BAB III ELECTROSTATIC PRECIPITATOR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan topic tugas akhir yang diambil, terdapat beberapa referensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR SEBAGAI PENANGGULANGAN POLUSI UDARA PADA CEROBONG GAS BUANG BOILER OLEH : Nama : DEDY ADVENTO PASARIBU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB IV. PENGOPERASIAN dan PENANGANAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR

Steam Power Plant. Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENULISAN ILMIAH

Ash/sisa abu yang menempel pada permukaan pipa pipa boiler di bagian evaporator.

BAB II LANDASAN TEORI

Apa itu PLTU? Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik.

1. Bagian Utama Boiler

Makalah Seminar Kerja Praktek PIACS DC SEBAGAI PENGATUR PARAMETER PADA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR DI PT HOLCIM INDONESIA TBK CILACAP PLANT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan sistem elektrosatik yang terdiri dari plat plat baja yang

TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN

Noza Afrian*, Firdaus**, Edy Ervianto**

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

BAB 3 STUDI KASUS 3.1 DEFINISI BOILER

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO

BAB II LANDASAN TEORI. terbentur pada permasalahan penggunaan teknologi. Dengan semakin

Bagian dan Cara Kerja PLTU

FOULING DAN PENGARUHNYA PADA FINAL SECONDARY SUPERHEATER PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

PENGENDALI DEBU (PARTIKULAT)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR

PEMBERSIH UDARA BUANG PADA BOILER (KETEL) UAP DENGAN MENGGUNAKAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) PADA PLTU ASAM-ASAM

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

LAPORAN SURVEY PRE DESIGN MODIFIKASI ID FAN, PINTU MILL DAN FLY ASH SILO PLTU ASAM ASAM

Efisiensi PLTU batubara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ada beberapa fan yang digunakan,

RENCANA PENGENDALIAN KUALITAS UDARA EMISI CEROBONG BOILER DI PG. PRADJEKAN BONDOWOSO

BAB II ISI. 2.1 Komponen Penting PLTU Penanganan Batubara

BAB II LANDASAN TEORI

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing,

BAB III PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI MAKANAN PT. FORISA NUSAPERSADA

BAB II DASAR TEORI Pengertian Dust Collector

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

Bab 3. Teknik Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

MAKALAH OPTIMASI ANALISA UDARA FAN DENGAN JURNAL MODIFIKASI FAN SENTRIFUGAL. Disusun Oleh : : RAKHMAT FAUZY : H1F113229

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses PLTU dibutuhkan fresh water yang di dapat dari proses

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran

I. PENDAHULUAN. Isolasi merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem tegangan tinggi yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang memiliki kapasitas 4 X 425 MW dan 3 X 600 MW. PLTU ini. menggunakan bahan bakar batubara dalam prosesnya.

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

Bab III CUT Pilot Plant

KATA PENGANTAR. Medan, Oktober Penulis

BAB II SISTEM MESIN LAS DAN POTONG KANTONG PLASTIK BERBASIS PNEUMATIK DENGAN MIKROKONTROLER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. pendukung di dalamnya masih tetap diperlukan suplai listrik sendiri-sendiri.

KOMPONEN, FUNGSI DAN CARA KERJA SISTEM AC

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS UO 1 ( PROSES MEKANIKA ) PENERAPAN ELEKTROSTATIK PRESIPITATOR DALAM INDUSTRI

BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN

ANALISA PERFORMANSI BOILER DENGAN TYPE DG693/ PADA PLTU PANGKALAN SUSU LAPORAN TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI MEKANIK

TUGAS : MACAM MACAM COOLING TOWER, PACKING DAN FAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

LISTRIK GENERATOR AC GENERATOR DAN MOTOR

BAB II KARAKTERISTIK PEMUTUS TENAGA

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL

KETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PROFIL UNIT PEMBANGKITAN MUARA KARANG

Prarancangan Pabrik Polipropilen Proses El Paso Fase Liquid Bulk Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES. Kode T-01 A/B T-05

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

Materi Kuliah Teknik Pendingin dan Tata Udara SISTEM PENDINGIN AC MOBIL. Hartoyo

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

ANALISIS ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS BUANG PADA RECOVERY BOILER Sepfitrah 1, Yose Rizal 2

BAB III PERANCANGAN PROSES

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL

REKAYASA RANCANG BANGUN TRAINER SISTEM KELISTRIKAN AC MOBIL DAIHATSU ZEBRA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 125 mg/m3 10 mg/m3(se Menaker no 1/1997) 1.2 Ruang Lingkup

