BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak. atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil Belajar. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SALES PROMOTION PT. NUTRIFOOD INDONESIA. Disusun oleh : KUMALA SARI

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia, baik pada jenjang. pendidikan dasar maupun menengah, lebih menekankan pada aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

Instrumen Bimbingan dan Konseling Bidang Pribadi-Sosial INSTRUMEN SKALA Variabel: Kepercayaan Diri

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Menyontek. tidak sah dan mengaku jawaban itu dari diri sendiri, menggunakan catatan

MENGEMBANGKAN SELF CONCEPT SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT ATTAINMENT

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

Instrumen Bimbingan dan Konseling Bidang Pribadi-Sosial OBSERVASI Variabel: Kepercayaan Diri

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berkaitan dengan kecerdasan ganda (multipe intelligences). Gardner, menyatakan bahwa IQ tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB V HASIL PENELITIAN. Berdasarkan data valid kepercayaan diri remaja dan prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung menempatkan institusi ini sebagai salah satu institusi sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Salah satunya adalah kepercayaan diri (Self Confidence). Kepercayaan diri

BAB II KAJIAN TEORITIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Meningkatkan Konsep Diri Positif dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prestasi belajar. studi, angka kelulusan, prediket keberhasilan, dan semacamnya (Azwar, 1996).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Peningkatan Konsep Diri Positif dengan Layanan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. ( Suryabrata, 2002 : 293 ).

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Melati, 2014

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut

BAB II LANDASAN TEORI. keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya

BAB. II LANDASAN TEORITIS. 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam struktur pendidikan Indonesia,

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

EMOSI DAN SUASANA HATI

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pada remaja dapat diselesaikan. Apabila tugas tugas pada remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK. Katolik Soegidjapranata Semarang dengan judul Perbedaan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena pengaruh hormonal. Perubahan fisik yang terjadi ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan,

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

Transkripsi:

15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak menimbulkan masalah pada diri seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan kepercayaan diri seseorang mampu mengaktualisasikan segala potensi dirinya. Kepercayaan diri merupakan sesuatu yang urgen untuk dimiliki setiap individu. Beberapa ahli memberikan penjabaran tentang pemahaman kepercayaan diri, menurut Fatimah (2006) kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri alias sakti. Kumara (dalam Ghufron, 2011) menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan ciri kepribadian yang mengandung arti keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri. Pendapat Dr Robert Anthony (dalam Wibowo, 2007) kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang yang diperoleh melalui monolog dengan

16 dirinya sendiri yang bersifat internal, keyakinan yang mendukung pencapaian berbagai tujuan hidupnya untuk tidak berputus asa walaupun menemui kegagalan. Anthony (dalam Ghufron, 2011) berpendapat bahwa kepercayaan diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif, memiliki kemadirian, dan mempunyai kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan. Sama halnya dengan Afiatin dan Andayani (dalam Ghufron, 2011) yang menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian yang berisi keyakinan tentang kekuatan, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya. Kepercayaan diri menurut pendapat Willis (dalam Ghufron, 2011) adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain. Dan Lauster (dalam Ghufron, 2011) mendefinisikan kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman hidup. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis, cukup toleren dan bertanggung jawab. Lauster juga menambahkan bahwa kepercayaan diri berhubungan dengan kemampuan melakukan sesuatu yang baik.

17 Kepercayaan diri (Angelis, 1997) adalah sesuatu yang harus mampu menyalurkan segala yang kita ketahui dan segala yang kita kerjakan. Kepercayaan diri merupakan sikap mental seseorang dalam menilai diri maupun objek sekitarnya sehingga orang tersebut mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Menurut Santrock (2003) rasa percaya diri adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. John Fereira (Agustian,2001) seorang konsultan dari Deloitte & Touche Consulting mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayan diri, di samping mampu untuk mengendalikan dan menjaga keyakinan dirinya, juga akan mampu membuat perubahan di lingkungannya. Jadi kepercayaan diri adalah keyakinan untuk melakukan sesuatu pada diri subjek sebagai karakteristik pribadi yang di dalamnya terdapat keyakinan akan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis. 2. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri Menurut Rini (dalam Ghufron, 2011) orang yang mempunyai kepercayaan diri tinggi akan mampu bergaul secara fleksibel, mempunyai toleransi yang cukup baik, bersikap positif, dan tidak mudah terpengaruh orang lain dalam bertindak serta mampu menentukan langkah-langkah pasti dalam kehidupannya.

