BAB IV. Analisa Hukum Islam Terhadap Penentuan Margin Pembiayaan Mud{a>rabah Mikro (Study Kasus Di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo).

dokumen-dokumen yang mirip
Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Islam atau di Indonesia disebut perbankan syariah merupakan

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

BAB IV KEPATUHAN SYARIAH DALAM MEKANISME PEMBIAYAAN DAN METODE PENGAKUAN MARGIN MURA>BAH}AH PADA KCP BRI SYARIAH SEPANJANG SIDOARJO

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

BAB II LANDASAN TEORI

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

MUD{A<RABAH PADA NASABAH BERMASALAH DI BMT MUDA

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB V PEMBAHASAN. A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN. A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk. Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB V PEMBAHASAN. kegiatan operasional yang berlangsung di kantor Koperasi Simpan Pinjam

BAB IV PEMBAHASAN. A. Analisis Mekanisme Akad Murabahah Pada Pembiayaan Usaha Kapal Nelayan Di

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

MUD{A<RABAH DALAM HUKUM ISLAM

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

MURABAHAH ANUITAS DAN PENERAPANNYA MENURUT STANDAR AKUNTANSI SYARIAH

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

Dealin Mahaputri Leonika

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Karakteristik Pembiayaan Produk Flexi ib Hasanah BNI Syariah Kantor

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENGHITUNGAN BAGI HASIL. A. Analisis Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah di PT BPR Syariah

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA)

AKAD MURABAHAH DAN APLIKASINYA

METO DE PERH ITUNGAN PENENTUAN H ARGA. DI PERBANK AN SYARIAH (Studi pada PT Bank Syariah Mandiri)

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

BAB III PRAKTEK DENDA PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI KJKS MASLAHAT UMMAT. 1. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya KJKS Maslahat Ummat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada PT. BPR Syariah Karya Mugi

Pertemuan Minggu IX : Pembiayaan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. sekundernya, contohnya keinginan memiliki mobil, motor, HP dan lain-lain, hal pokok yang melekat pada setiap manusia.

BAB IV ANALISIS MEKANISME PEMBAGIAN HASIL USAHA ANTARA PIHAK BMT DENGAN PIHAK NASABAH DAN ANALISIS KESESUIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Proses Akad Ijarah Multiguna Untuk Biaya Umroh. multiguna untuk biaya umroh yang diserahkan kepada nasabah diharapkan

PENENTUAN MARGIN BA I AL-MURABAHAH PADA PROGRAM PEMBIAYAAN PERBANKAAN SYARI AH DI INDONESIA Oleh : Muhamad Turmudi 1

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak hanya lembaga keuangan perbankan, namun juga dijalankan oleh lembaga

DOKUMENTASI WAWANCARA

STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2017, No c. bahwa usulan penetapan tarif layanan Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan pada Kementerian Kelau

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK

BAB IV ANALISIS MODEL PERHITUNGAN NISBAH BAGI HASIL PADA SIMPANAN BERJANGKA (DEPOSITO) DI BMT LESTARI MUAMALAT SURADADI TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

Produk Talangan Haji Perbankan Syariah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta

BAB III. PELAKSANAAN PINJAMAN TALANGAN HAJI ib BRI SYARIAH

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. pokok Perbankan No.7 tahun 1992 dan disempurnakan dengan undang-undang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

ANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN APLIKASI PEMBIAYAAN MURABAHAH KONSUMTIF MOTOR PADA BMT AT-TAQWA CABANG BANDAR BUAT PADANG

Apriliana Fidyaningrum dan Nasyitotul Jannah Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Magelang

Mura>bah}ah oleh BMT Dana Mentari, sebagaimana diterbitkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

Transkripsi:

78 BAB IV Analisa Hukum Islam Terhadap Penentuan Margin Pembiayaan Mud{a>rabah Mikro (Study Kasus Di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo). A. Analisa Aplikasi Penentuan Margin Dalam Pembiayaan Mud}a>rabah Mikro Di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo Secara teknis, yang dimaksud dengan Margin keuntungan adalah persentase tertentu yang ditetapkan per-tahun perhitungan Margin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360 hari, sedangkan perhitungan Margin secara bulanan, maka setahun ditetapkan 12 bulan. Dan di Bank Syari ah menerapkan Margin keuntungan terhadap produk-produk pembiayaan yang berbasis Natural Certainty Contract (NCC) 1, yakni akad bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing), seperti pembiayaan Mura>bahah, ija>rah, ija>rah mumtahiya bit tamli>k, salam dan istis}na>'. Margin Keuntungan adalah Margin keuntungan yang ditetapkan dalam rapat ALCO Bank Syari ah. 2 Penetapan Margin keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi, usul dan saran dari Tim ALCO Bank Syari ah, dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut: 1 SunartoZulkifli, PanduanPraktisTransaksiPerbankanSyariah, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2004), 38. 2 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1998), 132. 78

