BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. disajikan proporsi penerimaan pajak terhadap APBN lima tahun sejak Tabel 1.1 Peran Pajak terhadap APBN Tahun 2011 s/d 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan imbalan seecara langsung. Penerimaan pajak tersebut digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Kewajiban membayar pajak diatur dalam Undang-undang Dasar bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan UU.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. ruang dan waktu setiap individu di dunia. Sehingga terjadilah pasar bebas

ISLAM dan DEMOKRASI (1)

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang saat ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Self assessment system ini baru akan berhasil dengan baik apabila syaratsyarat diatas dapat dipenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. dibayarkan oleh wajib pajak (WP) digunakan untuk pembiayaan dalam

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

SULIT 1223/2 BAHAGIAN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA PENDIDIKAN ISLAM SET 2 KERTAS 2 SATU JAM EMPAT PULUH MINIT

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh laba seoptimal mungkin serta untuk memaksimalkan

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui. Berbeda dengan pajak yang mempunyai umur tidak terbatas, dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. disamping komponen pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Menurut Undang-Undang (UU) no. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. tangga dimana mengenal sumber penerimaan dan pos pos pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut, maka negara harus menggali

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB IV. PENYELESAIAN MASALAH PERJANJIAN KERJA ANTARA PEMILIK APOTEK DAN APOTEKER DI APOTEK K-24 KEBONSARI SURABAYA DAlAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan baik secara nominal maupun

PENGARUH PEMERIKSAAN PAJAK, PENAGIHAN PAJAK, NORMA MORAL DAN KEBIJAKAN SUNSET POLICY TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Semakin tinggi pemasukan pajak

Akal Yang Menerima Al-Qur an, dan Akal adalah Hakim Yang Adil

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk kepentingan rakyat yang tidak wajib membayar pajak. pajak, yaitu dengan memperluas subyek dan obyek pajak atau dengan

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. barang-barang yang dikuasai pemerintah, denda-denda dan iuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Jawaban yang Tegas Dari Yang Maha Mengetahui dan Maha Merahmati

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Shahmuzir bin Nordzahir

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan oleh setiap warga negara yaitu dengan membayar pajak. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG PENELITIAN. penting untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur maupun meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai pembangunan. Diperlukan dukungan dari

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Akan tetapi pada

BAB I PENDAHULUAN. segera menentukan strategi untuk mengejar tax ratio pada kisaran 13-14

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan pembangunan nasional yang memerlukan biaya besar yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber pendapatan negara terbesar yaitu dari pajak. Menurut

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB V PEMBAHASAN. A. Pemberlakuan Sistem Kredit Semester (SKS) di SMA Negeri 3 Sidoarjo. Alokasi waktu yang diperlukan perminggu persatu satuan kredit

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang undang. Dalam pembangunan ini tidak akan tercapai apabila

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar. Berkaitan dengan

مت إعداد هذا امللف آليا بواسطة املكتبة الشاملة

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

Berkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi.

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia saat ini bersumber dari dalam negeri yaitu pajak. yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Jika dibanding dengan makhluk lainnya, manusia adalah makhluk Tuhan

Bab 1 PENDAHULUAN. QS. Al-Baqarah ayat 282 berkenaan dengan aktivitas atau kegiatan ekonomi:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar untuk menciptakan masa

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang

1223/2 SULIT BAHAGIAN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA PENDIDIKAN ISLAM SET 5 KERTAS 2 SATU JAM EMPAT PULUH MINIT

ISLAM DIN AL-FITRI. INDIKATOR: 1. Mendeskripsikan Islam sebagai agama yang fitri

BAB I PENDAHULUAN. (APBN) dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dapat dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan. 2. Fungsi mengatur Fungsi stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. adalah dari hasil penerimaan pajak (Sutanto 2013). Kontribusi pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dan ketertiban negara. Upaya untuk memenuhi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. agar keuangan negara dapat berjalan dengan lancar dan baik. Karena sektor pajak

