UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK CAIR PLUS HI-TECH 19 PADA TANAMAN SAWI HIJAU DI SULSEL

dokumen-dokumen yang mirip
KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur.

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas yang mendapat

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

KARYA ILMIAH TENTANG. BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

KARYA ILMIAH TENTANG PENGARUH WAKTU PEMBERIAN PUPUK KANDANG PADA BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea L.) SECARA ORGANIK. Oleh : Ika Kartika Wati

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konsumennya mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori

Volume 11 Nomor 2 September 2014

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai

Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Terhadap Produksi Rumput Gajah Taiwan (Pennisetum Purpureum Schumach)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

Pengaruh Pupuk Hara Mikro Sulphuriz terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Morton (1987) klasifikasi tanaman biwa adalah sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

I. PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK HAYATI (Bio organic fertilizer) UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomea reptans Poir)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menarik sehingga mampu menambah selera makan. Selada umumnya

UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA MIKRO ORGANISME LOKAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.)

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ISSN X Jurnal AGROTEK Vol 5, No 6 April 2017

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

Transkripsi:

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK CAIR PLUS HI-TECH 19 PADA TANAMAN SAWI HIJAU DI SULSEL Fadjry Djufry dan Ramlan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Salah satu faktor penting dalam budidaya untuk menunjang pertumbuhan hidup tanaman adalah pemupukan. Penggunaan pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman. Oleh karena itu, dosis yang tepat perlu diketahui. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas Pupuk Organik Cair (POC) Hi-Tech 19 terhadap pertumbuhan dan hasil sawi hijau di kabupaten Gowa Sulsel, dan mendapatkan rekomendasi dosis Pupuk Organik Cair (POC) Hi-Tech 19 pada tanaman sawi hijau. Penelitian dilaksanakan di Desa Bentang, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan dimulai bulan Juni 2012. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 10 perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuannya adalah: P0= Pupuk dasar (150 Kg urea/ha, 100 Kg SP-36/ha dan 75 Kg KCl/ha), P1= 5 ml/l air HI- Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha), P2= 10 ml/l air HI- Tech 19 disiramkan ke tanah (vol. semprot 350 l/ha), P3= Pupuk dasar + 5 ml/l air HI- Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha), P4= Pupuk dasar + 10 ml/l air HI- Tech 19 disiramkan ke tanah (vol. semprot 350 l/ha), P5= Pupuk dasar + 2,5 ml/l air HI-Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha), P6= Pupuk dasar + 7,5 ml/l air HI-Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha), P7= Pupuk dasar + 7,5 ml/l air HI-Tech 19 disiramkan ke tanah (vol. semprot 350 l/ha), P8= Pupuk dasar + 12,5 ml/l air HI-Tech 19 disiramkan ke tanah (vol. semprot 350 l/ha), dan P9= Pupuk dasar + 5 ml/l air HI-Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha) + 10 ml/l air HI- Tech 19 disiramkan ke tanah (vol. semprot 350 l/ha). Hasil percobaan menunjukkan bahwa (a) Penggunaan pupuk organik cair HI- Tech 19 akan memberikan produksi yang optimal jika tetap dikombinasikan dengan pemberian pupuk anorganik, sedangkan jika diaplikasikan tanpa pupuk anorganik produksinya lebih rendah, dan (b) Penggunaan pupuk organik cair HI-Tech 19 yang diaplikasikan melalui daun memberikan produksi yang lebih tinggi dibanding yang diaplikasikan melalui tanah, dan lebih baik jika diaplikasi melalui daun dan tanah. Kata kunci: efektivitas, pupuk organik cair plus hi-tech 19, sawi hijau PENDAHULUAN Diantara sayuran daun, sawi hijau atau Caisim (Brassica chinencis) merupakan komoditas yang memiliki nilai komersial dan digemari masyarakat Indonesia. Konsumen menggunakan daun sawi hijau baik sebagai bahan pokok maupun sebagai pelengkap masakan tradisional dan masakan Cina. Selain sebagai bahan pangan, sawi hijau dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal ditenggorokan pada penderita 408