79 a. Direct Competitor's Market Rate (DCMR) 3 Yang dimaksud dengan Direct Competitor's Market Rate (DCMR) adalah tingkat Margin keuntungan ratarata perbankan syariah, atau tingkat Margin keuntungan rata-rata perbankan syariah yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kompetitor langsung, atau tingkat Margin keuntungan syariah tertentu yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai competitor terdekat. b. Indirect Competitor s Market Rate (ICMR) Yang dimaksud dengan Indirect Competitor's Market Rate (ICMR) adalah tingkat suku bunga rata-rata perbankan konvensional, atau tingkat rata-rata suku bunga beberapa bank konvensional yang dalam rapat ALCO ditetapkan kelompok competitor langsung, atau tingkat rata-rata suku bunga bank konvensional yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai competitor tidak langsung terdekat. c. Expected Competitor Return For Investors (ECRI) Yang dimaksud dengan Expected Competitor Return For Investors (ECRI) adalah target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada dana pihak ketiga d. Acquiring Cost, Yang dimaksud dengan Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga. 3 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, 280.

80 e. Overhead Cost, 4 yang dimaksud dengan Overhead Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang tidak langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga Pada umumnya, nasabah pembiayaan melakukan pembayaran secara angsuran. Tagihan yang timbul dari transaksi jual beli berdasarkan akad istis}na>' disebut sebagai piutang. Besarnya piutang tergantung pada plafond pembiayaan, yakni jumlah pembiayaan (harga beli ditambah harga pokok) yang tercantum di dalam perjanjian pembiayaan. Penetapan Harga Jual Setelah memperoleh referensi keuntungan, bank melakukan penetapan harga jual. Harga jual adalah penjumlahan harga beli/ harga pokok/ harga perolehan bank dan Margin keuntungan. Pengakuan Angsuran Harga Jual 5 Pengakuan harga jual terdiri dari angusuran harga beli/ harga pokok dan angsuran Margin keuntungan. Pengakuan angsuran dapat dihitung dengan menggunakan empat metode, yaitu: a) Metode Margin Keuntungan Menurun Margin Keuntungan Menurun adalah perhitungan Margin keuntungan yang semakin menurun sesuai dengan menurunnya harga pokok sebagai akibat adanya cicilan/ angsuran pokok, jumlah angsuran (harga pokok dan Margin keuntungan) yang dibayar nasabah setiap bulan semakin menurun. 4 Ibid, 281. 5 Ibid, 281

81 b) Margin keuntungan rata-rata margin keuntungan rata-rata adalah Margin keuntungan menurun yang perhitungannya secara tetap dan jumlah angsuran (harga pokok dan margin keuntungan) dibayar nasabah setiap bulan. c) Margin keuntungan Flat margin keuntungan Flat adalah perhitungan margin keuntungan terhadap nilai harga pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode keperiode lainnya, walaupun bagi debetnya menurun sebagai akibat dari adanya angsuran harga pokok. d) Margin keuntungan annuitas margin keuntungan annuitas adalah margin keuntungan yang diperoleh dari perhitungan secara annuitas. Perhitungan annuitas adalah suatu cara pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan margin keuntungan secara tetap. Perhitungan ini akan menghasilkan pola angsuran harga pokok yang semakin membesar dan margin keuntungan yang semakin menurun Sedangkan margin pada pembiayaan Mud}a>rabah mikro, diatur dan ditetapkan oleh pihak BMT, didasarkan pada analisis yang dibuat oleh BMT, dalam hal ini AO (Account Officer) menghitung jumlah uang yang sudah disalurkan dan dari dana tersebut ditetapkan berapa nominal keuntungn yang diberiakan kepada BMT berdasarkan proyeksi pendapatkan yang diharapkan. Berdasarkan perhitungan rencana atau proyeksi pendapatan tersebut, BMT dan nasabah melakukan ksepakatan tentang penentuan Margin yang harus di berikan

