PENENTUAN PILIHAN. 1. Pilihan Langsung

dokumen-dokumen yang mirip
Rumus : Ekspektasi keuntungan = pay o * probabilitas.

MATRIK SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEORI KEPUTUSAN ( T.INDUSTRI / S1 ) KODE / SKS : AK / 2 SKS

( A) 1 BAB 2 LANDASAN TEORI Beberapa Definisi

SIKLUS KEPUTUSAN AMALIA, ST, MT

BAB III SIKLUS ANALISA KEPUTUSAN

DIAGRAM POHON KEPUTUSAN DAN KEPUTUSAN BERTAHAP 8.1 PENDAHULUAN Seperti telah kita ketahui suatu keputusan merupakan pilihan alternatif, jadi

2/28/2017. a. Bagaimana situasi lingkungan b. Bagaimana kemampuan manusia c. Proses pengambilan keputusan intuisi d. Bagaimana menilai keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan ini penuh dengan ketidakpastian, selain itu dalam kehidupan

LINGKUP KEPUTUSAN AMALIA, ST, MT

Diterima : 19 Agustus 2014 Disetujui : 2 September 2014

PENGERTIAN DASAR APAKAH INVESTASI ITU?

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

BAB III TEORI UTILITAS

BAB II PENENTUAN TARIF BERDASARKAN METODE WAKTU DAN BAHAN

POHON KEPUTUSAN DOSEN : DIANA MA RIFAH

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

Bab I. Pendahuluan. Pangan adalah kebutuhan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. pangan

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

-BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. mendukung sistem baru yang diusulkan penulis, maka kami melakukan survei dan

ANALISIS POHON KEPUTUSAN DECISION TREE ANALYSIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM

Hipotesis : asumsi atau anggapan bisa benar atau bisa salah seringkali dipakai sebagai dasar dalam memutuskan

PANITIA PENGADAAN BARANG DAN JASA PENGADAAN ALAT LABORATORIUM BALAI BESAR POM DI BANJARMASIN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tahun 1994 didirikanlah sebuah usaha dengan nama PT SUPRAJAYA 2001

BAB III PREFERENSI ATAS RISIKO DAN FUNGSI UTILITY. mempelopori perkembangan suatu ukuran utility.bernoulli mengusulkan bahwa

PEMODELAN KEPUTUSAN. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi. Mahasiswa dapat memahami proses pemodelan keputusan. 10/5/ /5/2015

INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL Untuk Pengambilan Keputusan/Pemilihan Alternatif

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk melaksanakan pembangunan konstruksi memerlukan kontraktor yang

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore. Kurva Permintaan,

Bab 2 DISTRIBUSI PELUANG

BAB I PENDAHULUAN. berlokasi di Jalan Ki Hajar Dewantoro KM 1.5 Tropodo, Krian. Perusahaan tersebut

PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA (P2BJ) DILINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BARITO SELATAN TAHUN ANGGARAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dan spekulasi mempunyai persamaan, yaitu kedua-duanya

Prinsip-Prinsip Manajemen Persediaan Tujuan perencanaan dan pengendaliaan persediaan:

Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 1 BAB 5 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN MODAL KERJA

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

Worksheet Karakter Pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perekonomian sekarang ini, perusahaan dituntut untuk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PEMERINTAH KABUPATEN BULUNGAN POKJA ULP BELANJA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN BULUNGAN TAHUN 2014

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batas

Keputusan MODUL OLEH

MANAJEMEN PEMBANGUNAN PROYEK TUJUAN

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.04/2017 TENTANG KEGIATAN PERUSAHAAN EFEK DI BERBAGAI LOKASI

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL. berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. M enurut Hansen. menggunakan produk atau fasilitas organisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah diatur. Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dalam sekejap mata

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1955 TENTANG PENJUALAN RUMAH-RUMAH NEGARA KEPADA PEGAWAI-PEGAWAI NEGERI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penulisan skripsi ini, dijabarkan beberapa aksioma dan teorema yakni sebagai berikut :

