PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA STA PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL ANTARA BANYUWANGI-SITUBONDO- PROBOLINGGO

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API SURABAYA - KRIAN

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Surabaya -Krian

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL ANTARA BANYUWANGI-SITUBONDO-PROBOLINGGO

DESAIN GEOMETRIK, STRUKTUR BESERTA PERKIRAAN BIAYA PERENCANAAN JALAN REL SEBAGAI ALTERNATIF TRANSPORTASI ANGKUTAN TAMBANG PASIR DI KABUPATEN LUMAJANG

TUGAS PERENCANAAN JALAN REL

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN 1.2. JENIS PEMBANGUNAN JALAN REL

Perencanaan Lengkung Horizontal Jalan Rel Kandangan-Rantau Provinsi Kalimantan Selatan

REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM SAMPAI DENGAN KM ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG MENGGALA STA STA PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU

BAB III LANDASAN TEORI. Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para

REKAYASA JALAN REL. MODUL 4 : Penambat rel dan balas PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API DARI STASIUN PEKALONGAN KE STASIUN TEGAL

BAB III LANDASAN TEORI A. Struktur Jalur Kereta Api

PERANCANGAN GEOMETRI JALAN REL MENGGUNAKAN BENTLEY MXRAIL

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

ANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rencana Jaringan Kereta Api di Pulau Sumatera Tahun 2030 (sumber: RIPNAS, Kemenhub, 2011)

Oleh : ARIF SETIYAFUDIN ( )

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB III LANDASAN TEORI

KULIAH PRASARANA TRANSPORTASI PERTEMUAN KE-8 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

BAB III METODE PENELITIAN. melalui tahapan tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan berikut :

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB III LANDASAN TEORI

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +

BAB III LANDASAN TEORI. Tabel 3.1. Kelas jalan rel lebar jalan rel 1067 mm

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

BAB VI KESIMPULAN. Kesimpulan dari perencanaan ini adalah sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB III LANDASAN TEORI

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)

BAB III STRUKTUR JALAN REL

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Lintas Cirebon Kroya Koridor Prupuk Purwokerto BAB I PENDAHULUAN

WESEL (SWITCH) Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

STUDIO PERANCANGAN II PERENCANAAN GELAGAR INDUK

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum

Geometri Jalan Rel. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

PERENCANAAN JALUR KERETA API ANTARA STASIUN DUKU DENGAN BANDARA INTERNASIONAL MINANG KABAU

BAB IV PEMBEBANAN PADA STRUKTUR JALAN REL

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan atas jalan kereta api terdiri dari:

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG

BAB X PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (HSKB 250) Lengkung Geometrik

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

Penambat. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

PERENCANAAN JALUR LINTASAN KERETA API DENGAN WESEL TIPE R54 PADA EMPLASEMEN STASIUN ANTARA PASURUAN - JEMBER ( KM KM ) TUGAS AKHIR

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

JEMBATAN RANGKA BAJA. bentang jembatan 30m. Gambar 7.1. Struktur Rangka Utama Jembatan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

MESIN PEMINDAH BAHAN

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

PERANCANGAN JEMBATAN WOTGALEH BANTUL YOGYAKARTA. Laporan Tugas Akhir. Atma Jaya Yogyakarta. Oleh : HENDRIK TH N N F RODRIQUEZ NPM :

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

PERHITUNGAN BEBAN DAN TEGANGAN KRITIS PADA KOLOM KOMPOSIT BAJA - BETON

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

BAB II STUDI PUSTAKA

Transkripsi:

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA 104+000- STA 147+200 PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU Vicho Pebiandi 3106 100 052 Dosen Pembimbing Ir. Wahyu Herijanto, MT

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG 1. Panjang jalan rel di indonesia masih sangat terbatas baik dari segi kualitas maupun kuantitas 2. Belum terintegrasinya jaringan jalan rel di pulau Sumatera 3. Jalan raya merupakan satu-satunya moda transportasi di provinsi Riau 4. Tingkat kerusakan jalan raya yang tinggi di Riau

1.2 PERUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana trase jalan kereta api yang baik dan efisien 2. Bagaimana bentuk alienemen jalan kereta api yang sesuai dengan persyaratan yang ada 3. Merencanakan susunan jalan rel 4. Menghitung volume timbunan yang diperlukan dalam perencanaan. 1.3 TUJUAN 1. Merencanakan trase jalan kereta api yang baru dan efisien 2. Mendapatkan alienemen jalan kereta api yang sesuai dengan persyaratan yang ada 3. Mendapatkan volume timbunan yang diperlukan dalam perencanaan.

