Jurnal Ilmiah Platax Vol. 3:(1), Januari 2015 ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
Seminar Nasional Tahunan VIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 16 Juli 2011

35 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XIII (1): ISSN:

HUBUNGAN LEBAR KARAPAS DAN BERAT KEPITING BAKAU (Scylla spp) HASIL TANGKAPAN DI DESA KAHYAPU PULAU ENGGANO PROVINSI BENGKULU

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

ANALISIS BEBERAPA ASPEK BIOLOGI KEPITING BAKAU (SCYLLA SERRATA) DI PERAIRAN SUKOLILO, PANTAI TIMUR SURABAYA

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

LAJU EKSPLOITASI KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI PERAIRAN MANGROVE MAYANGAN, SUBANG JAWA BARAT

ARTIKEL ILMIAH. STUDI POPULASI KEPITING BAKAU (Scylla spp.) PADA KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA SUNGAI ITIK KECAMATAN SADU KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU Scylla paramamosain Estampador DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG.

Akuatik Jurnal Sumberdaya Perairan 48 ISSN

POTENSI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DI KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH. Abstrak

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Morfometri dan Tingkat Kematangan Telur Kepiting Bakau (Scylla sp.) di Kawasan Perairan Demak

Muhammad Syahrir R. Keywords: fish growth pattern, allometric, isometric, condition factor, Muara Ancalong, Muara Bengkal.

HUBUNGAN PANJANG-BERAT DAN FAKTOR KONDISI WADER PARI (Rasbora lateristriata) DI SUNGAI NGRANCAH, KABUPATEN KULONPROGO

ANALISIS POPULASI PERTUMBUHAN ALLOMETRI DAN INDEKS KONDISI Harpiosquilla Raphidea WAKTU TANGKAPAN SIANG HARI DI PERAIRAN JUATA KOTA TARAKAN

Hubungan panjang bobot dan faktor kondisi ikan petek, Leiognathus equulus (Forsskål, 1775) di Teluk Pabean, Jawa Barat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEBARAN DAERAH PENANGKAPAN KEPITING BAKAU (Scylla sp.) DI PERAIRAN KARANGANTU SERANG BANTEN

Jl. Raya Jakarta Serang Km. 04 Pakupatan, Serang, Banten * ) Korespondensi: ABSTRAK

Morphometric and Meristic Character of Mangrove Crab (Scylla serrata) in Mangrove Ecosystem at West Sentosa Village, Medan Belawan Subdistrict

STUDI ASPEK PERTUMBUHAN UDANG NENEK (Harpiosquilla raphidea) DI PERAIRAN JUATA LAUT KOTA TARAKAN

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Metode Kerja Bahan dan peralatan pada pengamatan morfometri

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (3) Desember 2009: ISSN:

STUDI PERTUMBUHAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal, 1775) DI PERAIRAN KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU, PROVINSI JAWA BARAT IQRA PUTRA SANUR

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI

IDENTIFIKASI SUMBERDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) YANG DIDARATKAN DI TPI KABUPATEN TAPANULI TENGAH

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

HUBUNGAN PANJANG BERAT LORJUK (Solen spp) DI PERAIRAN PESISIR PANTAI SELATAN PULAU MADURA

Perbandingan Hasil Tangkapan Rajungan Pada Alat Tangkap Bubu Kerucut dengan Umpan yang Berbeda

DAFTAR PUSTAKA. Aldrianto E Aktivitas Reproduksi Kepiting Bakau. Majalah Akuania Techner. Halaman No 12. Tahun II.

