LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

dokumen-dokumen yang mirip
L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI 2013

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2014Kota Padangsidimpuan. Kecamatan Kluster. PSP.Tenggara 3. PSP.

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN

( ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato.

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BANJARMASIN

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana

5.1. Area Beresiko Sanitasi

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2012 Kota Yogyakarta. Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Yogyakarta, 2012

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena:

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN

KATA PENGANTAR LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN BANGGAI 2014

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA PALANGKA RAYA

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KAPUAS. Kelompok Kerja Sanitasi/Pokja AMPL Kabupaten Kapuas

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN Jalan Jemursari No. 197 SURABAYA 60243

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO

Pasir Pengaraian, Mei Bupati Rokan Hulu. H. Achmad, M.Si

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan)

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BALANGAN

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN SAMBAS

LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN AKHIR STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan TAHUN 2015 KABUPATEN NGAWI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan)

Bab 5: 5.1 AREA BERESIKO SANITASI

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang

BAB 5. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, 2014

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1

1.2 Maksud. 1.3 Tujuan dan Manfaat. 1.4 Pelaksana Studi EHRA

LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU

RISALAH RAPAT Menindaklanjuti Hasil Rapat POKJA Sanitasi

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

BAB V Area Beresiko Sanitasi

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL KABUPATEN ROTE NDAO

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013 KATA PENGANTAR

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

Profil Sanitasi Wilayah

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SUMENEP

EHRA. Laporan. Studi. Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu. Environmental Health Risk Assessment Study. Pokja Sanitasi Kabupaten Mukomuko

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Environmental Health Risk Assessment (EHRA) \ Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI KABUPATEN PAMEKASAN

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2013 BAB 1 PENDAHULUAN

LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Toraja Utara RINGKASAN EKSEKUTIF

2.1 Visi Misi Sanitasi

KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN

BAB 5 AREA BERESIKO SANITASI INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi

Transkripsi:

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... Error! Bookmark not defined. I. PENDAHULUAN... 3 II. METODOLOGI DAN LANGKAH EHRA 2011... 4 2.1. Penentuan Target Area Survey... 4 III. HASIL STUDI EHRA 2011 KABUPATEN/ KOTA...... 7 3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga... 7 3.2. Pembuangan Air Limbah Domestik... 8 3.3. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir... 8 3.4. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga... 11 IV. PENUTUP... 15 Form1_Laporan EHRA_Banjarnegara 1

DAFTAR TABEL Tabel 1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko... 5 Form1_Laporan EHRA_Banjarnegara 2

I. PENDAHULUAN Sudi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke kelurahan. Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena: 1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat 2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda 3. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa 4. EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-sektor pemerintahan secara eksklusif 5. EHRA secara tidak langsung memberi amunisi bagi stakeholders dan warga di tingkat kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders kelurahan/desa Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah: 1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan 2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi 3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang handal 4. menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten Banjarnegara. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Bapak (Kepala Rumah Tangga) atau Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Form1_Laporan EHRA_Banjarnegara 3

II. METODOLOGI DAN LANGKAH EHRA 2011 Penentuan Target Area Survey Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah Probability Sampling dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten/ Kota... mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan. Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut: 1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa. 2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut: ( Pra-KS + KS-1) Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100% KK 3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut. Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten/ Kota... menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 1. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko Form1_Laporan EHRA_Banjarnegara 4

kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kabupaten/Kota... Tabel 1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko Katagori Klaster Klaster 0 Kriteria Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko. Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko Klastering wilayah di Kabupaten Banjarnegara menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Error! Reference source not found.. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) ang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Penetapan sampel disepakati menyesuaikan kemampuan anggaran yang tersedia yaitu sebesar ± 10% rumah tangga di Kabupaten banjarnegara. Jumlah sampel yang disepakati pada survei EHRA ini sebesar 1.110 sampel. Berdasarkan pendekatan slovin, besar sampel EHRA ini adalah 439, sedangkan bila menggunakan pendekatan Krjajcie Morgan besar sampel adalah 1.613. Besar sampel setiap cluster dapat dilihat pada tabel 2. Daftar desa pada setiap cluster dapat dilihat pada lampiran. Form1_Laporan EHRA_Banjarnegara 5

Tabel 2 : Besar sampel per cluster pada studi EHRA Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011 Cluster Jumlah Desa Jumlah desa Sampling (10%) Jumlah responden per desa jumlah responden per cluster Cluster 4 1 1 37 37 Cluster 3 14 2 37 74 Cluster 2 129 13 37 481 Cluster 1 120 12 37 444 Cluster 0 14 2 37 74 Jumlah 278 30 1.110 Sumber : rapat Pokja PPSP Kab. Banjarnegara tanggal 10 Agustus 2011 Kegiatan EHRA melibatkan enumerator yang berasal dari desa sampel sehingga diharapkan mengetahui kondisi masing-masing desa. Satu desa ditetapkan satu orang enumerator sehingga semuanya ada 30 enumerator. Sebelum bekerja, enumerator diberikan pelatihan. Hasil EHRA ini diharapkan dapat memberikan kontrobusi bagi pengembangan Buku Putih dan Perencanan program-program sanitasi di tingkat Kabupaten. Form1_Laporan EHRA_Banjarnegara 6

