALISIS KEAMANAN PESAN MENGGUNAKAN TEKNIK STEGANOGRAFI MODIFIED ENHANCED LSB DAN FOUR NEIGHBORS DENGAN TEKNIK KRIPTOGRAFI CHAINING HILL CIPHER

PENYEMBUNYIAN DATA SECARA AMAN DI DALAM CITRA BERWARNA DENGAN METODE LSB JAMAK BERBASIS CHAOS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang telah dilakukan berpedoman dari hasil penelitian-penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi

Kriptografi Visual dengan Memanfaatkan Algoritma ElGamal untuk Citra Berwarna

Metode Steganografi Penyisipan Karakter dengan Teknik LSB dan Penempatan Bit mengikuti Langkah Kuda Catur (L-Shape)

ALGORITMA LEAST SIGNIFICANT BIT UNTUK ANALISIS STEGANOGRAFI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang

STEGANOGRAPHY CHRISTIAN YONATHAN S ELLIEN SISKORY A. 07 JULI 2015

BAB I APLIKASI STEGANOGRAFI LSB (LEAST SIGNIFICANT BIT) MODIFICATION UNSUR WARNA MERAH PADA DATA CITRA DIGITAL

Otentikasi Citra dengan Fragile Watermarking pada Citra GIF

EKSPLORASI STEGANOGRAFI : KAKAS DAN METODE

Penggunaan Ide Visual Kriptografi dalam Pengenkripsian Multimedia

PENYEMBUNYIAN GAMBAR DALAM GAMBAR MENGGUNAKAN SISTEM FUNGSI ITERASI ABSTRAK

IMPLEMENTASI STEGANOGRAPHY MENGGUNAKAN ALGORITMA DISCRETE COSINE TRANSFORM

IMPLEMENTASI STEGANOGRAPHY MENGGUNAKAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) PADA MOBILE PHONE BERBASIS SYMBIAN OS

STEGANOGRAFI DENGAN METODE PENGGANTIAN LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB)

Digital Watermarking pada Gambar Digital dengan Metode Redundant Pattern Encoding

Deteksi Plagiarisme Gambar menggunakan Algoritma Pencocokan Pola Rabin-Karp

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENYISIPAN WATERMARK MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM PADA CITRA DIGITAL

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital

Studi dan Analisis Teknik-Teknik Steganografi Dalam Media Audio

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK STEGANOGRAFI UNTUK PENYEMBUNYIAN PESAN TEKS MENGGUNAKAN ALGORITMA GIFSHUFFLE

BAB 2 LANDASAN TEORI

STUDI DAN IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI HASH

Eksperimen Steganalisis dengan Metode Visual Attack pada Citra Hasil EzStego Berformat GIF

2017 Ilmu Komputer Unila Publishing Network all right reserve

IV. RANCANG BANGUN SISTEM. Perangkat lunak bantu yang dibuat adalah perangkat lunak yang digunakan untuk

Penerapan Metode End Of File Pada Steganografi Citra Gambar dengan Memanfaatkan Algoritma Affine Cipher sebagai Keamanan Pesan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mengirim pesan secara tersembunyi agar tidak ada pihak lain yang mengetahui.

BAB I PENDAHULUAN. disadap atau dibajak orang lain. Tuntutan keamanan menjadi semakin kompleks, maka harus dijaga agar tidak dibajak orang lain.

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Contoh-contoh graf

4.2 Perancangan Algoritma MEoF (Modifikasi End of File) Penyisipan byte stegano dengan algoritma MEoF Ekstraksi byte stegano

ANALISA WATERMARKING MENGGUNAKAN TRASNFORMASI LAGUERRE

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISA PERBANDINGAN LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) DAN END OF FILE (EOF) UNTUK STEGANOGRAFI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN MATLAB

Analisis Penggunaan Algoritma RSA untuk Enkripsi Gambar dalam Aplikasi Social Messaging

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Implementasi Algoritma Kompresi Shannon Fano pada Citra Digital

Algoritma Brute Force dalam Pattern Matching pada Aplikasi Pendeteksian Potongan Citra