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang

LAPORAN KERJA PRAKTEK 8

Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida dari Bauksit dengan Proses Bayer Kapasitas Ton / Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB III ELECTROSTATIC PRECIPITATOR 3.1 Gambaran Umum Elektrostatik merupakan salah satu cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang medan listrik statik. Elektrostatik diaplikasikan dalam dunia industri, salah satunya yaitu PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), dengan menggunakan alat yang sering disebut Electrostatic Precipitator (ESP/EP). Gambar 3.1 Bentuk umum Electrostatic Precipitator/ESP 3.2 Fungsi dan Efisiensi Electrostatic Precipitator Electrostatic Precipitator (ESP) berfungsi untuk menangkap abu yang terdapat pada gas buang hasil pembakaran bahan bakar (batubara) pada sebuah industri. ESP didesain memiliki empat ruang sehingga proses penangkapan debu sebanyak empat kali dengan tingkat efisiensi masing masing penangkapan sebesar 80%. Hal ini bertujuan supaya tingkat efisiensi ESP mencapai 99.84%. 17

Sehingga limbah debu yang keluar dari cerobong hanya sekitar 0.16%. Efisiensi penangkapan abu oleh ESP tidak hanya bergantung pada desain tetapi juga dipengaruhi oleh kecepatan aliran/debit gas buang, suhu gas buang dan jumlah partikel abu pada gas buang. Gambar 3.2 Efisiensi ESP 3.3 Komponen Eletrosatic Precipitator 3.3.1 Discharge Electrode/Electrode Wire Di dalam Electrostatic Precipitator terdapat dua jenis elektroda, yaitu discharge electrode yang bermuatan negatif (-) dan collector plate electrode yang bermuatan positif (+). Discharge Electrode berfungsi untuk mengionisasi partikel debu sehingga partikel debu bermuatan negatif. 18

Gambar 3.3 Discharge Electrode / Electrode Wire 3.3.2 Collecting Plate Colecting plate berfungsi untuk menangkap partikel abu yang bermuatan negatif. Colecting plate terbuat dari pelat baja dan dipasang sejajar. Gambar 3.4 Collecting Plate 19

3.3.3 Rapper Rapper berfungsi menjatuhkan debu yang sudah menempel pada Collecting plate dengan cara memberikan getaran atau dipukul/diketuk. Rapper diagi menjadi dua bagian yaitu : 1. Collecting Rapper Collecting Rapper berfungsi untuk memukul Collecting Plate secara periodik agar abu yang sudah menempel pada Collecting Plate jatuh ke Hopper. 2. Discharge Rapper Discharge Rapper berfungsi untuk memukul Electroda Wire secara periodik agar abu yang menempel pada Electroda Wire jatuh ke Hopper. Apabila Collecting Plate dan Electroda Wire bersih maka proses penangkapan abu di dalam ESP akan lebih baik. Supaya bisa bekerja masing masing Rapper digerakkan oleh motor. Gambar 3.5 Rapper 20

Gambar 3.6 Motor Rapper 3.3.4 Hopper Hopper berfungsi sebagai penampung abu yang jatuh dari Collecting Plate dan Emiting Wire. Masing-masing unit ESP mempunyai 16 ruang Hopper. Ukuran serta kemiringan Hopper dirancang secara khusus dan disesuaikan dengan debit gas buang yang masuk ke dalam ESP. Gambar 3.7 Hopper 21

3.3.5 Transformer Rectifier Transformer Rectifier merupakan peralatan utama ESP yang berfungsi untuk memasok daya sehinga ESP bisa bekerja. Tegangan input 0 380 volt dan tegangan output 0 70 kv. Transformer dan Rectifier diletakan dalam satu tanki dan direndam di dalam minyak pendingin trafo, sehingga dinamakan Transformer Rectifier. Satu unit ESP mempunyai 16 buah transformator rectifier, masingmasing transformator rectifier bekerja untuk satu field. Sistem pasokan daya memiliki empat komponen dasar yaitu : 1. Sistem kontrol tegangan otomatis Fungsi utama dari sistem kontrol tegangan adalah untuk mengatur dan memberikan tenaga listrik sesuai sesuai dengan kebutuhan electrostatic precipitator. Sistem kontrol akan memonitor tegangan primer dan sekunder serta arus sirkuit. Sistem kontrol juga berfungsi untuk melindungi komponenkomponen pada sistem. Transformer Rectifier dapat rusak oleh arus dan tegangan yang berlebihan. 2. Transformator Step-up Transformator Step-up berfungsi untuk menaikkan tegangan dari 380 V menjadi 70 kv. 3. Penyearah tegangan tinggi Penyearah tegangan tinggi berfungsi untuk merubah masukan AC menjadi output DC. 4. Perangkat Sensor Perangkat sensor berfungsi untuk mendeteksi gangguan dan memberikan sinyal supaya sistem kontrol memutus pasokan daya bila terjadi gangguan. 22

