BAB 5 HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS

dokumen-dokumen yang mirip
IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan).

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perbankan Indonesia. kategori bank, diantaranya adalah Bank Persero, Bank Umum Swasta Nasional

PENDAHULUAN. negara dengan tingkat tabungan yang tinggi akan menjadi negara dengan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect, dan random

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam implementasi kebijakan moneter, otoritas moneter (OM) tidak dapat

III. METODE PENELITIAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KERAGAAN MODEL MAKROEKONOMETRIKA MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER INDONESIA

Perekonomian Suatu Negara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

III. METODELOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diproxykan dengan NPF. Subjek penelitian ini menggunakan inklusi. ini selama 8 tahun yaitu dari tahun 2009Q3-2016Q4.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN TERHADAP RISIKO BANK DI INDONESIA TAHUN

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.15, No.01 Juni

I. PENDAHULUAN. Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB I PENDAHULUAN. 60 saham terbesar di pasar regular. 2) selama 12 bulan terakhir, rata-rata nilai

BAB III METODE PENELITIAN. di Bursa Efek Indonesia tahun Penelitian ini menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku yang mencerminkan shadow economy mudah menyebar di seluruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis yang diajukan oleh peneliti mengenai struktur kepemilikan saham

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

1 Universitas indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di

VI. PENGARUH LIBERALISASI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER TERHADAP PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR PERTANIAN, INDUSTRI DASAR DAN KIMIA SERTA PERBANKAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini menguji pengaruh

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB III DATA & METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan. Pada bab ini akan mencakup pembahasan mengenai difinisi dan jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan nilai tukar merupakan salah satu sumber ketidakpastian makroekonomi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. usaha suatu perusahaan (sebagai hasil kerja bertahun-tahun sebelum go public)

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Uji Pemilihan Model Regresi Data Panel. Kriteria pengambilan keputusan 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan Solow (Solow growth model) menjelaskan bahwa tabungan dan

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

BAB 4 METODE PENELITIAN

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. belanja modal sendiri terjadi akibat kebutuhan sarana dan prasarana suatu daerah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sistem pengelolaan yang berbeda, walaupun dalam beberapa hal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

59 BAB 5 HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS 5.1 DETERMINAN TINGKAT TABUNGAN ASEAN 5+3 (1991-2007) Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, metode yang digunakan adalah regresi data panel. Pengujian dilakukan dengan menggunakan regresi berdasarkan bentuk umum data panel dengan fixed effect dan menggunakan metode GLS (General Least Square). Kriteria pembobotannya adalah cross section weights dengan white heteroskedasticity covariance untuk mendapatkan hasil run data yang terbaik dan menghindari terjadinya singular matrix yang menyebabkan regresi tidak dapat dihasilkan. Adapun untuk menganalisis determinan tabungan digunakan model seperti persamaan di Bab 4 dengan menambah dummy krisis (dcrisis) pada krisis keuangan tahun 1997-1998. SAVit = α i + β1demographyit + β 2Fiscalit + β 3 Macroeconomy + 4FinancialDevelopmentit + β 5DummyCrisis it β + ε it it Penambahan variabel dummy diperlukan untuk menangkap terjadinya structural break dalam data persentase tabungan terhadap GDP. Terjadinya structural break dalam data pada saat terjadinya krisis 1997-1998 dapat mengakibatkan hasil estimasi menjadi tidak efisien. Sedangkan pemilihan metode fixed effect ini dikarenakan sampel yang digunakan ini diasumsikan mewakili sebagian besar dari negara-negara yang dianggap menjadi kontributor dalam permasalahan ketidakseimbangan global terkait paradigma global saving glut, sehingga sesuai dengan teori penggunaan metode estimasi fixed effect, yaitu digunakan untuk sampel yang merupakan mayoritas atau dapat mewakili seluruh populasi. Selain itu, data time series dan variabel independen dalam skripsi ini melebihi data cross section. Karena software yang digunakan dalam estimasi ini yaitu E-views 4.1 pun mensyaratkan jika data time series dan variabel independen dalam skripsi ini melebihi data cross section, maka metode random effect tidak dapat digunakan. Sementara itu, untuk lebih memastikannya, metode pooled least square tidak digunakan mengingat restriksi yang ketat, sehingga tidak dapat menunjukkan perbedaan

