PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PISANG

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB IV ANALISA SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

STRATEGI DAN KESIAPAN SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN SULAWESI SELATAN MENGHADAPI AEC 2015

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

PENDAHULUAN. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

I.1. Latar Belakang strategi Permasalahan Dari sisi pertanian

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

LAPORAN KINERJA (LKJ)

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga

LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari. pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

AGRIBISNIS BAWANG MERAH

PENDAHULUAN. Setelah peluang pasar diperoleh, baru beranjak ke ketersediaan modal. Dua hal

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS BAWANG MERAH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan jenis tanaman hortikultura. Di antara jenis tanaman hortikultura yang banyak diusahakan oleh masyarakat adalah buah-buahan. Kenyataan ini, didukung oleh potensi alam dengan iklim dan ketinggian yang memungkinkan musim panen berbeda antar daerah. Selain itu, Indonesia juga mempunyai potensi lahan ± 9,7 juta Ha, serta potensi lebih 6.000 sumber plasma nutfah buah-buahan yang bervariasi dan memungkinkan untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber tetua untuk pemuliaan (Poerwanto, 2000). Sebagai negara tropis, buah-buahan Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif, baik peningkatan konsumsi maupun kuantitas. Komoditi ini, semakin digemari oleh masyarakat luas, karena memiliki citarasa yang khas dan kesan menyegarkan. Selain itu, buah-buahan menjadi sumber vitamin dan mineral yang dibutuhkan dalam upaya peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM). Sejalan dengan meningkatnya kemampuan ekonomi dan gaya hidup sehat masyarakat, konsumsi buah-buahan per kapita meningkat dari 56 kg pada tahun 2004 menjadi 59 kg pada tahun 2005, dan 63 kg pada tahun 2006. Bahkan diprediksi menjadi 64 kg pada tahun 2007, 67 kg pada tahun 2008 dan 70 kg pada tahun 2009 (Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2005). Dibandingkan dengan negara-negara maju, tingkat konsumsi ini masih tergolong rendah. Di Eropa konsumsi buah-buahan sekitar 90 kg/kapita/tahun. Untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia, diperlukan konsumsi buah-buahan sebesar 65,75 kg/kapita/tahun (Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2001 a ). Dengan demikian, semakin meningkat keadaan dan taraf hidup masyarakat, tingkat konsumsi buah-buahan cenderung meningkat di masa mendatang. Menurut Poerwanto (2000), untuk beberapa tahun ke depan, diperkirakan terjadi peningkatan laju permintaan buah-buahan. Tahun 2010 diperkirakan akan mencapai 14 juta ton, dan pada tahun 2015 diperkirakan menjadi 20 juta ton.

2 Tingginya permintaan pasar, baik dikonsumsi segar maupun sebagai bahan baku industri pangan, serta potensi peningkatan nilai tambah telah menjadi peluang bagi pengembangan agrobisnis buah-buahan dan sumber pertumbuhan baru ekonomi dewasa ini. Industri pangan adalah industri yang mengolah komoditas pangan yang bersumber dari hasil-hasil pertanian (misal, buah-buahan) menjadi produk olahan (misal, makanan dan minuman) hingga perdagangan dan distribusinya. Industri ini memiliki berbagai keunggulan (misal, penyediaan lapangan kerja, bahan baku berbasis lokal, skala usaha, pasar lokal, substitusi produk impor dan ragam produk). Dalam operasionalisasinya, sesuai komoditas yang digunakan industri pangan dapat dikategorikan berskala usaha kecil hingga besar. Skala usaha tersebut sangat ditentukan oleh ketersediaan dan produktivitas lahan (sentra produksi). Terkait dengan kenyataan tersebut, yang akan difokuskan dalam penelitian ini adalah ketersediaan bahan baku yang berbasis lokal. Di sisi lain, pengembangan agrobisnis buah-buahan menghadapi kendala atau kelemahan, yakni (1) daya saing lemah, (2) varietas beragam, (3) jumlah perusahaan pemuliaan dan pembibitan belum memadai dan tidak profesional, (4) teknologi produksi dan pascapanen belum lengkap dan tidak tepat, (5) penyediaan modal yang kurang dan bunga bank tinggi, (6) kemampuan dan pengetahuan petani yang masih rendah, (7) kelembagaan di tingkat petani, (8) sistem pemasaran (prasarana dan sarana, efisiensi, informasi dan diferensiasi harga), dan (9) kelembagaan riset dan pengembangan yang kurang (Poerwanto, 2000). Kelemahan tersebut mengakibatkan akhir-akhir ini, laju impor Indonesia untuk komoditas buah-buahan lebih tinggi bila dibandingkan dengan peningkatan ekspornya. Tahun 2004 ekspor buah-buahan Indonesia sebesar 210.500.808 kg dengan nilai US$ 122.836.691. Sedangkan nilai impor pada tahun yang sama lebih tinggi, yakni 393.353.172 kg dengan nilai US$ 224.589.553 (BPS, 2004). Keadaan ini mengindikasikan bahwa agrobisnis buah-buahan Indonesia belum berkembang secara baik. Selain potensi agroklimat, biodiversitas tinggi dan permintaan pasar, pengembangan buah-buahan Indonesia didukung oleh ketersediaan lahan dan adanya kemauan politik pemerintah. Sebagai negara tropis, Indonesia seharusnya mengoptimalkan keunggulan komparatif yang dimiliki. Keunggulan tersebut