Perancangan Aplikasi Penyembunyian Pesan Teks Terenkripsi Pada Citra Digital Dengan Metode Least Significant Bit (LSB)

MKB3383 -TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kompresi Citra. Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Genap, 2016/2017

Kriptografi Visual Pada Berkas Video

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan Fungsi Random pada Kriptografi Visual untuk Tanda Tangan Digital

Perbandingan Kriptografi Visual dengan Penyembunyian Pesan Gambar Sederhana Adobe Photoshop

PENERAPAN METODE MOST SIGNIFICANT BIT UNTUK PENYISIPAN PESAN TEKS PADA CITRA DIGITAL

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah...

STEGANOGRAFI GANDA DENGAN MANIPULASI GAMBAR

Implementasi Metode Run Length Encoding (RLE) untuk Kompresi Citra

Penyembunyian Pesan Rahasia Dalam Gambar dengan Metoda JPEG - JSTEG Hendry Hermawan / ABSTRAK

VISUAL KRIPTOGRAFI PADA TEKS

Pemanfaatan Kriptografi Visual untuk Pengamanan Foto pada Sistem Operasi Android

Transkripsi:

Teknik Penyisipan Pesan pada Kanal Citra Bitmap 24 bit yang Berbeda-beda Muhammad Reza Mandala Putra (13509003) 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia 1 13509003@std.stei.itb.ac.id Sari Makalah ini berisi tentang cara melakukan penyisipan pesan pada sebuah citra 24 bit dengan berusaha mempertahankan kualitas gambar. Teknik penyisipan yang dilakukan adalah memanfaatkan kanal RGB pada citra bitmap 24 bit dengan cara menyisisipkan bit-bit pesan pada kanal yang berbeda-beda. Pada makalah ini juga dibahas sejauh mana kualitas suatu citra 24 bit yang telah disisipkan pesan dapat dipertahankan. Kata Kunci Steganografi, Citra Bitmap 24 bit, Kanal RGB, PSNR. I. PENDAHULUAN Kriptografi merupakan suatu teknik dalam melakukan penyembunyian suatu pesan. Penyembunyian pesan dilakukan dengan berbagai macam cara. Salah satu caranya adalah menyembunyikan pesan melalui suatu multimedia. Banyak alternatif multimedia yang dapat dijadikan media untuk melakukan penyembunyian pesan, seperti media audio, gambar/citra, video, bahkan media tekstual. Namun seringkali didapati ukuran file media-media sangatlah besar. Hal ini juga menjadi salah satu pertimbangan media yang akan digunakan untuk menyisipkan pesan. Karena media gambar/citra dirasa cukup feasible (baik dari segi ukuran file media maupun perubahan konten setelah disisipkan pesan) untuk dijadikan media penyisipan pesan, media ini cukup populer dikalangan para penyembunyi pesan. Pada penyisipan pesan melalui citra, sering kali citra disisipkan pada semua kanal. Cara penyisipan tersebut dapat berakibat timbulnya kecurigaan