82 terhadap BMT. Kemudian ditentukan berapa nominal Margin yang harus dibayarkan oleh nasabah tiap harinya. Dan berdasarkan hasil wawancara dengan manager BMT As-Syifa Bapak Mifftakhul Ulum penentuan Margin yang diterapkan BMT As-Syifa ditentukan atas dasar kesepakatan bersama kedua belah pihak antara nasabah dan BMT As-Syifa, dengan bentuk nominal dan disesuaikan dengan besar kecilanya pembiayaan. Dan ansuran Margin yang harus diberikan nasabah kepada BMT As- Syifa, setiap hari sama dan disertai membayar ansuran pokok pembiayaan yang disesuaikan dengan jangka waktu yang ditentukan sejak awal oleh pihak BMT As-Syifa, selama 50 hari, sehingga nasabah dalam hal ini harus mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh pihak BMT As-Syifa, yakni pembayaran Margin dan ansuran pokok setiap hari. 6 Jika pembiayaan di atas 50 Juta, tanggungan yang dibebankan kepada nasabah, meliputi biaya administrasi, asuransi, materai, dan biaya notaris. Menurut Bapak Mifftakhul Ulum, terkait pelaksanaan Margin pembiayaan Mudharabah Mikro, setelah dilakukan perjanjian pembiyaan Mudarabah Mikro antara pihak BMT dan nasabah, dana tersebut digunakan, akan tetapi dana yang digunakan oleh nasabah tidak 100% dari BMT As-Syifa melainkan dana lanjutan untuk perluasan usaha bagi mereka. Jadi bukan lagi berupa dana awal, sehingga pengusaha tidak hanya berkontribusi tenaga 6 Ibid, 281.

83 melainkan juga modal, maka dengan ini BMT As-Syifa membuat kebijakan menentukan bagi hasi yang berbentuk nomenal (Margin). Dan tujuanya untuk mempermudah dalam bagi hasinya berdasarkan kesepakatan bersama dua belah pihak antara nasabah dan pihak BMT As-Syifa. 7 Adapun teknik penentuan Margin untuk pembiayaan Mud}a>rabah Mikro di BMT As-Syifa, bermula dari pihak BMT As-Syifa atas dasar kesepakatan bersama antara pihak BMT As-Syifa dan nasabah dengan nominal besar kecilnya pembiayaan. Karena dalam menentukan Margin sudah ditetapkan di awal oleh pihak BMT As-Syifa dan pihak nasabah tidak ikut berperan dalam menentukan margin, sehingga pihak nasabah hanya mengikuti aturan yang ditetapkan oleh pihak BMT As-Syifa, dan dalam hal ini pembayaran bagi hasilnya tetap disesuaikan dengan proyeksi pemdapatan yang dilakukan oleh pihak BMT. Seperti nasabah Ibu Lilik Chamidah yang menggunakan pembiyaan Mod}a>rabah Mikro, mengajukan pembiayaan Mudharabah mikro pada tanggal 14 Mei 2013, besar pembiayaan Rp. 1.500.000,- untuk usaha tambahan mudal. Dengan jangka waktu 50 hari, dan pembayaran ansuran Margin pokoknya dibayar setiap hari. Margin ditentukan dari pihak BMT As-Syifa dan diketahui nasabah membayar Margin 3.000, dan bayar pokoknya 30.000. total ansuran yang harus di bayar setiap hari 33.000. 7 Wawancara, Miftakhul Ulum, Sidoarjo, 23 Desember 2013.

84 Jadi ketentuan Margin dalam pembiayaan Mud}a>rabah di BMT As- Syifa ditentukan atas dasar kesepakatan bersama kedua belah pihak antara nasabah dan BMT As-Syifa, dengan bentuk nominal dan disesuaikan dengan besar kecilnya pembiayaan. Dan ansuran margin yang harus diberikan oleh nasabah kepada BMT As-Syifa, setiap hari sama dan disertai membayar ansuran pokok pembiayaan yang disesuaikan dengan jangka waktu yang ditentukan sejak awal oleh pihak BMT As-Syifa Serta menggunakan metode margin keuntungan Annuitas, margin keuntungan Annuitas adalah margin keuntungan yang diperoleh dari perhitungan secara annuitas. Perhitungan annuitas adalah suatu cara pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan margin keuntungan secara tetap. Perhitungan ini akan menghasilkan pola angsuran harga pokok yang semakin membesar dan margin keuntungan yang semakin menurun. Hal ini disertai beberapa tanggungan yang dibebankan kepada nasabah, meliputi biaya administrasi, asuransi, materai, dan biaya notaris, dikenakan jika pembiayaan di atas 50 Juta. Jangka waktu pelunasan atau jatuh tempo pelunasan minimal 1 tahun dan maksimal 4 tahun. Penentuan margin keuntungan annuitas mengindikasikan bahwa pengambilan keuntungan berupa Margin dan kerugian di BMT As-Syifa ditanggung bersama antara pihak BMT As-Syifa dan nasabah. Dan pelunasan

