BAB III METODE EVALUASI PENGUJIAN BELITAN TRAFO DISTRIBUSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN ANALISIS. 4.1 Analisa Pengujian Rasio Kumparan / Belitan Trafo Dengan TTR

BAB I PENDAHULUAN. Tegangan Rendah. Peran aset trafo distribusi sangatlah dominan. Dimana, pada

BAB III PENGAMBILAN DATA

Pengujian Transformator

BAB III PENGOLAHAN DATA

BAB III METODE PENENTUAN VECTOR GROUP

TRANSFORMATOR DAYA & PENGUJIANNYA

Latihan Soal dan Quiz II

BAB IV PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (CIRCUIT BREAKER) DI APP DURI KOSAMBI

OPTIMALISASI KUALITAS TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK PELANGGAN PLN BERDASAR PADA WINDING RATIO

PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DAYA PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

PROSEDUR PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI TRAFO

Transformator Daya dan Cara Pengujiannya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KONDISI KESEHATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

BAB II LANDASAN TEORI

Kerja Praktek PT.Petrokimia Gresik 1

ANALISIS PENYEBAB DAN UPAYA MINIMALISASI KERUSAKAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DI WILAYAH KERJA PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN RAYON LABUHAN

TRANSFORMATOR ARUS DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS PADA PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JAWA TENGAH & DIY UPT SEMARANG GIS 150kV SIMPANG LIMA

BAB IV PEMBAHASAN. dan 1997, serta SPLN D : 2007)

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

TRAFO. Induksi Timbal Balik

Standar Pengujian Peralatan Transformator

PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI INSTALASI LISTRIK. Lembar Informasi

REKONDISI TRANSFORMATOR UNTUK MENGATASI MENURUNNYA KEMAMPUAN ISOLASI PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 kv

ANALISIS PENGUKURAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DAYA PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL

BAB IV 4.1. UMUM. a. Unit 1 = 100 MW, mulai beroperasi pada tanggal 20 januari 1979.

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Identifikasi Kondisi Kesehatan Transformator Distribusi. awal yang harus dilakukan dalam penentuan kegiatan pemeliharaan Trafo

BAB IV PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN. jaringan listrik yang berada paling dekat dengan konsumen (mayarakat).

Bab 3. Teknik Tenaga Listrik

BAB IV GROUND FAULT DETECTOR (GFD)

BAB III FORMULASI PENENTUAN SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI

BAB III PENGAMAN TRANSFORMATOR TENAGA


BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB I LATAR BELAKANG

Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu

TRANSFORMATOR. 1. Pengertian Transformator

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT)

PEMELIHARAAN TRAFO 1 PHASA 50 KVA

CURRENT TRANSFORMER DAN POTENSIAL TRANSFORMER

BAB III. Tinjauan Pustaka

ANALISA BERBAGAI HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR 3 PHASA DALAM KEADAAN BEBAN LEBIH (APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT.

BAB II LANDASAN TEORI

Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, Jakarta, 1995,

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu beton (tembok) Gardu kios Gardu portal

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

D. Relay Arus Lebih Berarah E. Koordinasi Proteksi Distribusi Tenaga Listrik BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN...

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

PENGUJIAN TAPPING TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT)

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI. Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

PENGGUNAAN RELAY DIFFERENSIAL. Relay differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya berdasarkan

PEMELIHARAAN PENTANAHAN PADA PENTANAHAN ABSTRAK

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR TENAGA PADA PLTU TAMBAK LOROK UNIT III

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk

BAB IV PERAWATAN TRANSFORMATOR TENAGA 150 KV DI GARDU INDUK APP DURIKOSAMBI

TUGAS AKHIR ANALISA PENYELESAIAN GANGGUAN TRAFO DISTRIBUSI DENGAN METODE RCPS (ROOT CAUSE PROBLEM SOLVING)

Makalah Seminar Kerja Praktek OFFLINE PREVENTIVE MAINTENANCE TRANSFORMATOR TENAGA PADA PLTGU TAMBAK LOROK BLOK 1

Elektronika daya. Dasar elektronika daya

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG

PEMELIHARAAN ALMARI KONTROL

PEMELIHARAAN MINYAK TRANSFORMATOR PADA MINYAK TRANSFORMATOR NOMOR 4 DI GARDU INDIK KEBASEN ABSTRAK

atau pengaman pada pelanggan.

