BAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi maka konselor/peneliti melakukan analisis data. Analisis data

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI PERILAKU FIKSASI

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan. Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Trauma Seorang Remaja

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

BAB IV ANALISIS DATA. Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENGATASI KEJENUHAN ISTRI MENGURUS

BAB IV ANALISIS DATA. diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut : A. Analisis Bimbingan dan Konseling Islam dengan pendekatan

BAB IV ANALISIS DATA. yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dengan makhluk lainnya, terutama dengan sesama manusianya. Sebagai

BAB IV ANALISIS DATA. keefektifan dalam bimbingan dan konseling islam dengan terapi reward berbasis hobi

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari

BAB IV ANALISIS DATA. Belajar Siswa Di Mts Ma arif Driyorejo Gresik. lebih jelasnya lihat table di bawah ini:

BAB IV ANALISIS TERAPI REALITAS UNTUK MEMBANTU PENYESUAIAN DIRI SANTRI MADRASAH DINIYAH

BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional. TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN SEORANG AYAH

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB IV ANALISIS DATA. analisis sesuai dengan fokus penelitian kali ini yaitu sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Analisis tentang bentuk-bentuk Disharmoni Keluarga yang terjadi di. Desa Mojorejo Pungging Mojokerto

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

2. Faktor pendidikan dan sekolah

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENGATASI KESENJANGAN KOMUNIKASI SEORANG ADIK TERHADAP

BAB IV ANALISA DATA. 1. Analisis Tentang Faktor yang Mempengaruhi Seorang Siswa Pelaku. Bullying di Sekolah Al-Asyhar Sungonlegowo Bungah Gresik

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI RENDAH DIRI SEORANG SANTRI

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA. yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut:

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan

BAB IV ANALISIS DATA. ketika melakukan observasi dan wawancara. dengan demikian dapat diketahui. untuk Menangani Anak Middle Child Syndrome. Tabel 4.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Modelling

BAB IV ANALISIS KONSELING KELUARGA BAGI LANSIA YANG MENGALAMI EMPTY NEST SYNDROME DI DESA KATERBAN NGANJUK

yang melihat bagaimana perilaku konseli secara langsung. Teknik analisa tingkah laku sebelum dan sesudah dilakukan proses bimbingan.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi

BAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi yang disajikan pada awal bab yang telah dipaparkan oleh

BAB IV ANALISIS DATA 1. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF PADA SEORANG IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data mengenai Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan. di Desa Pangkahkulon Ujungpangkah Gresik

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Faktor-faktor yang melatar belakangi post power syndrome. seorang pensiunan tentara di Kelurahan Kemasan Krian

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempunyai karakter yang baik sesuai dengan harapan pemerintah. Salah

BAB IV ANALISIS DATA A. ANALISIS TENTANG PENYEBAB-PENYEBAB SEORANG ANAK YANG. proses bimbingan dan konseling Islam menggunakan Non-Directive Permainan

BAB IV ANALISIS PROSES DAN HASIL PELAKSANAAN TERAPI SABAR UNTUK MENGATASI STRES

BAB IV ANALISIS DATA. C. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan. Pemuda di Desa Putat Kec Kebomas Kab. Gresik).

Menangani Kecemasan pada Korban Perkosaan. membandingkan data teori dengan data yang ada di lapangan.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV ANALISIS DATA. Dengan Teknik Token Economy Dalam Membentuk Disiplin Shalat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

Oleh Nandang Rusmana, M.Pd

BAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi seperti yang sudah dipaparkan peneliti maka peneliti. Anak Berkebutuhan Khusus (Down Syndrom) di SDN ۱ Inklusi

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive

LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Konsep Dasar Tentang Konseling Behavioral

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang

BAB IV ANALISIS DATA. membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah dilakukannya proses konseling. Berikut ini

Oleh MOHAMAD SAID NIM

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan Konseling Karir dalam

BAB IV ANALISIS DATA. data-data yang sudah diperoleh dan dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Analisis

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Kedua aspek ini terbagi lagi atas sejumlah sub aspek dengan ciri- ciri

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Metode konseling karier Nur Cita Qomariyah Membina Skill. Mahasiswa di IQMA IAIN Sunan Ampel Surabaya.

KORELASI ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMP DI MATARAM

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.

KORELASI SIKAP PERCAYA DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR. Sukarman Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram.

BAB I PENDAHULUAN. tempat peserta didik belajar, sehingga terjadilah proses belajar mengajar yang

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian ini peneliti menggunkan analisis deskriptif komparatif

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi.

