ANALISIS KELAYAKAN USAHA ITIK ALABIO DENGAN SISTEM LANTING DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
PELUANG DAN POTENSI USAHA TERNAK ITIK DI LAHAN LEBAK ABSTRAK

PROFIL USAHA PETERNAKAN ITIK ALABIO (Anas platyrhynchos Borneo) DI KALIMANTAN SELATAN

KERAGAAN PRODUKSI TELUR PADA SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN (SPAKU) ITIK ALABIO DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA, KALIMANTAN SELATAN

PROGRAM PEMBIBITAN ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN: SELEKSI PADA POPULASI BIBIT INDUK ITIK ALABIO

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner ARGONO R. SET10K0 1 dan ISTIANA 2

KARAKTERISTIK POLA PEMBIBITAN ITIK PETELUR DI DAERAH SENTRA PRODUKSI

USAHA PENETASAN ITIK ALABIO SISTEM SEKAM YANG DIMODIFIKASI DI SENTRA PEMBIBITAN KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO

POTENSI PENGEMBANGAN AYAM BURAS DI KALIMANTAN SELATAN

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak yang Iebih besar. Selain itu jumlah bagian dagingnya lebih banyak d

PRODUKSI TELUR ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN

PROSPEK DAN PELUANG PENGEMBANGAN ITIK ALABIO DI KALIMANTAN SELATAN. Suryana

PENGARUH PENGGUNAAN DEDAK DAN SAGU FERMENTASI TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK ALABIO

ANALISIS USAHA PERBAIKAN PAKAN UNTUK PRODUKSI TELUR ITIK RATU (MOJOSARI ALABIO) BERBASIS BAHAN PAKAN LOKAL

Lampiran 1 Gambar cara pengukuran, corak dan pola warna bulu itik Alabio

PRODUKTIVITAS ITIK TEGAL DI DAERAH SENTRA PENGEMBANGAN PADA PEMELIHARAAN INTENSIF

KERAGAAN PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL DITINGKAT PETERNAK DAN UPAYA PENINGKATANNYA DALAM MENDUKUNG KECUKUPAN PANGAN HEWANI

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS EKONOMI PEMBESARAN ITIK PETELUR SILANGAN AM & MA DI TINGKAT PETANI STUDI KASUS KECAMATAN PONGGOK, KABUPATEN BLITAR

EFISIENSI USAHA PEMBIBITAN ITIK MODERN DAN TRADISIONAL PADA SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LEBONG

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

STRATEGI PENGEMBANGAN KERBAU RAWA DI KALIMANTAN SELATAN

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Lilkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak apu), Ipomou aquatica (kangkung), Paspalidium punctatum (kumpai bab

PERBAIKAN SISTEM PEMELIHARAAN DAN MUTU PAKANUNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI TELUR TERNAK ITIK LOKAL DI KABUPATEN MERAUKE, PAPUA

PRODUKTIVITAS ITIK ALABIO DAN MOJOSARI SELAMA 40 MINGGU DARI UMUR MINGGU

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

PROFIL USAHA ITIK POTONG DI PANTURA JAWA BARAT DAN JAWA TENGAH

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG MELALUI PERBAIKAN MANAJEMEN PADA KELOMPOK TERNAK KAWASAN BARU

PEMANTAPAN SISTIM PEMBIBITAN ITIK UNGGUL DI SENTRA PRODUKSI

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

(PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM) ABSTRACT ABSTAAK PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

ABSTRACT PENDAHULUAN EKO SETYO BUDI, ENDANG YEKTININGSIH, EKO PRIYANTO

PROFIL PASAR ITIK ALABIO DI AMUNTAI, KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA KALIMANTAN SELATAN

KUALITAS TELUR ITIK ALABIO DAN MOJOSARI PADA GENERASI PERTAMA POPULASI SELEKSI

Jurnal Al-Ikhlas ISSN : Volume 3 Nomor 1, Oktober 2017

PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS)

22 ZIRAA AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman ISSN

22 Siti Masithoh et al Pemanfaatan lahan pekarangan

PENGARUH PERBANDINGAN JANTAN-BETINA TERHADAP FERTILITAS DAN DAYA TETAS TELUR ITIK DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN ABSTRAK

Key words: egg production, income, production cost, agriculural and fishery centers.

KELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM RAS PETELUR

PEMASARAN KERBAU RAWA DI WILAYAH BANUA ENAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci

DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani

KONTRIBUSI PENDAPATAN PEMELIHARAAN TERNAK SAPI DALAM SISTEM INTEGRASI JAGUNG DAN TERNAK SAPI DI LAHAN KERING

POTENSI DAN PROSPEK PENGGUNAAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI LAHAN KERING KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS POTENSI WILAYAH UNTUK PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN

PEMANFAATAN BEKICOT SAWAH (TUTUT) SEBAGAI SUPLEMENTASI PAKAN ITIK UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS ITIK PETELUR DI DESA SIMOREJO-BOJONEGORO

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK ITIK PETELUR SISTEM PEMELIHARAAN NOMADEN DI DESA KALIANG, KECAMATAN DUAMPANUA, KABUPATEN PINRANG

PROGRAM VILLAGEBREEDING PADA ITIK TEGAL UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI TELUR: SELEKSI ITIK TEGAL GENERASI PERTAMA DAN KEDUA ABTRACT ABTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi,

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006

I PENDAHULUAN. dari generasi ke generasi di Indonesia sebagai unggas lokal hasil persilangan itik

BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN

Identifikasi Bobot Badan dan Ukuran-ukuran Tubuh Itik Bali...Herbert Jumli Tarigan

KEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN

USAHA ITIK PETELUR DAN TELUR TETAS

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station

DAMPAK TEKNOLOGI MULSA PLASTIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI TOMAT

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DAN SAPI BAKALAN KARAPAN DI PULAU SAPUDI KABUPATEN SUMENEP

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

PENGARUH PENGGUNAAN IKAN PIRIK (LEIOGNATHIDAE) KERING DAN SEGAR TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL PADA PEMELIHARAAN INTENSIF

PERTUMBUHAN STARTER DAN GROWER ITIK HASIL PERSILANGAN RESIPROKAL ALABIO DAN PEKING

ANALISIS FINANSIAL USAHA ITIK DI PETERNAK DALAM RANGKA MENUNJANG PENYEDIAAN PROTEIN HEWANI DI BALI

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

HUBUNGAN BIAYA PRODUKSI DENGAN PENDAPATAN USAHA TERNAK AYAM KAMPUNG (STUDI KASUS DI DESA PUNGKOL KECAMATA TATAPAAN, KABUPATEN MINAHASA SELATAN)

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK SIFAT-SIFAT PRODUKSI TELUR ITIK ALABIO

Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio (MA): Masa Pertumbuhan sampai Bertelur Pertama

IbM POTENSI DAN PEMANFAATAN ITIK (JANTAN DAN PETELUR AFKIR) SEBAGAI TERNAK POTONG PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN AIR HANGAT TIMUR KABUPATEN KERINCI

KERBAU RAWA, ALTERNATIF TERNAK POTONG MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. karena kondisi alamnya yang sangat mendukung. Tingkat produksi telur di

Performans Produksi Telur Itik Talang Benih pada Fase Produksi Kedua Melalui Force Moulting

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN TRADISIONAL ITIK PETELUR DI KABUPATEN JEMBER.

ANALISIS TITIK IMPAS DAN RESIKO PENDAPATAN USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI DESA SUGIH WARAS KECAMATAN BELITANG MULYA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

STUDY POTENSI DAN PEMANFAATAN CACING TANAH UNTUK PAKAN UNGGAS

PROFIL DAN PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI SAPI POTONG DI KALIMANTAN SELATAN

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK ITIK PEDAGING BERDASARKAN SKALA USAHA YANG BERBEDA DI DESA SIPODECENG KECAMATAN BARANTI KABUPATEN SIDRAP

STUDI PERMINTAAN PASAR KERBAU RAWA DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN LAHAN RAWA DAN PROGRAM KECUKUPAN DAGING DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI, PERAN DAN PERMASALAHAN BETERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN TERBATAS TERHADAP PENAMPILAN ITIK SILANG MOJOSARI X ALABIO (MA) UMUR 8 MINGGU

Rismarini Zuraida dan A. Hamdan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru Kalimantan Selatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PROFITABILITAS PENGEMBANGAN USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH

PROSPEK PENGEMBANGAN AYAM BURAS BERWAWASAN AGRIBISNIS DI KALIMANTAN TENGAH

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS USAHATANI UBI KAYU (Manihot esculenta) ABSTRAK

Transkripsi:

