PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KETERAMPILAN KHUSUS PELAUT INTERNATIONAL MARITIME DANGEROUS GOODS (IMDG) CODE

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KETERAMPILAN KHUSUS PELAUT PROFICIENCY IN GMDSS / GENERAL RADIO OPERATOR S COURSE

PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KETERAMPILAN KHUSUS PELAUT ADVANCED FIRE FIGHTING (AFF)

PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KETERAMPILAN KHUSUS PELAUT SURVIVAL CRAFT AND RESCUE BOAT (SCRB)

PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KETERAMPILAN KHUSUS PELAUT

PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KETERAMPILAN KHUSUS PELAUT ELECTRONIC CHART DISPLAY AND INFORMATION SYSTEM (ECDIS)

PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KETERAMPILAN KHUSUS PELAUT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR IM 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGAWASAN DOKUMEN KEPELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2011, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Ne

Technical Information

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan Lem

BAB I PENDAHULUAN I-1 A. LATAR BELAKANG.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.11/BPSDMP-2017 TENTANG

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION

KEAHLIAN PELAUT YANG HARUS DIMILIKI PERWIRA DEK DI KAPAL NIAGA Ade Chandra Kusuma Dosen Akademi Maritim Yogyakarta

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 13, Tambahan Lemba

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

V/ k PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK. 09/BPSDMP-2017 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.16/BPSDMP-2017 TENTANG

V/ k PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.04/BPSDMP-2017 TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT PROFESI FORMAL DIKLAT PELAUT DASAR (DP-D) PEMBENTUKAN UNTUK TINGKAT SERTIFIKAT ANT-D

Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran KATA PENGANTAR

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT PROFESI NON FORMAL DIKLAT PELAUT V (DP-V) UNTUK TINGKAT SERTIFIKAT ANT-V

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM STUDI NAUTIKA

Lampiran III MARPOL 73/78 PERATURAN TENTANG PENCEGAHAN PENCEMARAN OLEH BAHAN BAHAN BERBAHAYA YANG DIANGKUT MELALUI LAUT DALAM BENTUK KEMASAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : SK. 2163/HK.208/XI/DIKLAT-2010

KKOONSPKO KONSEP KO PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK. 10/BPSDMP-2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2011 TENTANG

2018, No.1-2- Tahun 1985 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3319); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Le

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

No. : Juni 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Informasi Teknik. : Laporan Singkat Sidang Sesi ke-3 dari Sub-Committee on Implementation of IMO Instrument (III 3)

Bahari Jogja, Volume XIII Nomor 21, Juli 2015

LAPORAN MONITORING KONVENSI HASIL SIDANG INTERNATIONAL MARITIME ORGANIZATION (IMO) PERIODE JUNI TAHUN 2013

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN MARITIME LABOUR CONVENTION, 2006 (KONVENSI KETENAGAKERJAAN MARITIM, 2006)

BABl PENDAHULUAN. Keselamatan pelayaran merupakan hal yang sangat penting dan

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974 (SOLAS 74)

NO. Score Klasifikasi Keterangan B Memenuhi Ketentuan Dengan Catatan (Masih ada kekurangan peralatan yang harus dipenuhi)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 546 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 593 TAHUN 2014 TENTANG

Keputusan Menteri Perhubungan No. 86 Tahun 1990 Tentang : Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak Dari Kapal-Kapal

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Operator Radio. Sertifikasi. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN TAHUNAN BP3IP JAKARTA 2016

LAPORAN MONITORING KONVENSI HASIL SIDANG INTERNATIONAL MARITIME ORGANIZATION (IMO) PERIODE MEI TAHUN 2013 International Maritime Organization (IMO)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Presiden Nomor 47

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Lembaga non struktural di lingkungan Departemen Perhubungan.Melakukan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember 2013 PT. Qorina Konsultan Indonesia. Tim Pelaksana

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Informasi Teknik. : Laporan Singkat Sidang Sesi ke2 dari SubCommittee on Implementation of IMO Instruments (III 2)

Tujuan umum dari jurusan Nautika adalah melatih para lulusan SMU/SMK/MA untuk menjadi perwira Pelayaran Besar (Samudra) bidang keahlian Nautika.