TRAFO DISTRIBUSI PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

Laporan Praktikum Fisika Transformator. Disusun Oleh : 1 Bindra Jati. (02) 2 Dwi Puspita A. (07) 3 Lida Puspita N. (13) 4 Mutiara Salsabella.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TRAFO TEGANGAN MAGNETIK

MONITORING KONDISI TRAFO DAYA SECARA ONLINE BERBASIS ANALISIS DATA TERMAL DAN SPEKTRUM ARUS PADA TRANSFORMATOR TIANG 220 VAC

BAB III METODOLOGI. 3.2 Tahap Pelaksanaan Penyusunan Laporan Akhir

BAB IV HASIL DAN ANALISA A. Pengujian Trafo Arus Proteksi dan Metering Lulus Uji (Passed) Trafo Arus Proteksi 300A/5A 5P-15 (Passed)...

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA

BAB IV PEMELIHARAAN DAN KONSRTUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN JTM

Monitoring Kondisi Transformator Daya Secara Online Berbasis Analisis Data Suhu, Tegangan, dan Arus pada Transformator Distribusi

TUGAS AKHIR ANALISA GANGGUAN TRANSFORMATOR TURBIN UAP UNIT 3 PLTGU MUARA KARANG BLOK 2 DENGAN METODE RCFA

Perbaikan Tegangan Sisi Sekunder Transformator Daya 150/20KV di Gardu Induk Ungaran

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGGUNAAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN TERHADAP PERBAIKAN TEGANGAN JARINGAN 20 KV. 4.1 Perhitungan Jatuh Tegangan di Jaringan 20 kv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PENGAMAN PRIMER TRAFO DISTRIBUSI PT. PLN (Persero) AJ GAMBIR

Transkripsi:

BAB III METODE EVALUASI PENGUJIAN BELITAN TRAFO DISTRIBUSI 3.1 Analisa Kondisi Trafo Dalam Keadaan Offline Analisa offline merupakan analisa yang diperlukan untuk mengetahui kondisi kesehatan trafo distribusi hasil penggantian trafo distribusi dari kegiatan penilaian resiko kesehatan trafo (Online) yang tidak wajar, trafo ex gangguan, trafo ex penarikan (PAT karena berhentinya pelanggan) ataupun trafo yang sedang beroperasi sehingga dapat diketahui apakah trafo tersebut dapat dioperasikan/digunakan kembali, dengan demikian biaya pemeliharaan trafo distribusi dapat berjalan efektif seperti yang terdapat pada gambar 3.1 siklus / konsep pelaksanaan Condition Base Maintenance (CBM) trafo. Gambar 3.1 Flowchart kegiatan pemeliharan berdasarkan kondisi trafo 32

33 Sama halnya dengan penaksiran kondisi kesehatan trafo (online), analisa offline dilakukan dengan membandingkan kriteria sehat trafo distribusi. Akan tetapi untuk memperoleh parameter-parameter tersebut diperlukannya pengujian secara offline. Melalui analisa ini akan diketahui apakah trafo-trafo tersebut diatas bisa atau tidak untuk digunakan kembali ataupun harus dilakukan rekondisi terlebih dahulu sebelum digunakan/dioperasikan. Mengingat faktor keterbatasan alat test/pengujian dilapangan, dalam melakukan Analisa Offline diperlukan tiga buah paramater pengujian minimal yang harus dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi internal didalam trafo masih baik (berada dalam batas normal). Adapun ketiga jenis pengujian minimal untuk analisa offline tersebut ialah : 3.1.1 Pengujian Visual Sama halnya dengan pengamatan visual yang dilakukan pada saat melakukan inspeksi dan pengukuran kinerja trafo secara online, pengujian dilakukan dengan melakukan pengamatan dari konstruksi trafo itu sendiri secara visual. Adapun pengamatan tersebut antara lain : pengamatan pada assessories trafo, Bushing primer dan sekunder, kebocoran minyak atau rembesan trafo, kondisi tangki, OLI, OTI, kondisi Seal, dll. Output dari pengujian ini ialah untuk mengetahui/mengidentifikasi kerusakan-kerusakan yang terjadi pada komponenkomponen trafo tanpa melepas/membuka tangki. 3.1.2 Pengujian Tahanan isolasi trafo Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi internal trafo dalam hal ini apakah fungsi utama trafo untuk mengisolasi tegangan antar belitan masih berada dalam kondisi baik saat dioperasikan. Dalam pelaksanaannya pengujian ini