bagi pihak ketiga yang menerima citra tersebut. Hal ini dikarenakan adanya perubahan kualitas citra secara drastis setelah citra disisipkan pesan, yaitu citra menjadi lebih gelap. Agar tidak menimbulkan kecurigaan maka diperlukan suatu teknik agar kualitas citra dapat dipertahankan sebaik mungkin. A. Citra Digital II. DASAR TEORI Citra adalah representasi dari sebuah objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat analog, berupa sinyal-sinyal video, seperti gambar pada monitor televisi atau yang bersifat digital yang dapat langsung disimpan pada suatu pita magnetic. Menurut presisi yang digunakan untuk menyatakan titik-titik kordinat pada domain spatial (bidang), dan untuk menyatakan nilai keabuan atau warna dari suatu citra, maka secara teoritis citra dapat dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu: citra kontinu-kontinu, kontinu-diskrit, diskrit-kontinu, dan diskrit-diskrit. Dimana label pertama menyatakan presisi dari titik-titik koordinat pada bidang citra, sedangkan label kedua menyatakan presisi nilai keabuan atau warna. Kontinu dinyatakan dengan presisi angka tak terhingga, sedangkan diskrit dinyatakan dengan presisi angka terhingga. Komputer digital bekerja dengan angka-angka presisi terhingga. Dengan demikian, hanya citra dari kelas diskrit yang dapat diolah oleh komputer. Citra dari kelas tersebut lebih dikenal dengan citra digital [3]. Dalam dunia komputasi, terdapat dua macam citra yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Kedua citra tersebut adalah citra bitmap dan citra berbasis vektor. Citra bitmap berisi kumpulan blok-blok yang berisi warna sebagai representasi dari suatu objek. Sedangkan citra berbasis vektor berisi kumpulan titik-titik yang akan digunakan sebagai pembentuk suatu objek ketika citra tersebut akan ditampilkan [4]. Dalam makalah ini jenis citra yang dipakai adalah citra bitmap. B. Kanal Pada Citra Bitmap Seiring perkembangan dunia komputasi, berbagai macam citra bitmap telah tercipta. Perkembangan dimulai dari citra bitmap yang hanya terdiri dari dua macam warna hingga citra bitmap yang dapat mendukung warna-warna yang bersifat transparan (tembus pandang). Berikut adalah macam-macam citra bitmap berdasarkan jenis kanalnya [2]. 1. Kanal 1 bit (kanal hitam putih) Citra bitmap ini merupakan citra dengan kanal terdikit dari kanal citra bitmap lainnya. Isi dari kanal pada citra tersebut adalah isi informasi terkecil yang mungkin yang dapat diadakan untuk setiap pixel. Bitmap yang dihasilkan disebut sebagai monokrom atau hitam dan putih. Para piksel dengan nilai warna 0 disebut sebagai hitam,

