PERANCANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BERDASARKAN INTEGRASI MODEL PENGUKURAN KINERJA PRISM DAN INDIKATOR KINERJA GRI

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA

IDENTIFIKASI INDIKATOR KINERJA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM

TESIS NAMA : AULIA RAHMADHANI NRP : DOSEN PEMBIMBING : Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M.Eng,Sc Ir. Lantip Trisunarno, MT

PERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA BISNIS UNIT. di PT. XYZ

PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN KEMASAN PLASTIK DENGAN PENDEKATAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX

Add your company slogan. 3. Stakeholder Strategy LOGO. Add your company slogan. 4. Stakeholder Process LOGO

BAB I PENDAHULUAN. serius seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan

BAB I PENDAHULUAN. sisi yang berlawanan. Artinya, selain memberikan kontibusi positif bagi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dewasa ini masyarakat semakin cermat dalam menilai dampak

BAB I PENDAHULUAN. Utara, baik yang dikelola oleh BUMN seperti PTPN 2, PTPN 3, dan PTPN 4

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat memberikan dampak

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pedoman merupakan alat atau acuan yang digunakan untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

EVALUASI PROYEK DAN PERANCANGAN SISTEM PENILAIAN KINERJA PROYEK DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM PADA PROYEK RUMAH SAKIT PT SEMEN PADANG TUGAS AKHIR

KINERJA SOSIAL DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (LITERATUR REVIEW) Anggita Langgeng Wijaya Pendidikan Akuntansi IKIP PGRI MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. modal (investor dan kreditor), tetapi juga kepentingan karyawan, konsumen,

KUESIONER. Hormat saya, Chandra Gunawan D. No : Nama : Jabatan :

BAB I PENDAHULUAN. dalam menerapkan standar-standar etis terhadap praktik bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berkaitan dengan lingkungan, khususnya masalah yang

Perancangan Key Performance Indicators (KPI) Menggunakan Metode Performance Prism (Studi Kasus di Batik Putra Bengawan)

BAB I PENDAHULUAN. dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para

TESIS PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS X MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM

Pengukuran Produktivitas Perusahaan dengan Metode Data Envelopment Analysis Berbasis Performance Prism

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang merupakan tempat terjadinya

MODEL INTEGRASI BALANCED SCORECARD DENGAN SIX SIGMA MOTOROLA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat sebagai lingkungan eksternal, ada hubungan timbale balik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya persaingan yang kompetitif di pasar saat ini, tidaklah dapat

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhinya pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Hal ini terjadi dikarenakan mulai banyaknya pihak pihak

Key Performance Indicators Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bisa hanya berfokus kepada laba saja. Perusahaan dituntut untuk lebih

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham (shareholders) saja namun juga mempunyai tanggung jawab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGUKURAN KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP HUMAN RESOURCE SCORECARD DI PT JB

BAB I PENDAHULUAN. kinerja keuangan perusahaan namun juga ingin mengetahui mengenai kinerja non

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory)

BAB V PENUTUP. dilakukan oleh suatu perusahaan harus tepat sasaran karena jumlah anggaran dana

ANALISA PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM (Studi Kasus: PT Petrokimia Gresik)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan timbal balik antara

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. modal. Berpihaknya perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mana saja perusahaan bertanggungjawab (Freeman, 1984). Perusahaan harus

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

Perancangan Sistem Pengukuran Performansi PT. Pondok Indah Tower dengan Menggunakan Metode Balanced Score Card

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB I PENDAHULUAN. udara kasus. ( 2015) Dengan memburuknya keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggunakan dana yang ada dari para pemilik modal dan besarnya return

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah untuk memaksimalkan laba,

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi ekonomi yang berubah pesat, memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan dari perusahaan besar merupakan isu-isu yang semakin menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single bottom line, yaitu

ABSTRAK. Keywords: Balanced Scorecard, Low Cost Strategy, financial, sales volumes, customer, internal business processes, learning and growth.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah


BAB I PENDAHULUAN. Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan

Pengukuran Kinerja Menggunakan Model Performance Prism (Studi Kasus di Perusahaan Makanan)

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi lingkungan sekitar perusahaan yang sehat dengan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pilot pesawat terbang jet modern sedang menerbangkan pesawatnya.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat melakukan pantauan dan evaluasi pada kinerja. hidup perusahaan. Robin & Coutler (2005) menjelaskan bahwa kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan dampak yang serius. Perusahaan yang berusaha untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. tanggung jawab produk) mempengaruhi baik secara parsial maupun secara bersama sama

