Nany Helfira, Manyuk Fauzi, Ari Sandhyavitri

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI PARAMETER SIGNIFIKAN DALAM PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN BANJIR KOTA PEKANBARU ABSTRACT

Rahmi, Manyuk Fauzi, Ari Sandhyavitri

PENGEMBANGAN KRITERIA-KRITERIA RENCANA PEMINDAHAN PERKANTORAN DI KOTA PEKANBARU BERDASARKAN AHP (Analytical Hierarchy Process)

IDENTIFIKASI DAN PENGEMBANGAN KRITERIA RENCANA PEMINDAHAN LOKASI PUSAT PERKANTORAN KOTA PEKANBARU BERDASARKAN AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB III METODE KAJIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN BERBASIS INTERNET

URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KOTA DI KOTA PONTIANAK DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

IMPLEMENTASI KOMBINASI METODE AHP DAN SAW DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KREDIT PERUMAHAN RAKYAT ABSTRAK

OPTIMASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KOTA MANADO DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penyebaran Kuisioner

Analytic Hierarchy Process

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan Jalan Di Kota Bandung Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

III. METODE PENELITIAN

Pengertian Metode AHP

BAB III METODE PENELITIAN

APLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM

AHP (Analytical Hierarchy Process)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS

STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata kunci : SPK, metode AHP, penentuan lokasi.

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp ISSN X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

Penentuan Skala Prioritas Penanganan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kudus Dengan Metode Analytical Hierarchy Process

PERBANDINGAN SKALA PRIORITAS PENANGANAN JALAN DI KABUPATEN BENGKAYANG ANTARA METODE AHP DENGAN METODE BINA MARGA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

STUDI PERBANDINGAN PRIORITAS PENANGANAN JALAN PROVINSI DI SUMATERA BARAT

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) PADA COUNTER NASA CELL SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PENGADAAN LAPTOP PADA PENGADILAN NEGERI PANGKALPINANG

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

Implementasi Metode AHP dalam Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Kuota Pembimbing Mahasiswa. Irfan Dwi Jaya

IMPLEMENTASI METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN LAPTOP DI LINGKUNGAN MASYARAKAT UMUM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FAKTOR YANG PALING BERPENGARUH TERHADAP KINERJA DAN PRIORITAS REHABILITASI SUBSISTEM DRAINASE SIWALUH SKRIPSI

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENENTUKAN JURUSAN DI MAN 1 TULUNGAGUNG MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Karyawan Terbaik Menggunakan Metode AHP

PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI TERMINAL DI KOTA SURAKARTA

Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process dalam Analisis Profil Badan Usaha Milik Negara Tempat Kerja bagi Lulusan Program Studi Matematika

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PAKET INTERNET OPERATOR TELEKOMUNIKASI DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi

Kajian Perencanaan Infrastruktur Ruang Terbuka Hijau pada Perumahan Kota Terpadu Mandiri di Bungku Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

Transkripsi:

IDENTIFIKASI PARAMETER DALAM PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN MASALAH SISTEM DRAINASE DI WILAYAH KOTA PEKANBARU MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS (AHP) Nany Helfira, Manyuk Fauzi, Ari Sandhyavitri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos 28293 E-mail: Nayhelfira@gmail.com ABSTRACT Pekanbaru city drainage systems generally use a gravity system that depends on the topography area. The topography that relatively flat causes the rainwater drainage system cannot occur properly. Parameter of drainage system problem handling is planned based on the decision-making system method of Analytical Hierarchy Process (AHP) which are: Technical, Economical, Environmental, and Social/Cultural. The results of the AHP analysis with using Expert Choice program 2000 found that the most influential criteria in drainage system problem handling is technical criteria, with 47.9% level of technical criteria, economical criteria 30.8%, environmental criteria 11.2%, and the social/cultural criteria 10.2%. Priority areas in the handling of the drainage system is: Purwodadi Ujung Perumahan Teratai Indah with the percentage level of 53,3%, Jalan Soekarno Hatta (Pasar Pagi Arengka intersection) 31%, and Jalan Riau Ujung (Jalan Riau Ujung Jalan Soekarno Hatta intersection) 15,7%. The most influence subcriteria in determining the priority handling of the drainage system are: the capacity of the drainage system network, the availability of budget to funding the annual O & M of drainage systems, coverage of area services, and management and maintenance of drainage infrastructure. Keywords : analytical hierarchy process, expert choice, priority PENDAHULUAN Kota Pekanbaru yang tingkat kemajuannya sangat pesat terus melakukan pembangunan dan aktivitas perekonomian yang tinggi sangat memerlukan sistem drainase yang baik. Sistem drainase Kota Pekanbaru memanfaatkan saluran alami yang ada, seperti, sungai, rawa, dan lain-lain. Beberapa saluran alami tersebut memerlukan perbaikan, seperti perkerasan, turap, dan normalisasi aliran. Sistem drainase Kota Pekanbaru umumnya menggunakan sistem gravitasi yang tergantung pada kondisi topografi. Kondisi topografi Pekanbaru yang relatif datar menyebabkan sistem pengaliran air hujan tidak berfungsi dengan optimal. Dalam penelitian ini difokuskan pada WP-V yang terdiri dari Kecamatan Marpoyan Damai, Kecamatan Tampan, dan Kecamatan Payung Sekaki sebagai Wilayah Pengembangan pusat kegiatan Pendidikan Tinggi, kawasan permukiman, pusat kegiatan industri kecil, kawasan perkantoran, kawasan pemerintahan, dan 1

kawasan perdagangan yang diidentifikasi mempunyai permasalahan sistem drainase yang menimbulkan genangan. Dalam penentuan prioritas penanganan masalah sistem drainase, analisis keputusan dapat dibantu dengan analisa secara kuantitatif yaitu dengan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (SPPK) yang ditinjau dari beberapa parameter yang mempengaruhi agar penanganan masalah drainase tersebut dapat sesuai dengan kondisi dan masalah sistem drainase yang ada. Parameter yang digunakan didasarkan pada pada empat kriteria yaitu Teknis, Ekonomi, Lingkungan, dan Sosial/Budaya. Dimana selanjutnya akan ditentukan prioritas kawasan penanganan. Adapun alat bantu analisa yang digunakan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) yang hasilnya akan dikoreksi dengan menggunakan program Expert Choice 2000. Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk yang hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Struktur Hirarki parameter penentuan prioritas penanganan masalah sistem drainase WP V Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Hirarki Parameter Penentuan prioritas Penanganan Masalah Sistem Drainase (Sumber : Hasil Perhitungan, 2013) 2

Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Kadarsah Suryadi dan Ali Ramdhani, 1998) : 1. Mendefinisikan Masalah Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detail, dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada, kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya. 2. Membuat Struktur Hirarki Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas, akan disusun level hirarki yang berada dibawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan). 3. Matriks Perbandingan Berpasangan Kelebihan dari metode AHP adalah kemampuan yang dimilikinya untuk menggabungkan unsur-unsur kualitatif dan kuantitatif. Kuantifikasi dari halhal yang bersifat kualitatif dilakukan dengan memberikan persepsi perbandingan yang diskalakan secara berpasangan ( pairwise comparison scale). Seseorang yang akan memberikan persepsi tersebut harus mengerti secara menyeluruh mengenai elemen-elemen yang diperbandingkan dan relevansinya terhadap tujuan yang dimaksudkan. Menurut Saaty (1993), skala penilaian 1 sampai 9 merupakan yang terbaik berdasarkan nilai RMS ( Root Mean Square Deviation) dan MAD ( Median Absolute Deviation). Nilai dan definisi pendapat kualitatif tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Skala Komparasi Pada Penilaian AHP Tingkat Kepentingan Definisi 1 Sama pentingnya 3 Sedikit lebih penting 5 Jelas lebih penting 7 Sangat jelas lebih penting 9 Mutlak lebih penting 2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan 1/ (1-9) Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1 9 (Sumber : Saaty, 1993) 4. Perhitungan Bobot Elemen Proses perhitungan matematis dalam metode AHP dilakukan dengan menggunakan suatu matriks. Apabila dalam suatu subsistem operasi terdapat n elemen operasi yaitu A 1, A 2,..., A n, maka hasil perbandingan dari elemenelemen operasi tersebut akan membentuk matriks A berukuran n x n dengan bentuk seperti yang terlihat pada Tabel 2. Pengisian nilai a 12 menggunakan aturan sebagai berikut : a. Jika a 12 =, maka a 21 = 1/. b. Jika antara elemen operasi A 1 dengan A 2 mempunyai tingkat kepentingan yang sama maka nilai a 12 = a 21 = 1. c. Nilai a 12 = 1 untuk 1 = 2 (diagonal matriks memiliki nilai 1). 3

Tabel 2. Matriks Perbandingan Preferensi A 1 A 2 A n A 1 1 a 12 a 1n A 2 1/a 12 1 a 2n......... 1 A n 1/ a 1n 1/ a 2n 1 (Sumber : Kadarsah, 2000) 5. Perhitungan konsistensi dan vektor prioritas Prinsip transitivitas atau konsistensi 100% tidak menjadi syarat dalam AHP, karena perhitungan elemen menurut pengambil keputusan kadang-kadang berubah. Dalam teori matriks diketahui bahwa kesalahan kecil pada koefisien akan menyebabkan penyimpangan kecil pula pada eigenvalue. Dengan mengkombinasikan apa yang telah diuraikan sebelumnya, jika diagonal utama dari matriks A bernilai satu dan jika konsisten, maka penyimpangan kecil dari a ij akan tetap menunjukkan eigenvalue terbesar, maks, nilainya akan mendekati n dan eigenvalue sisanya akan menjadi nol. Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan Indeks Konsistensi, dengan persamaan berikut : Dimana: maks = eigenvalue maksimum n = ukuran matriks Tabel 3. Nilai-nilai Indeks Random (RI) berdasarkan ukuran matriks Ukuran Matriks (n) Indeks Random /RI (inkonsistensi) 2 0 3 0.58 4 0.9 5 1.12 6 1.24 7 1.32 8 1.41 9 1.45 10 1.49 (Sumber : Taylor, 1999) 4

Indeks Konsistensi (CI) pada persamaan diatas merupakan matriks random dengan skala penilaian 9 (1 sampai dengan 9) beserta kebalikannya sebagai Indeks Random (RI). RI mempunyai nilai-nilai yang telah ditetapkan pada Tabel 2.3. tergantung pada banyaknya ukuran matriks yang dibandingkan (Taylor, 1999). Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai Rasio Konsistensi (CR) seperti yang terlihat pada persamaan berikut : Untuk model AHP, matriks perbandingan dapat diterima jika nilai rasio konsistensi 0,1. METODOLOGI PENELITIAN Studi kasus untuk penelitian ini berlokasi di beberapa kecamatan di wilayah Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Pada Gambar 3.1, dapat dilihat lokasi penelitian berdasarkan wilayah pengelolaan drainase (WP) V, yaitu Kecamatan Payung Sekaki, Kecamatan Tampan, dan Kecamatan Marpoyan Damai. Peta lokasi penelitian ini disajikan pada Gambar 2. Lokasi Penelitian Gambar 2. Peta Lokasi Tinjauan Wilayah Sistem Drainase di Kota Pekanbaru (Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Pekanbaru) Penelitian ini dilakukan dua tahap yaitu: 1. Survei awal Penyebaran kuisioner dilaksanakan di 4 instansi yaitu: Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air, Cipta Karya dan Permukiman di Provinsi Riau dan Kota 5