ISLAM DAN TOLERANSI. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. MUHAMMAD ALVI FIRDAUSI, S.Si, MA. Modul ke: Fakultas TEHNIK

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan. ekonominya berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak memegang peranan terpenting dalam perekonomian negara. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan (Sutrisno dkk, 2016). Pajak menjadi salah satu sumber pendapatan nasional, sekitar 70% dari seluruh penerimaan negara berasal dari sektor pajak (Wulandari dkk, 2014). Pajak merupakan suatu kewajiban masyarakat sebagai warga negara hal ini tertuang dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi dan atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Permadi dkk, 2013). Islam telah menjelaskan dalil-dalil baik secara umum atau khusus maengenai pajak itu sendiri, adapun dalil secara umum, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At-taubah ayat 29: ق ات ل وا ال ذ ين ال ي ؤ ه ن ون ب ا لل و ال ب ال ي و م اآلخ ز و ال ي ح ز ه ون ه ا ح ز م للا و ر س ول ه و ال ي د ين ون د ين ال ح ق ه ن ال ذ ين أ وت وا ال ك ت اب ح ت ى ي ع ط وا ال ج ز ي ة ع ن ي د و ه ن ص اغ ز ون 1

2 Artinya: "Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar, (yakni orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah (pajak) dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk (QS.At-taubah: 29). Sistem pemungutan pajak yang digunakan di Indonesia adalah self assessment system dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab sepenuhnya untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya yaitu Wajib Pajak harus aktif menghitung, menyetor, dan melaporkan besarnya pajak yang terutang kepada Kantor Pelayanan Pajak sesuai peraturan perpajakan yang berlaku (Mardiasmo, 2011). Kondisi ini memungkinkan masyarakat memiliki kecenderungan untuk tidak membayar pajak karena mungkin disebabkan sistem dan perhitungan pajak yang terlalu sulit dipahami (Tahar, 2011). Tujuan dari diterapkannya self assessment system adalah untuk meningkatkan tingkat penerimaan pajak, meminimalkan biaya pemungutan pajak dan mendorong kepatuhan yang bersifat sukarela (Noor dan Jeyapalan, 2008). Penerapan self assessment system yang menuntut keikutsertaan aktif Wajib Pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan Wajib Pajak yang tinggi. Jika semua Wajib Pajak memiliki kepatuhan yang tinggi, maka penerimaan pajak akan optimal dan efeknya pada penerimaan negara juga akan semakin besar (Trisnayanti dan Jati, 2015).

3 Upaya untuk mengoptimalkan penerimaan disektor pajak terus dilakukan oleh pemerintah diantaranya melalui kebijakan yang dikeluarkan dari pengubahan sistem perpajakan sampai sistem administrasi perpajakan yang modern (Suryarini dan Anwar, 2010), disamping upaya pemerintah terdapat beberapa kasus korupsi yang terus terungkap hingga kini dan meresahkan masyarakat. Munculnya kasus korupsi di kalangan pegawai pajak hingga pejabat pemerintah, menimbulkan persepsi buruk dan mengubah pandangan Wajib Pajak akan manfaat sebenarnya terkait membayar pajak (Budiarti dan Sukartha, 2015). Kontribusi penerimaan pajak yang belum optimal terhadap penerimaan negara dapat tercermin dari nilai rasio pajak (tax ratio) pertahun Indonesia yang masih rendah (Mustikasari, 2007). Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia tahun 2015 rasio pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang berada pada kisaran 11% hingga 12% selama tahun 2010-2015 masih tergolong rendah diantara negara tetangga seperti Filipina (14,4%), Malaysia (15,5%) dan Vietnam (13,8%) (Ngadiman dan Huslin, 2015). Rendahnya tax ratio atau tingkat kesadaran Wajib Pajak terjadi karena tingkat kepatuhan pajak rendah, kualitas basis data yang dimiliki oleh otoritas pajak sangat terbatas, serta penerapan sanksi atau hukuman yang kurang tegas (Mahendra dan Sukartha, 2014). Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak melakukan tindakan hukum untuk meningkatkan penerimaan pajak yaitu berupa pemeriksaan dan penagihan (Mandagi dkk, 2014). Pemeriksaan pajak dilakukan sebagai