Gambar 3.8 Transformer Rectifier 3.3.6 Sistem Distribusi Gas Untuk mendapatkan effsiensi EP yang optimal Gas Distribution System mempunyai peranan yang sangat penting yaitu untuk mendistribusikan gas buang ke seluruh area elektroda ESP. Gas distribution system terdiri dari plat-plat baja yang tersusun sedemikian rupa searah dengan aliran gas buang, sehingga gas buang dapat tersebar ke seluruh field area secara merata. mbar 3.9 Sistem Distribusi Gas Ga 23

3.4 Alat Bantu Electrostatic Precipitator Supaya ESP bisa beroperasi dengan baik, ESP bekerja sama dengan beberapa alat bantu yang disebut fly ash system. 3.4.1 Transporter / Transmitter Transporter/Transmitter berfungsi sebagai pemindah abu hasil tangkapan ESP. Abu yang sudah terkumpul di dalam Hopper akan dipindah oleh Transmitter ke Silo. Prinsip kerja Transporter adalah menampung dan memindahkan abu yang berasal dari ESP Hopper ke Silo setelah Tabung penuh. Pada saat kondisi pengisian, maka : Vent Valve terbuka, Ash Inlet Valve terbuka, Air Inlet Valve dan Ash Outlet Valve tetap posisi tertutup. Setelah Tabung terisi abu maka Ash Inlet Valve dan Vent Valve akan tertutup. Sedangkan pada saat kondisi transporting, maka : Ash Outlet Valve dan Air inlet Valve akan terbuka. Tekanan di Tabung transporter akan naik sampai +/- 2,5 kg/cm 2 dan akan turun mendekati tekanan 0 kg/cm 2 dalam rentang waktu +/- 6 menit. Setelah tekanan Tabung Transporter mendekati 0 (0,5 kg/cm 2 ), Air Inlet Valve dan Ash Outlet Valve akan tertutup. Kondisi ini akan terus berulang secara periodik. Bagian-bagian utama dari Transporter/Transmitter adalah : 1. Tabung Transporter Tabung transporter berada tepat di bawah ESP Hopper yang berfungsi sebagai penampung abu yang berasal dari ESP Hopper yang selanjutnya akan dipindahkan ke Silo. Di dalam Tabung Transporter terdapat membran sebagai pemisah antara abu dan udara transporting. Tabung Transporter yang berada pada barisan depan biasanya berukuran lebih besar dari pada tabung yang berada pada barisan belakang, karena abu hasil tangkapan EP pada bagian depan lebih banyak dari bagian belakang. Tabung Transporter juga dilengkapi dengan Main Hole dan Safety Valve. 24

Gambar 3.10 Tabung Transporter 2. Ash Inlet Valve Ash inlet valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliran abu yang datang dari ESP Hopper. Gambar 3.11a Ash Inlet Valve bagian luar 25

EP Hopper Aliran abu Gerakan ash inlet valve tabung Gambar 3.11b Ash Inlet Valve bagian dalam 3. Ash Outlet Valve Ash outlet valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliran abu yang keluar dari tabung. Tipe valve yang digunakan adalah ball valve. Gambar 3.12 Ash Outlet Valve 26

4. Vent Valve Vent valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup pipa (line venting) agar abu dari ESP Hopper mudah mengalir/turun ke tabung Transporter. Line Venting diarahkan ke bagian atas ESP Hopper yang mempunyai tekanan negative. Gambar 3.13 Vent Valve 5. Air Inlet Valve Air Inlet valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliran udara yang berfungsi sebagai media pendorong abu. 6. Membran / Aramid Membran berada di dalam tabung transporter berfungsi sebagai pemisah antara abu dan udara transporting. 7. Line Ash Outlet Line ash outlet berfungsi sebagai jalur mengalirnya abu keluar dari Transporter menuju Silo. 8. Line Ash Inlet (Down Comer) 27

Line ash inlet merupakan pipa yang berfungsi sebagai jalur mengalirnya abu masuk ke Tabung Transporter dari EP Hopper. Gambar 3.14 Line Ash Inlet dan Line Ash Outlet 9. Emergency Valve Emergency valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliran abu yang akan dikeluarkan melalui line emergency, jika transporter mengalami gangguan sehingga tidak bisa beroperasi. Abu dialirkan melalui saluran emergency dan diarahkan ke vacuum truck. 10. Main Valve (Isolating Valve) Main valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliran abu yang keluar dari EP Hopper. Pada keadaan normal operasi valve ini selalu dalam keadaan terbuka. Penutupan valve dilakukan bila akan ada perbaikan pada Tabung transporter. 28

