II. TINJAUAN PUSTAKA. Minat adalah perasaan suka terhadap suatu hal atau aktivitas tanpa adanya

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, maupun sikap,bahkan yang meliputi segenap. aspek organisme atau pribadi (Djamarah dan Aswan, 1996: 11).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hall, Quinn dan Gollnick (2008: 484) menyatakan bahwa manajemen kelas

ARCHAEBACTERIA EUBACTERIA

ORDO SPIROCHAETALES (BAKTERI SPIRAL)

Pendahuluan. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Pohon Kehidupan. Tiga Domain Kehidupan

MIKROBIOLOGI BAKTERI

Materi pelajaran Biologi. Disusun oleh: Yuyun Yuliani, S.Pd.

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

Menurut aliran behavioristik dalam Wina (2009: 114) belajar adalah pembentukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

TINJAUAN PUSTAKA. perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Sadiman,1986:6). Sementara itu Briggs (dalam Sadiman 1986:6)

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORI. neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN SEL MIKROBA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan

MODUL BAKTERI AKTIVITAS 1. CIRI-CIRI, STRUKTUR, MACAM-MACAM BENTUK KLASIFIKASI BAKTERI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur. perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi.

DISKUSI BIOKIMIA DIMULAI DENGAN SEL KARENA SEL MERUPAKAN KERANGKA ALAMIAH DARI HAMPIR SEMUA REAKSI BIOKIMIA

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sejalan dengan hal tersebut Brandt (1993) menyatakan bahwa hampir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)

o Archaebacteria o Eubacteria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

II. KAJIAN PUSTAKA. diantaranya adalah: Carin yang dikutip oleh Holil dalam. gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistimatis.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya.

OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

Adventa Eklesiawati 1), Feby Sanjaya 2) Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

VIRUS. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi Dosen Pengampu: Nur Siyam S,KM

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi belajar merupakan keadaan di dalam diri individu yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

B. KARAKTERISTIK VIRUS

Bakteri Ciri ciri, Struktur, Perkembangbiakan, Bentuk dan Manfaatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model dimana para siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. yang disusun sehingga kata-kata tersebut dapat dibaca ke depan dan ke belakang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKBM BIO

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. ingin terus belajar. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sardiman (2007 : 76)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MOTIVASI BELAJAR. Tiga aspek motivasi menurut Walgito, yaitu :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RATIH DEWI PUSPITASARI K

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Minat Belajar Siswa Minat adalah perasaan suka terhadap suatu hal atau aktivitas tanpa adanya paksaan saat pengerjaan (Slameto dalam Djaali, 2008: 121). Minat yang baik dan disadari oleh siswa terhadap bidang pelajaran akan menjaga siswa sehingga siswa bisa menguasai pelajaran, pada akhirnya siswa bisa mendapatkan prestasi yang baik (Djaali, 2008: 122). Dalyono (1997: 56) mengemukakan bahwa minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan juga datang dari sanubari, besarnya minat dapat mencapai tujuan yang diminati. Daya tarik dari luar dapat dipengaruhi oleh guru dalam proses pembelajaran dan pengelolaan kelasnya. Menurut Surya (2009: 2) minat adalah keinginan yang kuat untuk memenuhi kepuasan seseorang baik berupa keinginan memiliki maupun melakukan sesuatu. Berdasarkan minat atau keberartian minat ini dapat dipandang dari dua sisi, yaitu: a. minat sebagai sebab, yaitu tenaga pendorong yang merangsang seseorang memperhatikan objek tertentu lebih dari objek-objek lainnya. b. minat sebagai akibat, yaitu berupa pengalaman perasaan yang menyenangkan yang timbul sebagai akibat dari kehadiran seseorang, atau objek tertentu atau sebagai hasil partisipasi seseorang di dalam suatu bentuk kegiatan.