3 perlu dikembangkan menjadi keunggulan kompetitif, melalui pengembangan antar sektor yang terpadu dan keterkaitan kuat hulu dan hilir. Strategi pengembangan yang tepat akan menghasilkan buah-buahan tropika Indonesia dapat menjadi andalan ekspor, pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan pemulihan ekonomi rakyat. Di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), secara keseluruhan sektor pertanian masih mendominasi struktur perekonomian. Tahun 1994, pemerintah provinsi menyusun strategi dasar pembangunan sektor pertanian yang disebut Tri Konsep, meliputi (1) pewilayahan komoditas, (2) petik olah jual, dan (3) perubahan pola pikir. Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian, meningkatkan pendapatan petani, memperluas lapangan kerja dan meningkatkan penerimaan devisa. Selanjutnya, untuk mempertajam strategi dan program pembangunan, dikembangkan Gerakan Peningkatan Produksi Ekspor Dua Kali Lipat (Grateks-2) dan Gerakan Masyarakat untuk Padi, Palawija dan Jagung (Gema Palagung). Namun demikian, pelaksanaan gerakan masyarakat tersebut mengalami berbagai masalah, misalnya pengembangan komoditas tidak tepat dan bersifat sektoral (tidak terpadu), pola yang tidak jelas dan tidak fokus. Kondisi ini menyebabkan pengembangan komoditas memiliki nilai tambah dan daya saing rendah (Pemprov Sulsel, 2004). Haeruman (1997), menyatakan dalam rangka memanfaatkan keunggulan komparatif daerah dan penghapusan kemiskinan, dilakukan upaya regionalisasi pertanian, meliputi (1) program pewilayahan komoditi, (2) program peningkatan pendapatan petani kecil, dan (3) pengembangan pusat-pusat produksi. Selanjutnya, dijelaskan bahwa untuk mencapai tujuan pewilayahan komoditi, diperlukan informasi yang akurat dan rinci untuk menentukan komoditas unggulan. Namun demikian, program pewilayahan komoditi tersebut, menghadapi berbagai kendala, satu diantaranya adalah belum didukung analisis bisnis dan sinergi antar sektor yang berkesinambungan. Nasution (2002), mengungkapkan bahwa keragaman kondisi setiap daerah, misalnya sosio-kultural masyarakat, kuantitas dan mutu masyarakat, sarana dan prasarana, iklim dan heterogenitas ketersediaan sumber daya alam (SDA) menyebabkan pengembangan pertanian dan agroindustri tidak dapat dilakukan secara terpusat. Impilikasi dari kondisi ini, adalah bahwa setiap daerah