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 batuk. Sawi hijau pun berfungsi sebagai penyembuh sakit kepala dan mampu bekerja sebagai pembersih darah (Haryanto et al. 2001). Bagi petani, masa panen yang singkat dan pasar yang terbuka luas merupakan daya tarik untuk mengusahakan sawi hijau. Daya tarik lainnya adalah harga yang relative stabil dan mudah diusahakan (Hapsari 2002). Konsumsi sawi hijau diduga akan mengalami peningkatan sesuai pertumbuhan jumlah penduduk, meningkatkan daya beli masyarakat, kemudahan tanaman ini diperoleh di pasar, dan peningkatan pengetahuan gizi masyarakat. Salah satu faktor penting dalam budidaya untuk menunjang pertumbuhan hidup tanaman adalah pemupukan. Tanaman tidak cukup hanya mengandalkan unsur hara dalam tanah, tetapi tanaman perlu diberi unsur hara tambahan dari luar yaitu berupa pupuk (Simanungkalit et al. 2006). Penggunaan pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi aplikasi pupuk anorganik yang berlebihan dikarenakan adanya bahan organik yang mampu memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi dan drainase, meningkatkan ikatan antar partikel, meningkatkan kapasitas menahan air, mencegah erosi dan longsor, dan merevitalisasi daya olah tanah. Fungsi pupuk organik terhadap sifat kimia yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation, meningkatkan ketersediaan unsur hara, dan meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Adapun terhadap sifat biologi yaitu menjadikan sumber makanan bagi mikroorganisme tanah seperti fungi, bakteri, serta mikroorganisme menguntungkan lainnya, sehingga perkembangannya menjadi lebih cepat (Hadisuwito 2008). Pupuk organik disamping dapat menyuplai hara NPK, juga dapat menyediakan unsur hara mikro sehingga dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang (Amalia 2011). Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar dipasaran. Jenis pupuk ini kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Menurut Salisbury dan Ross (1995), selain mengandung unsur nitrogen yang berfungsi menyusun semua protein, asam amino dan klorofil, pupuk organik cair juga mengandung unsur hara mikro yang berfungsi sebagai katalisator dalam proses sintesis protein dan pembentukan klorofil. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan pupuk organik cair memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan tanaman. 409

Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan pathogen penyebab penyakit, merangsang pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah (Anonim 2004). Penggunaan pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik dari pada pemberian melalui tanah (Hanolo 1997). Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu pula dengan semakin seringnya aplikasi pupuk daun yang dilakukan pada tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi. Namun, pemberian dengan dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada tanaman (Suwandi & Nurtika, 1987). Oleh karena itu, dosis yang tepat perlu diketahui. Untuk itu perlu dilakukan uji efektifitas Pupuk Organik Cair (POC) Hi-Tech 19, untuk mengetahui pengaruhnya terhadap peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani sawi hijau di kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, sebelum direkomendasikan kepada pengguna (petani dan swasta). Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas Pupuk Organik Cair (POC) Hi-Tech 19 terhadap pertumbuhan dan hasil sawi hijau di kabupaten Gowa Sulsel, mendapatkan rekomendasi dosis Pupuk Organik Cair (POC) Hi-Tech 19 pada tanaman sawi hijau. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan dilaksanakan di Desa Bentang, Kecamatan Galesong Selatan kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan dimulai pada bulan Juni hingga November 2012. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 10 perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Benih disemai pada petak bedengan yang berukuran lebar 80 120 cm dan panjang 1-3 m atau sesuai kebutuhan. Dua minggu sebelum tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 g urea, 10 g SP-36, dan 410

