TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Jemk Besar. Indonesia jeruk besar juga bisa ditemui hampir di seluruh Asia Tenggara. Jeruk besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA Botani

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk kelas Dicotyledonae

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

MEMBUAHKAN TANAMAN BUAH DALAM POT

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur.

PERBAIKAN KERAGAAN BIBIT JERUK PAMELO (Citrus maxima (Burm) Merr) MELALUI APLIKASI STRANGULASI YUSUFA PUTRI CATUR SUSILOWATI A

I. PENDAHULUAN. terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IDENTIFIKASI VARIETAS JERUK

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 490/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN LANGSAT TANJUNG B-1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

Transkripsi:

xii TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar Jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) yang sering disebut pamelo berasal dari Asia Tenggara, yaitu Indonesia, India, Cina Selatan dan beberapa jenis berasal dari Florida, Australia Utara serta Kaledonia (Sunarjono, 2005). Selain di Indonesia, jeruk besar juga ditanam di Malaysia, Vietnam dan Thailand (Setiawan,1993). Secara sistematis klasifikasi jeruk besar dapat dilihat sebagai berikut : Famili : Rutaceae Sub famili : Aurantioidae Tribe : Citriae Sub-tribe : Citriniae Genus : Citrus Spesies : Citrus maxima Meer atau (Citrus grandis (L.) Osbeck) Menurut Verheij dan Coronel (1997) tanaman jeruk pamelo mempunyai pohon berkayu dengan tinggi tanaman antara 5-15 m, sesuai dengan varietas, umur tanaman dan cara perbanyakan. Batang kayu sangat kokoh dengan tajuk yang tidak terlalu tinggi. Cabangnya banyak dan tidak beraturan. Tanaman yang telah tua dan tinggi bentuk tajuknya semakin tinggi dan melebar, sehingga tercipta ruangan teduh yang cukup luas dibawahnya. Letak daun pada batang terpencarpencar sehingga daun masih bisa menerima sinar matahari. Daun berbentuk bulat telur dan lebih besar dari jenis jeruk lain. Tepi daunnya agak rata, sedangkan di dekat ujungnya agak berombak dan ujungnya tumpul. Daun muda berwarna hijau muda kekuningan dan akan berubah menjadi hijau tua. Daun tua berbulu halus, sedang yang muda tidak. Antara daun dan batang dihubungkan dengan tangkai daun yang bersayap lebar. Tanaman jeruk pamelo mulai berproduksi pada umur 4-6 tahun, tergantung varietas dan perawatan. Pada jeruk Nambangan, panen raya terjadi pada bulan Mei-Juni. Produktivitasnya sangat bervariasi sesuai varietas, umur dan tingkat pertumbuhan tanaman yang didukung oleh kondisi lingkungan. Sebagai patokan biasanya satu pohon jeruk pamelo bisa menghasilkan buah 75-100 buah.

5 Jeruk Pamelo Kultivar Nambangan Menurut Sutopo et al.(2005) jeruk Nambangan termasuk jeruk pamelo yang paling banyak ditanam oleh petani dan memiliki daya simpan lebih baik dibandingkan dengan kultivar lain. Berdasarkan Ditjen Hortikultura (2006) jeruk Nambangan ini dikembangan di sentra produksinya di Kabupaten Magetan yang tersebar di Bendo, Takeran, Sukomoro dan Kawedanan. Menurut Pangestuti et al. (2004) jeruk Nambangan adalah salah satu varietas pamelo unggul Indonesia yang dilepas pada tahun 2000 dan sampai saat ini paling banyak diminta pasar. Hal ini berkaitan dengan karakteristik buah yang memenuhi selera konsumen yaitu warna daging kemerahan, rasa manis asam dengan sedikit rasa getir dan jumlah bijinya tidak banyak atau bahkan tidak ada sama sekali. Daya simpannya cukup lama yaitu antara 2-3 bulan. Deskripsi jeruk pamelo kultivar Nambangan ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Deskripsi Jeruk Pamelo Nambangan Batang Daun Bunga Buah - Bentuk pohon seperti payung - Percabangan jorong ke atas - Tinggi tanaman 4-5 m - Diameter batang atas 44.5-56.8 cm - Warna tunas hijau muda - Permukaan pucuk berbulu Sumber: Susanto (2000) - Keadaan daun evergreen - Tipe daun tunggal - Warna bagian atas hijau tua, bagian bawah hijau muda - Bentuk daun brevi petiolata - Panjang daun 11.6-13.1 cm dan lebar daun 2.2-3.4 cm - Tepi daun dentata - Pada ketiak tidak ada duri - Tipe bunga tunggal - Posisi bunga axilliary - Aroma bunga harum - Panjang tangkai bunga 1.2-1.6 cm - Warna mahkota bunga putih berbintik hijau - Warna kelopak bunga hijau muda berbintik putih - Jumlah bunga per tunas 6-7 buah - Warna kulit buah hijau kekuningan - Warna daging buah merah mudamerah - Jumlah juring 13-14 buah - Tekstur buah agak lunak - Aroma kuat dan rasa buah manis segar - Produksi jeruk pamelo 200-230 buah/pohon - Bentuk bundar, sedikit pipih, kurang simetris dengan dasar agak tegak