18 Individu yang memiliki kepercayaan diri tinggi akan terlihat lebih tenang, tidak memiliki rasa takut, dan mampu memperlihatkan kepercayaan dirinya setiap saat. Menurut Lauser (dalam Ghufron, 2011) orang memiliki kepercayaan diri yang positif adalah sebagai berikut: a. Keyakinan kemampuan diri, adalah sikap positif seseorang tentang dirinya. Ia mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya. b. Optimis, adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan kemampuannya. c. Objektif, orang yang memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri. d. Bertanggung jawab, adalah kesediaan orang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. e. Rasional dan realistis, adalah analisis terhadap suatu masalah, sesuatu hal, dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

19 Menurut Fatimah (2006) dijelaskan bahwa karakteristik individu yang percaya diri ada beberapa yaitu: a. Percaya akan kemampuan atau kompetensi diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan ataupun hormat dari orang lain. b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri sendiri d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosi stabil) e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, bergantung pada usaha sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung atau mengharapkan bantuan orang lain) f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.

20 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Individu Kepercayaan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor (Ghufron, 2011) sebagai berikut: a. Konsep diri, menurut Anthony terbentuknya kepercayaan diri pada diri seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulannya dalam suatu kelompok. Hasil interaksi yang terjadi akan menghasilkan konsep diri. b. Harga diri, konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif juga. Harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Tingkat harga diri seseorang akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang. c. Pengalaman, dapat menjadi factor munculnya rasa percaya diri. Sebaliknya pengalaman juga dapat menjadi factor menurunya rasa percaya diri seseorang. Anthony mengemukakan bahwa pengalaman masa lalu adalah hal terpenting untuk mengembangkan kepribadian sehat. d. Pendidikan, tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan diri seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah akan menjadikan orang tergantung dan berada di bawah kekuasaan orang lain yang lebih pandai darinya, dan sebaliknya orang yang memiliki pendidikan tinggi akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih dibandingkan yang berpendidikan rendah.

21 B. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri Konsep diri menurut Seifert dan Hoffnung (dalam Desmita, 2012) adalah suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri. Burns (dalam Desmita, 2012) mengatakan bahwa konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri. Sementara menurut Sullivan (dalam Thalib, 2010) konsep diri mengandung makna penerimaan diri dan identitas diri yang merupakan konsepsi inti yang relatif stabil. Definisi lain menurut Rahmat konsep diri bukan hanya gambaran deskriptif, melainkan juga penilaian individu mengenai dirinya sendiri. Calhaoun dan Acocella (dalam Ghufron, 2011) mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran mental diri seseorang. Pemily (dalam Desmita, 2012) mendefinisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks dari keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut. Sedangkan konsep diri menurut Cawagas (dalam Desmita, 2012) adalah mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya dan sebagainya. Menurut Hurlock (dalam Ghufron, 2011) konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi

22 yang siswa capai. Burn (dalam Ghufron, 2011) juga mendefinisikan konsep diri sebagai kesan terhadap diri sendiri secara keseluruhan yang mencakup pendapatnya terhadap diri sendiri, pendapat tentang gambaran diri di mata orang lain, dan pendapatnya tentang hal-hal yang dicapai. Dan Greenwald (dalam Thalib, 2010) menjelaskan bahwa konsep diri sebagai suatu organisasi dinamis didefinisikan sebagai skema kognitif tentang diri sendiri yang mencakup sifat-sifat, nilai-nilai, peristiwaperistiwa dan memori semantic tentang diri sendiri serta kontrol terhadap pengolahan informasi diri yang relevan. Sama dengan yang lainnya Atwater (dalam Desmita, 2012) menyebut bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilainilai yang berhubungan dengan dirinya. Atweter juga mengidentifikasikan konsep diri atas tiga bentuk, pertama body image yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua ideal self yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya. Konsep diri adalah apa yang dipikirkan dan dirasakan tentang dirinya sendiri. Ada dua konsep diri yaitu komponen kognitif (self image) dan konsep diri komponen afektif (self esteem). Konsep diri diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari kebanyakan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif dan prestasi yang siswa capai. Konsep diri

23 merupakan salah satu aspek yang cukup penting bagi individu dalam berperilaku. Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Yang mana terdiri atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan. Konsep diri merupakan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh seseorang mengenai dirinya sendiri. Semakin baik atau positif konsep diri seseorang maka akan semakin mudah ia mencapai keberhasilan. Sebab, dengan konsep diri yang baik atau positif, seseorang akan bersikap optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses dan berani pula gagal, penuh percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, serta bersikap dan berfikir secara positif. Sebaliknya, semakin jelek atau negative konsep diri, maka akan semakin sulit seseorang untuk berhasil. Sebab, dengan konsep diri yang jelek atau negatif akan mengakibatkan tumbuh rasa tidak percaya diri, takut gagal sehingga tidak berani mencoba hal-hal yang baru dan menantang, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa tidak berguna, pesimis, serta berbagai perasaan dan perilaku inferior lainnya.