DIAGRAM KEPUTUSAN. 10/09/2012 MK. Toeri Keputusan Darmanto, S.Si.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar

Pertimbangan dalam Memilih Supplier bagi Usaha Sosial

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB IV DIAGRAM KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Yulia Bakery merupakan usaha kecil yang bergerak di bidang produksi

PENGANTAR EKONOMI MANAJERIAL UNTUK RUMAH SAKIT

UAS Manajemen Operasi - 12 Juni ,5 jam Closed book, boleh menggunakan kalkulator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam membuat Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Harga

Boks 2 MANGENTE POLA PERDAGANGAN BAWANG MERAH DI MALUKU

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS BIAYA RELEVAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN JANGKA PENDEK AKUNTANSI MANAJERIAL ANDRI HELMI M, S.E., M.M.

Aplikasi Teori Peluang dan Statistika dalam Pengambilan Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Monday Effect merupakan fenomena dalam dunia keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. memadai (reasonable assurance) kepada entitas tidak hanya dalam hal akuntansi

BADAN USAHA/KEMITRAAN(KSO)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Permintaan, Penawaran, dan Keseimbangan Pasar

TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY

BAB I PENDAHULUAN. kecuali kematian, meskipun demikian juga tetap mengandung ketidakpastian

STUDI KELAYAKAN BISNIS

DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

Peluang Usaha Buka Bengkel Untuk Penghasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar 1.2 Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA. 1. PT.King bergerak dalam bidang apa? PT.King bergerak dalam bidang distributor tas dan dompet import langsung dari china.

Dr. PANDI AFANDI, SE, MM EKONOMI MANAJERIAL PASCA SARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS LANCANG KUNING 2015/2016

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan organisasi mengatasi berbagai tantangan dan berhasil

I. PENDAHULUAN. tertentu, pada periode tertentu, dan pada tingkat harga tertentu. Demand adalah

2017, No tentang Kegiatan Perusahaan Efek di Berbagai Lokasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Neg

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 19 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM

PERENCANAAN PEMERIKSAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) Jl. Tuanku Tambusai Km.4 Komplek Perkantoran Pemda. PASIR PENGARAIAN

PARITAS DAYA BELI DAN TINGKAT BUNGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dengan adanya penanggulangan terhadap resiko-resiko seperti mengalami

CONTROLLING IDENTIFIKASI VARIANS

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1955 TENTANG PENJUALAN RUMAH-RUMAH NEGERI KEPADA PEGAWAI NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

1. Pilihan Langsung PENENTUAN PILIHAN Menentukan pilihan diantara 2 alternatif adalah membandingkan keduanya secara langsung, secara intuitif Akan tetapi makin kompleksnya pesoalan, kita tidak mampu mengumpul dan mengolah informasi secara langsung unrtk menentukan pilihan 1

Contoh : Seorang pengusaha yang bergerak dalam pembuatan produk makanan, Bapak A bermaksud untuk menambah jenis makanan yang akan diproduksinya. Terdapat 2 pilihan yaitu produk X dan Produk Y. Produk X, teknologi yang diperlukan belum tersedia, tetapi Bapak A yakin bahwa para insinyurnya akan mampu menguasai teknologi tersebut, dengan demikian kemungkinan berhasil dari usaha ini adalah 50%. Sedangkan produk B, tidak diperlukan teknologi baru, namun kemungkinan gagal masih ada yaitu 20%. Mengingat keterbatasan dana yang dimiliki Bapak A, maka cukup hanya satu produk yang akan dibuat. Jika usaha produk X berhasil maka akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 200 juta, dan jika gagal akan menderita rugi Rp 20 juta. Apabila usaha produk Y sukses akan mendapatkan keuntungan Rp 80 juta, dan jika gagal menderita rugi sebesar Rp2 juta Menghadapi persoalan tersebut kita tidak dapat menentukan pilihan secara langsung, walaupun persoalan sederhana Pilihan secara langsung dapat dilakukan jika ada dominasi satu alternatif atas alternatif lain Dapat diperhatikan seperti pada diagram keputusan berikut 2