4 alat untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, selain itu pemeriksaan pajak menjalankan tiga fungsi yaitu sebagai alat edukasi, alat pendeteksian pelanggaran pajak dan alat untuk pencegahan terhadap Wajib Pajak lain yang bermaksud untuk melanggar (Kastlunger et al, 2009). Sebagaimana telah dijelaskan dalam pasal 29 ayat (1) (UU KUP) bahwa Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Suryarini dan Anwar, 2010). Menurut pemeriksa pajak di beberapa Kantor Pelayanan Pajak mereka menemukan kendala dalam pelaksanaan pemeriksaan yaitu kesulitan dalam peminjaman dokumen milik Wajib Pajak yang akan diperiksa, Wajib Pajak yang susah ditemukan karena tempat tinggal Wajib Pajak yang sudah pindah tetapi Wajib Pajak tidak melapor kepada petugas pajak, Wajib Pajak sulit untuk membayar tunggakan pajak setelah proses pemeriksaan serta pengisian dan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) yang kurang baik (www.pajak.go.id). Penagihan pajak merupakan salah satu upaya lain yang di lakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan penerimaan di sektor pajak (Gisijanto dan Syahab, 2008). Penagihan pajak dilakukan khusus bagi Wajib Pajak yang memiliki tunggakan dalam pembayaran pajaknya (Sutrisno dkk, 2016). Tunggakan pajak timbul karena banyak Wajib Pajak terdaftar yang tidak melunasi utang pajaknya sehingga harus dilakukannya penagihan pajak secara lebih aktif kepada setiap Wajib Pajak (Mahendra

5 dan Sukartha, 2014). Pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa, dengan dikeluarkannya Undang-undang tentang penagihan pajak tersebut diharapkan kegiatan penagihan pajak dapat dilaksanakan sesuai dengan landasan hukumnya, sehingga Wajib Pajak akan termotivasi untuk membayar pajak yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan penerimaan pajak (Sutrisno dkk, 2016). Tingginya angka tunggakan pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak dibeberapa Kantor Pelayanan Pajak menyebabkan Direktorat Jenderal Pajak harus melakukan tindakan yang memilki kekuatan hukum bersifat mengikat dan memaksa seperti kasus yang terjadi pada KPP Pratama Jakarta Duren Sawit bulan Juli 2016 yang harus melakukan penyanderaan terhadap Wajib Pajak berinisial S, Direktur PT DTK yang bergerak di bidang kontruksi. Penyanderaan dilakukan karena penunggak pajak tidak memiliki niat baik untuk melunasi tunggakan pajaknya sebesar lebih dari Rp 200 juta sedangkan yang bersangkutan dianggap memiliki kemampuan untuk melunasi utang pajaknya tersebut (www.pajak.go.id). Sebagai upaya pemerintah untuk melakukan penggalian potensi di sektor perpajakan dan meningkatkan penerimaan pajak, pada tahun 2008 Direktorat Jenderal Pajak telah mengeluarkan kebijakan berupa fasilitas penghapusan sanksi pajak penghasilan orang pribadi atau badan yang dapat dinikmati oleh masyarakat baik yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) maupun yang telah memiliki NPWP yang biasanya disebut