24 2. Perkembangan Konsep Diri Willey (dalam Ghufron, 2011) mengatakan bahwa sumber pokok dari informasi untuk konsep diri adalah interaksi dengan orang lain. Menurut Hurlock (dalam Ghufron, 2011) membagi konsep diri berdasarkan perkembangannya menjadi konsep diri primer dan konsep diri sekunder. Konsep diri primer adalah konsep diri yang terbentuk berdasarkan pengalaman anak di rumah, berhubungan dengan anggota keluarga yang lain. Konsep diri sekunder adalah konsep diri yang terbentuk oleh lingkungan luar rumah. Calhoun dan Acocella (dalam Ghufron, 2011) mengemukakan tentang sumber informasi yang penting dalam pembentukan konsep diri antara lain: a. Orang tua, karena kontak social yang paling awal dan paling kuat dialami oleh individu. b. Teman sebaya karena selain individu membutuhkan cinta dari orang tua juga membutuhkan penerimaan dari teman sebaya dan apa yang diungkapkan pada dirinya akan menjadi penilaian terhadap diri individu tersebut. c. Masyarakat karena dalam masyarakat terdapat norma-norma yang akan membentuk konsep diri pada individu. Jadi konsep diri tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi berkembang dengan adanya interaksi dengan individu yang lain khususnya dengan lingkungan social.

25 3. Aspek-Aspek Konsep Diri Aspek konsep diri menurut Song dan Hattie (dalam Thalib, 2010) dibedakan menjadi konsep diri akademis dan konsep diri non-akademis, yang mana konsep diri non-akademis dibedakan lagi menjadi konsep diri social dan penampilan diri. Hattie menggolongkan konsep diri atas dua kategori utama, yaitu konsep diri umum dan konsep diri khusus yang mana konsep diri khusus mencakup konsep diri akademik (kemampuan akademik, prestasi akademik, dan konsep diri berkelas), konsep diri sosial (konsep diri dalam hubungannya dengan teman sebaya dan keluarga), dan presentasi diri (kepercayaan diri dan penampilan fisik). Myers-Walls (dalam Thalib, 2010) dalam pandangannya membedakan konsep diri atas dua kategori utama yaitu konsep diri sevara umum (general self-concept) dan konsep diri secara spesifik yang berkaitan dengan bidang akademik, karier, atletik, kemampuan artistic, dan fisik. Sementara Calhoun dan acocella (dalam Ghufron, 2011) mengatakan konsep diri terdiri dari tiga dimensi atau aspek, yaitu: a. Pengetahuan, pengetahuan adalah apa yang individu ketahui tentang dirinya. Individu di dalam benaknya terdapat satu daftar yang menggambarkan dirinya, kelengkapan atau kekurangan fisik, usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan, agama dan lain-lain. Gambaran mengenai pandangan kita tentang berbgai peran yang kita pegang, pandangan kita tentang watak kepribadian, dan pandangan kita tentang sikap yang ada pada diri kita.

26 b. Harapan, individu mempunyai harapan bagi dirinya sendiri untuk menjadi diri yang ideal. Diri yang ideal sangat berbeda pada masingmasing individu. Cita-cita diri (self-ideal) terdiri atas dambaan, aspirasi, harapan, keinginan bagi diri kita. Harapan atau cita-cita diri akan membangkitkan kekuatan yang mendorong anda menuju masa depan dan akan memandu aktivitas danlam perjalanan hidup seseorang. c. Penilaian, individu berkedudukan sebagai penilai tentang dirinya sendiri, penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai pribadi. Hasi penilaian tersebut disebut harga diri semakin tidak sesuai antara harapan dan standar diri maka akan semakin rendah harga diri seseorang. Paul J. Centi (dalam Desmita, 2012) menyebutkan ketiga konsep diri dengan istilah dimensi gambaran diri (self-image), dimensi penilaian diri (self-evaluation), dan dimensi cita-cita diri (self-ideal), sedangkan ahli lain menyebutnya dengan istilah citra diri, harga diri, dan diri ideal. 4. Pengaruh Konsep Diri Terhadap Perilaku Individu Pujijogjanti (dalam Ghufron, 2011) mengatakan ada tiga peranan penting dari konsep diri sebagai penentu perilaku a. Konsep diri berperan dalam mempertahankan keselarasan batin. Bila timbul perasaan, pikiran, dan persepsi yang tidak seimbang atau bahakan saling berlawanan, maka akan terjadi iklim psikologis yang tidak menyenangkan sehingga akan mengubah perilaku.