34 dilakukan dengan menggunakan alat pengukur tahanan isolasi yang sering disebut Megger. Jika hasil pengujian tahanan isolasi tidak baik, sering kali menggambarkan kondisi kertas isolasi trafo distribusi yang sudah terdegradasi (rusak) atau kualitas dari minyak isolasi yang sudah tidak baik. Berikut ini merupakan gambaran dari alat pengukur tahanan isolasi (gambar 3.2) Gambar 3.2 Alat pengujian Tahanan isolasi Trafo Merk Metrisio Besarnya nilai tahanan isolasi trafo minimum yang dikatakan baik ditentukan oleh kapasitas (KVA) dari masing-masing trafo dengan menggunakan rumusan dibawah ini (standard IEEE Std C57.125-199) : R isolasi Min. = C E KVA Ks =... MΩ Dimana : C = Faktor belitan yang terendam isolasi minyak = 0,8 E = Tegangan Tertinggi / Primer trafo. (Volt) KVA = Daya Trafo (KVA). Ks = Faktor koreksi suhu belitan, misal pada suhu belitan 20, Ks = 1

35 Dari rumusan diatas didapatlah nilai dari tahanan isolasi trafo minimum yang masih dikatakan baik seperti pada tabel berikut. Tabel 3.1 Batasan Nilai Tahanan Isolasi Minimum Trafo berdasarkan kapasitas 3.1.3 Pengujian Rasio kumparan/belitan Pengujian ini merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui normal/tidaknya rasio diantara belitan primer dan sekunder trafo setiap phase, pada masing-masing sadapan trafo (± 0,5 % menurut standard IEC). Sebagaimana kita ketahui bahwa akibat ketidak seimbangan sistem, maka diperlukanlah Sadapan (tap changer) pada belitan primer trafo untuk pengaturan tegangan keluaran Trafo. Pengaturan tegangan keluaran ini dimaksudkan untuk mengkompensasi jatuh tegangan pada saluran JTM yang memasok suatu trafo distribusi. Mengingat pentingnya sadapan tersebut maka diperlukanlah pengujian rasio belitan trafo pada masing-masing sadapan, dengan demikian dapat diketahui apakah rasio belitan didalam trafo masih berada dalam batas normal.

36 Dalam pelaksanaannya pengujian rasio trafo dilakukan dengan menggunakan sebuah alat yang disebut dengan TTR (Transformer Turn Ratio). Melalui alat inilah akan didapatkan besaran / nilai rasio belitan trafo yang diukur. Gambar 3.3 Alat pengujian Rasio Trafo Merk Megger Hasil pengujian yang tidak baik ditandai dengan nilai pengukuran rasio belitan yang berbeda dengan kondisi normalnya (perbedaan >0,5 %) pada masingmasing phasenya. Kondisi ini merupakan gambaran bahwa kondisi belitan didalam trafo mulai bermasalah / rusak sehingga perlu perbaikan khusus dalam hal ini Rekondisi / Rewinding. Ketiga pengujian tersebut diatas merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam melakukan analisa offline kondisi trafo distribusi secara offline, karena pengujian tahanan isolasi berhubungan langsung dengan kualitas isolasi trafo dan pengujian rasio dengan menggunakan TTR berhubungan langsung terhadap belitan trafo. Jika hasil pengujian ketiga fungsi diatas dinyatakan kurang baik maka trafo distribusi tersebut tidak bisa langsung digunakan atau dioperasikan, melainkan harus dilakukan perbaikan/penggantian komponen terlebih dahulu di workshop trafo. Di Workshop inilah kita dapat mengidentifikasi kegagalan dengan melalui pengujian-pengujian lebih lanjut.