1.4 BATASAN MASALAH Data yang dipakai adalah data sekunder Tidak semua panjang trase diperhitungkan Dalam tugas akhir ini tidak membahas persinyalan, jembatan maupun infrastruktur kereta api lain (stasiun, dipo, rumah sinyal) Tidak dilakukan perhitungan kekuatan timbunan jalan KA baru Tidak melakukan perhitungan sistem drainase 1.5 MANFAAT Sebagai masukan dan pembanding terhadap perkembangan pembangunan perkeretaapian di Provinsi Riau

1.6 LOKASI STUDI Gambar 1.1 Peta Jaringan Jalan Rel di Pulau Sumatera (Dinas Perhubungan Provinsi Riau)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Geometri Jalan Rel Lebar Sepur Untuk seluruh kelas jalan rel lebar sepur adalah 1435 mm Lengkung Horisontal Alinyemen horizontal Proyeksi sumbu jalan rel pada bidang horizontal. Dengan satuan praktis: h = 11,8. V²/ R R = jari-jari lengkung horisontal (m) V = kecepatan rencana (km/jam) h = peninggian rel dalam lengkung horisontal (maks= 120 mm) Dengan peninggian maksimum, h max-- = 120 mm maka R = 11,8. V²/ 120

Geometri Jalan Rel Lengkung Peralihan H = dimana: Lh = panjang minimum lengkung peralihan ( m ) l = panjang proyeksi lengkung peralihan ( mm ) R = jari-jari lengkung horizontal ( km/jam ) Pelebaran Sepur Pelebaran sepur dilakukan agar roda kendaraan rel dapat melewati lengkung tanpa mengalami hambatan seperti tercantum pada tabel berikut: Pelebaran Sepur ( mm ) 0 5 10 15 20 Jari-jari tikungan ( m ) R > 600 550 < R > 600 400 < R > 600 350 < R > 400 100 < R > 350

Geometri Jalan Rel Lengkung vertikal Alinyemen vertikal adalah proyeksi sumbu jalan rel pada bidang vertikal yang melalui sumbu jalan rel tersebut Kecepatan rencana ( km/jam ) Lebih besar dari 100 Sampai 100 Penampang melintang Jari-jari minimum lengkung vertikal ( m ) 8000 6000 Penampang melintang jalan rel adalah potongan pada jalan rel, dengan arah tegak lurus sumbu jalan rel, dimana terlihat bagian-bagian dan ukuran jalan rel dalam arah melintang.

Susunan Jalan Rel Tipe dan karakteristik jalan rel Kelas jalan I II III IV V Tipe rel R.60/R.54 R.54/R.50 R.54/R.50/R.42 R.54/R.50/R.42 R.42 Jenis dan komposisi kimia C Si Ma P S 0,60 % - 0,80 % 0,15 % - 0,35 % 0,90 % - 1,10 % Max 0,035 % Max 0,025 %

Susunan Jalan Rel Jenis rel menurut panjangnya Rel standar adalah rel yang panjangnya 25 meter Rel pendek adalah rel yang panjangnya maksimal 100 meter Rel panjang adalah rel yang panjang tercantum minimumnya pada tabel 2.9 Sambungan rel Sambungan melayang Sambungan menumpu Penempatan sambungan di sepur Penempatan secara siku Penempatan secara berselang seling Wesel

Penambat Penambat rel adalah suatu komponen yang menambatkan rel pada bantalan sedemikian rupa sehingga kedudukan rel adalah tetap, kokoh dan tidak bergeser. Jenis penambat yang dipergunakan adalah penambat elastik dan penambat kaku. Penambat kaku terdiri atas tirpon, maur dan baut. Penambat elastik terdiri atas dua jenis, yaitu penambat elastik tunggal dan penambat elastik ganda.

