18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar yang kokoh. Cabang akar (akar sekunder) tumbuh dan menghasilkan akar tertier yang akan berfungsi menyerap unsur hara dari dalam tanah (Darmawan, 2009). Tanaman kailan mempunyai batang berwarna hijau kebiruan, bersifat tunggal dan bercabang pada bagian atas. Warna batangnya mirip dengan kembang kol. Batang kailan dilapisi oleh zat lilin, sehingga tampak mengkilap, pada batang tersebut akan muncul daun yang letaknya berselang seling (Sunarjono, 2004). Tanaman kailan adalah sayuran yang berdaun tebal, datar, mengkilap, keras, berwarna hijau kebiruan, dan letaknya berselang. Daunnya panjang dan melebar seperti caisim, sedangkan warna daun mirip dengan kembang kol berbentuk bujur telur (Widaryanto, Herlina dan Putra, 2003). Bunga kailan terdapat di ujung batang dengan bunga berwarna putih. Kepala bunga berukuran kecil, mirip dengan bunga pada brokoli. Bunga kailan terdapat dalam tandan yang muncul dari ujung batang atau tunas. Kailan berbunga sempurna dengan enam benang sari yang terdapat dalam dua lingkaran. Empat benang sari dalam lingkaran dalam, sisanya dalam lingkaran luar. Buahnya berbentuk polong (siligue). Biji kailan melekat pada kedua sisi sekat bilik yang membagi buah menjadi dua bagian (Sunarjono, 2004).
19 Syarat Tumbuh Iklim Tanaman kailan sesuai ditanam di kawasan yang mempunyai suhu antara 23 35 C. Kelembapan udara yang sesuai bagi pertumbuhan kailan berkisar antara 80 90 % (Sunarjono, 2004). Pada umumnya tanaman kailan baik ditanam di dataran tinggi dengan ketinggian antara 1.000-3.000 meter di atas permukaan laut, seperti halnya kubis tunas yang hanya baik ditanam pada ketinggian lebih dari 800 m di atas permukaan laut. Beberapa varietas kubis-kubisan (Brassicaceae) ada yang dapat ditanam di dataran rendah, seperti kailan mampu beradaptasi dengan baik pada dataran rendah (Sunarjono, 2004). Tanaman kailan memerlukan curah hujan yang berkisar antara 1000-1500 mm/tahun, keadaan curah hujan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air bagi tanaman. Kailan termasuk jenis sayuran yang toleran terhadap kekeringan atau ketersediaan air yang terbatas. Curah hujan terlalu banyak dapat menurunkan kualitas sayur, karena kerusakan daun yang diakibatkan oleh hujan deras (Cahyono, 2001).
20 Tanah Tanaman kailan menghendaki keadaan tanah yang gembur dan subur. Kailan tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dengan ph berkisar diantara 5.0-6.5. Tanah yang memiliki ph di bawah nilai 5.0, perlu dilakukan pengapuran untuk meningkatkan nilai ph yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kailan (Hakim, Nyakpa, Lubis, Nugroho, Saul, Diha, Go Ban Hong dan Bailey, 1986). Jenis tanah yang baik digunakan untuk membudidayakan kailan adalah jenis tanah regosol, tanah aluvial, tanah latosol, tanah mediteran ataupun tanah andosol (Cahyono, 2001). Pupuk Organik Cair dan Manfaatnya Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk organik yang ramah lingkungan. Keunggulan daripada pupuk organik adalah memperbaiki dan menjaga struktur tanah tetap gembur, sehingga pertumbuhan akar tanaman lebih baik, meningkatkan daya serap dan daya pegang tanah terhadap air, sehingga ketersediaan air yang dibutuhkan tanaman memadai (Purwanto, 2008). Pupuk organik cair Super Biota Plus adalah salah satu jenis pupuk organik yang diformulasi untuk tanaman semusim termasuk sayur - sayuran. Beberapa keunggulan dari pupuk ini adalah dapat meningkatkan produksi tanaman, mengurangi resiko gugur bunga dan buah, dapat memperkuat jaringan pada akar dan batang, dapat berfungsi sebagai katalisator, sehingga akar dapat lebih mudah menyerap unsur hara dari dalam tanah.