85 pembayaran pinjaman di BMT As-Syifa sesuai dengan kesepakatan bersama. Akan tetapi, karena BMT As-syifa masih mengacu pada prinsip kehati-hatian, keterbukaan dalam waktu akad, maka pihak BMT As-syifa memberitahukan terlebih dahulu kepada nasabah biaya perolehannya dan margin yang diinginkan, untuk menghindari dari unsur ketidak jelasan (gharar) dan unsur yang tidak di perbolehkan dalam syariah Islam. B. Analisa Hukum Islam Terhdap Penentuan Margin Dalam Pembiayaan Mud}a>rabah Mikro di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo Mud}a>rabah menurut ahli fiqh merupakan suatu perjanjian dimana pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu dibagi menurut kesepakatan bersama. Apabila terjadi kerugian dalam perdagang tersebut, kerugian ini ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal. Definisi ini menunjukkan bahwa yang diserahkan oleh pekerja (ahli dagang) tersebut adalah berbentuk modal, bukan manfaat seperti penyewaan rumah. 8 Sedangkan pembiayaan dengan akad mud}a>rabah adalah akad kerja sama usaha antara bank sebagai pemilik dana (S}hah}ibul ma>l ) dengan nasabah sebagai pengusaha/ pengelola dana (Mud}a>rib), untuk melakukan kegiatan 1996), 1196. 8 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 4 (Jakarta: IchtiarBaru Van Hoove,

86 usaha dengan nisbah pembagian hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan di muka. 9 Dalam pandangan penulis Penentuan Margin Dalam Pembiayaan Mud}a>rabah Mikro di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo jika ditinjau perspektif hukum islam, berdasarkan dengan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang pembiayaan Mud}a>rabah NO: 07/DSN-MUI/IV/2000 yang terdapat pada bagian kedua no 4. Poin b, yang isinya Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keun-tungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan, peminjam dan BMT menerapkan investasi bersama (Joint Venture). Keuntungan dari usaha ini akan di bagikan menurut proporsi penyertaan modal atau sesuai kesepakatan bersma. Dan memberikan kuasa kepada nasabah untuk mengelola sendiri usaha yang diinginkan. Hal ini dilakukan setelah dilakukan survei dan nasabah dikatakan layak menerima pembiayaan Mud}a>rabah. Berdasarkan fatwa DSN point pertama No.4-5 bank syariah atau BMT As-Syifa yang seharusnya menyediakan dana tersebut kemudian diserahkan kepada nasabah sebagai pembiayaan Mud}a>rabah dan BMT As-Syifa harus memberitahukan secara jujur seluruh hal yang berkaitan dengan hasil pengelolahanx tersenut. Dalam hal ini, BMT As-Syifa tetap mengacu pada 9 Faqih Nabhan, Dasar-Dasar Akuntansi Bank Syariah.(Yogyakarta: Lumbung Ilmu, 2008), 53.