sedangkan piksel dengan nilai 1 yang disebut sebagai putih. Perhatikan bahwa sementara hanya dua nilai tersebut yang memungkin piksel-piksel tersebut bisa diinterpretasikan sebagai dua warna yang berbeda, 0 dipetakan ke satu warna (hitam), 1 dipetakan ke warna lain (yaitu putih). 2. Kanal 8 bit (kanal abu-abu) Dalam hal ini setiap piksel membutuhkan 1 byte (setara dengan 8 bit) penyimpanan menghasilkan 256 status yang berbeda. Jika status-status yang dipetakan ke dalam kanal warna abu-abu dari hitam menjadi putih, citra bitmap itu disebut sebagai grayscale. Dengan konvensi 0 biasanya hitam dan putih 255. Tingkat abu-abu adalah nomor di antara, misalnya, dalam 127 skala linear akan menjadi tingkat abu-abu 50%. Dalam setiap aplikasi tertentu rentang nilai abu-abu bisa apa saja, itu adalah yang paling umum untuk memetakan tingkat 0-255 ke skala 0-1 tetapi beberapa program akan peta itu ke skala 0-65535. 3. Kanal 24 bit RGB Ini adalah langkah berikutnya dari 8 bit abu-abu, sekarang ada 8 bit yang dialokasikan untuk masingmasing kanal, yaitu merah, hijau, dan biru. Dalam setiap komponen nilai 0 mengacu pada ada tidaknya kontribusi dari warna-warna itu, sedangkan nilai 255 mengacu pada kontribusi sepenuhnya terhadap suatu kanal warna. Karena masing-masing komponen memiliki 256 status yang berbeda, ada total dari 16777216 kemungkinan warna. Ilustrasinya dapat digambarkan pada gambar berikut. Gambar 2. Ilustrasi cara penyimpanan warna pada citra bitmap kanal 8 bit dengan warna berindeks 5. Kanal 4 bit dengan warna berindeks Kanal ini identik dengan kanal 8 bit warna berideks dengan pengecualian bahwa 4 bit digunakan sebagai kanal warna dan 4 bit lainnya digunakan sebagai indeksnya. 6. Kanal 32 bit ARGB Kanal ini biasanya sama dengan 24 bit warna tetapi dengan adanya tambahan berupa bitmap 8 bit ekstra yang dikenal sebagai alpha channel. Kanal ini dapat digunakan untuk mewakili transparansi dari suatu piksel. Gambar 3. Ilustrasi cara penyimpanan warna pada citra bitmap kanal 32 bit ARGB 7. Kanal 16 bit RGB Kanal ini umumnya merupakan sistem langsung dengan 5 bit per komponen warna dan 1 bit alpha channel. Gambar 1. Ilustrasi cara penyimpanan warna pada citra bitmap kanal 24 bit RGB 4. Kanal 8 bit dengan warna berindeks Citra bitmap menggunakan jenis kanal seperti ini memiliki cara yang lebih ekonomis dalam hal penyimpanan warna-warna tanpa perlu menggunakan alokasi 3 byte untuk setiap pikselnya. Seperti halnya dengan citra bitmap kanal 8 bit abu-abu, masing-masing piksel memiliki satu byte yang terkait dengannya, namun nilai dalam byte yang tidak lagi nilai warna tapi indeks ke tabel warna (yang disebut palet atau tabel warna). Ilustrasinya dapat digambarkan seperti gambar berikut. Gambar 4. Ilustrasi cara penyimpanan warna pada citra bitmap kanal 16 bit RGB C. Steganografi Menurut kamus Webopedia. steganografi adalah seni dan ilmu untuk menyembunyikan informasi dengan melekatkan pesan dalam lainnya, pesan tampaknya tidak berbahaya. Steganografi bekerja dengan mengganti bit data yang tidak berguna atau tidak terpakai dalam file komputer biasa (seperti grafik, suara, teks, HTML, atau bahkan disket disk) dengan bit yang berbeda, informasi yang tak terlihat. Informasi tersembunyi ini dapat menjadi teks biasa, teks cipher, atau bahkan gambar. Steganografi kadang-kadang digunakan ketika enkripsi tidak diperbolehkan. Atau, lebih umum, steganografi