Bantalan Bantalan berfungsi meneruskan beban dari rel ke balas, menahan lebar sepur dan stabilitas ke arah luar jalan rel. Bantalan kayu Bantalan baja Bantalan beton Pratekan Blok Tunggal Dengan Proses Pretension Bantalan beton Pratekan Blok Tunggal Dengan Proses Posttension Bantalan beton Blok Ganda

Balas dan Analisa Galian Lapisan balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisantanah dasar, dan terletak di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang terbesar akibat lalu lintas kereta pada jalan rel Fungsi utama balas adalah untuk : Meneruskan dan menyebarkan beban bantalan ke tanah dasar Mengokohkan kedudukan bantalan Meluluskan air sehingga tidak penggenangan air disekitar bantalan dan rel. Untuk menghemat biaya pembuatan jalan rel maka lapisan balas dibagi menjadi dua, yaitu lapisan balas atas dengan material pembentuk yang sangat baik dan lapisan balas atas.

BAB 3 METODOLOGI

mulai Diagram alir metodologi Studi studi litelatur Mengumpulkan data Mendapatkan trase jalan KA yang baru Perencanaan geometrik jalan KA yang baru Penggunaan jenis penambat Perencanaan sambungan rel Perencanaan bantalan Perencanaan balas Analisa dan perhitungan volume timbunan Selesai

BAB 4 KONSTRUKSI JALAN KA

Geometri Jalan Rel Lengkung Horizontal X Y Koordinat Awal 647182.17 195831.75 Koordinat PI-1 648687.72 194515.02 Koordinat PI-2 651003.36 193171.43 Awal 1937,777 548,829 Tan α1 = 2719,691 = α1 = 11,408 PI-1 PI-2 Δ = 11,408 Jarak titik awal ke PI-1 = 1937,777 m Jarak titik PI-1 ke PI-2 = 2774,514 m 2719,691 548,829

Geometri Jalan Rel (lanj) Lengkung horizontal (lanj) Contoh perhitungan pada PI 1 Vd = 200 km/jam. Rd = 4000 m Sudut PI1 (Δ 1) =11,408 o e = 0 % Parameter lengkung horizontal Lc = 632.12 m p = 0.279 m k = 81.938 m Ts = 481.5 m E = 20.184 m Xs = 163.88 m Ys = 1.119 m

Geometri Jalan Rel (lanjutan) Skema lengkung horizontal Ts=481,5 m D =11,408 o Xs=92,18 m Ys=1,119 m p=0.279 m SC E=20,184 m CS k=81,938 m Lc=632,12 qs m qs Ls=163,9m R=4000m R=4000m Ls=163.9m TS ST

Geometri Jalan Rel (lanj) Alienemen vertikal Contoh Perhitungan Lengkung Vertikal pada STA 104+600 0,0025 0,0000 Perhitungan Panjang Lengkung 20000 Xm = 2 (0.0025-0.0000) = 25.00 m 20000 Ym = 2 (0.0025-0.0000)² = 1,5625 m

Profil Rel Menggunakan Rel tipe R-60 dengan data-data rel sebagai berikut: Berat rel teoritis permeter panjang : 60,34 kg/m Momen inersia searah sumbu X ( Ix ) : 3055 cm 4 Modulus elastisitas : 2,1 x 10 6 kg/cm 2 Luas penampang melintang : 76,87 cm 2 Jarak tepi bawah kaki rel ke garis netral : 80,90 mm Dipakai bantalan beton dengan jarak : 40 cm Beban gandar : 18 ton Bahan balas adalah batu pecah dengan C: 8 Lebar sepur : 1435 mm Tegangan ijin rel (σ) : 800-1325 kg/cm 2 digunakan tipe rel R 60 dengan kecepatan rencana 200 km/jam. Tekanan gandar 18 ton, transformasi gaya statis roda menjadi gaya dinamis roda digunakan persamaan Talbot diperoleh σ = 1214,38 kg/cm 2 < tegangan ijin rel 1325 kg/cm 2

Bantalan Menggunakan standar bantalan monoblock sleeper of German railways. Data bantalan Panjang bantalan = 2600 mm = 260 cm Kekuatan material: fc' = 600 kg/cm 2 Kemampuan momen yang diijinkan: - di bawah rel (positif) = 1500 kg m - di bawah rel (negatif) = 750 kg m - di tengah bantalan (positif) = 930 kg m - di tengah bantalan (negatif) = 660 kg m momen di bawah rel = 148576,871 kg cm < momen ijin = 150000 kg cm Momen di tengah bantalan = -58976,712 kg cm < momen ijin = - 66000 kg cm Tegangan yang terjadi = 24 t/m 2 < tegangan ijin bantalan = 80 t/m 2