Pekanbaru, serta Kantor Camat dan Kantor Lurah dengan cara sampling purpose. a. Pada Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air, Cipta Karya, dan Permukiman Provinsi Riau masing-masing berjumlah 3 orang responden dari tenaga ahli. b. Pada Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air, Cipta Karya, dan Permukiman Kota Pekanbaru masing-masing berjumlah 3 orang responden dari tenaga ahli. c. Pada Kantor Camat dan Kantor Lurah diambil masing-masing 1 responden berdasarkan wilayah yang diteliti. 2. Survei Detail Pengambilan sampel dengan cara Analytical Hierarchy Process (AHP) pada tahap ini menggunakan narasumber yang merupakan para ahli dan menguasai kondisi dari tiga wilayah pengembangan V tersebut. Dalam penelitian tugas akhir ini, narasumber yang ahli (expert) untuk wilayah sistem drainase tersebut berjumlah 3 orang dari Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air, Cipta Karya, dan Permukiman Provinsi Riau, 2 orang dari Pekerjaan Umum Sumber Daya Air, Cipta Karya, dan Permukiman Kota Pekanbaru dan 3 orang dari Camat masing-masing wilayah HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa data dilakukan dengan menggunakan sistem pakar yang dirancang menggunakan metode perbandingan berpasangan atau Analytical Hierarki Process (AHP) diterjemahkan dalam perangkat komputer dengan menggunakan Software Expert Choice 2000. Software Expert Choice 2000 merupakan software AHP, digunakan untuk memberikan output berupa bobot prioritas kriteria. Survei dilakukan dengan menyebarkan 21 kuisioner kepada 4 instansi yaitu Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air, Cipta Karya dan Permukiman di Provinsi Riau dan Kota Pekanbaru, serta Kantor Camat dan Kantor Lurah. Analisa Data Kuisioner Pendahuluan Kumpulan data kuisioner awal dianalisa dengan menggunakan nilai pembobotan (Scoring Card), yaitu perkalian terhadap tingkat pengaruh dengan jumlah pilihan.untuk masing-masing kriteria dipilih 3 Subkriteria yang terbesar. Berikut ini adalah uraian dari kuisioner pendahuluan: 6

Gambar 3. Skor Nilai Tingkat Pengaruh Dalam Kriteria Teknis (Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013) Gambar 4. Skor Nilai Tingkat Pengaruh Dalam Kriteria Ekonomi (Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013) Gambar 5. Skor Nilai Tingkat Pengaruh Dalam Kriteria Lingkungan (Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013) 7

Gambar 6. Skor Nilai Tingkat Pengaruh Dalam Kriteria Sosial/Budaya (Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013) Analisa Data Kuisioner Dari Para Ahli Langkah awal dalam analisa ini adalah memasukkan nilai kriteria-kriteria yang ada dalam kuisioner detail, yaitu teknis, ekonomi, lingkungan, dan sosial/budaya kedalam Software Expert Choice 2000. Misalnya : teknis vs ekonomi = 3 (kriteria teknis sedikit lebih penting daripada kriteria ekonomi), teknis vs lingkungan = 3 (kriteria teknis sedikit lebih penting daripada kriteria lingkungan), teknis vs sosial/budaya = 3 (kriteria teknis sedikit lebih penting daripada kriteria sosial/budaya). Seperti terlihat pada Gambar 7. TEKNIS EKONOMI Gambar 7. Input Penggabungan Kuisioner Dari Para Ahli Terhadap Kriteria Yang Mempengaruhi Penentuan Prioritas Penanganan Masalah Sistem Drainase (Sumber : Hasil Perhitungan, 2013) Setelah memasukkan hasil responden tersebut akan dapat diketahui seberapa persen pentingnya tiap kriteria-kriteria dengan melihat Dynamic Sensitivity seperti yang terlihat pada Gambar 8. Berdasarkan Gambar 7 dapat 8