Advisory Circular 92-01

-2- c. bahwa usulan perubahan tarif layanan Badan Layanan Umum Politeknik Pelayaran Surabaya pada Kementerian Perhubungan, telah dibahas dan dikaji ol

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL

ISPS CODE Seri: Manajemen Pelabuhan

RANCANGAN RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

Drs. Eko Hariyadi Budiyanto, Ak.MM.Msc Raja Oloan Saut Gurning, ST.Msc.CMarTech.GMRINA.MIMarEST Penerbit : PT. Andhika Prasetya Ekawahana

4 PROFIL PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. 1. Ruang Lingkup tanggung jawab Perusahaan angkutan kapal perairan

2015, No c. bahwa Menteri Perhubungan melalui Surat Nomor: PR.306/1/3 PHB 2015 tanggal 26 Maret 2015, telah mengajukan usulan perubahan terhad


2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Badan Layanan Umum. Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran. Tarif.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

[Standar Pelayanan Minimum KM. Andalus] 1

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN MONITORING KONVENSI HASIL SIDANG INTERNATIONAL MARITIME ORGANIZATION (IMO) PERIODE APRIL TAHUN 2013 International Maritime Organization (IMO)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KOMPETENSI PELAUT DALAM PENERAPAN INTERNATIONAL SAFETY MANAJEMEN CODE (ISM- CODE)

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17

Informasi Teknik. No. : Juni Perihal : Penerapan IMO Mandatory Instrument yang akan diberlakukan 01 Juli 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No logistik guna mengembangkan pertumbuhan ekonomi nasional, perlu menyesuaikan ketentuan permodalan badan usaha di bidang pengusahaan an

DOKUMEN YANG HARUS ADA DI KAPAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Mudiyanto Jurusan Nautika, Program Diploma Pelayaran, Universitas Hang Tuah Surabaya

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

ISM Code (International Safety Management Code)

B A B II PERENCANAAN KINERJA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. 1

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA

Informasi Teknik. : Persyaratan terbaru Australia terkait Manajemen Air Balas untuk Kapal yang Berlayar di Perairan Internasional.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Transkripsi:

Lampiran XLI Peraturan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Nomor : SK.2162/HK.208/XI/Diklat-2010 Tanggal : 16 November 2010 PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KETERAMPILAN KHUSUS PELAUT INTERNATIONAL MARITIME DANGEROUS GOODS (IMDG) CODE 1. Isi Diklat. a. Ruang Lingkup Program Diklat ini harus mengacu kepada ketentuan Regulation A-II/2 dan B-V/5 STCW code serta IMDG Code chapter 1.3 untuk shore based personal. Diklat ini diperuntukkan kepada personil kapal yang bertanggung jawab terhadap penanganan muatan berbahaya di atas kapal dan personil darat termasuk pejabat yang berwenang yang bertanggung jawab terhadap pengangkutan lewat laut dan termasuk dalam segala aspek penanganan muatan berbahaya, ex ; pengklasan, pengemasan, pemuatan, pemisahan dll. Kurikulum program diklat dan beban belajar mengacu kepada peraturan kurikulum diklat keterampilan khusus pelaut (DKKP) yang dikeluarkan oleh Kepala Badan Diklat Perhubungan atau IMO Model Course 1.10 Dangerous, Hazardous and Harmful Cargoes. b. Tujuan Program. Setelah menyelesaikan diklat, peserta diklat diharapkan memiliki keterampilan dalam mengenali, menyiapkan dan menangani pengangkutan muatan barang berbahaya dan bahan-bahan penyebab pencemaran di laut. Peserta diklat memahami implikasi terhadap peraturan-peraturan dan dengan tepat menerapkan atau memverifikasi pemenuhan dengan: 1) petunjuk penanganan seperti tercantum dalam IMDG Code dan lampirannya. 2) IMO/ILO/UNECE guidelines for The packing of Cargo Transport Units (CTUs). 3) rekomendasi dalam pengangkutan dengan aman muatan berbahaya dan aktifitasnya di daerah pelabuhan. 4) ketentuan yang berhubungan dengan pengangkutan muatan berbahaya seperti tercantum dalam: code of safe practice for cargo stowage and securing; rekomendasi terhadap dampak penggunaan pestisida di atas kapal dan International Convention for Safe Containers (CSC) 1972. Sebagai tambahan peserta diklat memahami arti penting dan dampak dari: 1) Bagian A dari Bab VII SOLAS 1974 dan perubahannya; 2) Peraturan II-2/54 SOLAS 1974 dan perubahannya, menyangkut kapalkapal yang akan mengangkut muatan berbahaya; 3) Annex III MARPOL 1973/78 dan perubahannnya; dan 360