14 Minat sebagai pendorong seseorang memperhatikan objek tertentu yang mengandung unsur kegembiraan. Begitu pula halnya dengan belajar, belajar akan berlangsung dengan baik jika di dorong oleh minat yang kuat. Djaali (2008: 121) berpendapat bahwa minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakain besar minatnya. Crow dan Crow dalam Djaali (2008: 121) berpendapat bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Sesuai dengan pendapat dari Suryabrata (1983: 84) dalam Indraliana yang berpendapat bahwa: minat belajar sangat besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar. Jika siswa tidak berminat untuk mempelajari sesuatu maka tidak dapat diharapkan bahwa siswa tersebut akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut, sebaiknya jika mempelajari sesuatu dengan penuh minat maka akan diharapkan hasilnya akan lebih baik Proses belajar itu akan berjalan dengan lancar bila disetai dengan minat. Sesuai dengan pendapat Sardiman (2012: 95), Minat dapat dikembangkan dengan cara cara sebagai berikut: membangkitkan adanya suatu kebutuhan, menghubungkan dengan adanya persoalan yang lampau dan mememberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik menggunkan berbagai macam bentuk mengajar.

15 Menurut Jaelani (2006: 66) dari segi kata minat dapat diartikan sebagai kecenderungan hati terhadap sesuatu serta perhatian terhadap sesuatu dan kesukaan terhadap sesuatu. Minat akan timbul diri seseorang apabila sesuatu yang diminati bermanfaat, bisa dirasakan, dialami secara nyata, dan bila pihak luar juga mendorong kearah tersebut. The American Heritage Dictionary of the English Languge dalam Djaali (2008: 122) menyatakan minat merupakatan rasa ingin tahu, mempelajari, mengagumi, atau memiliki sesuatu. Jhon dalam Djaali (2008: 122) menyatakan bahwa minat merupakan bagian dari ranah efeksi, mulai dari kesadaran sampai pada pilihan nilai. Gerungan dalam Djaali (2008: 122) menyebutkan minat merupakan pengerahan perasaan dan menafsirkan untuk suatu hal (ada unsur seleksi). Teori menurut Holland dalam Djaali (2008: 122) lebih sesuai yang menyatakan minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat dapat ditimbulkan dikarenakan oleh adanya keingin tahuan seorang siswa dalam menemukan sesuatu yang baru dan dipelajari. Minat dapat diukur dengan menggunakan teori penyusunan skala psikologi yang dikembangkan oleh Azwar (2012). Menurut Suhartin (2010: 70), contoh penemuan minat misalnya senang berkali- kali penulis kemukakan, ini bukan kebetulan tetapi memang disengaja. Adapun sebabnya dikarnakan minat tersebut biasanya timbul sebagai akibat suatu perbuatan yang menyenangkan. Psikologi belajar hukum ini disebut hukum kepuasan (the law of iffect) yang intinya adalah bahwa suatu perbuatan yang menghasilkan

16 suatu kencendrungan berulang-ulang. Untuk mengarahkan minat anak, beberapa usaha dapat dilakukan antara lain: 1. menyediakan macam-macam peralatan yang menggambarkan berbagai bidang sepeeti bidang tekhik, olah raga, kesenian, pertanian. Bermacammacam peralatan tersebut anak akan memilih peralatan yang mereka senangi. 2. kecerdasan anakpun perlu dites untuk mengukur kempuan anak. A. Motivasi Belajar Siswa Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian hasil belajar. Psikologi istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi. Lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan motif dan motivasi, berikut ini penulis akan memberikan pengertian dari kedua istilah tersebut. Kata "motif" diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Seperti dikatakan oleh Sardiman (dalam Purwanto, 1998: 60): motif adalah tingkah laku atau perbuatan suatu tujuan atau perangsang. Sedangkan Nasution (1995: 73), motif adalah segala daya yang mendorog seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang yang dapat menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu. Adapun pengertian motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer adalah keinginan atau dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan tujuan tertentu. Pendapat-pendapat para ahli tentang definisi motivasi diantaranya adalah; Sabri (1996: 85), motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi

17 pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan. Menurut Donald (dalam Sardiman, 2012: 74), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan. Beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahwa motivasi adalah suatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Motivasi sebagai suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan adanya tujuan, maka dalam motivasi terkandung tiga unsur penting yaitu: a. bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system "neurophysiological" yang ada pada organisme manusia. b. motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling", afeksi seseorang. hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. c. motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dilihat dari berbagai sudut pandang, para ahli psikologi berusaha untuk menggolongkan motifmotif yang ada pada manusia atau suatu organisme kedalam beberapa golongan menurut pendapatnya masing-masing. Menurut Hamalik (2004 : 158-159) ada tiga unsur yang saling berkaitan dalam motivasi, yaitu:

18 a. motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahanperubahan tertentu di dalam sistem neuropisiologis dalam organisme manusia, misalnya karena terjadi perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga perubahan energi yang tidak diketahui. b. motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affctive arousal. Mulamula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuakn yang bermotif. Perubahan ini mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya dengan lancar dan cepat akan keluar. c. motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respon merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan Frandsen (dalam Sardiman, (2012: 87), mengemukakan jenis motivasi dilihat dari dasar pembentukannya yaitu: motif bawaan, (motive psychological drives) dan motif yang dipelajari (affiliative needs), misalnya: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu didalam masyarakat. Serta membagi motif-motif itu menjadi dua golongan sebagai berikut: 1. psychological drive adalah dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis atau jasmaniah seperti lapar, haus dan sebagainya. 2. affiliative needs adalah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia lain dalam masyarakat seperti : dorongan selalu ingin berbuat baik (etika) dan sebagainya. Frandsen (dalam Sardiman, 2012: 87), masih menambahkan jenis-jenis motif berikut ini:

19 a. cognitive motive Motif ini menunjukan pada gejala instrinsik, yakni menyangkut kepuasan individu. Kepuasan individu yang berbeda didalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis motif ini adalah sangat primer dalam kegitaan belajar disekolah, terutama yang berkaitan pengembangan intelektual. b. self-expression Penampilan diri adalah prilaku dari manuusia. yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian untuk ini memang diperlukan kreativitas, enuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri. c. self-enhancement Melalui aktulisasi diri dan pengembangan ompetesi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi. Menurut Sardiman (2012: 89) adapun bentuk motivasi belajar di sekolah dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik: a. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Buku

20 lain motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya: ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan dan sebagainya. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah: adanya kebutuhan, pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri dan cita-cita atau aspirasi. b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu siswa, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar, misalnya siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya, pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan lain-lain merupakan contoh konkret dari motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Menurut Sardiman (2012: 85) di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif sehingga dapat mengarahkan dan memelihara kerukunan dalam melakukan kegiatan belajar. Motivasi sangat berperan dalam belajar, siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pelajaran itu. Maka motivasi senantiasa akan menentukan intensitas usaha belajar bagi siswa. Adapun

21 fungsi motivasi ada tiga yaitu: a. mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. b. menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. c. menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Menurut Sardiman (2012: 92), ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah antaranya: memberi angka, hadiah, saingan/kompetisi, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan yang diakui. C. Hasil Belajar Siswa Menurut Slameto (2003: 132) belajar ialah "Suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Begitu juga menurut Whitaker yang dikutip oleh Soemanto (1990: 43) memberikan definisi bahwa belajar adalah "proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman". Pengertian hasil belajar menurut Petter (1991: 78) adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh

22 guru. Hasil belajar merupakan suatu kemajuan dalam perkembangan siswa setelah ia mengikuti kegiatan belajar dalam waktu tertentu. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku individu terbentuk dan berkembang melalui proses belajar. Rumusan tujuan pembelajaran, harus mencakup 3 aspek penting yang diistilahkan oleh Bloom (dalam Sanjaya 2008:125-127) salah satunya yaitu domain kognitif. Domain kognitif adalah tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan pengembangan aspek intelektual siswa, melalui pengetahuan, dan informasi. Penguasaan pengetahuan dan informasi seperti pengusaan mengenai data dan fakta, konsep, generalisasi dan prinsip merupakan materi pelajaran yang akan membantu bahkan merupakan hal penting untuk proses pembelajaran pada tahap yang lebih tinggi. Semakin kuat seseorang dalam menguasai pengetahuan dan informasi, maka semakin mudah orang tersebut melakukan aktivitas belajar. Domain kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu: 1. pengetahuan Pengetahuan adalah tingkat tujuan kognitif yang paling rendah. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan untuk mengingat informasi yang sudah dipelajari (recall). Pengetahuan mengingat fakta sangat bermanfaat dan penting untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi berikutnya. 2. pemahaman Pemahaman lebih tinggi tinggi tingkatannya dari pada pengetahuan. Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, akan tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep.

23 3. penerapan Penerapan merupakan tujuan kognitif yang lebih tinggi lagi tingkatannya dibandingkan dengan pengetahuan dan pemahaman. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan mengaplikasikan suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumus-rumus, dalil, hukum, konsep, ide dan lain sebagainya kedalam situasi baru yang konkret. Prilaku yang berkenaan dengan kemampuan penerapan ini, misalnya kemampuan memecahkan suatu persoalan dengan menggunakan rumus, dalil, atau hukum tertentu. Disini tampak jelas, bahwa seseorang akan dapat menguasai kemampuan menerapkan manakala didukung oleh kemampuan mengingat dan memahami fakta atau konsep tertentu. 4. analisis Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecahkan suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar bagian bahan itu. Analisis merupakan tujuan pembelajaran yang kompleks yang hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang dapat menguasai kemampuan memahami dan menerapkan. Analisis berhubungan dengan kemampuan nalar. Oleh karena itu, biasanya analisis diperlukan bagi pencapaian tujuan pembelajaran untuk siswa-siswa tingkat atas. 5. sintesis Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, rencana atau melihat hubungan abstrak berbagai informasi yang tersedia. Sintesis merupakan kebalikan analisis. Kalau analisis mampu menguraikan menjadi

24 bagian-bagian, maka sintesis adalah kemampuan menyatukan unsur atau bagian-bagian menjadi sesuatu yang utuh. Kemampuan menganalisis dan sintesis, merupakan kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan atau menciptakan inovasi dan kreasi baru. 6. evaluasi Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif. Tujuan ini berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. Proses belajar akan menghasilkan hasil belajar. Sardiman (2012: 28) menjelaskan bahwa hasil belajar meliputi: a) hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif), b) hal ihwal personal, kepribadian, atau sikap (afektif), c) hal ihwal kelakuan, keterampilan, atau penampilan (psikomotorik). Lebih lanjut, Sardiman (2012: 29) menyebutkan bahwa ketiga hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan tiga hal yang secara perencanaan dan programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri siswa akan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Anderson (dalam Widodo, 2006: 140) menguraikan dimensi proses kognitif pada taksonomi Bloom Revisi yang mencakup: 1) menghafal (remember), yaitu menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka pasnjang, 2) memahami (understand), yaitu mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang ada dalam pemikiran siswa, 3) mengaplikasikan (apply), yaitu penggunaan suatu