4 seharusnya mengembangkan komoditas pertanian sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, metodologi penentuan komoditas dan produk unggulan, serta wilayah pengembangan agroindustri suatu daerah memerlukan acuan dan konsensus yang jelas. Hal ini terkait dengan pengambilan keputusan pada pengembangan agroindustri banyak diwarnai oleh pengaruh birokrasi, misalnya perbedaan kriteria yang digunakan antar instansi. Akibatnya, muncul bias terhadap komoditas dan produk yang diunggulkan pada suatu wilayah. Sejalan dengan penerapan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, terbuka peluang dan sekaligus tantangan bagi pemerintah daerah (Pemda) untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya daerah masing-masing. Dalam hal ini, prioritas utama yang tepat dalam pengembangan ekonomi daerah adalah pembangunan sektor pertanian, karena terkait dengan kegiatan ekonomi rakyat banyak. Sehubungan dengan hal tersebut, pada tahun 2004 pemerintah Provinsi Sulsel menyusun konsep pemberdayaan ekonomi rakyat, yakni Gerakan Pembangunan Ekonomi Masyarakat (Gerbang Emas). Gerakan ini merupakan kerjasama saling mendukung antara Pemda, Perguruan Tinggi (PT), Lembaga Riset dan Pelatihan, Perbankan serta Swasta dalam suatu program perekonomian yang jelas, terfokus, berkeadilan, terukur dan berkesinambungan. Secara umum, tujuan gerakan tersebut adalah untuk memperkuat struktur perekonomian daerah, terciptanya iklim investasi yang kondusif dan peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (Pemprov Sulsel, 2004). Industri pangan sebagai subsistem agroindustri mempunyai peranan strategis dalam menggerakkan perekonomian nasional. Dalam hal ini, industri pangan dilaksanakan untuk meningkatkan nilai tambah, memperdalam (memperkuat) struktur industri dan memperluas kesempatan berusaha serta penyerapan tenaga kerja. Di Provinsi Sulsel, industri pangan buah-buahan difokuskan pada industri pengolahan buah markisa dan buah jeruk keprok Siem menjadi sari buah dan tepung sari. Selain itu, dikembangkan pula industri pengolahan buah nangka menjadi keripik, pengolahan buah terung belanda (Tamarillo), pengawetan buah mangga dan salak menjadi produk manisan dan asinan (Disperindag, 2005). Selanjutnya, untuk mencapai sasaran pengembangan,

5 Pemprov Sulsel menyusun strategi pendekatan klaster industri melalui sentra pengembangan komoditi, yakni (1) buah markisa di Tana Toraja (Tator), Enrekang dan Gowa, (2) buah mangga di Maros, Pangkajene Kepulauan (Pangkep), Barru, Takalar, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone, Sidenreng Rappang (Sidrap) dan Luwu, (3) buah jeruk di Luwu Utara, Pangkep, Bulukumba dan Bantaeng. Namun demikian, pengembangan industri pengolahan pangan tersebut memiliki sejumlah permasalahan, diantaranya (1) dukungan pemodalan yang kurang, (2) kemampuan SDM rendah, (3) kemampuan manajemen terbatas, (4) penguasaan teknologi pengolahan masih rendah, (5) jaringan pemasaran yang lemah, dan (6) kesadaran pelestarian lingkungan hidup rendah (Disperindag, 2005). Penelitian tentang komoditas buah-buahan di Provinsi Sulsel telah banyak dilakukan, diantaranya adalah buah markisa (Intan, 1994; Latief, 1996), buah jeruk manis (Saptana dan Noekman, 1994) dan buah jeruk besar Pangkajene (Munir dan Latief, 1998), akan tetapi penelitian-penelitian tersebut umumnya hanya menyangkut aspek tertentu dan belum bersifat menyeluruh, serta terpadu. Hasil penelitian demikian tidak dapat langsung digunakan sebagai dasar pengembangan agroindustri pangan, dalam hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor (Gumbira dan Intan, 2001 a ). Secara nasional, dalam Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Jakstranas Iptek) 2005-2009, memuat enam bidang utama program pembangunan, yakni (1) ketahanan pangan, (2) sumber energi baru dan terbarukan, (3) teknologi dan manajemen transportasi, (4) teknologi informasi dan komunikasi, (5) teknologi pertahanan, dan (6) teknologi kesehatan dan obat-obatan. Selanjutnya, secara khusus terkait dengan Iptek pangan, dijabarkan empat arah kebijakan, yaitu (1) peningkatkan produktivitas, mutu dan efisiensi produksi pertanian on-farm (intensifikasi) dengan penerapan bioteknologi, precision farming, biocyclofarming, serta Good Agriculture Practices (GAP) secara berkelanjutan, (2) perluasan cakupan pengolahan hasil pertanian yang efisien untuk meningkatkan nilai ekonomi dan nilai tambah produk pada masing-masing komoditas pangan, (3) peningkatkan keragaman bahan baku pangan, (4) mewujudkan kerjasama yang kondusif bagi berkembangnya inovasi