digunakan untuk melengkapi enkripsi. Sebuah file terenkripsi masih dapat menyembunyikan informasi menggunakan steganografi, sehingga bahkan jika file dienkripsi diuraikan, pesan tersembunyi tidak terlihat [1]. D. LSB Salah satu teknik steganografi digital, atau steganografi pada sistem komputer adalah teknik steganografi LSB. Teknik steganografi LSB (Least significant byte) memanfaatkan sifat mata manusia yang tidak pandai dalam menyadari ada perbedaan kecil pada sebuah gambar. Oleh karena itu, pada perbedaan kecil yang tidak terlihat inilah kita bisa menyimpan informasi. Dengan teknik LSB, informasi disisipkan pada sebuah gambar dengan mengganti bit (1 byte = 8 bit) yang paling tidak signifikan pada penentuan warna suatu gambar dengan bit-bit pesan yang ingin disisipkan pada gambar tersebut. Berikut adalah ilustrasi dari hasil pengubahan byte data dengan menggunakan metode LSB. Gambar 5. Hasil pengubahan byte suatu data menggunakan metode LSB [5] Dengan teknik ini, walaupun secara teknis dan eksak informasi atau nilai bit-bit dari gambar berubah, namun manusia hampir tidak mungkin bisa mendeteksi perbedaannya bila gambar tersebut dilihat pada layar karena bit yang diubah adalah bit yang paling tidak berkuasa pada penentuan warna gambar. Sehingga, gambar terlihat persis dengan gambar sebelum disisipkan pesan. Padahal, gambar tersebut berbeda dengan gambar sebelumnya dan telah mengandung informasi tersembunyi didalamnya, yaitu pesan yang disipkan tadi. Teknik LSB ini sangat penting dan mempunyai peran utama pada makalah ini. E. PSNR PSNR (Peak Signal to Noise Ratio) adalah perbandingan antara nilai maksimum dari sinyal yang diukur dengan besarnya kerusakan yang mempengaruhi sinyal tersebut. Pada makalah ini, PSNR akan digunakan sebagai pengukur kualitas gambar setelah dilakukan penyisipan. Perumusan PSNR yang digunakan pada makalah ini dapat dituliskan sebagai berikut [6]: PSNR ( f, g) 10 log 10 2 255 MSE( f, g) Sedangkan MSE dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Arti perumusan di atas adalah 256 menunjukkan nilai sinyal terbesar (pada citra dengan 256 derajat keabuan). Sedangkan rms adalah akar pangkat dua dari kuadrat selisih dua buah citra Px dan Px yang berukuran MxN. Jika RMS bernilai kecil berarti dua buah citra tersebut mempunyai perbedaan yang sedikit. Sedangkan jika dilihat dari hasil PSNRnya, PSNR memiliki arti jika PSNR > 30, citra tersebut masih dikatakan berkualitas bagus. Sedangkan jika PSNR < 30 maka citra tersebut dikatakan sudah terdegradasi. Sedangkan untuk menghitung PSNR pada citra bitmap 24 bit dapat dilakukan dengan menghitung MSE untuk masing-masing kanal, yaitu dengan menghitung selisih perbedaan warna pada tiap-tiap koordinat piksel pada masing-masing citra. Kemudian dari masing-masing nilai MSE pada ketiga kanal diambil nilai rara-ratanya untuk selanjutnya dihitung kualitas citra menggunakan rumus PSNR. III. PENYISIPAN PESAN A. Teknik Penyisipan Pesan Agar dapat mempertahankan kualitas citra, penulis memiliki gagasan mengenai cara melakukan penyisipan pesan pada suatu citra bitmap 24 bit. Karena citra bitmap 24 bit memiliki tiga kanal, yaitu kanal merah, hijau, dan biru, penulis memanfaatkan ketiga kanal tersebut dengan cara menyebar bit-bit pesan pada kanal yang berbedabeda. Cara penyebarannya dapat diilustrasikan sebagai berikut. Gambar 6. Teknik penyisipan pesan memanfaatkan kanal RGB Dengan menggunakan teknik scanline pada pembacaan piksel citra didapati urutan piksel dari titik (0,0) hingga (m,n) adalah BGRBGRBGR...BGRBGR, dimana tiap pixel terdiri warna biru, hijau, dan merah. Dalam melakukan penyisipan, pertama-tama bit terkiri suatu pesan disisipkan pada kanal ter"dekat"nya, yaitu kanal merah pada piksel (0,0). Selanjutnya bit berikutnya disisipkan pada kanal hijau pada piksel (0,1). Kemudian bit ketiga suatu pesan disipkan pada kanal biru pada piksel (0,3). Cara tersebut terus dilakukan hingga semua pesan dapat tersisipkan. B. Algoritma Penyisipan Pesan Berikut adalah algoritma penyisipan pesan pada kanal citra bitmap 24 bit yang penulis rancang. MSE( f, g) 1 MN N M i1 j1 ( f ij g ij ) 2 function insertmessageinto(img:bitmap, message: array of byte):bitmap { Menyisipkan bit-bit pesan ke dalam suatu gambar. Prekondisi: ukuran pesan resolusi citra } Kamus Lokal