37 3.2 Metode Pengukuran Rasio Belitan Trafo Dengan Menggunakan TTR (Transformer Turn Ratio) Pengukuran Perbandingan Rasio Belitan adalah adalah pengukuran yang dimaksudkan untuk mengetahui jumlah kumparan sisi Tegangan Tinggi dan sisi Tegangan Rendah pada setiap Tapping, sehingga tegangan output yang di hasilkan oleh Trafo sesuai dengan yang di kehendaki. Karena pada Trafo terdapat rumusan dasar bahwa jumlah tegangan adalah sama dengan jumlah belitan pada tiap sisinya, atau dapat dituliskan seperti persamaan berikut : Vp/Vs = Np/Ns Dimana: Vp Vs Np Ns : Tegangan Primer : Tegangan Sekunder : Jumlah Belitan Primer : Jumlah Belitan Sekunder Rangkaian Pengujian Perbandingan Rasio Belitan dengan menggunakan TTR dapat digambarkan sebagai berikut (Gambar 3.4) Gambar 3.4 Rangkaian Pengujian Perbandingan Rasio Belitan dengan menggunakan TTR

38 Untuk dapat di gunakan dalam Jaringan Distribusi maka Trafo harus dapat disesuaikan dengan tegangan kerja pada Jaringan Distribusi tersebut. Oleh karena itu pada Trafo Distribusi dilengkapi dengan Tap Changer. Jumlah tap pada Trafo Distribusi pada umumnya terdiri dari 5 Tap dengan julat sadapan 2 x ± 5% (SPLN 50 : 1997) dan julat sadapan 2 x ± 2,5% (SPLN 50 : 1987) hingga sekarang berkembang hingga 7 Tap dengan julat sadapan 2 x ± 2,5% (SPLN D3.002-1 : 2007). Gambar 3.5 Pengujian Perbandingan Rasio Belitan dengan menggunakan TTR Tabel 3.2 Hasil Nilai Pengukuran Ratio Belitan Menggunakan TTR 630 KVA 400 KVA TTR Phs m_ratio m_a % Diff C_Ratio A OUR RING 0000 >99 86.6050 B + 86.558 0000 0.05 86.6050 C + 73.404 0049 15.24 86.6050 TTR Phs m_ratio m_a % Diff C_Ratio A + 86.601 0000 00.01 86.6050 B 86.607 0000 00.00 86.6050 C 86.618 0000 00.02 86.6050 3.3 Metode Pengukuran Tahanan Belitan Trafo Menggunakan Ohm Meter Penerapan penggunaan Ohm Meter sebagai pengganti TTR dalam pengukuran tahanan belitan trafo sebenarnya muncul dari berawal dari adanya Trafo Distribusi yang terganggu (peralatan proteksi putus) kemudian coba

39 dinormalkan kembali berdasarkan hasil pengujian tahanan isolasi trafo dan pengujian visual yang baik akan tetapi peralatan proteksipun kembali putus hingga akhirnya dilakukan penggantian Trafo Distribusi sedangkan trafo yang terganggu dilakukan pengujian rasio belitan trafo dengan TTR keesokan harinya. Didapatkan bahwa benar rasio belitannya tidak normal (melebihi toleransi ± 0,5). Dari kasus tersebut akhirnya terbesit di pikiran penulis bagaimana caranya melakukan pengujian belitan trafo distribusi di lapangan, sedangkan jika menggunakan TTR juga tidak memungkinkan dikarenakan petugas lapangan belum tentu bisa menggunakan TTR dan pada umumnya TTR memerlukan sumber tegangan untuk pengoperasiannya, Jika kondisi gardu padam berarti diperlukan perlengkapan tambahan yaitu Generator Set (GenSet). Dalam kurun waktu tersebut, kegiatan-kegiatan operasional assessment trafo secara offline yang meliputi pengusutan gangguan, pemeliharaan gardu, dan manajemen asset trafo di gudang sudah diterapkan penggunaan Ohm Meter sebagai pengganti TTR untuk mengidentifikasi kondisi internal trafo. Pengukuran Tahanan Belitan adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui berapa nilai tahanan listrik pada kumparan yang akan menimbulkan panas bila kumparan tersebut dialiri arus. Peralatan yang digunakan untuk Pengukuran Tahanan Belitan yang Besar (Primer) / 1 ohm adalah Wheatstone Bridge seperti yang digunakan pada alat pengukuran Ohm Meter, sedangkan untuk tahanan yang kecil (Sekunder) / 1 Ohm (Mili Ohm) seharusnya digunakan Precision Double Bridge akan tetapi karena keterbatasan peralatan yang dimiliki unit-unit operasional pln pengujian ini sulit untuk dilakukan.