ANALISIS KELAYAKAN USAHA ITIK ALABIO DENGAN SISTEM LANTING DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH (Feasibility Analysis of Alabio Duck Farm with Lanting System at Hulu Sungai Tengah) ENI SITI ROHAENI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No.4 Banjarbaru ABSTRACT The Alabio duck is one of the local poultry livestock that are commonly reared by farmers in South Kalimantan Province. This paper aims at finding out the feasibility of Alabio duck rearing using lanting system in Hulu Sungai Tengah (HST) Regency. This activity was done by survey method through interview techniques in Mantaas Village, Labuan Amas Utara Subdistrict, HST Regency. From the survey it was found out that there were still Alabio ducks reared with lanting system, rearing above the cage or above bog water. The ducks reared were grower and laying ones. The rearing scale ranged from 50 to 1,000 heads per household. This was conducted as one business apart from catching fish. Based on the analysis it was found out that grower Alabio duck rearing produced an income of Rp. 6,600,000, R/C value amounted to 1.46 with a rearing scale of 700 heads. The Alabio entrepreneur of layers gained an income of Rp. 32,075,000, R/C value of 1.57 with a rearing scale of 700 heads for a production period of 9 months. Based on the analysis results it was found out that duck rearing with lanting system was profitable and was worth done. Key Words: Alabio Duck, Lanting System, Farming System Analyses ABSTRAK Itik Alabio merupakan salah satu ternak unggas lokal yang banyak diusahakan peternak di Propinsi Kalimantan Selatan. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui analisis kelayakan usaha itik Alabio dengan sistem lanting di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Kegiatan ini dilakukan dengan cara survei melalui teknik wawancara di Desa Mantaas, Kecamatan Labuan Amas Utara, Kabupaten HST. Hasil survei diketahui bahwa masih ada yang memelihara itik Alabio dengan sistem lanting yaitu pemeliharaan di atas kandang/ lanting yang terapung di atas air rawa. Ternak itik yang diusahakan yaitu itik pembesaran dan itik petelur. Skala pemeliharaan berkisar antara 50-1.000 ekor per Kepala Keluarga (KK), usaha ini dilakukan sebagai salah satu cabang usaha selain mencari ikan. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa usaha pembesaran itik Alabio menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 6.600.000, nilai R/C sebesar 1,46 dengan skala pemeliharaan 700 ekor. Pengusahaan itik Alabio periode produksi telur menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 32.075.000, nilai R/C 1,57 dengan skala 700 ekor selama 9 bulan produksi. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pemeliharaan ternak itik dengan sistem lanting menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Kata Kunci: Itik Alabio, Sistem Lanting, Analisis Usaha PENDAHULUAN Itik Alabio merupakan salah satu jenis unggas itik lokal yang berkembang di Kalimantan Selatan. Populasinya di Kalimantan Selatan pada tahun 2003 sekitar 2,7 juta ekor dan yang diusahakan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST)) sekitar 20,81% dari total populasi itik. Itik ini dikenal sebagai penghasil telur yang mempunyai peran yang tinggi karena mampu memberikan kontribusi produksi telur sekitar 53,79% pada tahun 2003 (DINAS PETERNAKAN KALIMANTAN SELATAN, 2004). Itik ini juga merupakan salah satu sumber pendapatan yang banyak diusahakan petani di daerah Kalimantan Selatan, baik sebagai usaha utama atau usaha sampingan. 845

Faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan dan keuntungan dalam usaha ternak itik adalah pakan, bibit dan manajemen/sistem pemeliharaan (SETIOKO dan ROHAENI, 2002). Biaya pakan yang dikeluarkan untuk pemeliharaan itik yang dilakukan secara intensif sekitar 60-70% dari biaya produksi (SCOTT dan DEAN, 1991 dalam SETIOKO, 1992), mutu bibit merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan bagi keberhasilan usaha peternakan itik (HARDJOSWORO et al., 2002). Menurut SETIOKO (1992) pada dasarnya sistem pemeliharaan itik petelur di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu sistem gembala, sistem lanting dan sistem terkurung. Pemeliharaan itik sistem lanting hanya terdapat di daerah Kalimantan Selatan. Menurut ROBINSON et al. (dalam SETIOKO, 1992), berdasarkan wawancara produksi telur yang dihasilkan dengan sistem lanting berkisar antara 60-90% dengan rataan 70%. Pemeliharaan itik Alabio yang dilakukan cukup beragam tergantung kebiasaan dan kondisi alam. Pada umumnya di daerah sentra itik seperti Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) dan Hulu Sungai Tengah (HST) pemeliharaan itik dilakukan secara semi intensif dan intensif dengan skala pemeliharaan berkisar antara 100 5.000 ekor. Pemeliharaan itik sistem lanting, masih dilakukan terutama di daerah rawa. Pemeliharaan cara ini yaitu dilakukan di atas air rawa, pada pagi hari ternak itik ada yang dilepas sampai sore, namun ada juga yang sepanjang hari itik berada di atas lanting (kandang terapung). Lanting adalah rakit yang terbuat dari kayu atau bambu yang di atasnya dibangun kandang itik serta rumah tempat tinggal peternak. Ukuran lanting bervariasi, biasanya dibangun di atas rawa-rawa atau danau (WASITO dan ROHAENI, 1994). Tujuan dari makalah ini untuk mengetahui analisis kelayakan usaha itik Alabio dengan sistem lanting di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). MATERI DAN METODE Kegiatan ini dilakukan dengan cara survei melalui teknik wawancara di Desa Mantaas, Kecamatan Labuan Amas Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan. Kabupaten HST merupakan salah satu sentra pemeliharaan itik Alabio setelah Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) di Kalimantan Selatan. Wawancara dilakukan pada peternak itik yang memelihara itik Alabio dengan sistem lanting secara sampling yang ada di Desa Mantaas. Wawancara dilakukan dengan bantuan kuisioner yang meliputi tatalaksana pemeliharaan dan analisis usaha dilakukan pada bulan Maret 2005. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik pemeliharaan Itik yang dipelihara dengan sistem lanting ada dalam beberapa kelompok umur, yaitu anak itik umur 1 minggu sampai 2 bulan, itik umur 2 5 bulan dan itik penghasil telur. Skala pemeliharaan bervariasi berkisar antara 50 1.000 ekor, tergantung modal yang dimiliki peternak. Menurut WASITO dan ROHAENI (1994) dan SETIOKO (1992) pemeliharaan itik dengan sistem lanting merupakan cara yang khas terutama di daerah rawa-rawa yang ada di Kalimantan Selatan. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa pemeliharaan anak itik umur 1 minggu sampai umur 2 bulan dilakukan secara terkurung. Pakan yang diberikan sampai umur 2 bulan yaitu pakan komersial yang dicampur dengan dedak. Itik yang berumur di atas 2 bulan pemeliharaannya secara semi intensif yaitu dikandangkan dalam lanting dari sore sampai pagi, kemudian pada pagi sampai sore hari dilepas. Pakan yang diberikan berupa sagu yang dicincang atau diparut sampai umur 5 bulan atau menjelang bertelur, namun ada juga yang mencampur dengan dedak, ikan-ikan kecil, siput dan ganggang. Itik yang siap bertelur mulai dikandangkan dalam lanting (istilah setempat: dinaikkan). Itik dewasa yang sudah bertelur, pemeliharaannya kombinasi yaitu dikurung dan diberi kesempatan untuk berenang (dilepas) antara 1 2 jam. Pakan yang diberikan untuk itik dewasa yaitu campuran antara PAR-L (pakan komersial), dedak, sagu dan ikan kering afkir, siput air, ganggang, macam bahan pakan yang diberikan untuk ternak itik ditampilkan pada Tabel 1. 846