60 karakteristik yang dimiliki cross section yang berbeda. Disamping itu juga Chow test yang dilakukan pada data panel di skripsi ini menunjukkan bahwa hasil tes menerima hipotesa dengan metode fixed effect. Karena keterbatasan data, maka beberapa variabel yang digunakan dalam regresi ini menggunakan proxy. Variabel private saving diproxy dengan total penjumlahan demand deposit, time deposit, saving deposit, dan foreign currency deposit pada institusi perbankan di setiap negara. Proxy ini dilakukan dengan alasan bahwa komponen tabungan masyarakat dan korporasi dapat diukur melalui berbagai jenis tabungan dan deposito yang ada di bank. Selain itu penggunaan data pengeluaran pemerintah merupakan proxy dari adanya social safety net. Keseluruhan komponen variabel independen akan dijelaskan pada bagian berikut ini (tabel 5.1-5.4). Satu per satu variabel yang digunakan dalam menentukan tingkat persentase tabungan terhadap GDP serta dasar pertimbangan teori yang melandasi hubungan kedua variabel (variabel determinan dengan tingkat persentase tabungan. Tabel 5.1 Variabel Demografi Nama Variabel Metode Pengukuran Dasar Pertimbangan Teori Dependency Ratio Rasio usia non produktif Hasrat menabung penduduk yang (DEP) terhadap usia produktif berada pada usia kerja lebih besar yaitu jumlah penduduk daripada orang yang sudah pensiun usia muda < 15 tahun dan karena lanjut usia. Semakin besar usia tua > 64 dibagi tingkat dpendency ratio suatu dengan jumlah penduduk negara, maka semakin rendah usia kerja. tingkat persentase tabungan (tanda koefisien negatif). Tabel 5.2 Variabel Fiskal

61 Nama Variabel Metode Pengukuran Dasar Pertimbangan Teori Public/Government Consumption Expenditure (GOVEX) Komponen G dalam persamaan pendapatan nasional Semakin besar pengeluaran pemerintah untuk public expenditure seperti pendidikan, kesehatan, maupun social safety net, maka akan memperkecil pengeluaran rumah tangga untuk belanja kebutuhan primer, sehingga akan meningkatkan tabungan swasta (tanda koefisien positif) Tabel 5.3 Variabel Makroekonomi Nama Variabel Metode Pengukuran Dasar Pertimbangan Teori Interest Rate (INTRATE) Growth of Gross Domestic Product (GGDP) Inflasi (INFL) Terms of Trade (TOT) Deposit Rate pada Semakin tinggi tingkat bunga institusi keuangan deposito tabungan maka akan perbankan semakin besar insentif untuk menabung, sehingga meningkatkan tingkat tabungan Persentase perubahan Semakin besar pertumbuhan ekonomi GDP (constant price = (growth of GDP constant prices), thn 2000) dr tahun t ke maka semakin besar pula tingkat t+1 tabungan (tanda koefisien positif). Indeks Harga Konsumen Jika dilihat dari nilai tabungan secara (CPI) rata-rata tahunan riil, inflasi yang tinggi menurunkan nilai tabungan. sehingga keputusan masyarakat untuk menabung semakin kecil (tanda koefisien negatif) Net Barter Terms of Semakin besar terms of trade, maka Trade, atau Rasio Index akan meningkatkan pendapatan riil harga ekspor terhadap dari ekspor ke pasar internasional, harga impor (base year sehingga tingkat persentase tabungan thn 2000) akan semakin besar. (tanda koefisien positif)

62 Tabel 5.4 Variabel Financial Development dan Institusional Nama Variabel Metode Pengukuran Dasar Pertimbangan Teori Domestic Credit to Komposisi kredit Semakin besar tingkat kredit kepada Private Sector (CRED) Market Capitalization of Listed Company (MCAP) Capital Account Openness (OPEN) Corruption Perception Index (CORR) domestik pihak swasta pihak swasta maka akan pada institusi perbankan meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat yang akhirnya menurunkan tingkat persentase tabungan (tanda koefisien negatif) Ukuran perkembangan Semakin baik perkembangan pasar pasar saham, yaitu saham suatu negara, semakin besar dihitung dari nilai investasi dalam bentuk aset lembar saham yang keuangan maka semakin sedikit tercatat di bursa saham tingkat tabungan (tanda koefisien negatif) Binary dummy variabel Semakin tinggi nilai indeksnya tabulasi restriksi pada maka semakin terbuka suatu negara transaksi keuangan dalam transaksi keuangan, dan lintas batas pada IMF- AREAER semakin tabungan menurunkan karena tingkat liberalisasi keuangan semakin memfasilitasi perdagangan dan investasi. (tanda koefisien negatif) Peringkat negara Semakin tinggi peringkat CPI, Berdasarkan persepsi semakin mendorong investasi korupsi (1 untuk yang karena korupsi bisa dijadikan paling buruk, dan 10 ukuran efisiensi. Sehingga untuk yang paling baik kecenderungan tingkat tabungan suatu negara semakin kecil. (tanda koefisien negatif)