25 prosedur guna meyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas, 4) menganalisis (analyze), yaitu menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurunsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut, 5) mengevaluasi (evaluate), yaitu membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada, dan 6) membuat (create), yaitu menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Menurut Hamalik (2004:30), hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek berikut: (1) pengetahuan, (2) pengertian, (3) kebiasaan, (4) keterampilan,(5) apresiasi, (6) emosional, (7) hubungan sosial, (8) jasmani, etis atau budi pekerti, dan (10) sikap. D. Virus dan Bakteri Virus berasal dari bahasa latin virulae yang artinya menular. Virus merupakan substansi aseluler (tubuh tidak berupa sel), karena hanya memiliki kapsid (selubung yang berfungsi sebagai dinding) dan asam nukleat, tetapi tidak memiliki inti sel, sitoplasma, dan membran sel. Ukuran virus sangat kecil, sehingga disebut juga mikro ba atau mikroorganisme. Para ahli biologi sepakat bahwa virus merupakan substansi atau bentuk peralihan antara benda hidup (makhluk hidup) dan benda mati. Virus disebut benda mati karena virus lebih dominan mempunyai ciri-ciri sebagai benda mati dari pada ciri-ciri makhluk hidup. Virus berbentuk seperti molekul atau partikel yang disebut virion. Tetapi virus juga menunjukkan ciri-ciri makhluk hidup karena virus mempunyai materi genetik berupa asam nukleat yang terdiri dari dari ADN (Asam Deoksiribo Nukleat) atau ARN (Asam Ribo Nukleat), serta dapat

26 melakukan perkembangbiakan yang dinamakan replikasi (Johnson dan Smith, 1972: 129-130). Ukuran virus berkisar antara 25-300 nm. Virus yang berukuran 25 nm dijumpai pada virus penyebab polio. Sedangkan virus yang berukuran l00 nm misalnya Bakteriofag atau virus T (Bacteriophage atau phage), yaitu virus yang menyerang bakteri Escherichia coli. Sedangkan virus yang berukuran lebih kurang 300 nm contohnya adalah TMV (Tobacco Mosaic Virus). Bentuk tubuh virus sangat bervariasi. Virus yang berbentuk bulat contohnya adalah virus influenza (Influenza virus) dan HIV penyebab AIDS. Virus juga ada yang berbentuk oval, seperti virus rabies (Rabiez virus). Bentuk batang dijumpai pada TMV, bentuk jarum dijumpai pada Tungrovirus (virus penyebab kekerdilan pada batang padi), dan bentuk seperti huruf T dijumpai pada Bakteriofag. Sedangkan bentuk polihedral contohnya adalah pada Adenovirus (penyebab penyakit demam) (Widayati, Rochmah dan Zubedi, 2011: 22). Virus hidup sebagai parasit obligat (parasit sejati). Tempat hi dupnya di dalam jaringan tubuh organisme lain (tubuh manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan). Jadi, virus hanya dapat hidup secara parasit pada sel organisme lain. Virus hanya dapat berkembang biak pada sel-sel hidup dan untuk reproduksinya virus hanya memerlukan asam nukleat. Karena dapat melakukan reproduksi, maka virus dianggap sebagai makhluk hidup (organisme) (Widayati, Rochmah dan Zubedi 2011: 23).

27 1. Bakteri (Archaebacter dan Eubacter) a. Archaebacteri Archaebacteria terdiri dari bakteri-bakteri yang hidup di tempat tempat kritis atau ekstrim, misalnya bakteri yang hidup di air panas, bakteri yang hidup di tempat berkadar garam tinggi, dan bakteri yang hidup di tempat yang panas atau asam, di kawah gunung berapi, dan di lahan gambut. Menurut para ahli, Archaebacteria dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu metanogen, halofil ekstrim, dan termofil ekstrim (termoasidofil). Secara struktural, kelompok prokariotik ini memiliki beberapa karakteristik, yaitu dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan, ribosomnya mengandung beberapa jenis RNA-polimerase sehingga lebih mirip eukariotik, dan plasmanya mengandung lipid dengan ikatan ester (Johnson dan Smith, 1972: 112). Metanogen merupakan kelompok prokariotik yang mereduksi karbondioksida (CO 2 ) menjadi metana (CH 4 ) menggunakan hidrogen (H 2 ). Metanogen merupakan mikroorganisme anaerob, tidak membutuhkan oksigen karena baginya oksigen merupakan racun. Metanogen memiliki tempat hidup di lumpur dan rawa, tempat mikroorganisme lain menghabiskan semua oksigen. Contohnya adalah Methanococcus Janascii (Johnson dan Smith, 1972: 120). Akibatnya rawa akan mengeluarkan gas metana atau gas rawa. Beberapa spesies lain yang termasuk kelompok metanogen hidup di lingkungan anaerob di dalam perut hewan seperti sapi, rayap, dan herbivora lain yang mengandalkan makanan berselulosa. Metanogen berperan penting dalam