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh

Transkripsi:

PERANCANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BERDASARKAN INTEGRASI MODEL PENGUKURAN KINERJA PRISM DAN INDIKATOR KINERJA GRI (Studi Kasus PT. Semen Gresik (Persero), Tbk) Aulia Rahmadhani 1, Patdono Suwignjo 2, Lantip Trisunarno 3 Magister Teknik Industri-Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 email : 1 auliarahmadhani@gmail.com, 2 psuwignjo@yahoo.com, 3 lantip@ie.its.ac.id ABSTRAK Model pengukuran kinerja CSR yang seringkali digunakan perusahaan adalah pedoman sustainability report GRI. Dalam pelaksanaan pengukuran kinerja CSR, didasarkan pada pengungkapan informasi atas penggunaan indikator-indikator kinerja praktek tenaga kerja, kinerja masyarakat, kinerja tanggung jawab produk, dan kinerja hak asasi manusia. Namun, indikator-indikator kinerja tersebut memiliki keterbatasan dalam melaporkan keterlibatan stakeholders di dalam kegiatan CSR perusahaan. Selain itu, dalam merumuskan kegiatan CSR hanya didasari pada keinginan stakeholder sedangkan dari sisi kontribusi stakeholder pada perusahaan belum menjadi landasan ukuran keberhasilan kinerja CSR. Oleh karena itu, diperlukan penggunaan model/konsep lain dari pengukuran kinerja yang dapat mengakomodasikan tidak hanya keinginan stakeholder tetapi juga kontribusi stakeholder. Berdasarkan kebutuhan tersebut, maka dipilihlah model pengukuran kinerja PRISM untuk melengkapi indikator kinerja GRI. Penelitian ini mencoba untuk menggabungkan kedua model tersebut dengan mengambil sisi positif dari kedua model GRI dan PRISM yaitu : GRI sudah menetapkan apa yang harus dilaporkan dan PRISM yang memperhatikan tidak hanya stakeholder want and need tetapi juga stakeholder contribution. Hasil perancangan model yang telah dibuat, dilakukan penerapan di PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. Berdasarkan hasil identifikasi indikator kinerja CSR perusahaan, dihasilkan empat puluh dua key performance indicator (KPI) CSR. Adapun perinciannya adalah stakeholder pemegang saham enam KPI CSR, stakeholder calon investor enam KPI CSR, stakeholder karyawan sebelas KPI CSR, stakeholders konsumen tujuh KPI CSR, stakeholder supplier tiga KPI CSR, stakeholder pemerintah tempat KPI CSR dan stakeholder masyarakat lima KPI CSR. Validasi KPI CSR dilakukan untuk kesesuaian hasil rancangan KPI CSR dengan kondisi perusahaan. Kata kunci: Pengukuran kinerja, corporate social responsibility, PRISM, GRI, key performance indicator. PENDAHULUAN Peningkatan keuntungan perusahaan seringkali dilakukan melalui peningkatan kapasitas produksi, penghematan biaya dan inovasi di bidang teknologi dan manajemen. Peningkatan operasional tersebut bukan tanpa batas, karena peningkatan operasional perusahaan tersebut juga berdampak terhadap keberadaan bumi, manusia, dan