63 5.2 HASIL EMPIRIS DAN ANALISIS DETERMINAN TABUNGAN ASEAN 5+3 Tahun 1991-2007 Dari koefisien determinasi hasil pengolahan, menunjukkan variabel-variabel bebasnya menjelaskan perubahan variabel tak bebasnya sebesar 99.8%, dan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model, sedangkan adjusted R-squared-nya adalah 99.8%. F hitung memiliki tingkat signifikansi 1% sehingga secara sangat signifikan menolak Ho, dimana terdapat hubungan linier secara bersama-sama antara variabel-variabel independen dengan variabel dependennya. Berdasarkan hasil output Eviews, dapat dilihat hasil koefisien korelasi (uji t statistik) seperti terlihat pada tabel berikut ini : Tabel 5.4 Hasil Regresi Data Panel Variabel Independen Koefisien Prob. Alpha (α) Hasil Koefisien yang diharapkan DEP -0.296475 0.6274 10% tidak signifikan - GOVEX 1.193974 0.0035 5% searah, signifikan + INTRATE 0.105142 0.0117 5% searah,signifikan + GGDP(-1) 0.056597 0.4867 10% tidak signifikan + INFL(-1) 0.154018 0.0001 1% tidak searah,signifikan - TOT -0.027290 0.3222 10% tidak signifikan + CRED 0.550067 0.0000 1% tidak searah,signifikan - MCAP 0.027368 0.0681 10% tidak searah,signifikan - OPEN 0.744838 0.3698 10% tidak signifikan - CORR -0.595308 0.1131 10% tidak signifikan - DCRISIS -2.320043 0.0020 1% signifikan + Sumber: Hasil Output E-views 4.1 Tabel 5.5 Fixed Effect ASEAN 5+3 Jepang China Korea Indonesia Malaysia Singapura Thailand Filipina 124.4003 67.19843 11.23516 34.26103 76.53374 62.99166 83.63156 25.07688

64 Dari tabel diatas, hasil pengolahan regresi data panel dengan metode fixed effect memperlihatkan: (1) Variabel-variabel yang mempunyai hubungan positif terhadap tabungan ASEAN 5+3 tahun 1991-2007 adalah, pengeluaran pemerintah, suku bunga, inflasi, pertumbuhan ekonomi, kapitalisasi pasar saham (perusahaan yang listing di Bursa Efek), kredit domestik sektor swasta, dan tingkat keterbukaan finansial. (2) Variabel-variabel yang mempunyai hubungan negatif terhadap tabungan ASEAN 5+3 tahun 1991-2007 adalah dependency ratio, terms of trade, indeks persepsi korupsi, dummy krisis.. (3) Intersep tertinggi adalah Jepang, dan yang terendah adalah Korea, tabungan yang tertinggi berasal dari Cina, sedangkan yang terendah berasal dari Korea. (4) Variabel-variabel independen yang berpengaruh pada variabel dependennya adalah pengeluaran pemerintah, suku bunga, inflasi, kredit domestik pihak swasta, dan kapitalisasi pasar saham (perusahaan yang listing di Bursa Efek), dan dummy krisis. Regresi data panel pada tabel 5.4 di atas adalah merupakan model terbaik yang dipilih dan sudah dilakukan treatment otokorelasi dan heteroskedastis,serta penambahan variabel lag pada beberapa variabel. Seperti yang kita ketahui, dalam kaitannya dengan kebijakan fiskal dan moneter, dikenal istilah inside lags dan outside lag. Inside lags adalah pengaruh lag waktu dari perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, hingga implementasi, outside lags adalah pengaruh waktu dari efek kebujakan yang telah diimplementasikan. (Dornbusch, 2004). Sehingga model yang digunakan untuk menganalisa perilaku tabungan menjadi lebih baik dan sesuai dengan yang diinginkan. Hasil determinan tabungan yang berasal dari indikator demografi menunjukkan hasil yang tidak signifikan secara statistik. Artinya, meningkat/menurunnya rasio jumlah penduduk yang bukan usia kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja tidak memiliki pengaruh pada peresentase tabungan per GDP. Hasil ini menunjukkan perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menjelaskan bahwa faktor demografi memegang