Bantalan (lanj) Jarak bantalan L direncanakan= 40 cm = 2a, jadi a = 20 cm M max 4k + 10 L = 0,25P x 8k + 7 sehingga M max= 8k + 7 *0,25* P* L 4k + 10 (8*102,812+ 7) = *0,25*9000*40 (4*102,812+ 10) = 177222,538 cm 177222,538kgcm σ ijin 293,7cm3 = 603,413 kg/cm 2 σ ijin = 1325 kg/cm 2 Dengan demikian pemakaian rel R-60 dengan jarak bantalan 40 cm diterapkan.

Susunan Jalan Rel Jarak lubang baut paling tepi dari ujung rel adalah 7,8 cm Gaya yang bekerja pada baut penyambung Direncanakan menggunakan baut dengan diameter 30 mm diperoleh gaya tarik baut sisi tengah (T ) = 3912,652 kg gaya aksial baut sisi luar (T ) = - 1086,848 kg

Penambat Data penambat: Jenis pandrol clip tipe PR 300 Daya jepit = 2498 kg Jumlah pandrol per jarak gandar n = 220 = 5,5 => 6 pasang 40 Kuat jepit pandrol = 6 x 2498 = 14988 kg Gaya yang terjadi akibat pemuaian F1 = 54,84 kg Gaya yang terjadi akibat beban roda F2 = 11136,51 kg sehingga F1 + F2 = 11191,35 kg < kuat jepit 14988 kg

Pemasangan rel Celah untuk rel standar dan rel pendek G = L x α x (40-t) + 2 G = 25000 x 1,15 x 10-5 x (40-28) + 2 = 5,45 mm Celah untuk rel panjang G = E x A x α x (50-t) 2 + 2 2 x r G = 2,1 x 10 4 x 76,87 x 1,15 x 10-5 x (50-28) 2 + 2 2 x 450 = 11,98336 mm

Balas Balas atas Menurut Wahyudi (2003) Db=S-W/2 =40-30/2 = 5 cm Menurut British Regulation tebal balas diperoleh dari tabel V = 200 km/jam maka tebal balas = 38 cm Menurut French Spesification e(m) = N(m) + a(m) +b(m) +c(m) +d(m) +f(m) +g(m) = 0,55 + 0 + (2,50-2,60)/2 + (-0,10) + 0 + 0 = 0,40 m e(m) = ballas + subballas Ballas = 0,40 0,15 = 0,25 m = 25 cm Diambil tebal balas yang maksimum yakni 38 cm = 40 cm

Balas (lanj) Balas bawah d2 = d d1 > 15 (cm) d = 58. σ 1.35 1 σ 10 t d = 112,65 cm Tebal lapisan balas atas ditentukan berdasarkan perhitungan di atas yaitu setebal 40 cm. d2 = 112,65 40 = 72,659 cm dipakai d2 = 80 cm

Analisa Galian dan Timbunan Pada gambar pot. melintang STA 104+000, didapat : h skala = 15 m = 1 m aktual Luas galian = 0.00 cm 2 = 0.00 m 2 aktual Luas Timbunan = 12,059 m 2 aktual Pada gambar pot. melintang STA 104+100, didapat : H skala = 15 m = 1 m aktual Luas galian = 0.00 m 2 aktual Luas Timbunan = 12,059 m 2 aktual Perhitungan galian : Luas galian rata-rata segmen 1 : = 0.00 m 2 Volume galian segmen 1 : = 0.00 m 3 Perhitungan timbunan : Luas timbunan rata-rata segmen 1 : = 12.059 m 2 Volume timbunan segmen 1 : =1205,9 m 3