4) Protocol I MARPOL 1973/78 yang berhubungan dengan prosedur pelaporan termasuk pelaporan insiden yang berhubungan dengan muatan berbahaya dan bahan pencemaran di laut. c. Kalender diklat sekurang-kurangnya berisi tentang: 1) masa pendaftaran peserta diklat; 2) masa seleksi peserta diklat; 3) masa kegiatan belajar mengajar; 4) masa evaluasi diklat; dan 5) masa sertifikasi. 2. Proses Diklat. Lembaga Diklat harus mengatur proses penyelenggaraan diklat yang sekurang-kurangnya meliputi: a. perencanaan kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari; 1) silabus diklat; 2) jadwal pembelajaran teori dan praktek; 3) materi diklat; 4) metode pengajaran; 5) sumber ajar/bahan ajar; dan 6) penilaian hasil pembelajaran. b. Persyaratan calon peserta diklat: 1) Untuk personil yang bekerja di atas kapal: a) Mempunyai dan menyerahkan foto copy sertifikat keterampilan Basic Safety Training (BST); b) Mempunyai dan menyerahkan foto copy sertifikat kompetensi kepelautan minimal tingkat dasar; dan c) Menyerahkan surat keterangan sehat dari dokter. 2) Untuk personil yang bekerja di darat: a) Personil yang bertanggungjawab terhadap penanganan muatan berbahaya dan telah berpengalaman berhubungan dengan penanganan hal tersebut minimal 12 bulan; b) Menyerahkan surat keterangan sehat dari dokter. c. Pelaksanan proses kegiatan belajar mengajar; d. Penilaian hasil pembelajaran; e. Penerbitan sertifikat; dan f. Pengawasan internal proses diklat; 3. Kompetensi lulusan Diklat. Setelah menyelesaikan diklat, peserta diharapkan memiliki kompetensi sebagaimana diatur ketentuan Regulation A-II/2 dan B-V/5 dari STCW 1978 amandemen 1995 dengan rincian sebagai berikut: a. mampu memahami tentang latar belakang dan pengenalan muatan berbahaya; 361

b. mampu memahami dan menjelaskan tentang konvensi-konvensi IMO yang berhubungan dengan muatan berbahaya; c. mampu menjelaskan tentang IMDG Code; d. mampu menjelaskan tentang klasifikasi muatan berbahaya berdasarkan phisik dan kimiawinya; e. mampu menjelaskan tentang klasifikasi muatan berbahaya berdasarkan sistem United Nations (UN) dan IMDG Code; f. mampu menjelaskan tentang pengemasan, prosedur pengiriman, jumlah terbatas, pengangkutan muatan berbahaya; g. mampu menjelaskan tentang lampiran dan pembaharuan IMDG Code;dan h. mampu menjelaskan tentang Rekomendasi dalam pengangkutan muatan berbahaya dengan aman dan aktifitasnya di daerah pelabuhan. 4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan. a. Persyaratan Pendidik 1) pengajar harus memiliki kualifikasi kompetensi minimal ANT-II/ATT-II atau sertifikat keahlian/sertifikat keterampilan/sertifikat sejenis yang berkaitan dengan Muatan berbahaya. 2) pengajar harus memiliki sertifikat IMO Model Course 6.09; 3) pengajar harus memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 1 tahun; 4) asistant pengajar/instruktur harus mempunyai pengalaman yang berhubungan dalam penanganan muatan berbahaya dan aktifitasnya; 5) rasio jumlah tenaga pengajar mata pelajaran praktek minimal 1 tenaga pengajar untuk 5 peserta diklat. b. Tenaga Kependidikan Lembaga Diklat diharuskan mengatur pengelolaan tenaga kependidikan di lembaga diklatnya sesuai dengan ketentuan peraturan ini. 5. Batasan Jumlah Peserta. Jumlah peserta seperti yang dipersyaratkan oleh IMO kapasitas maksimal 30 orang peserta diklat. 6. Sarana dan Prasarana Diklat. Lembaga Diklat diharuskan melengkapi sarana dan prasarana diklat minimal meliputi: a. Fasilitas Pembelajaran dan Peralatan NO PERALATAN JENIS 1. Ruang kelas Untuk 30 peserta 2. Overhead Projector 1 Set 3. Blackboard/whiteboard 1 Set 4. Meja untuk peragaan (3m x 1 m) 1 buah 5. Poster, label dangerous goods 1 Set 6. Peraturan Nasional tentang penanganan muatan 1 Set berbahaya 7. Peraturan kepelabuhanan 1 Set 8. Code of safe working practice 1 Set 362