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 7,5 g KCl. Benih akan tumbuh setelah berumur 3 5 hari setelah semai. Tanaman siap dipindah ke bedengan penanaman setelah berumur 3 4 minggu sejak disemaikan. Penanaman dilakukan secara triple row pada bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. tinggi bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah dengan jarak tanam 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan menggunakan pupuk kandang sebanyak 10 t/ha. Pemberian pupuk organik dan POC diberikan sesuai perlakuan. Total luas lahan yang dibutuhkan kurang lebih 0,2 ha. Tabel 1. Perlakuan dosis dan cara aplikasi pupuk organik cair HI- Tech 19 Simbol Perlakuan P0 Pupuk dasar (150 Kg urea/ha, 100 Kg SP-36/ha dan 75 Kg KCl/ha) P1 5 ml/l air HI- Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha) P2 10 ml/l air HI- Tech 19 disiramkan ke tanah (vol. semprot 350 l/ha) P3 Pupuk dasar + 5 ml/l air HI- Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha) P4 Pupuk dasar + 10 ml/l air HI- Tech 19 disiramkan ke tanah (vol. semprot 350 l/ha) P5 Pupuk dasar + 2,5 ml/l air HI- Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha) P6 Pupuk dasar + 7,5 ml/l air HI- Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha) P7 Pupuk dasar + 7,5 ml/l air HI- Tech 19 disiramkan ke tanah (vol. semprot 350 l/ha) P8 Pupuk dasar + 12,5 ml/l air HI- Tech 19 disiramkan ke tanah (vol. semprot 350 l/ha) P9 Pupuk dasar + 5 ml/l air HI- Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha) + 10 ml/l air HI- Tech 19 disiramkan ke tanah (vol. semprot 350 l/ha) Tanaman sawi hijau dipelihara secara intensif. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara bijaksana (pendekatan PHT). Jenis insektisida dan fungisida yang digunakan berdasarkan bersifat sistematik (S) dan bergantian dengan fungisida kontak (K), dengan urutan S-K-K-K-S-K-K-K-S dst, jika di perlukan. Jika tidak ada hujan, dilakukan penyiraman pagi dan sore sesuai kebutuhan tanaman. Kriteria efisiensi pupuk di ekspresikan dalam nilai peubah yang diamati/ diukur. Adapun peubah yang diamati adalah : a) Pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, lebar kanopi, lebar dan panjang daun, dan jumlah daun/ tanaman) b) Hasil tanaman (bobot tanaman) c) Serangan hama dan penyakit 411

Data hasil penelitian di analisis ragam pada P 0,05 menggunakan program SAS. Beda nyata antara rataan perlakuan, dianalisis dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada P 0,05. Sebelum melakukan pengolahan tanah, terlebih dahulu tanah tersebut dianalisis secara lengkap untuk mengetahui ph dan sifat kimia/kesuburan tanah awal. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan tanaman ditandai dengan pertambahan tinggi dan lebar kanopi. Secara statistika pemberian pupuk organik cair HI-Tech 19 pada tanaman caisim, dengan pupuk dasar dan tanpa pupuk dasar baik yang diaplikasikan dengan penyemprotan pada daun maupun disiramkan pada tanah tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman sawi hijau pada umur 21, 28 dan 35 HST (Tabel 2), tetapi berpengaruh nyata terhadap lebar kanopi dan jumlah daun tanaman Sawi hijau pada umur 28 dan 35 HST (Tabel 3 dan Tabel 4). Tabel 2. Tinggi tanaman sawi hijau pada berbagai perlakuan dosis dan cara aplikasi pupuk organik cair HI-Tech 19 pada umur 21, 28 dan 35 hari setelah tanam Simbol Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Tinggi tanaman (cm) 21 HST 28 HST 35 HST 22,73a 32,43a 41,03a 22,40a 31,07a 39,40a 22,70a 29,13a 38,10a 26,27a 34,67a 42,17a 24,67a 34,97a 42,67a 27,07a 34,67a 42,40a 25,13a 35,10a 43,27a 27,23a 33,07a 43,12a 27,50a 35,00a 43,17a 27,60a 35,20a 43,47a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan 5%. HST = Hari Setelah Tanam Pada pengamatan 21 HST semua perlakuan belum menunjukkan pengaruh yang nyata. Pengaruh perlakuan pupuk mulai nampak pada pengamatan 28 HST sampai pada umur 35 HST. Lebar kanopi terbesar tercatat pada perlakuan dengan pupuk dasar dan diberikan pupuk organik HI-Tech 19 disemprotkan melalui daun dan disiramkan melalui tanah (63,90 cm) meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 412