perekonomian. Konsep ini yang kemudian dikenal dengan sustainability. Sustainability adalah tujuan akhir yang harus dicapai oleh semua perusahaan. Tujuan akhir tersebut diantaranya adalah menyeimbangkan antara kinerja ekonomi, kesejahteraan sosial (well being), dan peremajaan serta pelestarian lingkungan hidup. Proses mencapai tujuan akhir disebut sebagai sustainable development (pembangunan berkelanjutan) dan untuk mencapai tujuan akhir tersebut, dibutuhkan vehicle dalam memberikan kontribusi terhadap sustainability yang disebut dengan Corporate Social Responsibility (Panapanaan et al., 2003). Pengertian CSR secara umum menurut Suharto (2007) dapat dimaknai sebagai sebuah cara yang dilakukan perusahaan dalam mencapai sebuah kesinambungan antara tujuan ekonomi, lingkungan, dan sosial masyarakat, seraya tetap merespon harapanharapan para stakeholders. Adapun stakeholders yang perlu dilibatkan dalam CSR seperti shareholders, customer, suppliers, karyawan, pemerintah, eksekutif perusahaan, dan masyarakat (King et al., 2010, Raghubir et al., 2010). Perlunya perusahaan melibatkan stakeholders dalam CSR, didasari pada beberapa benefit atau manfaat yang akan diperoleh perusahaan diantaranya yaitu dapat meningkatkan value perusahaan (Kanter, 1999), menarik tenaga kerja (Backhaus et al., 2002), meningkatkan motivasi karyawan (Maignan et al., 1999, Turban and W, 1997), menarik dan mempertahankan customers (Luo and Bhattacharya, 2006, Sen and Bhattacharya, 2001), mempengaruhi persepsi customers (Brown and Dacin, 1997, Handelman and Arnold, 1999, Sen and Bhattacharya, 2001), mengurangi biaya produksi (Hart and Ahuja, 1996), meningkatkan produktivitas (Melrose-Woodman and Kverndal, 1976) dan memberikan jaminan reputasi perusahaan (image) pada saat terjadi krisis (Peloza, 2006, Schnietz and Epstein, 2005). Berdasarkan paparan diatas, dapat diartikan disini bahwasannya CSR yang dilakukan perusahaan diperuntukkan untuk stakeholders yang termasuk dalam lingkup operasional sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan atas dampak operasional yang terjadi dalam perusahaan. Sehingga, untuk mengetahui baik tidaknya perusahaan memperlakukan para stakeholdersnya maka perlu dilakukan pengukuran kinerja. Salah satu model pengukuran kinerja CSR yang sering digunakan oleh perusahaan adalah dengan menggunakan Global Reporting Initiative (GRI). Model pengukuran kinerja GRI diwujudkan dalam bentuk kerangka pelaporan yang harus dilakukan oleh perusahaan. Dalam kerangka pelaporan GRI diberikan panduan bagaimana cara mengungkapkan standarisasi pelaporan yang didalamnya mencakup pengungkapan strategi, profil organisasi, tata kelola organisasi dan manajemen serta indikator kinerja yang terdiri dari enam kriteria indikator kinerja yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, kinerja praktek tenaga kerja, kinerja masyarakat, kinerja tanggungjawab produk, dan kinerja hak asasi manusia. Indikatorindikator kinerja yang ada tersebut berfungsi sebagai perbandingan informasi atau pengungkapan informasi mengenai kinerja organisasi dalam hal ekonomi, lingkungan, dan sosial (GRI, 2002). Pada dasarnya, kriteria kinerja GRI yang dijadikan dasar dalam mengukur kinerja CSR perusahaan terletak pada kriteria kinerja praktek tenaga kerja, kinerja masyarakat, kinerja tanggungjawab produk, dan kinerja hak asasi manusia (Suharto, 2008). Namun, kriteria-kriteria tersebut hanya terbatas pada empat stakeholder yaitu: karyawan, konsumen, supplier, dan masyarakat. Dalam perusahaan, stakeholders yang ada tidak hanya terbatas pada keempat stakeholders tersebut. Selain itu dalam merumuskan kegiatan CSR yang berdasarkan acuan GRI, hanya didasari pada keinginan dan kebutuhan stakeholder (stakeholder want and need). Sedangkan dari sisi keinginan dan kebutuhan perusahaan ( stakeholder contribution) belum menjadi landasan ukuran keberhasilan kinerja CSR perusahaan. A-18-2