y:integer x:integer i:integer databits:array of byte blue:byte green:byte red:byte outimg:bitmap function tobits(data:array of byte):array of byte { Mendapatkan nilai-nilai bit dari suatu data (dalam bentuk array of byte)} function throwlsb(data:byte):byte { Membuang bit LSB pada suatu data. } Algoritma i 1 databits tobits(message) MSE dari selisih kedua citra tersebut adalah 0,0079. Ini menunjukkan bahwa selisih perbedaan piksel antara kedua citra tidaklah berbeda jauh, hampir mendekati nol. Sedangkan nilai PSNR yang diperoleh dari perbandingan kedua citra tersebut adalah 69,178 db. Tingginya nilai PSNR pada perbandingan kedua citra tersebut menunjukkan bahwa kualitas citra hasil penyisipan masih dapat dipertahankan. A. Pengujian dengan Citra Polos y traversal [1..img.Height] x traversal [1..img.Width] blue img.getpixel(x,y).blue green img.getpixel(x,y).green red img.getpixel(x,y).red if i databits.length then if i mod 3 = 0 then blue throwlsb(blue) databits(i) else if i mod 3 = 1 then green throwlsb(green) databits(i) else if i mod 3 = 2 then red throwlsb(red) databits(i) outimg.getpixel(x,y).blue blue outimg.getpixel(x,y).green green outimg.getpixel(x,y).red red i i + 1 Notasi algoritmik di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama-tama pesan diubah kedalam bentuk binary sehingga didapat bit-bit pesan. Citra diiterasi untuk mendapatkan piksel-pikselnya. Ketika nilai iterator i belum melebihi jumlah bit pesan, pesan disisipkan pada suatu piksel. Selanjutnya bit-bit pesan akan disisipkan pada suatu kanal berdasarkan nilai modulonya. Karena jumlah kanal citranya ada tiga maka nilai i dibagi dalam modulo 3. Apabila i mod 3 sama dengan nol maka bit pesan ke-i disisipkan pada kanal biru. Apabila i mod 3 sama dengan satu maka bit pesan ke-i disisipkan pada kanal hijau. Sedangkan apabila i mod 3 sama dengan dua maka bit pesan ke-i disisipkan pada kanal merah. IV. PENGUJIAN A. Pengujian dengan Citra Berwarna Gambar 8. Perbandingan hasil penyisipan pesan pada citra polos terhadap citra input Pada gambar 8 terlihat bahwa perbedaan citra hasil penyisipan pesan juga tidak berbeda jauh dengan citra input. Hal ini juga terlihat dari nilai MSE dan PSNR yang diperoleh dari perbandingan kedua citra. Dari hasil penyisipan pesan terhadap citra putih.bmp didapat nilai MSE dari selisih kedua citra tersebut adalah 0,000215. Ini menunjukkan bahwa hampir tidak adanya perbedaan piksel antara kedua citra dikarenakan nilai MSE yang hampir mendekati nol. Sedangkan nilai PSNR yang diperoleh dari perbandingan kedua citra tersebut adalah 84,7969 db. Tingginya nilai PSNR pada perbandingan kedua citra tersebut menunjukkan bahwa kualitas citra hasil penyisipan juga masih dapat dipertahankan. Seletah dilakukan perbandingan terhadap kedua gambar polos tersebut, citra hasil penyisipan itu selanjutnya akan disimpan untuk diamati perbedaannya. Perbedaan diamati dengan cara mencocokkan histogram persebaran warna dari masing-masing gambar. Histogram dari masingmasing citra tersebut dapat dilihat seperti kedua citra berikut. Gambar 7. Perbandingan hasil penyisipan pesan pada citra berwarna terhadap citra input Pada gambar 7 terlihat bahwa perbedaan citra hasil penyisipan pesan tidak berbeda jauh dengan citra input. Hal ini juga terlihat dari nilai MSE dan PSNR yang diperoleh dari perbandingan kedua citra. Dari hasil penyisipan pesan terhadap citra Lena.bmp didapat nilai