65 peranan penting dalam menentukan tingkat tabungan dibeberapa negara khusunya di negara Asia yang memiliki proporsi tabungan terbesar secara global. Ketidaksignifikansian ini bisa saja disebabkan karena definisi tabungan yang digunakan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Loayza,dkk (2000) yang menjelaskan bahwa pengukuran tabungan antar negara berbeda-beda, dan variasi cukup besar yang diciptakan antar tabungan swasta dan nasional juga berubah tiap tahunnya antar negara. Indikator ekspansi fiskal dengan peningkatan belanja pemerintah menunjukkan hasil bahwa pengeluaran pemerintah secara statistik memiliki pengaruh positif terhadap tingkat tabungan swasta. Artinya, besarnya usaha pemerintah dalam melakukan ekspansi fiskal melalui peningkatan belanja pemerintah misalnya social security system, pendidikan dan kesehatan akan meningkatkan tingkat tabungan swasta dan rumah tangga. Hal ini dikarenakan dengan semakin besarnya anggaran pemerintah untuk belanja kebutuhan publik maka konsumsi rumah tangga dapat dihemat sehingga sisanya dapat dialokasikan untuk menabung maka tingkat tabungan pun semakin meningkat. Hasil determinan dari variabel makroekonomi berupa tingkat suku bunga menunjukkan koefisien yang positif dan signifikan sesuai hipotesis arah yang diharapkan. Secara teori dasar baik dilihat dari teori saving-investment maupun teori permintaan uang, hubungan tingkat suku bunga dengan tabungan adalah positif, artinya, semakin tinggi tingkat bunga maka kecenderungan seseorang untuk menabung semakin besar. Sesorang akan lebih memilih untuk menyimpan uangnya di bank dibanding hanya disimpan di rumah. Indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara dengan pengaruh waktu (lag) menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan. Artinya, peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tercermin pada pertumbuhan output GDP riil satu tahun sebelumnya akan tidak akan memberikan pengaruh apapun terhadap menyebabkan peningkatan tabungan pada satu tahun berikutnya. Sementara indikator makroekonomi lainnya yaitu inflasi menunjukkan koefisien positif dan signifikan namun dipengaruhi waktu (lag) satu tahun sebelumnya. Artinya, ketika inflasi tahun sebelumnya tinggi atau mengalami peningkatan, maka hasrat masyarakat untuk menabung dimasa sekarang tinggi. Ini bisa saja terjadi karena secara nominal jika uang yang ditabung sedikit jumlahnya, maka nilainya akan semakin kecil,