Tabel 1. Pakan yang diberikan pada itik Alabio yang dipelihara dengan sistem lanting Bahan pakan 1 2 bulan Kelompok Umur 2 5 bulan >5 bulan Pakan komersial X X Dedak X X X Sagu X X Ikan-ikan kecil X X Siput X X Ganggang X X Ikan kering afkir X Tempat pakan dan air minum disediakan di dalam kandang lanting. Bahan yang dipergunakan yaitu dari kayu atau bambu. Kandang lanting itu sendiri ada yang berdiri (terpisah) seperti rumah tempat tinggal namun ada pula yang ditempatkan di bawah rumah peternak. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa produksi telur yang dihasilkan bervariasi yaitu berkisar antara 50-80%/periode. Menurut ROBINSON et al. dalam SETIOKO (1992) bahwa produksi telur yang dihasilkan dengan sistem lanting berkisar antara 60-90% dengan rataan 70%. Pada umumnya peternak memelihara itik petelur selama 2 periode. Periode I, itik akan bertelur antara 5-10 bulan dan periode II lebih pendek yaitu antara 3-5 bulan. Produksi telur yang dihasilkan pada periode I rataan sebesar 74,29% dan pada periode II 57,14%. Masa istirahat (molting) antara periode bertelur I dan II selama 1 bulan. Pada masa molting (istilah daerah laring) pakan yang diberikan hanya sagu dan dedak saja dengan jumlah yang lebih sedikit. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa ada peternak yang khusus mengusahakan pembesaran anak itik. Itik dijual pada berbagai kelompok umur yaitu 2, 3 dan 5 bulan dengan harga yang berbeda. Namun ada pula peternak yang memelihara itik siap bertelur yang dibeli antara umur 5-6 bulan, sebagian lagi ada yang memelihara dari umur seminggu sampai bertelur. Hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan modal yang dimiliki peternak. Anak itik umur 7 hari yang dipelihara peternak diperoleh/dibeli di pasar Alabio. Di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) yang dijual untuk itik betina bervariasi antara Rp. 3.500 5.000/ekor tergantung dari kualitas itik. Pemasaran produk yang dihasilkan, telur dilakukan peternak di pasar terdekat dengan menggunakan perahu yang berjarak antara 3-5 km dari desa ke kota kecamatan. Lokasi desa tempat pemeliharaan itik dengan sistem lanting cukup sulit untuk didatangi karena harus menggunakan perahu. Hal ini menyebabkan harga produksi yang lebih mahal, maka produk yang dihasilkan misalnya telur akan lebih mahal juga. Namun kualitas telur yang dihasilkan lebih baik dibanding itik yang dipelihara secara intensif (terkurung) lainnya karena warna kuning telur lebih merah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena jenis bahan pakan yang dikonsumsi itik lebih beragam dan menunjang untuk pewarnaan kuning telur seperti hijauan/ganggang, ikan-ikan kecil yang segar dan siput air (kalambuai, bahasa daerah). Pemasaran produk yang dihasilkan terutama telur dilakukan 1 minggu sekali dengan 2 cara yaitu ada peternak yang menjual sendiri telurnya ke pasar pada hari pasar atau menjual pada pedagang pengumpul. Harga jual telur bervariasi tergantung pasar yaitu berkisar antara Rp. 700 900/butir. Kondisi lingkungan Peternak yang mengusahakan pemeliharaan itik dengan sistem lanting, kehidupannya sangat akrab dengan air, karena sejauh mata memandang yang dilihat adalah air. Alat transportasi utama yang dimiliki dan digunakan yaitu perahu. Kondisi alam ini sangat mendukung, karena peternak diuntungkan yaitu sebagian pakan untuk itik diperoleh di air seperti ikan-ikan kecil atau siput air dan ganggang. Bahan pakan ini digunakan oleh peternak sehingga tidak perlu membeli dan menekan biaya produksi. Keunikan dari sistem lanting yaitu tinggi permukaan lanting dapat berubah sesuai dengan kedalaman air yang ada di bawahnya. Pemeliharaan itik dengan sistem lanting, dikenal 2 macam yaitu ada peternak yang mengusahakannya sepanjang tahun dan ada yang beberapa bulan saja saat air tinggi. Peternak yang mengusahakan itik sistem lanting sepanjang tahun berada pada daerah yang selalu terendam air (rawa monoton/lebak 847