40 agar dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan antara tahanan belitan sisi primer dan sekunder dimana perbedaan tersebut juga akan berpengaruh terhadap perbedaan tegangan, maka pengukuran harus dilakukan pada masing-masing terminal seperti yang terdapat pada table dibawah ini (Tabel 3.3 ) Tabel 3.3 Terminal Pengukuran Belitan Sedangkan Rangkaian Pengukuran dengan menggunakan Ohm Meter digambarkan sebagai berikut (Gambar 3.6). Gambar 3.6 Rangkaian Pengujian Perbandingan Rasio Belitan dengan menggunakan Ohm Meter (sisi MV) Pengukuran pada sisi tegangan rendah ini dengan menggunakan Precition Double Bridge yang berfungsi untuk melakukan pengukuran tahanan di atas 1 ohm. Rangkaian pengukuran adalah sebagai berikut:

41 Precition Double Brigde 2u Trafo Yang diuji 1U 2w 2n 1W 2v 1V Gambar 3.7 Rangkaian pengukuran tahanan belitan (sisi LV) Tabel 3.4 Hasil Nilai Pengukuran Ratio Belitan Menggunakan Ohm Meter 630 KVA 400 KVA Ohm Meter Primer Sekunder S-T 9.3 Ω n-u 0.1 Ω R-S 7.5 Ω n-v 0.1 Ω R-T 16.5 Ω n-w 0.1 Ω Ohm Meter Primer Sekunder S-T 8.9 Ω n-u 0.1 Ω R-S 8.9 Ω n-v 0.1 Ω R-T 8.9 Ω n-w 0.1 Ω 3.4 Perbandingan Hasil Pengujian dan Pengukuran menggunakan TTR dan Ohm Meter Berikut adalah beberapa data hasil pengujian rasio belitan menggunakan TTR dan Pengukuran Tahanan Belitan Menggunakan Ohm Meter. a.) Trafo 1 Kapasitas Merk : 630 KVA : UNINDO Posisi Tap Changer : Tap 3 Tegangan : 20.000 Volt / 400 Volt

42 Tabel 3. 5 Hasil Nilai Pengukuran Ratio Belitan dan Tahanan Belitan Pada Trafo 630 KVA 630 KVA 630 KVA TTR Phs m_ratio m_a % Diff C_Ratio A OUR RING 0000 >99 86.6050 B + 86.558 0000 0.05 86.6050 C + 73.404 0049 15.24 86.6050 Ohm Meter Primer Sekunder S-T 9.3 Ω n-u 0.1 Ω R-S 7.5 Ω n-v 0.1 Ω R-T 16.5 Ω n-w 0.1 Ω b.) Trafo 2 Kapasitas Merk : 400 KVA : SCHNEIDER Posisi Tap Changer : Tap 3 Tegangan : 20.000 Volt / 400 Volt Tabel 3. 6 Hasil Nilai Pengukuran Ratio Belitan dan Tahanan Belitan Pada Trafo 400 KVA 400 KVA 400 KVA TTR Phs m_ratio m_a % Diff C_Ratio A + 86.601 0000 00.01 86.6050 B 86.607 0000 00.00 86.6050 C 86.618 0000 00.02 86.6050 Ohm Meter Primer Sekunder S-T 8.9 Ω n-u 0.1 Ω R-S 8.9 Ω n-v 0.1 Ω R-T 8.9 Ω n-w 0.1 Ω