Pengukuran kinerja CSR yang baik tidak hanya perlu mengakomodasikan kebutuhan stakeholder (stakeholer want and need), tetapi juga harus mengakomodasikan apa yang harus diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan (stakeholder contribution). Karena GRI belum mengakomodasikan kebutuhan tersebut, maka perlu dilakukan penggunaan model/konsep lain dari pengukuran kinerja yang mengakomodasikan tidak hanya keinginan pemangku kepentingan tetapi juga kontribusi pemangku kepentingan. Berdasarkan kebutuhan tersebut maka dipilihlah model pengukuran kinerja PRISM untuk melengkapi model GRI. Model pengukuran kinerja PRISM dapat melakukan identifikasi stakeholder want and need dan stakeholder contribution terhadap stakeholders perusahaan secara menyeluruh. Dalam hal ini, proses identifikasi stakeholders want and need dan stakeholders contribution dilakukan sebagai dasar dalam merumuskan indikator kinerja CSR perusahaan. Kelemahan dari model PRISM untuk pengukuran kinerja CSR adalah tidak memberikan panduan secara spesifik indikator apa yang harus dilaporkan, seperti yang sudah ditetapkan di model pelaporan GRI. Penelitian ini mencoba untuk menggabungkan kedua model tersebut dengan mengambil sisi positif dari kedua model GRI dan PRISM yaitu : GRI sudah menetapkan apa yang harus dilaporkan dan PRISM yang memperhatikan tidak hanya stakeholder want and need tetapi juga stakeholder contribution. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang model pengukuran kinerja CSR berdasarkan integrasi model pengukuran kinerja PRISM dan indikator kinerja GRI. Sedangkan untuk tujuan penelitian, yang pertama adalah menguji coba model pengukuran kinerja CSR yang telah dibuat pada perusahaan. Kedua adalah mengidentifikasi key performance indicator (KPI) CSR perusahaan yang menjadi objek penelitian berdasarkan pada model pengukuran kinerja CSR yang telah dibuat. Dalam rangka menjaga agar fokus penelitian tidak melebar, perlu ditegaskan batasan dalam penelitian ini yaitu dalam melakukan uji coba (penerapan) pada perusahaan, penelitian ini tidak melakukan pengukuran dan hanya diuji cobakan pada satu perusahaan saja. Perusahaan yang menjadi objek penelitian ini adalah PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. Penulis memilih perusahaan tersebut didasarkan pada tiga kriteria yaitu : perusahaan manufaktur khususnya di Jawa Timur yang telah melaksanakan CSR sebagai bagian dari strategi perusahaan; waktu pelaksanaan CSR di perusahaan dan kemudahan akses mendapatkan data dan ijin penelitian. METODOLOGI PENELITIAN Tahap awal penelitian ini adalah menetapkan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Dilanjutkan dengan melakukan studi literatur untuk mencari referensireferensi pendukung penelitian. Studi literatur ini dilakukan melalui buku teks, internet, jurnal-jurnal ilmiah serta penelitian-penelitian terdahulu mengenai pengukuran kinerja CSR, PRISM, dan GRI. Pada tahapan berikutnya dilakukan observasi objek penelitian untuk mencari perusahaan dalam rangka uji coba model yang telah dibuat, sehingga kemudian diteruskan dengan melakukan survey pendahuluan penelitian untuk mengetahui karakteristik pengukuran kinerja CSR perusahaan. Selanjutnya pada tahap perancangan model, sebelumnya dilakukan analisa kelebihan dan kelemahan pada masing-masing model pengukuran kinerja PRISM dan GRI. Berdasarkan hasil analisa tersebut, dengan mengambil sisi positif dari kedua model kemudian dilakukan integrasi model pengukuran kinerja PRISM dan indikator kinerja GRI untuk mengukur kinerja CSR. Dari hasil tahap perancangan model kemudian dilakukan penerapan pada A-18-3