6 sunset policy (Hasan, 2009). Sunset policy diatur berdasarkan Pasal 37A Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.03/2008 (Supadmi, 2009). Kebijakan sunset policy bertujuan untuk mendorong Wajib Pajak agar lebih jujur, konsisten, dan sukarela melaksanakan kewajiban perpajakannya sehingga pada akhirnya penerimaan negara dari sektor pajak akan semakin meningkat pula (Murtin, 2010). Wajib Pajak yang memiliki moral yang tinggi akan cenderung berperilaku jujur dan taat terhadap aturan yang telah diberikan sehingga berdampak pada kepatuhan Wajib Pajak dalam pembayaran pajaknya, sebaliknya Wajib Pajak yang memiliki moral yang rendah memandang pajak sebagai suatu hal yang tidak penting serta menghindari kewajiban perpajaknnya (Benk et al, 2011). Norma moral merupakan suatu perasaan bersalah yang dimiliki seseorang namun belum tentu dimiliki oleh orang lain (Bobek dan Hatfield, 2003). Aspek moral dalam bidang perpajakan berkaitan dengan kewajiban moral yang harus dilaksanakan oleh setiap Wajib Pajak, dan kesadaran moral terkait dengan alokasi atau distribusi dari penerimaan pajak (Troutman, 1993). Semakin tinggi norma moral yang dimiliki Wajib Pajak, maka semakin tinggi motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajaknnya yang berdampak pada meningkatnya penerimaan pajak (Melinda, 2014).

7 Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno dkk (2016) pengaruh pemeriksaan pajak dan penagihan pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan pajak, dan penagihan pajak berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Budiarti dan Sukartha (2015) pengaruh norma moral terhadap kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa norma moral berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Suryarini dan Anwar (2010) pengaruh kebijakan sunset policy terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan sunset policy berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan pajak. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perpajakan yang berjudul PENGARUH PEMERIKSAAN PAJAK, PENAGIHAN PAJAK, NORMA MORAL DAN KEBIJAKAN SUNSET POLICY TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK (STUDI EMPIRIS PADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA SLEMAN).

8 Penelitian ini merupakan kompilasi dari penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno dkk (2016) pengaruh pemeriksaan pajak dan penagihan pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak. Penelitian ini dilakukan dengan menambah 2 (dua) variabel independen yaitu norma moral dan kebijakan sunset policy berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Budiarti dan Sukartha (2015) serta Suryarini dan Anwar (2010). Perbedaan dengan penelitian Sutrisno dkk (2016) adalah sampel yang digunakan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi. Perbedaan penelitian Budiarti dan Sukartha (2015) adalah dalam penelitian ini adanya variabel independen yaitu norma moral yang dikaitkan dengan peningkatan penerimaan pajak yang belum banyak diteliti, sedangkan perbedaan dengan Suryarini dan Anwar (2010) adalah peneliti ini menguji kembali ketidakonsistenan pengaruh kebijakan sunset policy terhadap peningkatan penerimaan pajak. B. Batasan Masalah 1. Ruang lingkup penelitian hanya pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman. 2. Penelitian ini membatasi pengujian faktor yang mempengaruhi peningkatan penerimaan pajak pada pemeriksaan pajak, penagihan pajak, norma moral dan kebijakan sunset policy.

9 C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah pemeriksaan pajak berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan pajak? 2. Apakah penagihan pajak berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan pajak? 3. Apakah norma moral berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan pajak? 4. Apakah kebijakan sunset policy berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan pajak? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menguji secara empiris apakah pemeriksaan pajak berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan pajak. 2. Untuk menguji secara empiris apakah penagihan pajak berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan pajak. 3. Untuk menguji secara empiris apakah norma moral berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan pajak. 4. Untuk menguji secara empiris apakah kebijakan sunset policy berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan pajak.

10 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diaharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis a. Bagi pihak akademis dan peneliti yang tertarik untuk melakukan kajian di bidang yang sama, diharapkan penelitian ini dapat memberikan bukti empiris dan memberikan sumbangan dalam pengembangan teori perpajakan. b. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memperoleh gambaran yang nyata mengenai bagaimana penerapan teori-teori yang telah dipelajari terutama dalam meningkatkan pemahaman wawasan keilmuan di bidang perpajakan. 2. Secara Praktis a. Bagi Direktorat Jenderal Pajak, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak. b. Bagi KPP secara umum, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai tindakan yang dapat diambil KPP guna meningkatkan penerimaan pajak. c. Bagi Wajib Pajak, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan motivasi untuk memahami tentang peraturan perpajakan, pemeriksaan pajak, penagihan pajak serta meningkatkan norma moral Wajib Pajak, sehingga meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.