Analisa Galian dan Timbunan (lanj) Jarak h Aktual Luas Area (m 2 ) Luas Rata-Rata Volume/100m (m 3 ) Volume/200m (m 3 ) STA h Skala (m) (m) Cut Fill (m 2 ) Cut Fill Cut Fill 104 + 000 15 1,00 0,00 12,06 100 0,00 12,06 0,00 1205,90 104 + 100 15 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,00 1205,90 104 + 200 15 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,00 1205,90 104 + 300 15 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,00 1205,90 104 + 400 15 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,00 1205,90 104 + 500 15 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,00 1205,90 104 + 600 15 1,00 0,00 12,06 0,0 2604,9 100 0,00 14,00 0,00 1399,50 104 + 700 18,75 1,25 0,00 15,93 0,0 3189,5 100 0,00 17,90 0,00 1790,00 104 + 800 22,49 1,50 0,00 19,87 0,0 3580,0 100 0,00 17,90 0,00 1790,00 104 + 900 18,75 1,25 0,00 15,93 0,0 3189,5 100 0,00 14,00 0,00 1399,50 105 + 000 15 1,00 0,00 12,06 0,0 2605,5 100 0,00 12,06 0,00 1206,00 105 + 100 15 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,00 1206,00 105 + 200 15 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,00 1206,00 105 + 300 15 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,00 1206,00 104 + 400 15 1,00 0,00 12,06 0,0 2605,5 100 0,00 14,00 0,00 1399,50 104 + 500 18,75 1,25 0,00 15,93 0,0 3189,5 100 0,00 17,90 0,00 1790,00 105 + 600 22,49 1,50 0,00 19,87 0,0 3580,0 100 0,00 17,90 0,00 1790,00 105 + 700 18,75 1,25 0,00 15,93 0,0 3189,5 100 0,00 14,00 0,00 1399,50 105 + 800 15 1,00 0,00 12,06 0,0 2605,5 100 0,00 12,06 0,00 1206,00 105 + 900 15 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,00 1206,00 106 + 000 15 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,00 1206,00 106 + 100 15 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,00 1206,00 106 + 200 15 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,00 1206,00 106 + 300 15 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,00 1206,00 106 + 400 15 1,00 0,00 12,06 0,0 2802,0 100 0,00 15,96 0,00 1596,00 Jarak h Aktual Luas Area (m 2 ) Luas Rata-Rata Volume/100m (m 3 ) Volume/200m (m 3 ) STA h Skala (m) (m) Cut Fill (m 2 ) Cut Fill Cut Fill 106 + 500 22,49 1,50 0,00 19,87 0,0 3989,5 100 0,00 23,94 0,0 2393,5 106 + 600 30,00 2,00 0,00 28,00 0,0 5193,5 100 0,00 28,00 0,0 2800,0 106 + 700 30,00 2,00 0,00 28,00 0,0 5600,0 100 0,00 28,00 0,0 2800,0 106 + 800 30,00 2,00 0,00 28,00 0,0 6043,5 100 0,00 32,44 0,0 3243,5 106 + 900 37,52 2,50 0,00 36,87 0,0 7412,0 100 0,00 41,69 0,0 4168,5 107 + 000 45,00 3,00 0,00 46,50 0,0 8818,5 100 0,00 46,50 0,0 4650,0 107 + 100 45,00 3,00 0,00 46,50 0,0 9300,0 100 0,00 46,50 0,0 4650,0 107 + 200 45,00 3,00 0,00 46,50 0,0 9300,0 100 0,00 46,50 0,0 4650,0 107 + 300 45,00 3,00 0,00 46,50 0,0 9300,0 100 0,00 46,50 0,0 4650,0 107 + 400 45,00 3,00 0,00 46,50 0,0 9818,7 100 0,00 51,69 0,0 5168,7 107 + 500 52,50 3,50 0,00 56,88 0,0 11412,7 100 0,00 62,44 0,0 6244,0 107 + 600 60,00 4,00 0,00 68,00 0,0 11490,0 100 0,00 52,46 0,0 5246,0 107 + 700 37,46 2,50 0,00 36,92 0,0 7497,0 100 0,00 22,51 0,0 2251,0 107 + 800 15,00 1,00 0,00 12,06 0,0 3457,0 100 0,00 12,06 0,0 1206,0 107 + 900 15,00 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,0 1206,0 108 + 000 15,00 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,0 1206,0 108 + 100 15,00 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,0 1206,0 108 +200 15,00 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,0 1206,0 108 + 300 15,00 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,0 1206,0 108 + 400 15,00 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,0 1206,0 108 + 500 15,00 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,0 1206,0 108 + 600 15,00 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,0 1206,0 108 + 700 15,00 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,0 1206,0 108 + 800 15,00 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,0 1206,0 108 + 900 15,00 1,00 0,00 12,06 0,0 2411,8 100 0,00 12,06 0,0 1206,0

TERIMA KASIH