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

Biologi reproduksi ikan belanak (Moolgarda engeli, Bleeker 1858) di Pantai Mayangan, Jawa Barat

JENIS KEPITING BAKAU (Scylla sp.) YANG TERTANGKAP DI PERAIRAN LABUHAN BAHARI BELAWAN MEDAN. Putri March F. Hia, Boedi Hendrarto, Haeruddin*)

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya hutan bakau yang membentang luas di

Analisis Parameter Dinamika Populasi Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara

Pola Rekrutmen, Mortalitas, dan Laju Eksploitasi Ikan Lemuru (Amblygaster sirm, Walbaum 1792) di Perairan Selat Sunda

Indeks Gonad Somatik Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) Yang Masuk Ke Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Metode Kerja

POTENSI SUMBERDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA TARAKAN, PROPINSI KALIMANTAN UTARA. Natanael 1), Dhimas Wiharyanto 2)

ASPEK REPRODUKSI IKAN KAPASAN (Gerres kapas Blkr, 1851, Fam. Gerreidae) DI PERAIRAN PANTAI MAYANGAN, JAWA BARAT

HUBUNGAN JENIS KEPITING BAKAU (Scylla Spp.) DENGAN MANGROVE DAN SUBSTRAT DI TAMBAK SILVOFISHERY ERETAN, INDRAMAYU

HUBUNGAN PANJANG BERAT LORJUK (Solen spp) DI PERAIRAN PESISIR PANTAI SELATAN PULAU MADURA

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH

JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(2), Juli 2017 ISSN:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRUKTUR POPULASI KEPITING BAKAU (Scylla Serrata) DIPERAIRAN TELUK KOTANIA DUSUN WAEL KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

ANALISIS BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI KEPITING BAKAU (SCYLLA SERRATA) DI PERAIRAN SEGARA ANAKAN, KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH

DAYA TANGKAP BUBU LIPAT YANG DIOPERASIKAN OLEH NELAYAN TRADISIONAL DI DESA MAYANGAN KABUPATEN SUBANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sri Salmadinah 1, Farid Yasidi 2, Syamsul Kamri 3

PENGARUH POSISI UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN BUBU LIPAT (Effect of bait position on catch of collapsible pot)

UJI VARIABEL POTENSI DAN PERTUMBUHAN DARI KOMUNITAS KEPITING WARNA WARNI GENUS FIDDLER (Uca Spp) DI KKMB KOTA TARAKAN

KAJIAN POPULASI KEPITING BAKAU, Scylla spp. DI HUTAN BAKAU HASIL REHABILITASI DI INSTALASI TAMBAK PERCOBAAN MARANA, MAROS

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN PELANGI MERAH (Glossolepis incisus Weber, 1907) DI DANAU SENTANI LISA SOFIA SIBY

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Teknik Pengambilan Data Pengumpulan Data Vegetasi Mangrove Kepiting Bakau

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 6 No. 1 : 1-5 (2000)

Pertumbuhan Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) Di perairan Sungai Aek Alian Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) di Sungai Ulim Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Indonesia

KAJIAN STOK KEPITING BAKAU (Scylla sp) DI EKOSISTEM PESISIR KAMPUNG GISI DESA TEMBELING KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di perairan Indonesia diperkirakan lebih dari 100 spesies jenis kepiting

PERUBAHAN KONDISI TUBUH IKAN PAYANGKA (Ophieleotris aporos Bleeker) DI DANAU TONDANO

J. Aquawarman. Vol. 3 (1) : April ISSN : AQUAWARMAN

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai. Kepiting

PENGGUNAAN BENTUK DAN POSISI CELAH PELOLOSAN PADA BUBU LIPAT KEPITING BAKAU. Shape and Position Escape Gap Application of Collapsible Mud Crab Trap

STRUKTUR UKURAN DAN PARAMETER PERTUMBUHAN HIU MACAN (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) DI PERAIRAN SELATAN NUSA TENGGARA BARAT

DAFTAR PUSTAKA. Anonimus Data Administratif Kecamatan Medan Belawan Kota Medan.