87 prinsip syariah yaitu prinsip keterbukaan dan mempermudah dan juga tidak lepas dengan pengawasan meskipun BMT As-Syifa tidak memantau langsung dalam pengelolaannya, karena BMT memberikan keleluasaan dan kepercayaan serta kepuasan terhadap nasabah untuk mengelolanya. Hal inilah yang membedakan BMT dengan bank konvensional. Meskipun secara konsep hampir sama namun keduanya berbeda secara akad dan pengambilan keuntungannya. Perbedaan lain terletak pada struktur organisasinya, dimana BMT As-Syifa terdapat DPS yang mengawasi produk-produk BMT As- Syifa. Pada prinsipnya produk tersebut harus bebas dari unsur yang tidak diperbolehkan syari at islam atau bebas Riba. Prodag yang disediakan tersebut mengacu pada landasan fatwa DSN tentang Mud}a>rabah NO: 07/DSN- MUI/IV/2000 yang terdapat pada bagian kedua no 4. Poin b, yang yang isinya Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keun-tungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan. Produknya antara lain Mud}a>rabah investasi berupa pembangunan perluasan usaha, toko dan sejenisnya. Persamaannya terletak pada pemberian jaminan. Namun jaminan yang disyaratkan harus mengcover seluruh pembiayaan yang diinginkan nasabah. Pemberian jaminan dalam BMT As-Syifa juga diperbolehkan oleh fatwa DSN poin ketiga poin No.1-2. Adapun syaratsyarat umumnya seperti KK, KTP, hasil usaha, laporan realisasi pendapatan

88 nasabah, sama tidak ada perbedaan. Namun, jika nasabah tidak mampu memenuhi akadnya, maka akad batal dan nasabah dinyatakan tidak layak mendapat pembiayaan tersebut. Calon nasabah yang sudah di survei dan dinyatakan layak menerima pembiayaan diharuskan membuat rekening terlebih dahulu untuk mempermudah nasabah dalam melunasi pinjamannya. Pinjaman nasabah sering mengalami kegagalan dalam memenuhi angsurannya. Menurut hasil wawancara dengan manager BMT As-Syifa Bapak Mifftakhul Ulumhal ini terjadi biasanya akibat penurunan hasil usaha nasabah bukan karena unsur kesengajaan. Meskipun terjadi penurunan usaha dari nasabah sampai saat ini tidak ada pembiayaan macet, karena BMT As-Syifa dalam memilih nasabahnya berdasarkan prosedur dan pertimbangan yang sesuai dengan tuntutan Syariah. Tindakan yang dilakukan BMT As-Syifa mengacu pada fatwa DSN poin kelima No.1-2, apabila nasabah gagal membayar angsuran dikarenakan unsur kesengajaan, tidak diperbolehkan dan penyelesaian dilakukan di Badan Arbitrasi Syariah setelah tercapai hasil musyawarah, sebaliknya jika nasabah benar-benar tidak mampu lagi membayar angsuran yang disepakati sebelumnya, BMT As-Syifa melakukan survei ulang apakah hal tersebut benar-benar sesuai dengan kenyataan atau tidak. Apabila sesuai dengan yang disampaikan nasabah, BMT As-Syifa melakukan peninjauan kembali ke lapangan dan penaksiran ulang terhadap angsuran yang masih tersisa dengan memperpanjang jatuh tempo pelunasan sehingga memperkecil angsuran

89 sesuai dengan pendapatan yang diperoleh nasabah atau kemampuan nasabah untuk mengangsur sisa pembiayaanya. Dan perlu ditegaskan bahwa denda tersebut tidak termasuk pendapatan BMT tetapi dimasukkan dalam dana alqardhul hasan (Kebajikan). Namun, apabila nasabah tetap tidak mampu membayar ke BMT As-Syifa sampai jatuh tempo pelunasan setelah dilakukan survei dan penaksiran ulang pembayarannya, atau dikatakan pailit berdasarkan fatwa DSN poin keenam, maka barang tersebut dilelang atau ditarik kembali sampai nasabah berkeinginan serta mampu melunasi pinjamannya. Berdasarkan uraian di atas prosedur pembiayaan Mud}a>rabah sudah mengacu pada fatwa DSN No.9 mengenai ketentuan umum Mud}a>rabah dalam hukum syariah yaitu menggunakan akad Musyarokah, artinya Dalam pembiayaan model ini, peminjam dan BMT menerapkan investasi bersama (Joint Venture). Keuntungan dari usaha ini akan di bagikan menurut proporsi penyertaan modal atau sesuai kesepakatan bersma. Dan memberikan kuasa kepada nasabah untuk membeli sendiri barang yang diinginkan. Selain uang muka BMT As-Syifa juga mensyaratkan adanya jaminan yang mengacu pada fatwa DSN poin ketiga, dengan tujuan untuk terpenuhinya akad Mud}a>rabah sampai nasabah menyelesaikan utangnya. Pada poin kelima, jika nasabah tidak menunaikan kewajibannya. Hal ini kemudian akan diselesaikan melalui badan Arbitrasi Syariah setelah adanya musyawarah dan kesepakatan kedua belah pihak.