dalam) baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Peternak yang berada pada daerah yang agak tinggi daratannya (lebak tengahan), maka pemeliharaan sistem lanting dilakukan kira-kira 6 bulan saja yaitu pada musim hujan, karena pada musim kemarau air akan surut dan kering. Analisis biaya dan pendapatan Berdasarkan wawancara yang dilakukan dan analisis biaya dan pendapatan dari usaha pemeliharaan itik sistem lanting, diketahui bahwa usaha ini layak untuk dilakukan karena diperoleh nilai R/C lebih besar dari 1. Pada usaha pembesaran itik dihasilkan nilai R/C 1,46 sedang pada periode bertelur 1,57. Hasil pada makalah ini lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh ROHAENI dan SETIOKO (2002) yaitu itik Alabio yang dipelihara secara terkurung di daerah SPAKU (Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan) di Hulu Sungai Utara (HSU) nilai R/C yang dihasilkan berkisar antara 1,07-1,29. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor misalnya penanganan yang berbeda, kualitas pakan, atau kualitas bibit. Pada Tabel 2, diketahui bahwa pemeliharaan anak itik Alabio mulai umur 1 minggu sampai umur 5 bulan dengan skala 700 ekor, menghasilkan nilai R/C 1,46 dengan pendapatan sebesar Rp. 6.600.000/5 bulan atau rata-rata mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 1.320.000/bulan. Asumsi yang digunakan pada perhitungan ini yaitu kematian itik sebesar 14,29%, harga beli anak itik Rp. 4.800/ekor, biaya kandang dan alat Rp. 100.000/bulan, harga jual itik Rp. 35.000/ekor dan tenaga kerja Rp. 10.000/hari. Pendapatan dan nilai R/C yang dihasilkan pada kajian ini lebih tinggi dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh ROHAENI et al. (2000) yaitu usaha pembesaran itik Alabio sampai dengan umur 5,5 bulan yang dipelihara dengan cara terkurung dihasilkan nilai R/C antara 1,1 1,26. Hasil lain yang dilaporkan oleh SUMANTO et al. (2002) bahwa pola pemeliharaan pembesaran itik mempengaruhi nilai R/C dan keuntungan yang dihasilkan, pada pola pemeliharaan terkurung nilai R/C sebesar 1,1 sedang pola angonan 1,39. Pada Tabel 3, berdasarkan perhitungan analisis biaya dan pendapatan pada pemeliharaan ternak itik Alabio periode bertelur diperoleh nilai R/C 1,57 dengan pendapatan sebesar Rp. 32.075.000/9 bulan atau rata-rata Rp. 3.563.800/bulan dengan skala pemeliharaan sebanyak 700 ekor. Beberapa asumsi yang digunakan pada perhitungan ini yaitu itik yang diusahakan dipelihara selama 2 periode bertelur. Periode I selama 5 bulan dan periode ke II 3 bulan, masa molting selama 1 bulan. Harga telur yang dihasilkan Rp. 700/butir, harga itik afkir Rp. 15.000/ekor, tenaga kerja Rp. 10.000/hari, kandang dan alat Rp. 1.500.000 untuk 2 periode bertelur dan harga itik dewasa siap bertelur Rp. 35.000/ekor. Tabel 2. Analisis biaya dan pendapatan usaha pemeliharaan anak itik sistem lanting sampai pemeliharaan umur 5 bulan Uraian Fisik Nilai (Rp) % Input DOD 700 ekor @ Rp. 4.800 3.360.000 23,33 TK 5 bulan x 30 hari @ Rp. 10.000 1.500.000 10,42 Pakan 62,78 Pakan komersial 21,6 zak @ Rp. 150.000 3.240.000 Sagu 36 batang @ Rp. 150.000 5.400.000 Dedak 40 blek @ Rp. 10.000 400.000 Kandang 5 bulan @ Rp. 100.000 500.000 3,47 Total input 14.400.000 100,00 Output Itik 600 ekor @ Rp. 35.000 21.000.000 Pendapatan Output-Input 6.600.000 R/C Output : Input 1,46 848