III. HASIL STUDI EHRA 2011 KABUPATEN BANJARNEGARA 3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Keluarga di Kabupaten Banjarnegara, yang mengelola sampah pada skala rumah tangga masih sangat rendah yaitu baru mencapai 4,9%. Kondisi yang sama sekali tidak terdapat pengolahan samapah (0%) ada di desa-desa yang berada di cluster 0. Pada desa-desa yang berada di cluster 4 pengelolaan sampahnya jauh lebih baik dari kondisi tingkat kabupaten yaitu sebesar 56,8%. Kondisi ini menggambarkan bahwa masalah pengelolaan sampah di skala rumah tangga masih harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah Kabupaten Banjarnegara terutama untuk cluster 0, cluster 1 dan cluster 2. Apabila pengelolaan sampah di skala rumah tangga ini tidak mendapat perhatian maka volume sampah akan menjadi masalah di skala komunal dan dapat berdampak bukan saja pada masalah estetika tapi juga kesehatan. Grafik 3.1 memperlihatkan kondisi pengelolaan sampah menurut survei EHRA di Kabupaten Banjarnegara tahun 2011 Grafik 3.1 : Proporsi pengelolaan sampah pada skala rumah tangga di kabupaten Banjarnegara Tahun 2011 120,0% 100,0% 80,0% 60,0% 40,0% 20,0%,0% 100,0% 96,2% 97,5% 95,5% 95,1% 56,8% 43,2%,0% 3,8% 2,5% 4,5% 4,9% Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 Kabupaten Tidak Ya Hasil survei EHRA seperti yang terlihat pada tabel 5.2 memberi gambaran bahwa masyarakat yang sudah memanfaatkan layanan pengangkutan sampah, ternyata frekuensi pengangkutannya masih dianggap tidak memadai yaitu sebesar 88,6%. Layanan yang tidak memadai ini, terutama pada peride Form1_Laporan EHRA_Banjarnegara 7

pengangkutan yang masih banyak yang di angkut satu minggu sekali bahkan lebih. Kondisi ini berisiko mengundang datangnya serangga (lalat) dan binatang pengganggu (tikus) yang berpotensi dalam penularan penyakit. Tabel 3.1 : Frekuensi Pengangkutan sampah menurut survei EHRA di Kabupaten Banjarnegara tahun 2011 Wilayah Tidak memadai memadai Jumlah Kluster 0 100,0%,0% 100,0% Kluster 1 90,3% 9,7% 100,0% Kluster 2 88,5% 11,5% 100,0% Kluster 3 96,1% 3,9% 100,0% Kluster 4 26,5% 73,5% 100,0% Kabupaten 88,6% 11,4% 100,0% 3.2. Pembuangan Air Limbah Domestik Permasalah limbah rumah tangga, yang perlu diwaspadai adalah kondisi keamanan tangki septik yang dimiliki oleh rumah tangga. Pada survei EHRA ini, untuk mengukur kondisi ini didasarkan pada dua hal yaitu tangki septik yang umurnya lebih dari 5 tahun dan tangki septik yang tidak pernah dikuras/ disedot. Form1_Laporan EHRA_Banjarnegara 8

Grafik 3.2.1 : Persentase Septik tank aman dan tidak aman menurut hasil survei EHRA di Kabupaten Banjarnegara tahun 2011 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 91,4 94,6 85,8 86,1 75,7 67,6 32,4 24,3 14,2 13,9 8,6 5,4 Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 Kabupaten Tidak Ya Grafik 3.2 menunjukan bahwa rumah di Kabupaten Banjarnegara yang memiliki septik tank kondisinya sejauh ini dianggap aman yaitu sebesar 86,1%. Namun demikian pada tingkat cluster, masih ada cluster yang dapat berpotensi menimbulkan masalah yang disebabkan keamanan septic tank yaitu cluster 0 (32,4%) dan cluster 3 (24,3%). Kondisi ini dikhawatirkan berpotensi pada pencemaran air tanah. Permasalahan limbah domestik yang ingin digali pada studi EHRA adalah pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan tangki septik. Limbah tangki septik dikategorikan mencemari bila tidak dikubur atau tidak dibuang ke instalasi pengolahan limbah tinja (IPLT). Tabel 3.2 : proporsi pencemaran karena pembuangan isi tangki septik menurut survei EHRA di Kabupaten Banjarnegara tahun 2011 Wilayah Tidak Ya Jumlah Kluster 0,0%,0%,0% Kluster 1 84,8% 15,2% 100,0% Kluster 2 100,0%,0% 100,0% Kluster 3,0%,0%,0% Kluster 4 66,7% 33,3% 100,0% Kabupaten 85,2% 14,8% 100,0% Form1_Laporan EHRA_Banjarnegara 9