66 sehingga jumlah uang yang ditabungkan haruslah lebih besar. Pengaruh positif lag inflasi satu tahun sebelumnya terhadap tabungan juga dapat dijelaskan oleh teori motif precautionary saving motive (Romer 2001), yang menjelaskan bahwa setiap rumah tangga berusaha mendapatkan buffer stock of wealth (penyangga stok kekayaan) ketika ada kemungkinan buruk terjadi misalnya resesi atau hyperinflation. Jika setiap rumah tangga memilikinya, maka akibat buruk yang terjadi pada pendapatan, tidak akan berdampak pula pada konsumsi. Indkator makroekonomi lainnya yaitu terms of trade, yang memperlihatkan daya saing ekspor suatu negara. Dalam skripsi ini digunakan ukuran net barter terms of trade dimana perhitungannya adalah indeks rasio harga ekspor per harga impor. Semakin besar nilai terms of trade maka semakin baik daya saing. Namun hasil regresi menunjukkan bahwa terms of trade tidak berpengaruh terhadap tingkat tabungan swasta. Artinya, seberapa baik negara tersebut dalam melakukan ekspor tidak akan mempengaruhi perubahan tingkat tabungan swasta di negara ASEAN 5+3. Indikator berikutnya, yaitu perkembangan finansial dan institusional, terdiri dari empat variabel yang dua diantaranya berpengaruh terhadap tabungan adalah kredit domestik swasta dan kapitalisasi di pasar saham. Sedangkan dua lainnya tidak memiliki pengaruh terhadap tabungan, yaitu tingkat keterbukaan finansial dan indeks persepsi korupsi. Kredit domestik swasta atau domestic credit to private sector merupakan ukuran dari perkembangan finansial di sisi domestik, yang mengukur total kredit yang beredar di masyarakat baik rumah tangga maupun perusahaan. Nilainya diperoleh dari rasio per GDP. Dari hasil run Eviews menunjukkan bahwa kredit domestik pihak swasta memiliki pengaruh yang positif dan signifikan secara statistik. Hal ini tidak sesuai dengan koefisien yang diharapkan. Hubungan yang positif dan siginifikan ini menunjukkan bahwa ketika terjadi peningkatan pada kredit swasta, maka berakibat pada peningkatan tingkat tabungan swasta pada perbankan. Hal ini bisa saja disebabkan karena peningkatan permintaan kredit oleh pihak swasta maka diiringi pula oleh peningkatan suplai tabungan dan deposito, sehingga fasilitas tabungan menjadi lebih baik dan menarik. Sehingga terjadi peningkatan tabungan. Tidak hanya itu, pengaruh positif dan signifikan kredit terhadap tingkat tabungan bisa menjadi bukti bahwa pertumbuhan tabungan dan kredit

67 bergerak searah. Tidak hanya itu, pasar kredit domestik negara-negara ASEAN 5+3 dapat dinyatakan telah berkembang. Faktor perkembangan finansial lainnya yaitu kapitalisasi pasar saham (stock market capitalization) atau ukuran perkembangan pasar saham yang tercermin lewat harga pasar semua saham dikalikan dengan jumlah saham yang ada di pasar saham dan yang beredar di masyarakat. Hasil regresi data panel menunjukkan bahwa pengaruh kapitalisasi pasar saham terhadap tingkat tabungan adalah positif dan signifikan. Artinya, semakin tinggi tingkat kapitalisasi pasar saham, maka tingkat tabungan akan semakin besar. Hasil regresi ini tidak searah dengan koefisien yang diharapkan. Semakin baik pasar saham, semakin besar return yang ditawarkan, dan semakin rendah risiko dari investasi finansial di pasar saham akan meningkatkan pendapatan yang pada gilirannya akan mendorong tabungan. Tidak hanya itu, investasi di pasar saham bisa diidentikkan dengan alternatif instrumen tabungan atau sebagai financial instrument development, yang berarti merupakan satu kesatuan dalam sistem keuangan. Sehingga, dengan semakin kuat dan canggihnya sistem keuangan ini, maka akan pula mendorong peningkatan tabungan. Dengan mulai berkembangnya pasar saham di negara ASEAN 5+3 ternyata tidaklah menyebabkan share tabungan terhadap GDP menjadi turun, namun justru meningkat. Hasil regresi untuk faktor keterbukaan finansial atau transaksi modal (capital account) tidak berpengaruh secara statistik terhadap tingkat tabungan. Artinya walaupun transaksi modal dan keuangan semakin terbuka dan semakin kecil restriksinya, namun untuk negara ASEAN 5+3, tingkat tabungan justru tidak mengalami penurunan atau pun peningkatan. Indeks persepsi korupsi sebagai ukuran kelembagaan atau risiko investasi keuangan suatu negara menunjukkan secara statistik tidak signifikan mempengaruhi tabungan negara-negara ASEAN 5+3. Artinya seberapa baik atau buruk peringkat korupsi negara tersebut tidak memiliki pengaruh apapun pada perubahan tingkat tabungan. Selain itu juga tidak terdapat bukti secara statistik bahwa negara yang peringkat korupsi buruk mencerminkan tingkat tabungan negara tersebut besar. Sementara itu pengaruh dummy krisis finansial Asia 1997-1998 menunjukkan koefisien yang signifikan secara statistik mempengaruhi perilaku tabungan negara

68 ASEAN 5+3. Hasil ini menunjukkan bahwa memang ada permasalahan stuctural break pada data tingkat tabungan sehingga hipotesis bahwa perilaku tabungan negara ASEAN 5+3 dipengaruhi oleh krisis Asia 1997-1998 dapat diterima.