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 lainnya, dan terendah pada perlakuan tanpa pupuk dasar dengan pupuk organik HI- Tech disemprotkan melalui daun dengan lebar kanopi hanya 49,28 cm. Tabel 3. Lebar Kanopi tanaman Sawi hijau pada berbagai perlakuan dosis dan cara aplikasi pupuk organik cair HI-Tech 19 pada umur 21, 28 dan 35 hst. Simbol Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Lebar Kanopi (cm) 21 hst 28 hst 35 hst 25,68 a 43,75 ab 55,88 ab 28,17 a 46,15 ab 54,88 ab 24,78 a 40,65 b 49,28 b 30,38 a 49,83 ab 60,85 a 30,80 a 49,52 ab 60,82 a 30,27 a 49,40 ab 58,27 ab 31,27 a 50,45 ab 62,12 a 31,27 a 48,78 ab 61,40 a 31,00 a 49,20 ab 61,20 a 31,68 a 51,70 a 63,90 a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurutuuji Duncan 5%. hst = Hari Setelah Tanam Pengaruh apilikasi pupuk organik cair HI-Tech 19 terhadap jumlah daun belum nampak pada pengamatan 21 dan 28 HST. Namun pada pengamatan 35 HST, jumlah daun tertinggi tercatat pada perlakuan dengan pupuk dasar dan pupuk organik Cair HI-Tech 19 diaplikasikan/penyemprotan melalui daun dan disiramkan pada tanah yaitu 15,30, meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya kecuali perlakuan tanpa pupuk dasar dengan aplikasi pupuk organik Cair HI-Tech 19 disiramkan pada tanah dengan jumlah daun terendah yaitu hanya 12,03. 413

Tabel 4. Jumlah daun tanaman Sawi hijau pada berbagai perlakuan dosis dan cara aplikasi pupuk organik cair HI-Tech 19 pada umur 21, 28 dan 35 hari setelah tanam. Simbol Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Jumlah Daun 21 HST 28 HST 35 HST 8,50 a 11,27 a 13,37 ab 8,67 a 11,27 a 13,67 ab 8,20 a 10,70 a 12,03 b 9,43 a 12,50 a 15,10 a 9,13 a 11,97 a 14,23 ab 9,00 a 11,60 a 14,83 a 9,70 a 12,97 a 15,17 a 9,03 a 12,27 a 14,93 a 9,17 a 12,30 a 13,70 ab 9,73 a 13,00 a 15,30 a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan 5%. HST = Hari Setelah Tanam Lebar kanopi dan jumlah daun berpengaruh berbanding lurus dengan volume produksi. Perlakuan yang menunjukkan lebar kanopi dan jumlah daun terbesar yaitu dengan pupuk dasar dan pupuk organik Cair HI-Tech 19 diaplikasikan/penyemprotan melalui daun dan disiramkan pada tanah, juga menunjukkan produksi sawi hijau tertinggi dengan berat per 10 tanaman tertinggi yaitu 358 g, sedangkan perlakuan dengan tanpa pupuk dasar dengan aplikasi pupuk organik cair HI-tech 19 disiramkan pada tanah dengan lebar kanopi dan jumlah daun terendah juga menunjukkan berat per 10 tanaman terendah yaitu hanya 179,00 g (Table 5). Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik cair HI-Tech 19 tanpa pupuk dasar (150 Kg urea/ha, 100 Kg SP-36/ha dan 75 Kg KCl/ha) tidak memberikan hasil yang optimal pada tanaman Sawi hijau. Berbeda halnya dengan lebar kanopi dan jumlah daun, pengaruh pupuk organik cair terhadap lebar daun nampak pada pengamatan 21 HST, namun pada pengamatan 28 dan 35 HST, pengaruh perlakukan pupuk organik cair tidak menunjukkan perbedaan nyata (Tabel 5). Aplikasi pupuk dasar (150 Kg urea/ha, 100 Kg SP-36/ha dan 75 Kg KCl/ha) tanpa aplikasi pupuk organik HI-Tech 19 tidak memberikan produksi Sawi hijau yang optimal. Sehingga jika ingin mendapatkan hasil sawi hijau yang optimal, maka sebaiknya aplikasi pupuk dasar (150 Kg urea/ha, 100 Kg SP-36/ha dan 75 Kg KCl/ha) ditambah dengan aplikasi pupuk organik cair HI-Tech 19 yang diaplikasi/penyemprotan 414