9. Brosur tentang muatan berbahaya 1 Set 10. Dokumen yang berhubungan dengan penanganan 1 Set dan pengangkutan muatan berbahaya b. Teaching Aids (A) A1 Instructor Manual (Part D) dari IMO Model Course 1.10 A2 Semua aturan yang mengatur penanganan, penyimpanan dan pemindahan bahan berbahaya, termasuk semua berita pelaut (atau yang lainnya) yang diterbitkan untuk memberitahukan perubahan dalam peraturan atau informasi penting lainnya. A3 Semua aturan nasional mengenai pelabuhan, terminal peti kemas dan pergudangan A4 Semua aturan nasional mengenai peralatan berbahaya, contohnya bahan kimia untuk penanganan muatan atau penyimpanan muatan maupun materi berbahaya yang lain. A5 Semua aturan ataupun instruksi perusahaan pelayaran yang ada, atau aturan mengenai cara kerja yang aman termasuk brosur informasi bagi pengirim barang dan pihak lain yang berkaitan dengan prosedur perusahaan dan cara kerja aman. A6 Semua bahan informasi yang ada dari pembuat dan pengirim barang berbahaya. A7 Sejumlah dokumen yang dipersyaratkan atau digunakan pada level nasional yang berkaitan dengan penanganan dan pemindahan barang berbahaya. A8 Video ataupun slide mengenai barang berbahaya. c. IMO references (R) R1 International Convention on Standards of Training, Certification, and Watchkeeping for Seafarers, 1978, as amended in 1995 (STCW Convention) R2 International Convention for the Safety of Life at Sea, 1974, as amended (SOLAS 1974) R3 International Convention for the Prevention of Pollution from Ships, 1973 and the 1978 Protocol relating thereto, as amended (MARPOL 73/78) R4 International Convention for Safe Containers, 1972 (CSC), as amended R5 MSC.2/Circ.31/Rev.1, or any revisions thereof, on the implementation of the International Maritime Dangerous Goods Code (IMDG Code), its annexes and supplements. R6 R7 General principles for ship reporting systems and ship reporting requirements, including guidelines for reporting incidents involving dangerous goods, harmful substances and/or marine pollutants. Adopted 27 October 1989. Fokus kepada informasi yang berkaitan dengan IMO 363

7. Pengelolaan Diklat. Lembaga Diklat diharuskan melaksanakan pengelolaan diklat sesuai dengan ketentuan peraturan ini. a. struktur organisasi; b. persyaratan staf pengajar; c. dokumentasi administrasi; d. Quality Management System; e. program penelitian dan pengembangan; dan f. umpan balik dari peserta didik dan perusahaan pengguna jasa. 8. Pembiayaan Diklat. Lembaga Diklat diharuskan membuat rincian pembiayaan diklat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 9. Penilaian Diklat (mekanisme prosedur dan instrument penilaian). Lembaga Diklat diharuskan menyelenggarakan penilaian hasil diklat bagi peserta diklat. Penilaian dimaksud paling sedikit meliputi penilaian. a. kehadiran peserta diklat b. assessement di akhir diklat 10. Sertifikat, Diploma atau Document. Setiap nakhoda, Mualim I dan Perwira dek yang melaksanakan supervisi dan bertanggung jawab terhadap proses bongkar muat diatas kapal diharapkan memiliki pelatihan Dangerous, Hazardous and Harmful Cargoes ini Penamatan pelatihan dan assessment dari pelatihan Dangerous, Hazardous and Harmful Cargoes ini, sebuah dokumen bisa dikeluarkan sebagai bukti sertifikasi bahwa peserta diklat dinyatakan telah berhasil menyelesaikan pelatihan dan memenuhi tingkat pengetahuan serta kompetensi yang diatur di dalam Regulation A-II/2 dan B-V/5 dari STCW 1978 amandemen 1995. Sertifikat dapat dikeluarkan setelah mendapatkan persetujuan dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. ================================================================ NO. PROSES NAMA JABATAN TANGGAL PARAF 1. Disetujui Sunaryo Dirjen Perhubungan Laut KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN ttd CAPT. BOBBY R. MAMAHIT Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19560912 198503 1 002 364