3

1.2. Dominasi Stokastik ( Probabilistik) Contoh : Bapak B adalah direktur produksi sebuah pabrik makanan, dia dihadapkan untuk memilih satu di antara 3 produk baru yang akan dipasarkan. Studi pendahuluan untuk ketiga produk tersebut telah selesai dilakukan, termasuk harganya. ( lihat table di bawah). Selanjutnya hasil penelitian pasar diketahui distribusi kemungkinan tingkat penjualan yang mungkin dicapai untuk masing-masing produk. Pimpinan perusahaan telah memutuskan bahwa hanya satu jenis produk yang akan dipasarkan. 4

5

1.3 Tingkat Aspirasi Dalam proses pengambilan keputusan, mungkin pengambil keputusan mempunyai target yang harus dicapai, disebut tingkat aspirasi. Maka pilihan langsung dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat aspirasi Contoh : pengambil keputusan merasa bahwa yang terpenting adalah menghasilkan tidak kurang Rp 3 juta,sedangkan kemungkinan dapat mencapai Rp 3 juta atau lebih dari masing-masing produk sbb: 6

2. Nilai Ekspektasi Hasil yang dicerminkan dalam distribusi kemungkinan dapat dinyatakan sebagai ratarata, atau nilai ekspektasinya, selanjutnya kita pilih alternatif yang memiliki nilai ekspektasi terbesar. Contoh : Produk X : Nilai Ekspektasi = (0,1). (2 jt) + (0,1). (3 jt) + (0,2). (4 jt) + (0,6). (5 jt) = 4,3 juta Produk Y : Nilai Ekspektasi = (0,1).(0) + (0,2).(2.juta) + (0,2).(4. juta)+(0,4).(6 juta)+ (0,1).(8 juta) = 4,4 juta Produk Z : Nilai Ekspektasi = (0,1).(0) + (0,3). (1,5 juta) + (0,3).(3 juta) + (0,2).(4,5 juta) + (0,1).(6 juta) = 2,85 juta 7

Contoh : Terdapat 2 alternatif A dan B, alternatif A adalah undian dengan menggunakan mata uang, jika sisi gambar yang muncul, Anda akan mendapat Rp 10 juta. Sebaliknya jika sisi angka yang muncul Anda tak dapat apa-apa. Sedangkan alternatif B Anda akan memperoleh secara pasti tanpa diundi sebesar Rp 4,5 juta. Alternatif mana yang Anda pilih? 8

Memang benar alternatif A memiliki NE terbesar dibandingkan B, akan tetapi sebagian orang pasti akan memilih B, karena pasti dan hanya beda sedikit, karena dalam persoalan ini nilai ekspektasi belum mencakup faktor risiko. Sedangkan faktor risiko sangat penting untuk kita pertimbangkan, untuk mengatasi hal tersebut kita tentukan nilai ekivalen tetap. 3.Nilai Ekivalen Tetap Nilai ekivalen tetap dari suatu kejadian tak pasti adalah : Nilai tertentu dimana pengambil keputusan merasa tidak berbeda antara menerima hasil yang dicerminkan dalam ketidakpastian tersebut, atau Menerima dengan kepastian suatu hasil dengan nilai tertentu 9