Dahri Iskandar 1. Fakultas Perikanandan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Masuk : 11 Juni 2012, diterima :14 Juli 2012 ABSTRAK

EVALUASI TINGKAT EKSPLOITASI SUMBERDAYA IKAN GULAMAH (Johnius sp) BERDASARKAN DATA TPI PPS CILACAP

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

POLA BERAT DAGING RAJUNGAN BERDASARKAN BERAT TUBUH YANG TERTANGKAP DI PERAIRAN SELAT MADURA

Berk. Penel. Hayati: 15 (45 52), 2009

BAWAL. 9 (3) Desember 2017:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Gorontalo Utara. Kabupaten Gorontalo Utara merupakan salah satu Kabupaten yang terletak

Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor Institut Pertanian Bogor (IPB) *

Aspek biologi reproduksi ikan layur, Trichiurus lepturus Linnaeus 1758 di Palabuhanratu

Reproduksi ikan rejung (Sillago sihama Forsskal) di perairan Mayangan, Subang, Jawa Barat

MORFOMETRIK KERANG BULU Anadara antiquata, L.1758 DARI PASAR RAKYAT MAKASSAR, SULAWESI SELATAN. Witri Yuliana*, Eddy Soekendarsi a, Ambeng b

STRUKTUR UKURAN, TIPE PERTUMBUHAN DAN FAKTOR KONDISI IKAN KEMBUNG PEREMPUAN (Rastrelliger brachysoma) DI PERAIRAN MAJENE

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Laporan Keanggotaan PT Samudera Eco Anugerah (SEA) dalam Seafood Savers

ABSTRACT CHARLES P. H. SIMANJUNTAK

3. METODE PENELITIAN

ANALISIS HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN HIMMEN (Glossogobius sp) DI DANAU SENTANI KABUPATEN JAYAPURA ABSTRAK

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

STRUKTUR KOMUNITAS KEPITING BAKAU (Scylla spp.) DI PERAIRAN KAWASAN MANGROVE DESA JARING HALUS KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN TEMBANG (Clupea platygaster) DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, GRESIK, JAWA TIMUR 1

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

BIOEKOLOGI KEPITING BAKAU (Scylla spp.) DI EKOSISTEM MANGROVE KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT DISERTASI LAURA SIAHAINENIA

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 1. No. 1, Desember 2010: 24-31

Transkripsi:

POTENSI PERTUMBUHAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI PERAIRAN PULAU MANTEHAGE, TAMAN NASIONAL BUNAKEN SULAWESI UTARA Growth Potential of Mangrove Crab (Scylla serrata) in Mantehage Island Waters, Bunaken National Park, North Sulawesi Joudy R.R. Sangari 1 dan Boyke H. Toloh 1 A b s t r a c t Scylla serrata is one of the dominant muddy crabs caught in Mantehage Island coastal waters, North Sulawesi. The study was aim to determine the temporal distribution of S. serrata condition i based on carapace length - weight relationship and its condition factors. Data carapace width and weight of muddy crabs collected by enumerators from Oktober 2014 to April 2015. The results showed that b value of male (2.219 2.835) and female (1.264-2.352) were significantly different (P<0.05). Male and female crabs have a negative allometric growth pattern with b value of males tend to be larger than females. Range of values for K and Kn male crabs longer than females that male crabs tend to be fatter. Temporal distribution of this mangrove crab condition factors is assumed to be related with the reproductive cycle. The value is increasing since October to a peak season in January which estimated related to a peak of the muddy crabs spawning season in Mantehage Island coastal waters. Key words: growth potential, Mantehage Island coastal waters, Scylla serrata 1 Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNSRAT A b s t r a k Scylla serrata merupakan salah satu jenis kepiting bakau yang dominan tertangkap di perairan Pulau Mantehage Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pertumbuhan kepiting bakau ditinjau dari hubungan panjang karapas dengan berat. Data panjang karapas dan berat kepiting bakau dikumpulkan melalui nelayan setempat sebagai enumerator sejak Oktober hingga April 2015. Hasil menunjukkan nilai b antara kepiting jantan (2,219 2,835) dan betina (1,264-2,352) berbeda nyata (P<0,05). Keduanya memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif dengan nilai b kepiting jantan cenderung lebih besar dibandingkan betina. Kisaran nilai K dan Kn menunjukkan kepiting jantan lebih panjang dibandingkan betina sehingga kepiting jantan cenderung lebih gemuk. Sebaran faktor kondisi kepiting bakau diduga terkait dengan siklus reproduksinya. Nilai faktor kondisi meningkat sejak bulan Oktober 2014 hingga puncaknya pada bulan Januari 2015yang diduga pada saat tersebut merupakan puncak musim pemijahan kepiting bakau di perairan P. Mantehage. Kata kunci: potensi pertumbuhan, perairan P. Mantehage, Scylla serrata 1