diketahui rasio konsistensi sebesar 0,1, yang berarti pendapat tersebut dinyatakan konsisten. Gambar 8. Tingkat Prioritas Kriteria Parameter Prioritas dan Parameter alternatif yang Memiliki Prioritas Paling Mempengaruhi Dalam Penentuan Penanganan Masalah Sistem Drainase (Sumber :Hasil Perhitungan, 2013) Berdasarkan Gambar 8, analisa Kriteria yang memiliki prioritas (tingkat) paling mempengaruhi dalam penentuan prioritas penanganan masalah sistem drainase yaitu kriteria teknis sebesar 47,9% dari total kriteria yang ada, menyusul kriteria ekonomi sebesar 30,8%, kriteria lingkungan sebesar 11,2%, dan kriteria sosial/budaya sebesar 10,2%. Dari gambar di atas, diperoleh Wilayah yang menjadi prioritas penanganan masalah sistem drainase adalah Purwodadi Ujung Perumahan Teratai Indah dengan persentase sebesar 53,3%, selanjutnya Jalan Soekarno Hatta ( Persimpangan Pasar Pagi Arengka) dengan persentase sebesar 31%, dan Jalan Riau Ujung (Persimpangan Jalan Riau Ujung dan Jalan Soekarno Hatta) dengan persentase sebesar 15,7%. Hasil Analisa Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Adapun ringkasan dari yang diuraikan adalah sebagai berikut : 1. Kriteria yang memiliki prioritas (tingkat) paling memp engaruhi dalam penentuan prioritas penanganan masalah sistem drainase adalah kriteria teknis (47,9%) dan kriteria ekonomi (30,8%) Sedangkan kriteria lingkungan dan sosial/budaya dipandang perlu namun masih dibawah dari kriteria teknis, dan ekonomi. 9

Tabel 4. Kriteria Yang Memiliki Prioritas (tingkat) Yang Paling Mempengaruhi Dalam Penentuan Prioritas Penanganan Masalah Sistem Drainase No. Parameter Masalah Sistem Drainase Persentase 1 Teknis 47,9% 2 Ekonomi 30,8% 3 Lingkungan 11,2% 4 Sosial/Budaya 10,2% (Sumber : Hasil Perhitungan, 2013) Gambar 9. Tingkat Pengaruh Parameter Masalah Sistem Drainase Terhadap Penentuan Prioritas Penanganan Masalah Sistem Drainase (Sumber : Hasil Perhitungan, 2013) 2. Berdasarkan hasil analisa diatas, dapat disimpulkan bahwa parameter yang paling mempengaruhi dalam penentuan prioritas penanganan masalah sistem drainase adalah kriteria teknis sebesar 47,9%. 3. Berdasarkan hasil analisa Analytical Hierarchy Process (AHP), diperoleh wilayah yang menjadi prioritas dalam penentuan prioritas penanganan masalah sistem drainase adalah Purwodadi Ujung Perumahan Teratai Indah dengan persentase sebesar 53%. Tabel 5. Persentase penentuan prioritas penanganan masalah sistem drainase No. Alternatif Lokasi Persentase 1 Jalan Soekarno Hatta (Simp. Pasar Pagi Arengka) 31% 2 Purwodadi Ujung Perumahan Teratai Indah 53,3% 3 Jl. Riau Ujung (Simp. Jl. Riau - Jl. Soekarno Hatta) 15,7% (Sumber : Hasil Perhitungan, 2013) 10