6 Ekologi Hampir seluruh wilayah Indonesia dapat ditanami jeruk pamelo namun yang terbaik penanaman pada ketinggian dibawah 400 m dpl. Penanaman di atas 400 m dpl menyebabkan jeruk menjadi asam, getir dan berkulit tebal. Jeruk pamelo memerlukan jenis tanah yang ringan sampai sedang, gembur, subur, banyak mengandung oksigen dan memiliki kisaran ph antara 5-6. Jika ph di bawah 5, daun jeruk akan menguning dan buah tidak berkembang dengan baik. Jika ph di atas 5-6, tanaman jeruk seperti kekurangan unsur borium pada pucuk daun. Selain itu jeruk pamelo tidak tahan dengan genangan air sehingga drainase harus diperhatikan. Oleh sebab itu, sebaiknya tanah banyak mengandung pasir dan jika lahan kurang subur harus dilakukan pemupukan. Semua jenis jeruk terutama pamelo tidak menyukai tempat yang terlindung atau ternaungi. Cahaya matahari yang cukup akan mendorong terbentuknya tunas-tunas dan buah serta membuat batang jeruk menjadi lebih kuat. Menurut Ryugo (1988) intensitas cahaya yang cukup memperbaiki kualitas buah apel dan menurut Krajewski dan Rabe dalam Mataa (1998) intensitas cahaya juga memperbaiki kualitas buah jeruk. Intensitas cahaya yang diperlukan jeruk pamelo pada saat bibit, dewasa (di dataran rendah), dewasa (di dataran 100-300 dpl), dewasa (di dataran 300-500 dpl) dan dewasa (di dataran tinggi) masingmasing sebesar 30-50 %, 50-75 %, 75-85 %, 85-90 % dan 90-95 %. Kelembaban dan suhu juga berpengaruh pada pertumbuhan pohon jeruk. Kelembaban udara rata-rata yang cocok untuk ditanami jeruk adalah 70-80 %. Menurut Soelarso (1996) suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman jeruk antara (25-30) o C. Aktivitas pertumbuhan jeruk sangat terganggu bila suhu kurang dari 13 o C namun masih dapat bertahan pada suhu 38 o C. Pembibitan Jeruk Pamelo Bibit yang baik merupakan langkah awal keberhasilan budidaya jeruk pamelo. Bibit yang berasal dari biji sifatnya berbeda dengan bibit cangkokan atau okulasi. Tiap cara perbanyakan ini mempunyai keunggulan dan kekurangan masing-masing. Berdasarkan cara memperolehnya, bibit digolongkan menjadi dua yaitu secara generatif dan vegetatif. Bibit dengan perbanyakan generatif adalah