PENDAHULUAN Kepiting bakau yang terdapat di perairan sekitar Pulau Mantehage, Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara terdiri atas empat jenis, yaitu Scylla serrata, S. olivacea, S. tranquebarica dan S. paramamosain. Sedangkan jenis Scylla serrata (Forskål,1775) merupakan jenis kepiting bakau yang mendominasi hasil tangkapan kepiting oleh nelayan setempat. Scylla serrata memiliki ciri berupa adanya cheliped dan kaki-kaki dengan pola poligon untuk kedua jenis kelamin dan pada abdomen betina. Warna tubuh bervariasi dari ungu kehijauan hingga hitam kecoklatan. Duri pada rostrum tinggi, rata dan agak tumpul dengan tepian yang cenderung cekung dan membulat. Duri pada bagian luar cheliped berupa dua duri tajam pada propodus dan sepasang duri tajam pada carpus (Keenan et al., 1998). Cholik (1999) menyatakan bahwa kepiting bakau telah menjadi komoditas perikanan yang penting dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi di Indonesia sejak tahun 1980. Produksi kepiting bakau sebagian besar masih berasal dari sektor penangkapan. Permintaan kepiting bakau di dunia internasional cenderung meningkat sehingga berdampak pada tingginya aktivitas penangkapan kepiting di alam. Degradasi ekosistem mangrove dan eksploitasi berlebihan yang banyak terjadi di perairan Indonesia telah mengakibatkan penurunan pada populasi kepiting bakau (Scylla sp.). Upaya penangkapan kepiting bakau dapat dioptimalkan melalui pemacuan stok yang meliputi perbaikan habitat dan restoking (Cholik, 1999). Data biologi kepiting bakau sebagai data dasar diperlukan dalam rangka manajemen dan konservasi kepiting bakau di perairan Pulau Mantehage, Taman Nasional Bunaken. Salah satu data biologi tersebut adalah data mengenai hubungan panjang karapas dengan berat dan faktor kondisi kepiting bakau. Selain itu, sebaran temporal kepiting bakau diharapkan dapat tergambarkan melalui data yang direkam dalam penelitian ini. METODE PENELITIAN Data diperoleh dari hasil tangkapan nelayan binaan Jaring Nusantara setempat dengan menggunakan bantuan nelayan bubu sebagai enumerator selama periode Oktober 2014 hingga April 2015. Validasi data enumerator tersebut dilakukan selama survei lapang yang dilakukan pada bulan November 2014 dan Maret 2015 dengan pertimbangan mewakili musim, peralihan dan musim hujan. Identifikasi kepiting bakau dilakukan berdasarkan Keenan et al. (1998). Sampel kepiting bakau (Scylla serrata) diperoleh dengan melakukan pendataan hasil penangkapan oleh nelayan bubu binaan LSM Jaring Nusantara yang menggunakan perangkap (bubu lipat). Sampel hasil tangkapan nelayan diukur panjang karapas (mm) dan berat (gram) menggunakan calliper (jangka sorong) dan timbangan. 2