27 b. Keseluruhan sikap dan pandangan individu terhadap diri berpengaruh besar terhadap pengalamannya. Setiap individu akan memberikan penafsiran yang berbeda terhadap sesuatu yang dihadapi. c. Konsep diri adalah penentu penghargaan individu, sikap dan pandangan negative terhadap kemampuan diri menyebabkan individu menetapkan titik harapan yang rendah. Titik tolak yang rendah menyebabkan individu tidak mempunyai motivasi yang tinggi. Dari ketiga peranan yang ada maka konsep diri selain berperan sebagai penghargaan juga berperan sebagai sikap terhadap diri sendiri dan penyeimbang batin bagi individu. Calhoun dan Acocella (dalam Ghufron, 2011) membagi konsep diri menjadi dua yaitu konsep diri positif dan negatif. Ciri konsep diri positif adalah yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam mengatasi masalah, merasa sejajar dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar bahwa tiap orang mempunyai keberagaman perasaan, hasrat, dan perilaku yang tidak disetujui oleh masyarakat serta mampu mengembangkan diri karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang buruk dan berupaya untuk mengubahnya. Sedangkan ciri konsep diri yang negatif adalah peka terhadap kritik, responsive terhadap pujian, punya sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disukai orang lain, dan pesimistis terhadap kompetisi.

28 C. Siswa Berprestasi Belajar 1. Pengertian Siswa Berprestasi Belajar Suryabrata (2001) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah salah satu sumber informasi yang terpenting dalam pengambilan keputusan pendidik, pengukurannya diperoleh dari tes prestasi belajar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai-nilai akademik. Menurut Poerwanto memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Selanjutnya Winkel (2004) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seorang dalam belajar. Ahmadi (1991) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil interaksi antara beberapa faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu dalam belajar. Sedangkan menurut Nasution prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Prestasi belajar dikatakan sebagai hasil dari perbuatan belajar yang melukiskan taraf kemampuan seseorang. Dalam pendidikan formal, prestasi belajar menunjukkan adanya perubahan positif, sehingga pada taraf akhir akan didapat ketrampilan, kecakapan dan pengetahuan baru.

29 Siswa berprestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau diperoleh oleh peserta didik yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap berkat pengalaman dan latihan yang telah dilalui oleh individu dalam proses belajar mengajar. Hasil prestasi belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai-nilai akademik atau raport, yang mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, sehingga dapat mengetahui taraf kemampuan peserta didik. 2. Ukuran Prestasi Belajar Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar yang ideal yang meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan sesuai dapat emcerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta (kogitif), rasa (afektif) maupun yang berdimensi karsa (psikomotor). Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah dengan mengetahuhi garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur (Syah, 2006).

30 Ada beberapa alternatif norma pengukuran pestasi belajar sebagai indikasi keberhasilan belajar siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Di antara norma-norma pengukuran (Tohirin, 2011) tersebut adalah: a. Pertama, norma skala angka dari 0 sampai 10 b. Kedua, norma skala angka dari 0 sampai 100 c. Ketiga, norma skala angka dari 0,0 sampai 4,0 d. Keempat, norma skala angka dari A sampai E Apabila siswa dalam ujian dapat menjawab atau menyelesaikan lebih dari separuh soal-soal ujian (tugas-tugas) dianggap telah memenuhi syarat target minimal keberhasilan belajar. Namun, demikian perlu dipertimbangkan oleh para guru atau sekolah, karena norma tersebut bukan keharusan bagi guru untuk menggunakan satu norma di atas secara kaku. Norma-norma ukuran mana saja bisa digunakan sebagai acuan dalam memberikan ukuran-ukuran prestasi belajar siswa. Pada jenjang sekolah menegah pertama, nilai hasil evaluasi belajar akan dikeluarkan setiap tengah semester dan akhir semester. Untuk hasil tengah semester nilai asli yang ditunjukkan dari tugas tengah semester, sedangkan nilai hasil akhir semster dinyatakan dengan penjumlahan dari nilai tugas, nilai Ujian Tengah Semester (UTS), dan nilai Ujian Akhir Semester (UAS).