7 bibit yang diperoleh dari biji. Sedangkan bibit vegetatif adalah bibit yang diperoleh dengan memperbanyak bagian tanaman yang somaklonal. Menurut Saptarini et al. (2002) terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi agar tanaman dapat berbuah sesuai dengan yang diharapkan. Syarat tersebut antara lain menggunakan bibit unggul, lingkungan tempat tumbuh tanaman sesuai, lingkungan tanah memenuhi syarat dan keadaan tanaman sehat dan sudah dewasa. Sedangkan hal yang perlu diperhatikan dalam memilih bibit jeruk pamelo adalah pertumbuhan batang, cabang dan daunnya. Penampakan luar seperti gejala serangan hama dan penyakit juga penting untuk diketahui. Ciri-ciri bibit jeruk pamelo yang baik menurut Ditjen Hortikultura (2006) antara lain berumur 6 bulan ke atas, diameter batang-bawah 1.0-1.5 cm, tinggi minimal sambungan dari pangkal akar ± 20 cm, tinggi bibit minimal 70 cm dari pangkal akar, bibit lurus dan vigor, perakaran lurus dan sehat serta daunnya hijau cerah dan subur. Pemeliharaan Pemeliharaan disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah dan kondisi tanaman. Beberapa pemeliharaan yang penting dilakukan adalah pemupukan, pengairan, pemangkasan dan pengendalian OPT. Menurut Setiawan (1993) tanaman jeruk pamelo memerlukan pupuk alami (kandang) dan pupuk buatan. Walaupun pupuk kandang tidak sebesar pupuk buatan, tetapi pupuk ini mampu memperbaki struktur tanah. Pupuk kandang membuat tanah lebih subur, gembur, dan lebih mudah diolah dan fungsi ini tidak dapat digantikan oleh pupuk buatan. Kedua jenis pemupukan ini harus dilakukan secara teratur dan terus menerus dalam jumlah yang cukup. Pemupukan buatan harus diberikan karena kandungan unsur hara dalam pupuk kandang belum mencukupi. Penambahan unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) dapat berupa pupuk majemuk atau kombinasi dari pupuk tunggal seperti Urea, SP-36 dan KCl. Cara pemupukan disesuaikan dengan umur tanaman dimana untuk bibit jeruk, pupuk dapat diberikan dalam bentuk cair.

8 Menurut Setiawan (1993) kebutuhan air pada tanaman dewasa sebesar 50 L/m 2 dengan penguapan di daerah tropis sebesar 90 L/m 2 per bulannya. Pada tanaman muda, kebutuhan air lebih kecil dari angka tersebut. Apabila pada tanaman dewasa paling tidak dibutuhkan ± 140 L/m 2 tiap bulannya atau 4.67 L/m 2 tiap harinya sehingga kebutuhan air tanaman muda kurang dari 4.67 L/hari. Menurut Ryugo (1988) dan Verheij dan Coronel (1992) pemangkasan dapat meningkatkan efisien pemanenan energi matahari serta mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemangkasan terbagi menjadi dua, yaitu pemangkasan bentuk dan pemeliharaan. Pemangkasan bentuk dilakukan pada tanaman yang belum mempunyai bentuk yang baik. Pemangkasan ini dilakukan pada tanaman yang belum produksi (umur 0-3 tahun). Menurut Susanto (2005) tujuan pemangkasan ini adalah membentuk kerangka atau struktur percabangan atau membentuk arsitektur pohon yang diinginkan. Sedangkan pemangkasan pemeliharaan memiliki tujuan merangsang pertumbuhan tunas baru, mencegah serangan penyakit, merangsang pertumbuhan tunas baru, mengurangi kerimbunan, dan membentuk tajuk agar lebih bagus. Peran Karbohidrat dalam Pembentukan Tunas Selama masa perkembangan, tanaman muda akan mengalami pertumbuhan cabang utama, sistem perakaran dan kegiatan bagian atas seperti pucuk, cabang primer dan cabang sekunder. Semua karbohidrat pada saat bibit digunakan untuk pertumbuhan vegetatif. Menurut Verheij dan Coronel (1986) banyaknya buah yang dihasilkan berhubungan dengan pertumbuhan tajuk untuk mencapai ukuran yang kokoh dahulu sebelum bunga pertama muncul. Lebatnya buah berkaitan erat dengan percabangan. Tingkat hasil panen yang rendah berhubungan dengan pertumbuhan tajuk yang kurang maksimal. Pencincinan batang dan pengeratan pada tanaman dewasa dapat meningkatkan pembentukan bunga dan terjadinya akumulasi pati pada daun. Kadar pati umumnya rendah saat tanaman aktif memunculkan tunas baru, pembentukan buah dan perkembangan buah. Menurut Ryugo (1988) pengeratan