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel kepiting bakau Identifikasi kepiting bakau dilakukan berdasarkan Keenan et al. (1998). Sampel kepiting bakau (Scylla serrata) diperoleh dengan melakukan pendataan hasil penangkapan oleh nelayan bubu binaan LSM Jaring Nusantara yang menggunakan perangkap (bubu lipat). Sampel hasil tangkapan nelayan diukur panjang karapas (mm) dan berat (gram) menggunakan calliper (jangka sorong) dan timbangan. Rasio kelamin dianalisis menggunakan uji chi-square untuk melihat keseimbangan rasio jantan dan betina. Hubungan lebar karapas dan berat tubuh kepiting bakau dianalisis dengan memisahkan antara jenis kelamin jantan dan betina menggunakan persamaan Le Cren (1951) sebagai berikut: W = al b dengan W adalah berat tubuh kepiting dalam gram, L adalah panjangr karapas kepiting dalam cm, a dan b adalah konstanta (Effendie, 2002; King, 1995). Nilai konstanta a dan b diestimasi melalui analisis regresi linier. Nilai b yang diperoleh kemudian diuji ketepatannya terhadap nilai b = 3 menggunakan uji-t dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisis varians (ANOVA) dilakukan untuk menguji perbedaan hubungan panjang-berat antara kepiting bakau jantan dengan betina (Effendie, 1979). Penelitian pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui potensi biologi kepiting bakau (S. serrata) di perairan sekitar Mantehage dan Popareng ditinjau dari hubungan panjang karapas-berat dan faktor kondisinya. Perbandingan antar kelas ukuran dan analisis statistik untuk parameter pertumbuhan dilakukan menggunakan nilai histogram dengan menggunakan program Minitab 17 dan R. Uji ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95% dilakukan untuk mengetahui perbedaan nilai pada masing-masing kelas ukuran panjang karapas kepiting bakau. 3

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah sampel Scylla serrata yang diperoleh selama periode Oktober 2014 hingga Januari 2015 adalah sebanyak 226 ekor, terdiri atas 116 jantan (51,33%) dan 110 betina (48,67%) dengan nisbah kelamin jantan dengan betina secara keseluruhan adalah 5 : 4. Hasil perhitungan model potensi pertumbuhan kepiting bakau (S. serrata) di perairan Pulau Mantehage Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara ditampilkan secara grafis di Gambar 2, 3, 4 dan 5. Gambar 2. Model regresi pertumbuhan kepiting jantan Distribusi jenis kelamin kepiting bakau secara temporal juga menunjukkan rasio jantan lebih besar dibandingkan betina. Berdasarkan uji chi square,diketahui bahwa rasio jantan dan betina kepiting bakau berbeda nyata terhadap 1 : 1 (P<0,05). Hal tersebut menunjukkan populasi kepiting bakau di perairan Pulau Mantehage didominasi oleh jenis kelamin jantan. Banyaknya kepiting jantan yang tertangkap di perairan Mantehage diduga terkait dengan pola migrasi kepiting bakau. S. serrata yang melakukan perkawinan di perairan mangrove dan secara berangsurangsur sesuai dengan perkembangan telurnya, kepiting betina akan beruaya ke laut dan memijah, sedangkan kepiting jantan tetap di perairan hutan bakau atau muara sungai (Hill, 1975). Kepiting jantan yang banyak tertangkap dibandingkan betina diduga juga dipengaruhi oleh sifat agresif S. serrata jantan dalam mencari makan (Wijaya et al., 2010) sehingga kepiting jantan banyak yang lebih sering tertangkap dengan bubu lipat. Kondisi populasi S. serrata yang umumnya didominasi oleh jenis kelamin jantan juga terdapat di lokasi lain. Wijaya et al. (2010) menyebutkan 4