Gambar 10. Persentase Tingkat Alternatif Penanganan Masalah Sistem Drainase (Sumber : Hasil Perhitungan, 2013) KESIMPULAN Adapun simpulan dalam penelitian tugas akhir ini adalah : 1. Menurut survei awal penelitian, didapatkan parameter yang paling mempengaruhi dalam penentuan prioritas penanganan masalah sistem drainase WP V Kota Pekanbaru yaitu : a. Kriteria teknis yang meliputi kondisi dan fungsi drainase, kapasitas jaringan drainase, dan perubahan tata guna lahan. b. Kriteria ekonomi yang meliputi biaya pekerjaan pembangunan sistem drainase, ketersediaan dana untuk pembiayaan operasi dan pemeliharaan tahunan sistem drainase, dan biaya evaluasi monitoring tahunan sistem drainase. c. Kriteria lingkungan yang meliputi kesehatan lingkungan, luas daerah layanan, volume sampah. d. Kriteria sosial/budaya yang meliputi kepedulian dan keterlibatan masyarakat, pengelolaan & pemeliharaan prasarana drainase, dan perilaku masyarakat. 2. Tingkat pengaruh kriteria-kriteria terhadap penentuan prioritas penanganan masalah sistem drainase antara lain kriteria teknis 47,9%, kriteria ekonomi 30,8%, kriteria lingkungan 11,2%, dan kriteria sosial/budaya 10,2%. 3. Berdasarkan analisa AHP terhadap kriteria-kriteria secara keseluruhan, diperoleh persentase prioritas untuk masing-masing wilayah yaitu Purwodadi Ujung Perumahan Teratai Indah dengan persentase sebesar 53,3%, selanjutnya Jalan Soekarno Hatta ( Persimpangan Pasar Pagi Arengka) dengan persentase sebesar 31,0%, dan Jalan Riau Ujung ( Persimpangan Jalan Riau Ujung dan Jalan Soekarno Hatta) dengan persentase sebesar 15,7%. Dari hasil persentase tersebut jelas bahwa yang menjadi prioritas penanganan masalah sistem drainase terlebih dahulu untuk WP V adalah Purwodadi Ujung Perumahan Teratai Indah dengan persentase sebesar 53,3%. 11

4. Berdasarkan analisa AHP terhadap kriteria-kriteria secara keseluruhan, diperoleh subkriteria masalah sistem drainase yang memiliki prioritas (tingkat) paling mempengaruhi terhadap penentuan prioritas penanganan masalah sistem drainase yaitu kapasitas jaringan drainase sebesar 48,06%, luas daerah layanan sebesar 46,0%, ketersediaan dana untuk pembiayaan O & P tahunan sistem drainase sebesar 46,0% dan pengelolaan dan pemeliharaan prasarana drainase sebesar 58,42%. DAFTAR PUSTAKA Anonim 1, 2012. Masterplan dan DED Drainase Kota Pekanbaru Anonim 2, 2012. Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pekanbaru (RPJMD) Kota Pekanbaru Tahun 2012-2027 Getuk. 2006. Analisa Proses Hirarki.Wordpress. [online]. Available at: <URL:http://getuk.wordpress.com/2006/11/30/analisa-proses hirarki/feed/> [Diakses pada tanggal 24 Agustus 2013]. Kodoatie, Robert J. 2003.Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Pustaka Pelajar. Semarang Purbawijaya, Ida Bagus Ngurah. 2012. Analisis Pemberdayaan Subak Terhadap Operasional Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Subak Kepaon Kecamatan Denpasar Selatan. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil.Volume. 16, No.1, Januari 2012. Rahmi. 2013. Identifikasi Parameter Optimalisasi Penggunaan Air Irigasi Berdasarkan Analytical Hierarchy Process. Program Studi Teknik Sipil. Universitas Riau. Riau. Saaty, T.L, (1991) : Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Suripin. 2004.Sistem Drainase Perkotaan yang berkelanjutan. Penerbit Andi. Yogyakarta Suryadi, Kadarsyah. 2000.Sistem Pendukung Keputusan. PT. Remaja. Tim Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pekanbaru, 2012. Rencana Wilayah Pengembangan (WP) Kota Pekanbaru 12