PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian dipandang dari dua pilar utama dan tidak bisa

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok

PENDAHULUAN. manusia tidak bisa mempertahankan eksistensinya atau hidupnya. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo,

PRODUKTIVITAS LEBAH MADU (Apis cerana) PADA PENERAPAN SISTEM INTEGRASI DENGAN KEBUN KOPI RUSTAMA SAEPUDIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan di Indonesia. besar mengimpor karena kebutuhan kedelai yang tinggi.

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Identifikasi Permasalahan Perlebahan sebagai Dasar Pengembangan Usaha Madu di Provinsi Bengkulu

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. peningkatan ekonomi masyarakat melalui produk yang dihasilkan. Perlebahan juga merupakan komponen penting di dalam strategi

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakangMasalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Pengembangan pohon buah-buahan dalaln kerangka pembangunan pedesaan. bagi masyarakat sekitar hutan mempunyai arti penting, terutama dalam ha1

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN sangat kaya akan ragam tanaman berbunga dan hasil pertanian yang

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Indriani Fauzia, 2013

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

PENDAHULUAN. kadang-kadang tidak mencukupi (Ekstensia, 2003). Peran sektor pertanian di Indonesia terlebih di Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

Identifikasi Permasalahan Perlebahan Sebagai Dasar Pengembangan Usaha Madu Di Provinsi Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

PERLEBAHAN DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20% (Adisarwanto, 2000). Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2012).

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Budidaya lebah madu merupakan salah satu alternatif usaha peternakan yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap produk madu secara nasional. Beberapa keuntungan beternak lebah madu adalah tidak memerlukan lahan yang luas, dapat membantu program kelestarian lingkungan dan dapat meningkatkan perekonomian petani melalui penambahan penghasilan dari penjualan madu. Hal ini sejalan dengan keunggulan ternak lebah madu mudah dibudidayakan oleh masyarakat, memiliki nilai (value) sosial yang tinggi, adaptif terhadap lingkungan di Indonesia dan memiliki peluang ekonomi yang tinggi. Disamping itu, peternakan lebah madu tidak memerlukan biaya yang mahal dalam penyediaan pakannya (zero feed cost), penghasil karbohidrat berkualitas tinggi, dan bertindak sebagai polinator yang baik. Perannya dalam kelestarian lingkungan, Porrini et al. (2003) yang melakukan penelitian selama dua puluh tahun menyimpulkan bahwa lebah madu berfungsi sebagai bioindicator terhadap tingkat pencemaran lingkungan terutama pada kawasan pertanian intensif. Selaras dengan keunggulan-keunggulannya, informasi khasiat dan peranan madu sebagai sumber nutrisi yang berkualitas ditemukan pada hampir semua kitab suci. Permintaan terhadap madu di Indonesia masih belum terpenuhi dari produk lokal, terbukti dengan beredarnya di pasaran madu yang berasal Thailand dan Cina. Faktor utama penyebab belum terpenuhinya kebutuhan madu dalam negeri adalah produktivitas lebah masih rendah sebagai akibat dari belum ada upaya dan teknologi untuk memanfaatkan sumberdaya alam secara efisien dan belum banyak campur tangan pemerintah terutama pemda dalam mengeluarkan kebijakan atau aturan mengenai pengembangan perlebahan. Walaupun sudah ada program dan upaya budidaya lebah madu sudah dilakukan oleh peternak dalam binaan Dinas Kehutanan, namun masih kurang efektif. Salah satu upaya mengatasi rendahnya produksi madu adalah memanfaatkan sumberdaya vegetasi sebagai sumber pakan lebah yang berlimpah melalui suatu sistem/pola budidaya yang dilakukan secara terintegrasi dengan memanfaatkan potensi yang ada. Berdasarkan potensi sumberdaya alam seperti