Menentukan Nilai Ekivalen Tetap a. Perhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut : Bila C =Rp 10 juta, Anda akan pilih mana? Pasti Anda akan pilih C bukan? Bila C = 0, pasti Anda akan pilih alternatif A Jadi nilai Ekivalen Tetapnya (ET) terletak antara : 0 10 juta b. Penentuan nilai Ekivelen Tetap dapat ditentukan secara langsung, missal Anda tentukan C =3,5 juta, maka Anda akan pilih A, tetapi jika lebig dari 3,5 juta, Anda akan pilih C, dalam hal ini nilai ET adalah 3,5 juta. c. Bila Anda mrngalami kesulitan menentukan ET secara langsung, cara lain adalah sbb : Tanya : Bila C = 1 juta, mana yang Anda pilih? Anda : alternatif A Tanya : Bila C = 5 juta? Anda : Pilih Alternatif C Tanya : Bagaimana jika C = 3 juta? Anda : Kalau 3 juta, saya masih tetap pilih A Tanya : Bagaimana jika C = 4 juta? Anda : Empat juta? lebih baik pilih C Tanya : Bila C= 4 juta, Anda memilih C; bila C = 3 juta Anda akan pilih A, bagaimana jika C = 3,5 juta? Anda : Pada nilai C = 3,5 juta ini, saya sukar untuk menentukan, tapi saya akan memilih A, tetapi bila lebih dari 3,5 juta saya akan memilih C. 10

11

Dalam kasus ini tidak dapat menetapkan ET secara langsung Tapi dengan melakukan penjajagan terhadap preferensi pengambil keputusan dalam menghadapi risiko Hasil penjajagan di kode- kan dalam suatu kurva, disebut kurva preferensi atau kurva utility 4.1 Kurva Utility Kurva utility diperoleh dari hasil penjajagan pengambil keputusan. Pada umumnya skala utility dinyatakan antara 0 dan 1 Skala 1 adalah nilai paling disukai, o paling tidak disukai 12

Dari kurva ini, maka kita tahu bahwa : a. Utility dari uang sebesar Rp 100.000 adalah 1 b. Utility dari uang sebesar 0 adalah 0 c. Utility dari uang antara 0 100.000 dapat kita ketahui dari kurva tsb d. Tiap pengambil keputusan mempunyai kurva utility masing-masing, karena tiap orang memiliki preferensi tersendiri dalam menghadapi risiko Untuk lotere mata uang, kita dapat menyatakan hasil dalam bentuk utility 13

Ekspektasi Utility = 0,5. (1) + 0,5.( 0) = 0,5 Lihat kurva utility: jadi jumlah rupiah yang berkorespondensi dengan utility 0,5, adalah Rp 25.000 Nilai rupiah inilah yang menjadi ET dari lotere tsb 4.2 Ekspektasi Utility 14

Alternatif 1 : EU1 = 0,5. (1) + 0,4 (0,7) + 0,1 (0) = 0,780 Alternatif 2 : EU2 = 0,7.(0,95) + 0,3 (0,42) = 0,791 Maka alternatif -2 adalah alternatif terbaik, karena memberi utility yang lebih tinggi Bisa terlihat dari kurva utility, Alternatif 1 : EU1=0,780, ekivalen dengan ET1 = Rp 48.000, sedangkan EU2 = 0,791, ekivalen dengan ET2 = Rp 49.000 15

5. Analisis Bertahap Untuk memutuskan persoalan yang lebih kompleks perlu menggunakan analisis bertahap. Analisis ini dimulai dari ujung kanan diagram keputusan, bergerak mundur menuju keputusan awal Karena dimualai dari ujung, maka tidak ada keputusan lanjutan Adapun langkah-langkahnya adalah sbb 16