perusahaan dengan mengambil studi kasus di PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan adalah mengidentifikasi stakeholders perusahaan yang dilakukan dengan wawancara kepada pihak manajemen perusahaan (pembimbing penulis yang ditunjuk oleh perusahaan). Selanjutnya mengidentifikasi daftar keinginan dan kebutuhan serta kontribusi stakeholders perusahaan dengan diberikan kuisioner. Kemudian dilanjutkan dengan identifikasi tujuan ( objectives) dari perusahaan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan stakeholders, yang dilakukan dengan wawancara pada masing-masing wakil Departemen yang bertanggung jawab dan berhubungan langsung dengan stakeholders. Wawancara yang sama juga dilakukan pada langkah berikutnya untuk merumuskan strategi dan proses, serta kapabilitas perusahaan dalam memenuhi tujuan (objectives) yang telah ditetapkan perusahaan. Selanjutnya dilakukan identifikasi KPI berdasarkan pada hasil langkah sebelumnya dengan dibantu oleh pihak manajemen perusahaan. Pada langkah berikutnya mengidentifikasi indikator kinerja GRI untuk memenuhi tujuan ( objectives) perusahaan yang dilakukan pada langkah sebelumnya, dengan dibantu oleh wakil dari seksi Administrasi dan Evaluasi CSR perusahaan, dimana indikator-indikator kinerja GRI yang didapatkan mengacu pada kuisioner. Dari hasil penerapan model akan didapatkan key performance indicator CSR perusahaan. Maka, pada tahapan selanjutnya adalah melakukan validasi KPI CSR. Validasi KPI CSR dilakukan dengan meminta feedback dari masing-masing wakil Departemen yang dianggap sangat memahami masalah yang diteliti tentang kesesuaian hasil rancangan KPI CSR dengan situasi yang ada di perusahaan. ANALISA KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MODEL PENGUKURAN KINERJA PRISM DAN GRI Model pengukuran kinerja GRI diwujudkan dalam bentuk kerangka pelaporan yang harus dilakukan oleh perusahaan. Kerangka Pelaporan GRI ditujukan sebagai sebuah bentuk pelaporan yang dapat diterima umum dalam melaporkan kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial dari organisasi. Kerangka Pelaporan GRI mengandung isi umum dan sektor yang secara spesifik telah disetujui oleh berbagai pemangku kepentingan di seluruh dunia dan dapat diaplikasikan secara umum dalam melaporkan kinerja keberlanjutan dari sebuah organisasi (GRI, 2002). Sedangkan model pengukuran kinerja PRISM merupakan salah satu model pengukuran kinerja yang menggambarkan kinerja organisasi sebagai bangun tiga dimensi yang memiliki lima bidang sisi, yaitu dari sisi stakeholder satisfaction, strategies, processes, capabilities dan stakeholder contribution (Kennerley and Neely, 2002). Dalam rangka melakukan pengukuran kinerja CSR yang baik, maka perlu melakukan analisa terhadap kelebihan dan kelemahan masing-masing kedua model tersebut. Adapun kelebihan dan kelemahan dari GRI dan PRISM adalah sebagai berikut: Tabel 1. Identifikasi Kelebihan dan Kelemahan Model Pengukuran Kinerja PRISM dan Indikator Kinerja GRI. MODEL PENGUKURAN KINERJA KELEBIHAN KELEMAHAN Dapat mengidentifikasi keseluruhan stakeholder dalam perusahaan. Dapat mengidentifikasi stakeholder want and need dan stakeholder contribution Tidak dapat memberikan panduan / PRISM pada keseluruhan stakeholders. pedoman mengukur kinerja CSR Mempertimbangkan dan memperhatikan ukuran kinerja lain seperti strategi, proses, dan kapabilitas yang dimiliki perusahaan. A-18-4

Tabel 2. Identifikasi Kelebihan dan Kelemahan Model Pengukuran Kinerja PRISM dan Indikator Kinerja GRI (Lanjutan) MODEL PENGUKURAN KINERJA KELEBIHAN KELEMAHAN GRI GRI merupakan standar internasional yang dapat memberikan panduan/pedoman mengukur kinerja CSR Perancangan Model Pengukuran Kinerja CSR Indikator kinerja CSR GRI hanya dapat melakukan identifikasi terhadap keinginan dan kebutuhan stakeholders. Indikator kinerja CSR GRI tidak dapat mengidentifikasi stakeholders secara lengkap Indikator kinerja CSR GRI tidak dapat melakukan identifikasi kontribusi stakeholders. Model pengukuran kinerja CSR baru yang akan dirancang dalam penelitian ini didasarkan pada integrasi model pengukuran kinerja PRISM dan GRI. Berdasarkan pada hasil identifikasi Tabel 1., maka model baru akan dikembangkan dengan memperhatikan sisi positif dari kedua model tersebut. Pada Gambar 1. model baru tersebut didapatkan tahapan-tahapan yang dilakukan untuk mengukur kinerja CSR perusahaan. 1. Identifikasi stakeholder Pada tahap pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi stakeholder yang termasuk dalam lingkup operasional perusahaan. Adapun yang dimaksud dengan stakeholder adalah merujuk kepada orang maupun kelompok yang terpengaruh dan atau bisa mempengaruhi operasional perusahaan, baik yang termasuk kategori internal maupun eksternal. 2. Identifikasi stakeholder want and need Setelah melakukan identifikasi stakeholder, maka pada tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi stakeholder want and need. Yang dimaksud dengan stakeholder want and need adalah melakukan identifikasi terhadap keinginan dan kebutuhan stakeholder terhadap perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui lebih jauh apa yang diharapkan dan diinginkan oleh stakeholder terhadap perusahaan. 3. Identifikasi stakeholder contribution Tahapan berikutnya yang dilakukan adalah mengidentifikasi stakeholder contribution yang berarti melakukan identifikasi terhadap kontribusi yang akan diberikan stakeholder kepada perusahaan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik terhadap pemenuhan stakeholder want and need. 4. Identifikasi tujuan ( objectives) untuk memenuhi stakeholder want and need dan stakeholder contribution Pada tahap ini dilakukan identifikasi tujuan ( objectives) untuk memenuhi stakeholder want and need dan stakeholder contribution pada masing-masing stakeholder. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pencapaian atau sasaran bagi perusahaan untuk memenuhi stakeholder requirement. 5. Perumusan strategi untuk memenuhi tujuan (objectives) Setelah didapatkan tujuan ( objectives), maka pada tahap selanjutnya adalah merumuskan strategi untuk memenuhi tujuan (objectives) tersebut. Adapun strategi yang dimaksud adalah strategi-strategi yang akan dilakukan perusahaan dalam memenuhi tujuan (objectives) dari masing-masing stakeholder. A-18-5