Hasil survei EHRA sebagaimana tampak pada tabel 5.3, menunjukan bahwa di klaster 4 pembuangan limbah tangki septic yang berpotensi mencemari sebesar 33,3% dan pada klaster 1 sebesar 15,2%. Pada kluster lain sama sekali tidak bermasalah. Kondisi ini dimungkinkan karena pada data tangki septik amannya cukup baik sebesar 86,1% tingkat kabupaten. Masalah limbah domestik yang mendapat perhatian pada saat survei EHRA adalah masalah SPAL (saluran pembuangan air limbah). Kluster yang menghadapi persoalan SPAL karena rumah tidak memiliki SPAL adalah berturut-turut kluster 0 (73,0%) kluster 2 (54,1%) kluster 3(54,1%) dan kluster 1(52,0%). Data sebagaimana tampak pada grafik 3.3. Grafik 3.2.2 : Persentase kepemilikan SPAL menurut hasil survei EHRA di Kabupaten Banjarnegara tahun 2011 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 89,2 73,0 63,9 52,0 54,1 56,9 33,0 23,0 18,7 13,6 15,8 18,6 14,2 12,8 14,4 16,2 12,4 8,1 2,7 1,40,0 0,0 2,9 0,2 0,0 0,0 0,0 2,7 0,0 0,1 Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 Kabupaten Tidak ada Ya, ada parit Ya, ada sumur serapan Lainnya Tidak tahu Form1_Laporan EHRA_Banjarnegara 10

3.3. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir Sistem drainase dalam lingkungan permukiman merupakan persoalan yang perlu mendapat perhatian. Salah satu variabel untuk mengukur baik tidaknya sistem drainase adalah dari ada tidaknya genangan air di lingkungan pemukiman. Grafik 3.3 Memperlihatkan semua wilayah banjarnegara pada umumnya tidak terlihat ada genangan air limpasan di lingkungan pemukiman. Sekalipun ada di kluster 1 dan 2 prosentasenya sangat kecil yaitu 0,9% dan 0,2%. Jumlah responden yang merasa secara rutin mengalami banjir tidaklah banyak. Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa dari responden sebesar 1110 orang yang merasa mengalami banjir hanya 40 orang dan yang merasa mengalami banjir secara rutin hanya 24 orang yang terdapat di kluster 1 dan kluster 2. 120,0% 100,0% 100,0% 99,1% 99,8% 100,0% 100,0% 99,5% 80,0% 60,0% 40,0% 20,0%,0%,0%,9%,2%,0%,0%,5% Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 Kabupaten Tidak Ya Tabel 3.3 : Persentase genangan air di lingkungan permukiman menurut hasil survei EHRA di Kabupaten Banjarnegara tahun 2011 Wilayah Ya Tidak Jumlah Cluster 0 0 0 0 Cluster 1 10 7 17 Cluster 2 14 9 23 Cluster 3 0 0 0 Cluster 4 0 0 0 kabupaten 24 16 40 Form1_Laporan EHRA_Banjarnegara 11

3.4. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga HASIL survai EHRA tentang persoalan air minum, didapatkan hasil bahwa sumur Gali di Kabupaten Banjarnegara relatif menjadi sumber air yang tidak tercemar. Pengukuran ini didasarkan hanya pada dua faktor yaitu sumur berpelindung dan jarak sumur dengan tempat penampungan tinja yang kurang dari 10 meter. Tabel 3.4 memperlihatkan bahwa semua kluster dan juga tingkat kabupaten memperlihatkan angka yang sangat baik (di atas 90%). Data sumur aman ini tidak menjamin kualitas airnya akan selalu baik, karena ada variabel lain yang harus diwaspadai yaitu variabel masih banyak rumah yang masih belum memiliki SPAL (56% di tingkat Kabupaten) sebagaimana tercantum pada grafik 3.4. Faktor lain yang perlu mendapat perhatian adalah perilaku warga dalam mengambil dalam mengelola air sumur. Grafik 3.4 : Persentase sumur yang tercemar dan tidak tercemar menurut hasil survei EHRA di Kabupaten Banjarnegara tahun 2011 120,0 100,0 100,0 99,1 98,4 100,0 100,0 99,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 0,0 0,9 1,6 0,0 0,0 1,0 Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 Kabupaten Tidak Ya Grafik 3.4.2 merupakan hasil survei EHRA yang menggambarkan keluarga yang menggunakan sumber air yang tidak terlindungi. Sumber air yang dianggap tidak terlindungi dalam survei ini adalah sumber air yang berasal dari sungai, waduk, mata air tercemar dan air hujan. Keluarga di kluster 4 menempati Form1_Laporan EHRA_Banjarnegara 12