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 melalui daun dan disiramkan ke tanah. Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa walaupun hasilnya tidak berbeda nyata, tetapi aplikasi pupuk organik cair HI- Tech 19 disemprotkan melalui daun memberikan hasil yang lebih baik dibanding aplikasi disiramkan melalui tanah (Tabel 5). Tabel 5. Lebar daun dan produksi tanaman Sawi hijau pada berbagai perlakuan dosis dan cara aplikasi pupuk organik cair HI-Tech 19 pada umur 21, 28 dan 35 hst Simbol Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Lebar Daun (cm) 21 HST 28 HST 28 HST 10,07 ab 13,17 a 14,90 a 9,50 b 12,93 a 13,93 a 8,27 b 11,50 a 15,30 a 10,03 ab 13,53 a 16,03 a 9,53 b 13,60 a 15,93 a 9,83 ab 13,43 a 16,13 a 10,20 ab 14,27 a 16,23 a 9,93 ab 13,80 a 16,03 a 9,80 ab 13,93 a 17,00 a 12,53 a 14,63 a 17,17 a Produksi per 10 Tanaman Sampel (g) 239,33 ab 267,00 ab 179,00 b 354,00 a 300,67 ab 314,50 ab 354,00 a 315,30 ab 336,00 a 358,00 a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan 5%. HST = Hari Setelah Tanam Berdasarkan beberapa hasil penelitian bahwa pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan bertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik dari pada pemberian melalui tanah (Anonim 2013). Akan tetapi pupuk organik Cair HI-Tech 19 bermanfaat untuk memperbaiki sifat-sifat biologi, fisika dan kimia tanah, sehingga aplikasi melalui tanah tetap penting dilakukan. Menurut Indrakusuma (2000) menyatakan bahwa pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, membantu meningkat kan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk organik cair Hi-Tech 19 yang dikombinasikan dengan pemberian pupuk anorganik dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, lebar kanopi, lebar dan panjang daun, serta jumlah daun/tanaman), dapat meningkatkan hasil tanaman (bobot tanaman), serta mempertahankan dari serangan hama dan penyakit. 415

KESIMPULAN a. Penggunaan pupuk organik cair Hi-Tech 19 dianjurkan untuk dikombinasikan dengan penggunaan pupuk anorganik untuk hasil yang maksimal. b. Penggunaan pupuk organik cair Hi-Tech 19 dianjurkan untuk diaplikasikan dengan penyemprotan pada daun karena memberikan hasil produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diaplikasikan pada tanah. c. Penggunaan pupuk organik cair Hi-Tech 19 sangat dianjurkan diaplikasikan melalui daun dan tanah dengan dosis 5 cc / liter air. DAFTAR PUSTAKA Amilia, Y. 2011. Penggunaan pupuk organik cair untuk mengurangi dosis penggunaan pupuk anorganik pada padi sawah (Oryza sativa L.). Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 2 hal. Anonim. 2011. Buncis. http://warintek. progressio.or.id/pertanian/buncis.htm (Diakses tanggal 28 Agustus 2011). Anonim. 2013. http://staff. Uny.ac.id/sites/ default/files/pengabdian/dewi-yuanita-lestarissi-msc/cara-pembuatan-pupuk-organik-cair.pdf. Hadisuwito, S. 2008. Membuat Pupuk Kompos Cair. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 50 hal. Hanolo, W. 1997. Tanggapan tanaman selada dan sawi terhadap dosis dan cara pemberian pupuk cair stimulan. Jurnal Agrotropika 1(1):25-29. Hapsari, B. 2002. Sayuran genjah bergelimang rupiah. Trubus 33(396): 30-31. Haryanto, E., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2001. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta. 117 p. Indrakusuma. 2000. Pengaruh dosis dan frekuensi pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil buncis (Phaseolus vulgaris L.) dataran rendah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Salisbury, B. F. dan Ross, C. C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Simanungkalit, R.D.M, D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Styorini, W. Hartatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian. Suwandi dan N, Nurtika, 1987. Pengaruh Pupuk Biokimia Sari Humus Pada Tanaman Kubis. Buletin Penelitian Hortikultura 15(20) : 213-218. 416