Gambar 3.15 Line Emergency dan Valve / Main Valve 11. Silo Silo adalah penampung abu yang berasal dari transporter/transmitter. Dari Silo abu akan dipindahkan/dibuang ke pembuangan akhir melalui conveyor/truck capsul yang tertutup ke ash valley. Silo dilengkapi bag filter, blower/fan, dust conditioning dan juga dilengkapi perlengkapan untuk melayani dry unloading system. Gambar 3.16 Fly Ash Silo 29

Hopper level L EP HOPPER EP HOPPER L Hopper level EMERGENCY VALVE MANUAL VALVE DOWN COMER ASH INLET VALVE ASH OUTLET VALVE KE TRANSFER BIN L VENT VALVE L TABUNG TRANSPORTER MEMBRAN PI P PI P AIR INLET VALVE DARI COMPRESSOR Gambar 3.17 Bagian-bagian Transporter 3.4.2 Dust Conditioning / Mixer dan Conveyor Dust conditioning/mixer dan conveyor adalah peralatan fly ash system yang berfungsi untuk memindahkan dan menyalurkan abu dari dalam Silo ke pembuangan akhir. Abu dalam Silo ditiup oleh blower atau fan sehingga mudah turun/mengalir ke dust conditioning/mixer. Sebelum dialirkan ke conveyor, abu disemprot dengan air sehingga tidak menimbulkan polusi pada saat transmisi ke ash valley. Level kelembapan air untuk spray dikontrol agar abu yang sudah bercampur air tidak lengket karena abu yang lengket akan menimbulkan masalah di conveyor system, terutama pada bagian-bagian chute/diverter gate. 3.4.3 Compressor dan Dryer Bagian dari fly ash system yang berfungsi sebagai pensupply udara transporting adalah compressor dan dryer. Untuk menjaga kecukupan udara bertekanan pada masing-masing unit biasanya dipasang beberapa compressor yang dilengkapi dryer dan receiver tank. Udara yang akan digunakan sebagai media transporting abu dari transporter/transmitter dikeringkan oleh dryer, sehingga tidak terjadi 30

penggumpalan dalam line transporter/transmitter. Ada 3 jenis kompresor yang paling umum digunakan dalam industri, yaitu : 1. Centrifugal 2. Reciprocating 3. Rotary screw gas flow Superheater reheater econo mizer Coal bunker E P Coal Boiler furnace ash Air heater EP hopper ash mill reject PULVERIZER DDCC SDCC screen crusher AIR HEATER AIR HEATER udara masuk PA Fan dryer Compressor Transporter Transfer Bin 250 m3 Jumbo Truck Transporter capsole DUST CONDITIONING 1 ID Fan Silo 2x2500m3 STACK DRY UNLOADING ASH VALLEY CONVEYOR UNIT BISNIS SURALAYA FD Fan ASH VALLEY DUM TRUCK CONVEYOR TRUCK CAPSULE DUST CONDITIONING 2 SURALAYA STEAM POWER PLANT #567 ASH AND DUST HANDLING PLANT #567 FLOW GAS AND ASH HANDLING PLANT SUDIRMAN MARET 2007 Gambar 3.18 Siklus Gas Buang 3.5 Cara Kerja Eletrosatic Precipitator Prinsip dasar Eletrosatic Precipitator yaitu listrik statis. Gas buang yang mengandung butiran debu pada awalnya bermuatan netral akan terionisasi pada saat melewati medan listrik, sehingga partikel debu tersebut menjadi bermuatan negatif. Medan listrik terbentuk di antara discharge electrode dengan collector plate. Partikel debu yang bermuatan negatif akan menempel pada collector plate. Rapper akan memberikan getaran sehingga debu yang dikumpulkan di collector plate akan jatuh secara periodik ke bak penampung (ash hopper), selanjutnya akan dipindahkan ke fly ash silo dengan cara dihembuskan. 31

Gambar 3.18 Cara Kerja ESP 3.6 Proses Pembentukan Medan Listrik Di dalam Eletrosatic Precipitator terdapat dua jenis electroda yang berbeda muatan, yaitu discharge electrode yang bermuatan negatif dan collector plate electrode bermuatan positif. discharge electrode diberi listrik arus searah (DC) dengan muatan minus pada level tegangan antara 55 75 kv DC, sedangkan collector plate ditanahkan agar bermuatan positif. Medan listrik akan terbentuk pada saat discharge electrode diberi arus DC. Gambar 3.19 Proses Pembentukan Medan Listrik 32