6. Perumusan kemampuan proses untuk memenuhi tujuan (objectives) Tahapan selanjutnya setelah merumuskan strategi, yaitu merumuskan kemampuan proses untuk memenuhi tujuan ( objectives). Adapun kemampuan proses yang dimaksud adalah terkait dengan business process perusahaan dalam mendukung terlaksananya strategi dalam memenuhi tujuan ( objectives) dari masing-masing stakeholder. 7. Perumusan kapabilitas perusahaan untuk dapat menjalankan strategi dan proses Setelah merumuskan strategi dan kemampuan proses, maka pada tahap berikutnya adalah merumuskan kapabilitas perusahaan untuk dapat menjalankan strategi dan kemampuan proses. 8. Identifikasi KPI berdasarkan PRISM Setelah beberapa tahapan sebelumnya telah dilakukan seperti mengidentifikasi stakeholder, mengidentifikasi stakeholder want and need, mengidentifikasi stakeholder contribution, merumuskan strategi untuk memenuhi tujuan (objectives), merumuskan kemampuan proses untuk memenuhi tujuan ( objectives), dan merumuskan kapabilitas perusahaan untuk dapat menjalankan strategi dan proses, maka tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi KPI berdasarkan PRISM. 9. Identifikasi indikator kinerja CSR berdasarkan GRI Dalam indikator kinerja GRI terdapat empat kriteria kinerja yang dijadikan dasar dalam mengukur kinerja CSR perusahaan yaitu kriteria kinerja praktek tenaga kerja, kinerja masyarakat, kinerja tanggungjawab produk, dan kinerja hak asasi manusia. 10. Identifikasi indikator kinerja CSR GRI berdasarkan pada pemenuhan tujuan (objectives) Setelah didapatkan indikator kinerja CSR GRI, maka pada tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi indikator kinerja tersebut berdasarkan pada pemenuhan tujuan (objectives) dari masing-masing stakeholder. 11. Rekonsiliasi KPI PRISM dengan indikator kinerja CSR GRI Pada tahap selanjutnya adalah merekonsiliasi KPI PRISM dengan indikator kinerja CSR GRI sebagai KPI CSR perusahaan. Pada tahap ini dilakukan pencocokan satu sama lain antara indikator kinerja CSR-GRI dengan KPI PRISM. Apabila terdapat kesamaan arti dalam menjelaskan KPI CSR, maka akan dipilih salah satu KPI yang mampu menunjukkan KPI CSR perusahaan. 12. Penyusunan KPI CSR hasil rekonsiliasi ke dalam perspektif stakeholder KPI-KPI CSR yang telah teridentifikasi merupakan ukuran-ukuran keberhasilan kinerja CSR perusahaan dalam tanggung jawabnya kepada stakeholders atas segala dampak dan operasional yang terjadi dalam perusahaan. A-18-6

A B C D E Stakeholder 1 Objective Strategi Proses Kapabilitas KPI PRISM 1 KPI CSR 1 ( ) KPI PRISM 2 KPI CSR 2 1 1 Want and Need Contribution 1 KPI PRISM 3 1 KPI CSR 3 1 1 KPI PRISM 4 KPI CSR 4 2 2 KPI CSR 5 3 3 Stakeholder 2 Objective Strategi Proses Kapabilitas KPI PRISM 1 KPI CSR 6 ( ) KPI PRISM 2 KPI CSR 7 2 2 Want and Need Contribution 2 KPI PRISM 3 2 KPI CSR 8 1 1 KPI PRISM 4 KPI CSR 9 2 2 KPI CSR 10 3 3 Stakeholder 3 Objective Strategi Proses Kapabilitas KPI PRISM 1 KPI CSR 11 ( ) KPI PRISM 2 KPI CSR 12 5 5 Want and Need Contribution 3 KPI PRISM 3 3 KPI CSR 13 1 1 KPI PRISM 4 KPI CSR 14 2 2 KPI CSR 15 3 3 Stakeholder 4 Objective Indikator Kinerja GRI GRI 1 KPI CSR 16 ( ) 1 1 GRI 2 KPI CSR 17 Want and Need Contribution 4 GRI 3 4 KPI CSR 18 1 1 KPI CSR 19 2 2 KPI CSR 20 3 3 Indikator Kinerja GRI GRI 1 Stakeholder5 Objective 2 2 GRI 2 KPI CSR 21 ( ) GRI 3 KPI CSR 22 Want and Need Contribution 5 5 KPI CSR 23 1 1 Indikator Kinerja GRI GRI 1 KPI CSR 24 2 2 5 5 GRI 2 KPI CSR 25 3 3 GRI 3 KPI CSR 26 Gambar 1. Proses Identifikasi KPI CSR IDENTIFIKASI KPI PRISM DAN INDIKATOR KINERJA CSR GRI REKONSILIASI KPI PRISM DENGAN INDIKATOR KINERJA CSR GRI A-18-7