21 Tabel 2. Kandungan hara yang terdapat dalam pupuk organik super biota plus Unsur Hara Keterangan N 16,64 % P 2,43 % K 17,51 % Cl 1,49 % Fe 43,03 % Cu 0,63 ppm C- Organik 6.87 % Mg 0,07 ppm Zn 28,80 % Mo 0,58 % C/N 0,41 ph 7,76 Pupuk ini dapat diaplikasikan dengan cara disemprotkan ke daun atau disiramkan ke area perakaran tanaman (Tri harmoni abadi, 2007). Kebutuhan tanaman akan bermacam-macam pupuk selama pertumbuhan dan perkembangannya (terutama dalam hal penyerapannya) adalah tidak sama. Tanaman membutuhkan waktu (fase) berbeda dan jumlah unsur hara yang dibutuhkan. Selama pertumbuhan dan perkembangannya (sejak kecambah hingga tanaman tersebut dipanen) terdapat berbagai proses pertumbuhan yang intensitasnya berbeda-beda. Pada setiap fase pertumbuhannya, tanaman membutuhkan pemupukan (penambahan unsur hara) yang sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut. Pemupukan tidak boleh dilakukan sembarangan, harus memperhatikan waktu dan jumlah yang dibutuhkannya (Sutedjo, 2001). Pada masa pertumbuhannya, tanaman muda memerlukan nutrisi yang tepat untuk mendukung pertumbuhan vegetatifnya, baik batang, cabang maupun daun. Pada masa tersebut, tanaman sedang membentuk tubuhnya agar menjadi tanaman yang kuat dan sehat. Salah satu nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman untuk membangun tubuhnya adalah Protein. Mengingat protein dibentuk dari unsur
22 nitrogen, maka tanaman banyak memerlukan unsur nitrogen pada masa vegetatifnya. Tanaman membutuhkan pupuk nitrogen atau pupuk berkadar N yang tinggi (Redaksi Agromedia, 2007). Limbah Kulit Kopi dan Manfaatnya Pengolahan kopi secara basah akan menghasilkan limbah padat berupa kulit buah pada proses pengupasan buah (pulping) dan kulit tanduk pada saat penggerbusan (hulling). Limbah kulit kopi (pulpa) belum dimanfaatkan secara optimal, umumnya ditumpuk di sekitar lokasi pengolahan selama beberapa bulan, sehingga dapat menimbulkan bau busuk dan cairan yang mencemari lingkungan. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan adalah pemanfaatan secara optimal limbah proses produksi kopi tersebut (Ditjen Perkebunan, 2006). Limbah kulit buah kopi memiliki kadar bahan organik dan unsur hara yang memungkinkan untuk memperbaiki sifat tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar C-organik kulit buah kopi adalah 45,3 %, kadar nitrogen 2,98 %, fosfor 0,18 % dan kalium 2,26 %. Selain itu kulit buah kopi juga mengandung unsur Ca, Mg, Mn, Fe, Cu dan Zn. Dalam 1 ha areal pertanaman kopi akan memproduksi limbah segar sekitar 1,8 ton setara dengan produksi limbah kering 630 kg (Ditjen Perkebunan, 2006). Limbah kulit kopi merupakan sumber bahan organik yang potensial untuk dikelola. Menurut Sudiarto dan Gusmani (2004) luas areal perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1.158.369 ha dengan produksi 497.481 ton. Produksi kopi yang cukup besar akan berpotensi menghasilkan limbah kulit kopi yang cukup besar, dimana ratio antara biji kopi dengan limbah kulit kopi adalah 60 : 40.
23 Secara umum pengomposan dengan sistem aerobik termasuk pengomposan limbah kulit kopi adalah modifikasi yang terjadi secara biologis pada struktur kimia atau biologi dengan kehadiran oksigen. Dalam proses ini banyak koloni bakteri yang berperan, yang ditandai dengan adanya perubahan temperatur. Hasil dari dekomposisi bahan organik secara aerobik adalah CO 2, H 2 O, humus dan energi yang dapat disajikan dengan reaksi sebagai berikut: Bahan organik Mikroba Aerob CO 2 + H 2 O + Humus + Hara + Energi (Djuardani, Kristian, dan Budi, 2005). Pada saat limbah kopi mengalami proses dekomposisi, nitrogen dibebaskan dalam bentuk kation NH 4 + (amonium). Kecepatan proses ini tergantung kepada ratio antara unsur karbon nitrogen (C/N). Apabila rasio C/N rendah, proses perombakan akan berjalan lebih cepat. Bentuk ion NH 4 + yang dibebaskan dapat secara langsung diserap oleh tanaman, dimanfaatkan oleh mikroorganisme tanah, atau diubah menjadi bentuk anion NO - 3 (nitrat), sehingga di dalam tanah ditemukan nitrogen berbentuk nitrat lebih banyak dibandingkan dengan bentuk amonium. Pada umumnya tanaman lebih banyak menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat (Sudiarto dan Gusmani, 2004).