nisbah kelamin S. serrata di kawasan mangrove Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur secara umum juga didominasi oleh kepiting jantan. Kondisi yang sama juga penah dilaporkan di perairan mangrove Sundarbans, Bangladesh (Ali et al., 2004), di Kosrae, Micronesia (Bonine et al., 2008), dan di Kenya (Fondo et al., 2010). Gambar 3. Model pertumbuhan kuadratik kepiting jantan Persamaan hubungan panjang karapas dan berat tubuh kepiting bakau yang tertangkap ditampilkan dalam bentuk grafis Minitab 17. Nilai korelasi persamaan tersebut yang berkisar antara 0,91-0,94 menunjukkan hubungan yang erat. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 90,14 % - 93,59 % yang menunjukkan variabel lebar karapas memiliki pengaruh terhadap variabel berat kepiting bakau. Nilai b untuk S. serrata jantan berkisar antara 2,219 lebih tinggi daripada kepiting betina. Menurut Wijaya et al. (2010), kepiting bakau jantan cenderung bersifat agresif dalam mencari makan sehingga energi yang diperoleh untuk pertumbuhan akan menjadi lebih tinggi. Nilai b kepiting bakau jantan yang lebih besar dibandingkan betina juga pernah dilaporkan ditemukan di perairan laguna Chilika di India (Mohapatra et al., 2010), dan perairan mangrove Sundarbans, Bangladesh (Ali et al., 2004). Miyasaka et al. (2007) menyatakan bahwa nilai b kepiting jantan yang lebih tinggi dibandingkan betina juga teramati pada genus Brachyura (kepiting-kepitingan) lainnya. 5

Berat (g) Jurnal Ilmiah Platax Vol. 3:(1), Januari 2015 ISSN: 2302-3589 Y: Berat (g) X: Panjang (mm) Regression for Berat (g) vs Panjang (mm) Model Selection Report Fitted Line Plot for Quadratic Model Y = 112.3-1.014 X + 0.02940 X^2 1250 Large residual Unusual X 1000 750 500 250 0 50 100 150 200 250 Panjang (mm) Statistics Selected Model Quadratic Alternative Model Linear R-squared (adjusted) 93.59% 90.14% P-value, model <0.005* <0.005* P-value, linear term 0.528 <0.005* P-value, quadratic term <0.005* Residual standard deviation 92.121 114.254 * Statistically significant (p < 0.05) Gambar 4. Hubungan panjang berat kepiting betina Berdasarkan nilai b secara umum, kepiting bakau yang tertangkap di Pulau Mantehage, baik jantan maupun betina memiliki pola pertumbuhan yang bersifat allometrik negatif. Pola pertumbuhan tersebut menunjukkan pertumbuhan panjang atau lebar karapas kepiting bakau cenderung lebih cepat dari pertumbuhan beratnya (Effendie, 2002). Persamaan hubungan panjang karapas-berat dapat digunakan untuk konversi nilai panjang karapas ke berat, menduga rerata berat biomass dari rerata panjang/lebarnya dan mengetahui kondisi baik kepiting bakau melalui perhitungan faktor kondisi (Le Cren, 1951). Faktor kondisi (indeks ponderal) merupakan indeks yang dapat digunakan untuk menunjukkan kondisi atau keadaan baik organisme ditinjau dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi (Effendie, 2002). 6

Gambar 5. Gambar regresi model pertumbuhan kepiting betina Informasi mengenai sebaran temporal kondisi kepiting bakau bermanfaat bagi pengelolaan populasi kepiting bakau di Pulau Mantehage. Berdasarkan data sebaran temporal dapat diketahui kapan waktu musim puncak pemijahan sehingga demi keberlangsungan populasi kepiting bakau dapat dilakukan penutupan musim penangkapan pada saat musim pemijahan. KESIMPULAN 1. Kepiting bakau jantan di perairan Pulau Mantehage Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara lebih besar dibandingkan betina sehingga kepiting jantan cenderung lebih gemuk. 2. Peningkatan jumlah kepiting bakau pada bulan Oktober yang diduga merupakan awal musim pemijahan. 3. Sebaran temporal kondisi kepiting bakau berdasarkan hasil analisis menunjukkan kondisi baik dan cenderung stabil sepanjang tahun. DAFTAR PUSTAKA Ali, M.Y., D. Kamal, S.M.M. Hossain, M.A. Azam, W. Sabbir, A. Murshida, B. Ahmed & K. Azam. 2004. Biological studies of the mud crab, Scylla serrata (Forskal) of the Sundarbans mangrove ecosystem in Khulna Region of Bangladesh. Pak J. Biol. Sci. 7 (11): 1981 1987. Anderson, R.O. & R.M. Neumann. 1996. Length, weight, and associated structural indices. In Fisheries Techniques Second 7