Analisa Perancangan Model Pengukuran Kinerja CSR Perancangan model pengukuran kinerja CSR yang sudah dilakukan pada penelitian ini merupakan model baru dalam memperbaiki model pengukuran kinerja CSR sebelumnya. Tabel 3. Perbandingan Model Pengukuran Kinerja CSR GRI dan Integrasi PRISM GRI GRI 1. Dapat mengidentifikasi indikator-indikator kinerja CSR berdasarkan pada stakeholder karyawan, konsumen, supplier, dan masyarakat. PRISM-GRI 1. Dapat mengidentifikasi indikator-indikator kinerja utama atau key performance indicator berdasarkan pada keseluruhan stakeholder. 2. Indikator-indikator kinerja dalam GRI dapat mengungkapkan informasi atas kegiatankegiatan CSR yang telah dilakukan perusahaan. 3. Penentuan indikator-indikator kinerja GRI didasarkan pada pemenuhan stakeholder requirement. 2. KPI-KPI CSR dalam Integrasi PRISM GRI dapat mengungkapkan informasi atas kegiatankegiatan CSR yang telah dilakukan perusahaan dan KPI-KPI CSR tersebut dapat diukur. 3. Penentuan KPI-KPI CSR PRISM GRI didasarkan pada pemenuhan stakeholder requirement dan stakeholder contribution. Model pengukuran kinerja CSR berdasarkan integrasi PRISM dan GRI ini dibuat untuk melengkapi dan memperbaiki indikator-indikator kinerja GRI. Selain itu, pada perumusan kegiatan CSR dan evaluasi kinerja CSR tidak hanya didasarkan pada keinginan dan kebutuhan stakeholder, tetapi juga didasarkan pada kontribusi stakeholder pada perusahaan. Berdasarkan pada kelebihan-kelebihan yang ada dalam model penelitian ini, diharapkan dapat dilakukan pengembangan pada penelitian selanjutnya. Pengembangan tersebut dapat dilanjutkan pada tahap implementasi dan hasil pengukuran KPI-KPI CSR yang diidentifikasi, sehingga akan didapatkan hasil kinerja CSR perusahaan masuk dalam kategori baik atau buruk. Penerapan Model Dari tahapan-tahapan perancangan model yang telah dilakukan, maka dilakukan penerapan pada PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. Hasilnya adalah didapatkan empat puluh dua (42) key performance indicator CSR yang disusun berdasarkan perspektif stakeholder. Adapun perinciannya adalah stakeholder pemegang saham enam KPI CSR, stakeholder calon investor enam KPI CSR, stakeholder karyawan sebelas KPI CSR, stakeholder konsumen tujuh KPI CSR, stakeholder supplier tiga KPI CSR, stakeholder pemerintah empat KPI CSR dan stakeholder masyarakat lima KPI CSR. Validasi KPI CSR Validasi KPI CSR dilakukan dengan meminta feedback dari masing-masing wakil Departemen yang dianggap sangat memahami masalah yang diteliti tentang kesesuaian hasil rancangan KPI CSR dengan situasi yang ada di perusahaan. Validasi perlu dilakukan untuk mendapatkan masukan yang komprehensif dan objektif dari KPI- KPI CSR yang telah dirancang. Hal penting yang diperoleh dalam proses validasi tersebut : Kesesuaian dari key performance indicator CSR yang dirancang dengan kondisi perusahaan dalam tanggung jawabnya kepada stakeholders. Key performance indicator CSR yang dirancang dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan kinerja CSR perusahaan A-18-8