posisi tertinggi sebesar 51,4% keluarga yang menggunakan air yang tidak terlindungi ini, kemudian diikuti kluster 3 (18%). Kluster lainnya dan pada tingkat kabupaten angkanya di bawah 10%. Grafik 3.4.2 : Persentase keluarga yangmenggunakan sumber air yang tidak terlindungi menurut hasil survei EHRA di Kabupaten Banjarnegara tahun 2011 120,0 100,0 80,0 98,6 92,8 93,9 82,0 91,1 60,0 40,0 20,0 0,0 48,6 51,4 18,0 1,4 7,2 6,1 8,9 Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 Kabupaten Tidak Ya Permasalahan air dalam bentuk kelangkaan air, berdasarkan survei EHRA sebagai berikut : kluster 2 jumlah keluarga yang mengalami kelangkaan air sebesar 31%, kluster 0 sebesar 20%, kluster 1 sebesar 14%. Hanya kluster 3 yang tidak mengalami kelangkaan air. Pada tingkat kabupaten besarnya kelangkaan air adalah 20%. Kelangkaan air dalam survei EHRA ini bukan sekedar kurangnya air secara kwantitas namun juga dikaitkan dengan penggunaan sumber air yang memiliki faktor risiko pencemaran. Gambaran kelangkaan air dapat dilihat pada grafik 3.4.3 Form1_Laporan EHRA_Banjarnegara 13

Grafik 3.4.3 : Persentase keluarga yang mengalami kelangkaan air menurut hasil survei EHRA di Kabupaten Banjarnegara tahun 2011 120 100 80 80 86 69 100 80 60 40 20 0 31 20 20 14 0 0 0 Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 Kabupaten Tidak Ya Form1_Laporan EHRA_Banjarnegara 14

IV. PENUTUP Hasil EHRA menunjukan bahwa Kondisi eksisting sanitasi Kabupaten Banjarnegara secara umum masih memerlupan upaya untuk peningkatan cakupan pelayanan sanitasi dasar yang layak. Beberapa hal yang dapat disimpulkan mengenai kondisi sanitasi di Kabupaten Banjarnegara yaitu : Persampahan Kabupaten Banjarnegara masih memiliki beberapa permasalahan terkait dengan penanganan sampah mulai dari cakupan wilayah pelayanan yang kurang, armada pengangkut sampah yang tidak memadai, TPA yang masih memakai sistem open dumping dengan luasan yang terbatas serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah. Air Limbah Sistem pengolahan air limbah di Kabupaten Banjarnegara didominasi sistem onsite baik septic tank maupun cubluk. Septic tank yang dipergunakan masyarakat masih belum memenuhi kriteria teknis yang ada dan berpotensi mencemari air tanah. Sistem komunal sudah mulai diterapkan dibeberapa lokasi pemukiman. Sedangkan untuk sistem terpusat, belum dapat memanfaatkan secara optimal prasarana yang ada. Drainase Dengan kondisi topografi wilayah yang berbukit dan kemiringan lahan yang sangat besar, maka masalah drainase wilayah di Kabupaten Banjarnegara bukan menjadi masalah utama Walaupun di beberapa tempat terutama wilayah perkotaan sudah terjadi genangan akibat penanganan saluran drainase yang kurang baik. Air Minum Pada saat ini, penyediaan air minum bagi masyarakat Kabupaten Banjarnegara masih menjadi masalah. Jalur perpipaan PDAM yang belum menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara. Jaringan PDAM baru melayani di 13 wilayah kota dan ibukota kecamatan (IKK) dari 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Masyarakat masih mengandalkan mata air dan air permukaan seperti sumur dan sungai. Pada musim kemarau sebagian wilayah mengalami kekeringan dan berkurangnya sumber air minum/ air bersih. Perlu upaya dalam peningkatan dan mengembangkan potensi untuk mencukupi kebutuhan masyarakat Kabupaten Banjarnegara baik dengan jaringan PDAM maupun non PDAM serta perlindungan terhadap mata air yang ada. Hasil akhir dari EHRA nantinya sebagai salah satu Data Primer yang akan digunakan untuk Penilaian area berisiko pada penyusunan buku putih sanitasi, untuk disandingkan dengan data sekunder, serta persepsi SKPD. Data dari tiga sumber ini selanjutnya digabung dan dirata-rata dengan terlebih dahulu menyepakati bobot data dari masing-masing sumber. Form1_Laporan EHRA_Banjarnegara 15