28 nutrisi. Contohnya adalah Succinomonas Amylolytica yang hidup di dalam pencernaan sapi dan merupakan pemecah amilum. Peran lain metanogen adalah sebagai pengurai, sehingga bisa dimanfaatkan dalam pengolahan kotoran hewan untuk memproduksi gas metana, yang merupakan bahan bakar alternatif (Widayati, Rochmah dan Zubedi, 2011: 25). b. Eubacteria Eubacteria memiliki struktur yang berbeda dengan Archaebacteria dalam hal dinding selnya terdiri dari peptidoglikan, ribosomnya hanya mengandung satu jenis RNA-polimerase, dan membran plasmanya mengandung lipid dengan ikatan ester. Eubacteria merupakan kelompok bakteri sejati, merupakan mikroorganisme prokariotik yang hidup kosmopolit. Walaupun bakteri bersel tunggal, tetapi bakteri mempunyai beberapa bentuk yaitu bulat (coccus), batang (basilus), dan berbentuk spiral (spirila). Ketiga bentuk dasar bakteri tersebut masih memiliki beberapa modifikasi (Widayati, Rochmah dan Zubedi, 2011: 37) Berdasarkan modifi kasi bentuknya, bakteri coccus dapat berupa monococcus, diplococcus, streptococcus, dan sarcina. Monococcus adalah bakteri yang berbentuk bulat tunggal. Contoh monococcus adalah Neiserria Gonorrhoea (penyebab penyakit gonorhoe). Diplococcus yaitu bakteri berbentuk bulat yang berpasangan. Contohnya Diplococus Pneumaticus (penyebab penyakit pneumonia atau radang paru-paru). Sedangkan Streptococcus adalah bakteri berbentuk bulat yang bersusun seperti rantai. Contohnya Streptococus Pyrogenes (penyebab penyakit kuning).

29 Modifikasi bentuk yang lain adalah staphylococcus (bulat yang berupa gerombolan seperti buah anggur) dan sarcina (yaitu bakteri berbentuk bulat yang berkelompok empat-empat sehingga berbentuk seperti kubus dengan 8 sel). Contohnya adalah Staphylococcus Aureus yang merupakan penyebab penyakit pneunomia (radang paru-paru) dan keracunan dalam makanan (Widayati, Rochmah dan Zubedi, 2011: 38). Bakteri basilus juga mempunyai beberapa modifikasi bentuk, yaitu monobasil, diplobasil, atau streptobasil. Monobasil yaitu bakteri berbentuk basil tunggal. Contohnya adalah Escherichia Coli (membantu pembusukan di dalam colon atau usus besar) dan Salmonella Thyposa (penyebab penyakit tipus). Diplobasil adalah bakteri bentuk batang yang berpasangan. Sedangkan streptobasil adalah bakteri dengan bentuk batang yang bergandengan memanjang seperti bentuk rantai. Contohnya, Acetobacter Xylinum yang diguna kan dalam pembuatan nata de coco (Widayati, Rochmah dan Zubedi 2011: 37). Sedangkan kelompok bakteri dengan bentuk dasar spiral memiliki 3 macam modifikasi, yaitu spirilum(berbentuk spiral), vibrio, dan spirochaeta. Contohnya adalah Triponema Pallidum (penyebab penyakit sifilis). Vibrio merupakan modifikasi dari bentuk spiral yaitu berbentuk koma. Contohnya adalah Vibrio Cholerae (penyebabkan penyakit kholera). Sedangkan spirochaeta merupakan kelompok bakteri berbentuk spiral yang lentur, sehingga ketika bergerak tubuhnya dapat memanjang atau memendek (Widayati, Rochmah, dan Zubedi, 2011: 42).