Contoh : Pada bulan Juni 1982, Sutopo, manajer operasi suatu perusahaan pembuat suku cadang industry mobil, mendapat tawaran untuk menyediakan beberapa suku cadang khusus. Jumlah yang akan dipesan saat ini belum pasti, mungkin 20 atau 40 unit, kepastiannya akan diberikan pada Januari 1983, yaitu 7 bulan kemudian. Harga per unit adalah Rp 1 juta. Berkenaan dengan ini Sutopo diharapkan untuk memberikan jawaban minggu depan, dan bila sanggup pengiriman akan dilakukan Maret 1983. Sutopo dan stafnya kemudian menetukan bahwa ada 3 cara untuk memproduksi suku cadang tersebut. Proses-1 : Merupakan termurah jika dapat berjalan dengan baik, karena bias berjalan dengan baik, dapat diketahui setelah percobaan, diperkirakan akan selesai September 1982. Jika tidak, mereka masih punya waktu untuk menggunakan proses-2, tetapi investasi yang tertanam pada proses-1 akan hilang. Proses-2 : Merupakan proses yang lebih mutahir, jauh lebih mahal, tapi pasti berhasil Sub-kontrak : mereka mempunyai sub-kontraktor yang dipercya. Bila pesanan diberikan saat ini sub-kontraktor akan memberi harga yang layak, mengenai jumlahnya mereka dapat menunggu hingga ada kepastian, tetapi bila pesanan kepada sub kontraktor dilakukan setelah bulan Juli harganya akan lebih tinggi. Dengankata lain sub-kontraktor sanggup memenuhi pesanan tsb kapan saja, asal tidak lebih dari Januari 1983. Para teknisi yang nantinya akan terlibat, memperkirakan bahwa kemungkinan berhasilnya proses-1 adalah 50%, dan Sutopo, setelah berbicara dengan pihak perusahaan mobil menetapkan bahwa kemungkinan pesanan 40 unit 40%. Ongkosongkos yang perlu dipikul ditentukan oleh para teknisi dan staf bagian keuangan berdasarkan desain produk dan prosesnya, dan besarannya adalah sbb: Proses 1 2 Sub kontrak Biaya Percobaan (Rp) Rp 2 juta - Selanjutnya Sutopo dan stafnya memperkirakan pula: Lihat Diagram - Biaya prod/ unit bila berhasil (Rp) Rp 400 ribu Rp 600 ribu - Pesanan < 1 Agustus 82 Pesanan > 1 Agustus 82 - - Rp 700 ribu - - Rp 900 ribu 1. Bila yang diproduksi adalah 20 unit, tetapi ternyata pesanannya 40 unit, maka sisanya dapat diperoleh dengan cara sub kontrak denga harha Rp 900.000/unit 2. Bila diproduksi 40 unit, ternyata pesanannya 20 unit, kelebihannya dapat dijual tetapi dengan harga Rp 200.000/unit. 17

Diagram Analisis Bertahap Pesan 40 Rp 22 juta Produksi 40 0,4 Proses-1 9,6 juta A Tolak pesanan 0 12,4 juta Berhasil 0,5 B 0,5 6,8 juta Gagal D 6,8 juta Proses-2 8,8 juta Sub kontrak sekarang E F C G Pesan 20 12,4 juta 0,6 10,8 juta Pesan 40 PRODUKSI2 0,4 0 H Pesan 20 0,6 Sub kontrak Pesan 40 0,8 juta 0,4 I Pesan 20 0,6 Produksi 40 Pesan 40 4,4 juta 0,4 J Pesan 20 6,8 juta 0,6 Pesan 40 Produksi 20 K 0,4 Pesan 20 0,6 Produksi 40 Pesan 40 6,4 juta 0,4 L Pesan 20 0,6 8,8 juta Pesan 40 Produksi 20 0,4 M Pesan 20 0,6 Pesan 40 8,4 juta N 0,4 Pesan 20 0,6 6 juta 12 juta 10 juta 2 juta 0 14 juta 2 juta 8 juta 6 juta 16 juta 0 10 juta 8 juta 12 juta 6 juta 0 Berdasarkan diagram analisis bertahap tersebut, lihat simpul G. Kejadian tak pasti kita ganti dengan Nilai Ekspektasi (NE) = (0,4).( 22 juta) + (0,6).(6 juta) = 12,4 juta Demikian pula untuk simpul H, I, J, K, L, M, N, hitung masing-masing NEnya Hitung secara bertahap sesuai, dengan cara mundur hingga ke simpul keputusan awal, untuk semua alternatif Dengan membendingkan nilai NE pada semua alternatif, kita dapatkan NE terbesar, yaitu Proses-1. 18

19