Key performance indicator CSR yang dirancang menunjukkan kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan tidak hanya terfokus pada satu stakeholder saja, tetapi untuk keseluruhan stakeholder. KESIMPULAN 1. Model pengukuran kinerja CSR berdasarkan integrasi PRISM dan GRI ini dibuat untuk melengkapi dan memperbaiki indikator-indikator kinerja GRI. Dari hasil perancangan didapatkan bahwa model integrasi PRISM dan GRI dapat mengidentifikasi indikator-indikator kinerja utama atau key performance indicator berdasarkan pada keseluruhan stakeholder. Selain itu, dalam model tersebut dihasilkan key performance indicator (KPI) CSR yang dapat mengungkapkan informasi atas kegiatan-kegiatan CSR yang telah dilakukan perusahaan dan KPI-KPI CSR tersebut dapat diukur. Di samping itu, pada proses penentuan KPI-KPI CSR PRISM-GRI tidak hanya didasarkan pada pemenuhan stakeholder want and need, tetapi juga memenuhi stakeholder contribution. 2. Penerapan model pengukuran kinerja CSR berdasarkan intregasi model pengukuran kinerja PRISM dan indikator kinerja GRI pada PT. Semen Gresik (Persero), Tbk dapat merancang 42 key performance indicator CSR yang disusun berdasarkan pada perspektif stakeholder perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Backhaus, K. B., Stone, B. A. & Heiner, K. 2002. Exploring the Relationship Between Corporate Social Performance and Employeer Attractiveness. Business & Society, 41 (3), 177-209. GRI 2002. Sustainability reporting guidelines. Global Reporting Initiative. Handelman, J. M. & Arnold, S. J. 1999. The role of marketing actions with a social dimension: appeals to the institutional environment. J Mark, 63 (July), 33-48. Hart, S. L. & Ahuja, G. 1996. Does It Pay to Be Green? An Empirical Examination of the Relationship Between Emission Reduction and Firm Performance. Business Strategy and the Environment, 5 (1), 30-37. Kanter, R. M. 1999. From Spare Change to Real Change: The Social Sector as Beta Site for Business Innovation. Harvard Business Review, 77 (3), 123-132. Kennerley, M. & Neely, A. 2002. Performance measurement frameworks: A review, In Business Performance Measurement- Theory and Practice. In: Neely, A. (ed.). Cambridge University Press. King, R. C., Hartzel, K. S., Schilhavy, R. A. M., Melone, N. P. & Mcguire, T. W. 2010. Social responsibility and stakeholder influence: Does technology matter during stakeholder deliberation with high-impact decisions? Decision Support Systems, 48, 536-547. Luo, X. & Bhattacharya, C. B. 2006. Corporate Social Responsibility, Customer Satisfaction, and Market Value. Journal of Marketing, 70 (October), 1-18. A-18-9

Maignan, I., OC, F. & TW, H. 1999. Corporate citizenship: cultural antecedents and business benefits. J Acad Mark Sci, 26 (4), 455-469. Melrose-Woodman, J. & Kverndal, I. 1976. Towards social responsibility: company codes of ethics and practice, Liverpool, British Institute of Management. Panapanaan, V. M., Kinnanen, L., Karvonen, M. & Phan, V. T. 2003. Roadmapping corporate social responsibility in Finnish companies. Journal of Business Ethics, 44, 133-148. Peloza, J. 2006. Using Corporate Social Responsibility as Insurance for Financial Performance. California Management Review, 48 (2), 52-72. Raghubir, P., Roberts, J., Lemon, K. N. & Winer, R. S. 2010. Why, When, and How Should the Effect of Marketing be Measured? A Stakeholder Perspective for Corporate Social Responsibility Metrics. Journal of Public Policy & Marketing, 29 (1), 66-77. Schnietz, K. E. & Epstein, M. J. 2005. Exploring the Financial Value of a Reputation for Corporate Social Responsibility During a Crisis. Corporate Reputation Review, 7 (4), 327-345. Sen, S. & Bhattacharya, C. B. 2001. Does Doing Good Always Lead to Doing Better? Consumer Reactions to Corporate Social Responsibility. Journal of Marketing Research, 38 (May), 225-243. Suharto, E. 2007. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility), Bandung, Refika Aditama. Suharto, E. 2008. Corporate Social Responsibility: Perspektif Ilmu Sosial. In: Seminar Sehari Corporate Social Responsibility, Dinas Sosial Kota Surabaya, 24 April 2008 2008 Hotel J. W. Marriot Surabaya. A-18-10