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM MELALUI KONSELING KARIR DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA DI KELURAHAN SIWALANKERTO SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI. Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian individu

Konseling Individual Pendekatan Behavioral Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Belajar Siswa

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Konseling dengan Teknik Timing Of Event Models Untuk

BAB IV ANALISA DATA. dengan analisa deskriptif. Adapun datayang dianalisis sesuai dengan dua focus

SATUAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK SIKLUS I

BAB I PENDAHULUAN. regenerasi bangsa. Masa muda atau remaja adalah proses peralihan masa. ini dipenuhi dengan perkembangan dan perubahan.

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENANGANI SIKAP EGOIS PADA SEORANG REMAJA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Self Regulation Untuk Menurunkan Tingkat Kecanduan

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan BKI (Bimbingan dan Konseling Islam)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing orang selalu menginginkan harga diri yang tinggi.

BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK SELF-EFFICACY SISWA DAN IMPLIKASINYA PADA BIMBINGAN KONSELING SMK DIPONEGORO DEPOK SLEMAN, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sangat berguna dan bermanfaat untuk memperlancar dan memberikan pengaruh

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB IV ANALISIS DATA. klien. Setelah data diperoleh dari lapangan dengan cara wawancara, observasi dan

Transkripsi:

94 BAB IV ANALISIS DATA Setelah menyajikan data hasil lapangan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi maka konselor/peneliti melakukan analisis data. Analisis data ini dilakukan untuk memperoleh suatu hasil penemuan dari lapangan berdasarkan fokus permasalahan yang diteliti. Adapun analisis data yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut : A. Analisis proses pelaksanaan konseling Behavioral dengan Tekhnik Assertive Training dalam Meningkatkan Self confident Seorang guru Di MA Miftahul Ulum Bengkak Wongsorejo Banyuwangi. Selama melakukan proses konseling, peneliti/konselor telah melakukan sesuai dengan langkah-langkah pada teori dan teknik konseling. Sehingga berdasarkan penggunaan langkah dan tahapan konseling tersebut peneliti dapat menjelaskan data dan proses konseling, yaitu mulai dengan identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, treatment dan evaluasi secara deskriptif sebagaimana metode penelitian yang digunakan yakni metode penelitian kualitatif. Pada langkah pertama, konselor mulai mengumpulkan data dengan terlebih dahulu membangun hubungan dengan konseli dan informan lainnya. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data, akhirnya peneliti dapat mengetahui gejala-gejala yang muncul pada diri konseli sekaligus faktor yang menyebabkan gejala-gejala tersebut timbul. Sehingga pada langkah ini, peneliti berhasil 94

95 melakukan pengumpulan data sebagaimana pada langkah pertama yang ada pada teori bimbingan dan konseling yakni melakukan identifikasi masalah. Pada langkah kedua yakni peneliti melakukan penilaian gejala yang konseli alami dan menetapkan jenis masalahnya. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan oleh konselor, dapat diketahui bahwa konseli memiliki self confident yang rendah. Hal ini bisa diketahui dengan cara membandingkan hasil identifikasi yang dilakukan konselor terhadap gejala-gejala yang konseli alami dengan tabel perbedaan karakteristik tingkat percaya diri rendah dan tinggi yang dijelaskan pada bab 2. Setelah melihat hasil perbandingannya maka konseli termasuk karekteristik individu dengan percaya diri rendah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan konselor/peneliti dengan konseli dan informan lainnya, bisa diketahui bahwa perilaku konseli ini sudah terjadi cukup lama, semenjak konseli mulai mengajar di MA Miftahul Ulum. Langkah ketiga, konselor/peneliti merencanakan dan merumuskan tekhnik dan terapi yang sesuai dengan masalah konseli. Disini konselor menggunakan konseling behavior dengan tekhnik assertive training untuk meningkatkan self confident konseli yang rendah. Konselor menggunakan behavior karena konselor ingin mengubah tingkah laku konseli yang pasif. Konselor akan melihat bagaimana tingkah laku tersebut terbentuk, apakah tingkah laku tersebut memiliki dampak positif atau negatif. Setelah konseli dapat melihat dan menilai prilakunya yang kurang bertanggung jawab, akhirnya konselor memberikan memberikan treatment dengan teknik assertive training dengan menggunakan prosedur