9 pada pohon apel dan cabang tanaman pear menunjukkan hasil yang sama yaitu mengalami peningkatan pembentukan bunga. Menzel et al. (1995) menyatakan bahwa kandungan pati maksimum terjadi pada cabang-cabang kecil sebelum pembungaan dan rendah saat tanaman aktif memunculkan tunas-tunas baru, pembentukan buah dan perkembangan buah pada tanaman leci. Kandungan pati juga berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pati umumnya rendah saat tanaman mengalami pertumbuhan vegetatif dan tinggi menjelang tanaman berbunga pada tanaman dewasa. Strangulasi Saat ini untuk mempertahankan produktivitas tanaman, terutama tanaman yang berbuah musiman diperlukan suatu teknik khusus untuk mengatur pembungaan tanaman. Teknik ini menurut Poerwanto (2003) dapat dilakukan secara kimia maupun fisik. Teknik pengaturan pembungaan dengan cara fisik adalah strangulasi dan girdling. Strangulasi merupakan pengikatan batang pada tanaman dengan menggunakan kawat berdiameter 1-3 mm (tergantung umur tanaman) pada waktu 3-20 bulan tanpa menghilangkan kulit kayu batang tanaman. Aplikasi strangulasi berbeda dengan girdling yang aplikasinya harus menghilangkan kulit kayu batang tanaman terlebih dahulu. Menurut Tjitrosomo (1984) daun-daun di atas bagian yang digirdling tidak akan layu karena suplai air di daerah ini tidak terputus. Kondisi ini juga sama dengan aplikasi strangulasi, akan tetapi jika melewati jaringan xilem, maka pohon akan segera mati karena kekurangan air. Kandungan karbohidrat pada daun jeruk pamelo yang diberi perlakuan strangulasi selama 3 dan 20 bulan meningkat dibandingkan dengan kontrol (Yamanishi et al., 1993). Hal ini terjadi karena adanya penumpukan karbohidrat di atas bagian tanaman. Kerat batang dapat menekan gerakan fotosintesis dari daun ke akar, sehingga terjadi penumpukan karbohidrat yang dapat digunakan untuk pembungaan (Ryugo, 1988). Jeruk pamelo merupakan tanaman dikotil (berkeping dua) dan berkambium, dan memiliki jaringan kayu (xylem) yang terletak di bagian dalam dan floem di bagian luar. Menurut Susanto et al. (2002) perlakuan strangulasi

10 pada batang sebatas kambium dimungkinkan untuk menekan hasil fotosintesis dari daun ke akar sehingga terjadi penumpukan karbohidrat pada daun, yang selanjutnya digunakan untuk pembungaan dan pembuahan. Menurut Putra (2002) perlakuan strangulasi meningkatkan kandungan gula dan karbohidrat serta nisbah C/N pada daun. Penelitian Yamanishi dan Hasegawa (1995) menunjukkan bahwa kandungan karbohidrat yang tinggi pada daun tanaman dewasa akan merangsang tanaman untuk pembungaan dan pembentukan buah. Menurut Ryugo (1988) akumulasi karbohidrat di bagian tajuk tersebut akan memunculkan tunas baru, pembentukan buah dan perkembangan buah. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aplikasi strangulasi. Putra (2002) melakukan penelitian strangulasi jeruk pamelo dengan ukuran kawat yang berbeda. Hasilnya, ukuran kawat strangulasi harus disesuaikan dengan ketebalan kulit batang tanaman. Rosawani (2004) menambahkan bahwa ukuran kawat juga harus disesuaikan dengan umur tanaman. Sari (2006) menjelaskan bahwa periode strangulasi berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan kandungan karbohidrat daun. Selanjutnya Naviati (2007) menyatakan strangulasi ganda menghasilkan pertumbuhan generatif dan kandungan karbohidrat lebih tinggi dibandingkan dengan strangulasi tunggal.