Gambar 9. Histogram persebaran warna pada citra input Gambar menunjukkan statistik persebaran warna pada gambar awal yang belum disisipkan pesan. Pada gambar terlihat bahwa persebaran warna terdapat antara nilai minimum 255 dan nilai maksimum 255. Ini menunjukkan bahwa nilai RGB dari tiap-tiap piksel bernilai sama, yaitu 255. Lalu bagaimana dengan histogram persebaran warna untuk citra yang telah disisipkan pesan? Histogram persebaran warna dari masing-masing kanal dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 10. Histogram persebaran warna pada citra yang telah disisipkan pesan Gambar 10 menunjukkan statistik persebaran warna pada gambar awal yang selah disisipkan pesan. Pada gambar terlihat bahwa persebaran warna terdapat antara nilai minimum 254 dan nilai maksimum 255 pada masingmasing kanal. Untuk kanal merah yang bernilai 254, jumlah piksel yang memiliki komposisi warna merah tersebut ada sebanyak 630 buah. Untuk kanal hijau dan biru yang bernilai 254, jumlah piksel yang memiliki komposisi masing-masing warna tersebut ada sebanyak 1 buah. Ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan warna yang tidak signifikan antara kedua citra tersebut. Perbedaan citra tersebut juga tidak terlihat mencolok dikarenakan perbedaannya tidak terlihat secara kasat mata. Hal ini menunjukkan bahwa citra yang disisipkan pesan dengan menggunakan teknik seperti yang telah dijelaskan pada bab III memiliki kualitas yang dapat dipertahankan seperti kualitas citra sebelumnya. V. KESIMPULAN Dari hasil pengujian terhadap teknik penyisipan pesan pada suatu citra dengan memanfaatkan kanal RGB yang berbeda-beda didapati beberapa kesimpulan sebagai berikut: Teknik tersebut dapat dijadikan alternatif sebagai teknik penyisipan pesan pada suatu citra bitmap 24bit. Dari perbandingan antara citra input dengan citra yang telah disisipkan pesan didapati nilai selisih antara masing-masing piksel (MSE) hampir mendekati nol. Dari perbandingan antara citra input dengan citra yang telah disisipkan pesan didapati nilai PSNR diatas 30. Ini menunjukkan bahwa kualitas citra yang telah disisipkan pesan masih tergolong cukup tinggi. Dari perbandingan histogram antara kedua citra didapati nilai persebaran warna minimum citra output berwarna polos cukup dekat dengan nilai minimum citra input berwarna polos. Ini menunjukkan bahwa perubahan warna yang terjadi setelah citra disisipkan pesan tidaklah signifikan. VI. APPENDIX Gambar 1. Ilustrasi cara penyimpanan warna pada citra bitmap kanal 24 bit RGB... 2 Gambar 2. Ilustrasi cara penyimpanan warna pada citra bitmap kanal 8 bit dengan warna berindeks... 2 Gambar 3. Ilustrasi cara penyimpanan warna pada citra bitmap kanal 32 bit ARGB... 2 Gambar 4. Ilustrasi cara penyimpanan warna pada citra bitmap kanal 16 bit RGB... 2 Gambar 5. Hasil pengubahan byte suatu data menggunakan metode LSB... 3 Gambar 6. Teknik penyisipan pesan memanfaatkan kanal RGB... 3 Gambar 7. Perbandingan hasil penyisipan pesan pada citra berwarna terhadap citra input... 4 Gambar 8. Perbandingan hasil penyisipan pesan pada citra polos terhadap citra input... 4 Gambar 9. Histogram persebaran warna pada citra input. 5 Gambar 10. Histogram persebaran warna pada citra yang telah disisipkan pesan... 5 VII. ACKNOWLEDGMENT Pertama-tama saya panjatkan syukur kepada Tuhan atas selesainya makalah ini. Lalu, saya juga ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Rinaldi Munir selaku dosen IF3058 Kriptografi, yang telah mengajariku seluk beluk macam-macam dan teknik kriptografi hingga saat ini. Juga, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang selalu membantu saya, memberi semangat, dan petunjuk-petunjuk berharga. REFERENSI [1] WEBOPEDIA, "steganography," [Online]. Available: http://www.webopedia.com/term/s/steganography.html. [Accessed 26 March 2013]. [2] P. Bourke, "Paul Bourke," [Online]. Available: http://paulbourke.net/dataformats/bitmaps/. [Accessed 26 March 2012]. [3] "Berbagi Untuk Sesama," [Online]. Available: http://sipangenauli.blogspot.com/2012/05/teori-citra-bitmap.html. [Accessed 5 March 2013]. [4] J. Goldner, "ANMATION POST," [Online]. Available: http://www.animationpost.co.uk/tech-notes/bitmaps-vs-vectors.htm. [Accessed 27 March 2013].

[5] C. Sanders, "Embedding Data into Images with Steganography," [Online]. Available: http://chrissanders.org/2006/05/embeddingdata-into-images-with-steganography/. [Accessed 27 March 2013]. [6] A. Horé and D. Ziou, "Image quality metrics: PSNR vs. SSIM," 2010 International Conference on Pattern Recognition, p. 2366, 2010. PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa makalah yang saya tulis ini adalah tulisan saya sendiri, bukan saduran, atau terjemahan dari makalah orang lain, dan bukan plagiasi. Bandung, 27 Maret 2013 Muhammad Reza Mandala Putra (13509003)