96 bermain peran (role playing) dimana teknik ini konseli diminta untuk bermain peran, dengan tujuan agar konseli bisa melihat dan merasakan perilakunya dan pada akhirnya ia akan mencoba mengubah menjadi perilaku yang lebih bertanggung jawab dalam hal apapun. Langkah keempat adalah proses pelaksanaan treatment oleh konselor. Setelah melakukan beberapa kali pertemuan dengan konseli, konselor dapat melihat usaha konseli dalam melakukan perubahan. Oleh karena itu sebelum konseli memiliki keraguan atas usahanya, konselor akan membantu konseli dalam mengarahkan perilakunya menjadi lebih baik dan bertanggung jawab. Dan treatment yang diberikan konselor adalah teknik assertive training dengan prosedur bermain peran dalam meningkatkan self confidentnya. Konselor sebelum melakukan terapi (treatment) terlebih dulu memberikan pengertian bahwa jika konseli ingin menjadi lebih baik dan mempunyai perilaku yang bertanggung jawab dari sebelumnya, maka ia harus mempunyai tujuan hidup baru yang harus dicapai, agar konseli senantiasa seamangat dan selalu ingat bahwa ia ingin menjadi seseorang yang lebih baik dan berguna. Untuk terapi (treatment), konselor menggunakan prosedur bermain peran (role playing), pada terapi pertama konseli diminta berperan sebagai guru dan siswa. Dalam berperan sebagai guru dan siswa, yaitu agar konseli dapat menyadari dan memilih peran mana yang lebih membuat self confidentnya tinggi. Peran sebagai guru dan siswa yang diberikan atau dimainkan oleh konseli yaitu

97 dengan karakter yang berbeda-beda, yang mana ke dua peran ini dilakukan secara bergantian, yakni setelah konseli memerankan sebagai guru, kemudian berganti memerankan sebagai siswa. Dalam menerapkan tekhnik tersebut, konselor akan menerapkannya dalam empat kali pertemuan. Karena waktu yang diberikan oleh konseli dan telah disepakati di awal. Hal ini membuat proses treatment terbilang cepat. Setelah konselor mereview hasil pertemuan selama proses pemberian treatment, langkah selanjutnya adalah evaluasi, konselor menyakinkan konseli untuk menilai dan mengevaluasi perilakunya saat ini apakah sudah sesuai dengan arah kehidupannya, atau malah sebaliknya. Setelah itu konseli diajak berpikir bagaimana seharusnya perilakunya membawanya kearah yang lebih baik lagi. Teknik assertive training sangat cocok untuk konseli, karena ia akan membantu mengukapkan atau menyatakan perasaan konseli tanpa harus menyinggung orang lain dan merugikan dirinya sendiri. Sehingga saat ia berinteraksi dengan orang lain, perilaku yang kurang bertanggung jawab akan berubah menjadi perilaku yang bertanggung jawab. Apalagi konseli diawal sudah mengatakan tujuan hidup yang ingin dicapai. Sedangkan dalam penggunaan teknik assertive training yang menggunakan prosedur bermain peran tersebut tidak berhasil 100% karena banyak kendala yang melatar belakangi ketidak berhasilan tekhnik tersebut, seperti: sifat konseli yang ragu dan tidak percaya diri dalam melakukan bermain peran (role playing), akan tetapi teknik ini sudah membantu konseli untuk bisa melihat dan

98 merasakan adanya perbedaan antara perilaku konseli sebelum dan sesudah mengalami proses konseling dengan treatment yang diberikan konselor. Langkah terakhir, peneliti sekaligus konselor mengevaluasi proses konseling dan treatment yang telah diberikan. Setelah melakukan tahap evaluasi dan peninjauan kembali, konselor telah menjalankan tahap-tahap konseling dan terapi sesuai dengan apa yang terdapat dalam prognosis dan teori yang ada. mulai dari identifikasi, diagnosis, prognosis, dan treatment. Lalu untuk evaluasi treatment yang digunakan, teknik assertive training dengan prosedur bermain peran (role playing) telah menunjukkan hasil perubahan perilaku konseli ke arah yang lebih baik daripada sebelumnya. B. Analisis Hasil dari Proses konseling Behavior dengan Tehnik Assetive Training dalam Meningkatkan Self Confident seorang guru di MA Miftahul Ulum. Setelah melakukan proses konseling, dimana konselor menggunakan konseling behavior dengan menggunakan tekhnik assertive training dengan prosedur-prosedur bermain peran untuk membantu konseli menyelesaikan masalah tingkah lakunya yaitu self confidentnya rendah, maka peneliti dapat mengetahui hasil dari pelaksanaan konseling yang dilakukan konselor cukup membawa perubahan pada diri konseli. Tekhnik assertive training dapat meningkatkan self confident konseli meskipun tidak mencapai hasil yang sempurna. Dari hasil observasi dan wawancara yang konselor lakukan dengan konseli dan informan lainnya, maka dapat diketahui perubahan yang dialami konseli