Tabel 3. Analisis biaya dan pendapatan usaha pemeliharaan itik sistem lanting periode bertelur Uraian Fisik Nilai (Rp) % Input Itik 700 ekor @ Rp. 35.000 24.500.000 43,20 Pakan periode I 26,00 Dedak 400 blek @ Rp. 10.000 4.000.000 Ikan 2.000 kg @ Rp. 2.000 4.000.000 Par-L 40 zak @ Rp. 140.000 5.600.000 Siput air 100 blek @ Rp. 4.000 400.000 Padi 100 blek @ Rp. 7.500 750.000 Pakan periode II 15,60 Dedak 240 blek @ Rp. 10.000 2.400.000 Ikan 1.200 kg @ Rp. 2.000 2.400.000 Par-L 24 zak @ Rp. 140.000 3.360.000 Siput air 60 blek @ Rp. 4.000 240.000 Padi 60 blek @ Rp. 7.500 450.000 Kandang Rp. 1.500.000/2 periode 1.500.000 2,64 Tenaga kerja 9 bulan X 30 hari Rp. 10.000 2.700.000 4,76 Pakan selama molting 4.425.000 7,80 Total input 56.725.000 100,00 Output Telur I 78.000 butir @ Rp. 700 54.600.000 Telur II 36.000 butir @ Rp. 700 25.200.000 Itik afkir 600 ekor @ Rp. 15.000 9.000.000 Total output 88.800.000 Pendapatan 32.075.000 R/C 1,57 Pada Tabel 2 terlihat bahwa biaya pakan yang dikeluarkan untuk pembesaran itik Alabio sebesar 62,78% dari total biaya produksi, sedang pada pemeliharaan itik petelur biaya pakan sebesar 49,4% (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa biaya pakan baik pada usaha pembesaran maupun produksi telur porsi biaya adalah yang terbesar. Hal ini sesuai dengan beberapa pendapatan bahwa pakan adalah salah satu faktor yang perlu untuk diperhatikan karena biaya yang dikeluarkan besar dan sangat berpengaruh terhadap produksi dan kelayakan usaha. Porsi biaya terkecil adalah untuk kandang dan peralatan, hal ini disebabkan karena peternak menyediakan kandang dan alat yang sederhana dengan memanfaatkan bahan yang ada di daeah seperti kayu, bambu dan paralon. KESIMPULAN Kesimpulan dari makalah ini yaitu: 1. Pemeliharaan itik dengan sistem lanting masih ditemukan di daerah dengan agroekosistem rawa. 2. Skala pemeliharaan berkisar antara 50-1.000 ekor per Kepala Keluarga (KK), usaha ini dilakukan sebagai salah satu cabang usaha selain mencari ikan. 3. Usaha pembesaran itik Alabio dengan skala pemeliharaan 700 ekor diperoleh 849

pendapatan sebesar Rp. 1.320.000/bulan dengan nilai R/C sebesar 1,46. 4. Pengusahaan itik Alabio periode produksi telur memberikan pendapatan sebesar Rp. 32.075.000 atau rata-rata Rp. 3.563.800/bulan, nilai R/C 1,57 dengan skala 700 ekor selama 9 bulan produksi. 5. Berdasarkan hasil analisis biaya dan pendapatan diketahui bahwa pemeliharaan ternak itik dengan sistem lanting menguntungkan dan layak untuk diusahakan. DAFTAR PUSTAKA DINAS PETERNAKAN KALIMANTAN SELATAN. 2004. Buku Saku Peternakan. Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru. HARDJOSWORO, P.S., A.R. SETIOKO, P.P. KETAREN, L.H. PRASETYO, A.P. SINURAT dan RUKMIASIH. 2002. Perkembangan teknomologi peternakan unggas air di Indonesia. Pros. Lokakarya Unggas Air: Pengembangan Agribisnis Unggas Air sebagai Peluang Usaha Baru. Bogor, 6 7 Agustus 2004. hlm. 146 156. ROHAENI, E.S. dan A.R. SETIOKO. 2002. Keragaan produksi telur pada Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan (SPAKU) itik Alabio di kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Pros. Lokakarya Unggas Air: Pengembangan Agribisnis Unggas Air sebagai Peluang Usaha Baru. Bogor, 6 7 Agustus 2001. hlm. 139 145. ROHAENI, E.S., A.R. SETIOKO, ISTIANA dan A. DARMAWAN. 2000. Laporan Akhir Pengembangan Usaha Peternakan Itik Alabio di Kalimantan Selatan Melalui Seleksi. IPPTP Banjarbaru. SETIOKO, A.R. 1992. Budidaya, usahatani dan pasca panen itik. Makalah Temu Tugas dalam Aplikasi: Bidang Peternakan. hlm. 71 121. SETIOKO, A.R. dan E.S. ROHAENI. 2002. Pemberian bahan pakan lokal terhadap produktivitas itik Alabio. Pros. Lokakarya Unggas Air: Pengembangan Agribisnis Unggas Air sebagai Peluang Usaha Baru. Bogor, 6 7 Agustus 2001. hlm. 129 138. SUMANTO, E.J., B. WIBOWO dan R. MATONDANG. 2002. Analisis ekonomi pembesaran itik di DIY, Jatim dan Jabar. Pros. Lokakarya Unggas Air: Pengembangan Agribisnis Unggas Air sebagai Peluang Usaha Baru. Bogor, 6 7 Agustus 2001. hlm. 146 156. WASITO dan E.S. ROHAENI. 1994. Beternak Itik Alabio. Kanisius. Yogyakarta. 850