2 keanekaragaman vegetasi yang tinggi maupun sumberdaya manusianya, Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman tumbuhan tinggi yang merupakan potensi sangat besar untuk pengembangan lebah madu. Salah satu contoh potensi yang tersedia adalah areal perkebunan kopi yang mencapai 1.73 juta ha (Departemen Pertanian 2005). Tanaman kopi dan tanaman pelindungnya seperti kaliandra mampu mengasilkan nektar dan tepungsari (pollen) yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan sepanjang tahun (Macqueen 1992). Peningkatan efisiensi usaha dan produktivitas lebah madu dapat dilakukan melalui implementasi sistem integrasi antara dua atau lebih sumber komoditas yang berpotensi dikembangkan. Efisiensi mengembangan semua karakter produksi baik dari aspek teknologi, biologi maupun ekonomi berkontribusi secara terpadu dalam suatu sistem dan memberikan nilai tambah bagi peternak lebah. Secara definisi, sistem adalah sekelompok komponen dalam satu wilayah yang saling mendukung, berinteraksi satu sama lainnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Dillon et al. 1978). Sistem integrasi kebun kopi dan lebah madu (sinkolema) didasarkan pada hubungan saling menguntungkan antara vegetasi penghasil nektar dengan lebah sebagai polinator tanaman kopi. Disamping untuk meningkatkan produktivitas lebah dalam menghasikan madu juga dapat meningkatkan produksi biji kopi. Produksi madu kopi yang beraroma khas diharapkan dapat menjadi salah satu produk khas dan produk andalan Indonesia. Pada umumnya perkebunan kopi tersebar secara merata di Indonesia dengan kepemilikan secara perorangan oleh masyarakat petani. Besarnya potensi perkebunan kopi, sehingga pada tahun 2009 Indonesia termasuk negara ke empat terbesar dunia penghasil kopi dengan produksi sebesar 700000 ton setelah Brazil yang mampu menghasilkan kopi 2249060 ton, Viet Nam 1251000 ton dan Columbia 887661 ton (FAO 2011). Sebagian besar wilayah Sumatera termasuk Propinsi Bengkulu, berkebun kopi menjadi mata pencaharian utama masyarakat. Tingginya minat masyarakat dalam mengelola perkebunan kopi didukung oleh harga kopi yang semakin tinggi berkaitan dengan permintaan dunia terhadap kopi terus meningkat, terutama setelah produksi kopi di negara-negara Amerika Latin mengalami penurunan.

3 Sinkolema didesain dengan tujuan untuk menghasilkan madu kopi murni yang diharapkan menjadi penghasilan utama petani kopi/peternak lebah di Indonesia. Oleh karena sinkolema memiliki karakterstik sebagai berikut: (a) Lebah yang dibudidayakan adalah lebah lokal (Apis cerana) dengan sistem tanpa digembalakan (non-migratory), (b) koloni lebah ditempatkan di areal kebun kopi, (c) pakan utama lebah adalah nektar bunga kopi dan pada saat kopi sedang tidak berbunga kebutuhan pakan lebah dipenuhi oleh tanaman lain seperti kaliandra, kacang-kacangan dan tanaman lain yang menghasilkan nektar, (d) dikembangkan dalam kelompok sehingga diperlukan kelembagaan yang kuat, dan (e) produk utama adalah madu dan kopi organik. Konsep integrasi merupakan salah satu pola usaha tani yang efisien, produktif dan memiliki tingkat keberlanjutan yang menguntungkan petani peternak. Blesmeijer dan Slaa (2006) dan Byrne dan Fitzpatrick (2009) melaporkan bahwa penerapan integrasi dapat meningkakan produktivitas pertanian. Kepahiang sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Bengkulu yang terletak di Pulau Sumatra, memiliki luas kebun kopi mencapai 29 ribu ha (sekitar 83 % dari 35 ribu ha areal perkebunan) (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kepahiang 2009). Namun, petani kopi dihadapkan pada beberapa kendalakendala, antara lain pendapatan yang tidak kontinyu karena produksi kopi bersifat musiman, produktivitas kopi relatif rendah (0.97 ton/ha) dibandingkan dengan produksi optimal sebesar 1.54 ton/ha dan faktor teknis yang berhubungan dengan kapasitas SDM. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepahiang telah melaksanakan kegiatan-kegiatan pembinaan, pelatihan, pemberian bantuan bibit dan saprodi lainnya untuk peningkatan produksi kopi, tetapi hasil yang diperoleh masih belum memadai karena belum ada upaya dan teknologi untuk meningkatkan produktivitas tanaman kopi. Demikian pula dengan peternakan lebah, di Kabupaten Kepahiang masih dihadapkan pada permasalahan produksi dan kualitas madu yang rendah terkait dengan teknik budidaya dan pemanenan yang kurang tepat. Produktivitas lebah madu di daerah Kepahiang berkisar antara 1-3 kg madu per koloni per tahun lebih rendah dari produksi optimal sekitar 5-10 kg/koloni/tahun (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepahiang 2009)

4 Ketersedian pakan yang belum memadai, penguasaan teknologi budidaya dan panen yang rendah, dan kelembagaan yang belum berfungsi dengan baik merupakan faktor penentu dalam usaha peningkatan produksi madu masyarakat. Integrasi usaha peternakan lebah dengan tanaman kopi merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah yang dihadapi peternak lebah dan petani kopi dalam meningkatkan produksi madu dan kopi. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh petani kopi dari sistem integrasi kopi lebah madu (sinkolema), namun ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab meliputi: (1) Jumlah koloni lebah yang dapat dibudidayakan pada areal kebun kopi, (2) Cara mengatasi kekurangan pakan pada saat kopi sedang tidak berbunga, (3) Besarnya perubahan produktivitas lebah yang dibudidayakan pada kebun kopi, (4) Model yang tepat dalam penerapan integrasi dan lebah yang berkelanjutan. Kajian dan analisis komprehensif terhadap sistem yang ada perlu dilakukan, sehingga dapat dirumuskan sistem/pola integrasi lebah madu dengan kebun kopi yang dapat diaplikasikan pada perkebunan dengan petani yang memiliki lahan yang sempit (smalholder farmers) dan kemampuan mengadopsi teknologi yang sangat terbatas. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan sistem integrasi lebah madu dengan kebun kopi (sinkolema) berbasis potensi sumberdaya lokal di Kabupaten Kepahiang untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan peternak lebah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternalif usaha bagi petani kopi untuk meningkatkan efisiensi usaha dan pendapatan melalui pengembangan budidaya lebah madu di areal kebun kopi. Bagi pemerintah daerah, dapat digunakan sebagai dasar penentuan kebijakan dalam penyusunan program pembangunan pertanian/peternakan. Kerangka Pemikiran Petani kopi dan peternak lebah di Bengkulu menghadapi kendala rendahnya produksi kopi dan madu yang diusahakan selama ini. Data