31 Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran prestasi belajar adalah hasil evaluasi belajar selama proses studinya, yang ditunjukkan dengan nilai raport akhir semester. D. Hubungan Konsep diri dengan Kepercayaan Diri Kepercayaan diri menurut Fatimah (2006) adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Anthony (dalam Ghufron, 2011) berpendapat bahwa kepercayaan diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif, memiliki kemadirian, dan mempunyai kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan. Sedangkan Lauster (dalam Ghufron, 2011) mendefinisikan kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman hidup. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis, cukup toleren dan bertanggung jawab. Menurut Lauser orang memiliki kepercayaan diri yang positif adalah memiliki keyakinan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi atau positif pada umumnya atau biasanya karena siswa memiliki konsep diri positif, salah satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri adalah

32 konsep diri (Ghufron, 2011), yang mana menurut Anthony konsep diri adalah terbentuknya kepercayaan diri pada diri seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulannya dalam suatu kelompok, hasil interaksi yang terjadi akan menghasilkan konsep diri. Calhoun dan Acocella (dalam Ghufron, 2011) membagi konsep diri menjadi dua yaitu konsep diri positif dan negatif. Ciri konsep diri positif adalah yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam mengatasi masalah, merasa sejajar dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar bahwa tiap orang mempunyai keberagaman perasaan, hasrat, dan perilaku yang tidak disetujui oleh masyarakat serta mampu mengembangkan diri karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang buruk dan berupaya untuk mengubahnya. Sehingga dengan memiliki konsep diri yang positif remaja dapat memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Gunawan (dalam Nirwana, 2013) menyebutkan bahwa seseorang yang mempunyai konsep diri positif akan menjadi invidu yang mampu memandang dirinya secara positif, berani mencoba dan mengambil resiko, selalu optimis, percaya diri, dan antusias menetapkan arah dan tujuan hidup. Semakin baik atau positif konsep diri seseorang maka akan semakin mudah ia mencapai keberhasilan. Sebab, dengan konsep diri yang baik atau positif, seseorang akan bersikap optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses dan berani pula gagal, penuh percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, serta bersikap dan

33 berfikir secara positif. Dan hasil penelitiannya juga menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kepercayaan diri. Dengan siswa yang banyak melakukan interaksi dengan orang lain dan dunia luar, berusaha tanggung jawab dengan apa yang diembannya, selalu optimis, dapat mengeluarkan pendapat saat ada rapat atau kegiatan lainnya, saat dihadapkan akan banyak pilihan siswa diajarkan untuk dapat mengambil keputusan secara bijak. Secara tidak langsung konsep diri positif yang akan terbentuk dalam diri siswa berprestasi dan dengan banyak pengalaman yang di dapatnya akan meningkatkan kepercayaan dirinya juga. E. Kerangka Teoritik Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai rasa percaya diri yang tinggi pada siswa-siswa yang berprestasi terlihat dalam menyampaikan pendapat di kelas, siswa memiliki keberanian untuk tampil di depan kelas, dan yakin saat menjawab pertanyaan dari guru. Siswa berprestasi memiliki kepercayaan diri yang tinggi yakin kepada diri sendiri, tidak bergantung pada orang lain, tidak ragu-ragu, merasa diri berharga, tidak menyombongkan diri, dan memiliki keberanian untuk bertindak. Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Oleh karena itu salah satu mekanisme yang perlu dimiliki adalah konsep diri yang positif. Timbulnya berbagai pencapaian oleh siswa berprestasi tersebut bersumber dari konsep diri yang positif sehingga seseorang memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Oleh karena itu salah satu mekanisme yang perlu

34 dimiliki adalah konsep diri yang positif. Konsep diri yang dimiliki siswa akan mempengaruhi perilakunya dalam hubungan sosial dengan individu lain. Konsep diri tinggi atau positif akan berpengaruh pada perilaku positif, konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organism yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Berdasarkan paparan di atas, bahwa konsep diri berhubungan dengan kepercayaan diri. Semakin positif konsep diri maka seseorang juga akan semakin percaya diri. Sehingga siswa berprestasi yang memiliki rasa kepercayaan diri baik tentu dibekali konsep diri yang positif. Untuk itu peneliti akan meneliti apakah terdapat hubungan konsep diri dengan kepercayaan diri. Sehingga dapat dibuat skema hubungan antara konsep diri dengan kepercayaan diri sebagai berikut:

35 Gambar 1. Skema Hubungan Konsep Diri dengan Kepercayaan Diri F. Hipotesis Berdasarkan kerangka teori di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis ada hubungan konsep diri dengan kepercayaan diri siswa berprestasi kelas VIII SMP Negeri 2 Sukodono.