6 yang berorientasi penguatan kemampuan nasional. Untuk mendukung kebijakan tersebut, diprioritaskan terwujudnya kemandirian dan ketahanan pangan serta peningkatan daya saing produk; revitalisasi terhadap nilai kearifan lokal; meningkatkan jaringan kemitraan dengan lembaga terkait baik nasional maupun internasional; serta proses implementasi (translation) pengetahuan global (global knowledge) ke dalam situasi lokal setempat (site specifics), dengan kriteria (1) kemanfaatan dan keuntungan (beneficial and profitability) dari komoditas unggulan (misal, tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, perkebunan, perikanan, hasil laut serta ternak besar dan kecil), (2) keberlanjutan (sustainability), (3) keamanan dan mutu (safety and quality), (4) diversifikasi dan penciptaan nilai tambah (diversification and adding value), (5) pengembangan pasar (market development), dan (6) pendayagunaan lahan marginal yang kurang subur (Anonim, 2005). Berdasarkan pada potensi, keadaan usaha pertanian buah-buahan, perkembangan hasil penelitian terdahulu, serta kebijakan Iptek nasional maka diperlukan suatu kajian mendalam tentang bagaimana kelayakan industri pangan berbasis buah-buahan unggulan yang terintegrasi dan terkait kuat antara hulu dan hilir, sebagai salah satu upaya untuk pembangunan ekonomi daerah?. Selain itu, diperlukan pula analisis strategi pengembangan yang tepat sehingga dapat menjadi bahan masukan bagi pengambil keputusan. Selanjutnya, didasarkan atas adanya interaksi atau saling keterkaitan antara satu komponen (elemen) dengan komponen lain dan faktor (peubah) yang dinamis dalam pemenuhan kebutuhan, maka pemecahannya dilakukan dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem adalah suatu metodologi pemecahan masalah bersifat menyeluruh dan terpadu (holistic), berorientasi tujuan (cybernetics) dan bersifat operasional (effective). Secara khusus, permasalahan dalam pengembangan industri pangan berbasis buah-buahan unggulan dirumuskan sebagai berikut : (1) Bagaimanakah perumusan cara pemilihan komoditas unggulan dan produk unggulan industri pangan berbasis buah-buahan unggulan?; (2) Bagaimanakah analisis kelayakan usaha industri pengolahan buah-buahan unggulan berbasis lokal yang memiliki nilai tambah dan potensi daya saing tinggi, baik di tingkat hulu maupun hilir?; (3) Bagaimanakah struktur sistem dan faktor-faktor internal-eksternal yang

7 berperan dalam pengembangan industri pangan berbasis buah-buahan unggulan?; dan (4) Bagaimanakah penyusunan strategi pengembangan industri pangan berbasis buah-buahan unggulan dan unsur-unsur peluang serta tantangan, yang mendukung rekomendasi dan penerapan lain terkait dengan perubahan situasional?. Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan penelitian ini adalah : 1. Menyusun struktur sistem yang mempengaruhi kelayakan dan strategi pengembangan industri pangan berbasis buah-buahan unggulan. 2. Mengidentifikasi dan merumuskan pola keterkaitan dari faktor-faktor yang berpengaruh dalam strategi pengembangan industri pangan berbasis buahbuah unggulan. Secara khusus, tujuan penelitian adalah : 1. Melakukan identifikasi dan pemilihan prioritas buah unggulan dan produk unggulan. 2. Pemetaan potensi dan lokasi sentra produksi buah unggulan setiap wilayah (daerah), menyusun pohon industri dan menganalisis kelayakan usaha tani primer, serta pengembangan industri pengolahan produk unggulan. 3. Menyusun strategi pengembangan industri pengolahan pangan berbasis buahbuahan unggulan.