5 menunjukan bahwa produktivitas kopi pada tahun 2008 sebesar 0.97 ton/ha (hanya 60% dari produksi optimal). Demikian pula dengan produktivitas lebah madu, hasil identifikasi awal menunjukkan bahwa produksi madu hanya berkisar antara 1-3 kg/koloni/tahun, lebih rendah dari produksi ideal 5-10 kg/koloni/tahun). Ketersediaan pakan merupakan penyebab utama rendahnya produksi madu dan hijrahnya koloni lebah, sementara keterampilan peternak dalam hal pemanenan menjadi penyebab rendahnya kualitas madu yang dihasilkan. Sebagian besar peternak belum pernah dibekali ketrampilan budidaya lebah madu melalui kegiatan pelatihan yang relevan. Selama ini budidaya lebah dilakukan di halaman rumah dengan sumber pakan yang sangat terbatas dan pengetahuan yang kurang memadai. Lebah yang dibudidayakan adalah spesies A. cerana yang kurang ekonomis bila dibudidayakan secara digembalakan (non-migratory) karena karakter A. cerana agresif dan mudah hijrah. Alasan utama mengembangkan A. cerana karena jenis ini termasuk lebah asli Indonesia yang dapat menghasilkan madu organik dan tergolong jenis lebah yang sangat produktif menghasilkan madu walaupun produksinya tidak seproduktif A. mellifera. Pengembangan kawasan memerlukan suatu konsep dan perencanaan yang tepat terutama berkaitan dengan potensi produksi, rencana pengembangan, teknologi budidaya dan prosesing yang digunakan termasuk SDM pengelola dan analisis positif terhadap berbagai kendala dalam upaya implementasi dan pemasaran hasil. Faktor-faktor penentu keberhasilan usaha lebah madu dan kebun kopi di Kabupaten Kepahiang meliputi keterampilan petani, manajemen pengelolaan dan teknologi yang diperlukan dalam budidaya lebah, pemanenan serta penanganan hasil sehingga madu yang dihasilkan mendapat pasar yang luas. Integrasi lebah madu dan kebun kopi merupakan salah satu konsep yang mampu meningkatkan kapasitas yang ada, melalui suatu proses biologi yang mutualistis antara kopi dan lebah melalui penyerbukan kopi oleh lebah untuk meningkatkan produksi kopi dan kopi sebagai penyedia nektar dan polen untuk meningkatkan produksi madu. Budidaya lebah madu dan kebun kopi secara terpadu akan meningkatkan efisiensi usaha dan nilai tambah produk disamping menjaga kelestarian lingkungan. Pemanfaatan sumberdaya yang tersedia pada

6 kawasan perkebunan secara optimum, akan mampu menurunkan biaya produksi dan pada gilirannya meningkatkan pendapatkan petani (Gambar 1). Tanaman Kaliandra Tanaman kopi SIKLUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA LOKAL 1. Nektar 2. Polen PENYERBUKAN TERNAK LEBAH EFISIENSI USAHATANI DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI Gambar 1. Model pendekatan sinkolema. Metode dan pendekatan yang dilakukan adalah melalui beberapa tahapan berbasis input, proses dan luaran sebagaimana yang disajikan pada Gambar 2. Komponen sistem Pengelolaan SDM Budidaya Kelembagaan Lebah Produksi Nektar Kalender bunga Teknologi Analisis Keberlanjutan Exixsting Condition Daya Dukung Sinkolema Produk Kapasitas Tampung Produksi madu Produksi kopi Kopi Perekonomian Peternak/petani Gambar 2. Diagram alir penelitian.

7 Penelitian dilakukan untuk memperoleh data dan informasi tentang pola yang dilaksanakan saat ini, dan penerapan pola integrasi yang efektif bertujuan untuk meningkatkan produksi kopi dan madu. Data yang diperoleh dianalisis untuk menentukan suatu pola yang efisien, aplikatif dan menguntungkan. Disamping itu, komponen-komponen dari model/pola sinkolema yang ditentukan harus memiliki kapasitas penentu keberlanjutan usaha pada kawasan dimaksud, sehingga berdampak terhadap ekonomi wilayah.