99 diantaranya tampak percaya diri. Dalam pertemuan dengan konseli, ia mengatakan bahwa ingin membantu membimbing siswanya yang nakal, agar menjadi orang yang berguna. Akan tetapi karna faktor siswa yang masih menganggap konseli remeh membuat konseli kesulitan untuk bisa mendekati siswa. Konseli selalu mencoba untuk bersikap tegas dan berani mendisiplinkan siswanya meski terkadang susah untuk melakukannya. Konseli juga terlihat mulai banyak melakukan kegiatan-kegiatan untuk lebih menyakinkan perilakunya sekarang. Self confident konseli yang semula rendah sekarang sudah cukup baik itu menunjukkan bahwa ada peningkatan dalam perilaku konseli. Berikut ini adalah hasil lain dari observasi yang telah dilakukan oleh konselor terhadap konseli baik sebelum dan sesudah proses konseling dan treatment: Tabel 4.1 Perilaku yang ditunjukkan sebelum proses konseling No Perilaku konseli Dampak perilaku Kurang baik Cukup baik 1 Takut dan raguragu Mudah dengan menyerah keputusan yang dibuat 2 Tidak mempunyai pegangan hidup yang cukup kuat 3 Tidak berani bertindak pada setiap situasisituasi yang dihadapi Takut mencoba hal-hal yang baru Selalu memandang negative pada setiap tindakannya Baik

100 Setelah konselor melakukan treatment sampai tahap follow up pada konseli mulai tanggal 28,29,31 desember 2016 sampai tanggal 2 dan 4 januari 2017. Konseli sudah mulai menunjukkan perubahan perilaku yang lebih bertanggung jawab. Berikut ini adalah hasil perilaku yang ditunjukkan konseli saat menjalani proses konseling: Tabel 4.2 Perilaku yang ditunjukkan sesudah proses konseling No Perilaku konseli Dampak perilaku Kurang baik Cukup baik 1 Takut dan raguragu Mudah dengan menyerah keputusan yang dibuat 2 Tidak mempunyai pegangan hidup yang cukup kuat Takut mencoba hal-hal yang baru Baik 3 Tidak berani bertindak pada setiap situasisituasi yang dihadapi Selalu memandang negatif pada setiap tindakannya Berikut adalah tabel tingkat perbedaan percaya diri meneurut karekteristik atau individu itu rendah atau tinggi:

101 Tabel 4.3 Perbedaan Karakteristik Individu Percaya Diri Tinggi dan Rendah No Indikator Percaya Diri 1 Individu dengan percaya diri tinggi 2 Individu dengan percaya diri rendah Karekteristik Percaya akan kemampuan diri hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, menjadi diri sendiri. Punyak pengendalian diri yang baik dan emosinya stabil. Memandang keberhasilan dan kegagalan dari usaha sendiri, tidak mudah menyerah, serta tidak tergantung pada bantuan orang lain. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi diluar dirinya. Memiliki harapan yang realistis terhadap diri sendiri sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, seseorang tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi. Berusaha menunjukkan sikap konformis. Menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan. Sulit menerima realita diri dan memandang rendah kemampuan diri sendiri, namun dilain pihak memasang harapan yang tidak realistis terhadap diri sendiri. Pesimis mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif. Takut gagal, sehingga menghindari

102 segala resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil. Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus. Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu. Mempunyai eksternal locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangat tergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain). Tabel di atas bisa dilihat perbedaan antara karekteristik individu dengan percaya diri tinggi atau rendah. Dari hasil proses konseling yang dilakukan konselor terhadap konseli tabel 4.2 menunjukkan bahwa konseli sudah mengalami perubahan cukup baik dalam perilakunya meski tidak mencapai 100%. C. Kendala Selama Proses Pelaksanaan Penelitian Selama melakukan proses penelitian/konseling, konselor mengalami beberapa kendala, diantaranya: 1. Waktu penelitian berbenturan dengan UAS di MA Miftahul Ulum membuat penelitian tertendu dalam beberapa hari. Konselor hanya punya waktu pada hari dan tanggal senin, 5 desember 2016 untuk menemui konseli dan memintanya sebagai subyek dan konseli dalam penelitian. 2. Keputusan konseli yang masih ragu-ragu untuk bersedia menjadi subyek sekaligus konseli dalam penelitian ini. 3. Liburan sekolah yang membuat penelitian harus ditunda kedua kalinya selama setengah bulan.

103 4. Jadwal kegiatan di MA Miftahul Ulum sehingga konselor memiliki keterbatasan waktu saat penelitian. 5. Waktu yang diberikan konseli saat proses konseling. Sehingga saat pemberian treatment dipersingkat. 6. Pencarian refrensi untuk kajian pustaka.