Edition, Murphy, B.R. and D.W. Willis. (eds.), American Fisheries Society, Bethesda, Maryland USA. 447 482p. Bagenal,T.B. & F.W.Tesch 1978. Age and growth.in Methods for Assessment of Fish Production in Fresh Waters. Third Edition. International. Biological Programme Handbooks No. 3. Blackwell Scientific Publications, Oxford. 101 136. Bonine, K.M., E.P. Bjorkstedt, K.C. Ewel & M. Palik. 2008. Population Characteristics of the Mangrove Crab Scylla serrata (Decapoda: Portunidae) in Kosrae, Federated States of Micronesia: Effects of Harvest and Implications for Management. Pacific Science (2008), Vol. 62 (I):1 19. Cholik F. 1999. Review of mud crab culture research in ndonesia.proceeding of Mud Crab Aquaculture and Biology. Australian Centre for International Agricultural Research, (ACIAR), Canberra, (78):14-20. Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hal. Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta. 163 hal. Fondo, E.N., E.N. Kimani & D.O. Odongo. 2010.The status of mangrove mud crab fishery in Kenya, East Africa. Int. J. Fish. Aqua. Vol. 2 (3): 79 86. Hill, B.J. 1975. Abundance, breeding and growth of the crab Scylla serrata in two South African estuaries. Marine Biology 32: 119 126. Keenan, C.P., P.J.F. Davie & D.L. Mann. 1998. A revision of the genus Scylla De HAAN, 1833 (Crustacea: Decapoda: Brachyura: Portunidae). The Raffles Bulletin of Zoology, 46 (1): 217-245. King, M. 1995. Fisheries biology: assessment and management. Fishing News Books, Blackwell Science Ltd. Oxford. 341p. Le Cren, C.D. 1951. The length-weight relationship seasonal cycle in gonadal weight and condition in the perch (Perca fluviatilis). J. Anim. Ecol. 20: 201-219. Miyasaka, H., M. Genkai-Kato, Y. Goda & K. Omori.2007. Length-weight relationships of two varunid crab species, Helice tridens and Chasmagnathus convexus, in Japan. Limnology (8): 81-83. Mohapatra, A., R.K. Mohanty, S.K. Mohanty & S.K. Dey. 2010. Carapace width and weight relationships, condition factor, relative condition factor and gonado-somatic index (GSI) of mud crabs (Scylla spp.) from Chilika Lagoon, India. Indian J. Mar. Sci. Vol. 39 (1): 120-127. Purnamaningtyas, S.E. & A.R. Syam. 2010. Kajian kualitas air dalam mendukung pemacuan stok kepiting bakau di Mayangan Subang, Jawa Barat. LIMNOTEK Vol. 17 (1): 85 93. Rahardjo, M.F. 2008. Perubahan makanan ikan blama, Nibea soldado (Lac.) terkait dengan ukuran tubuh dan waktu di perairan Pantai Mayangan, Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Tahunan V Hasil Penelitian Perikanan dan 8

Kelautan Tahun 2008. Jurusan Perikanan dan Kelautan UGM dan Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan: BI-08 (1-7). Rugaya, H.S.S. 2006.Karakter morfometrik kepiting bakau (Scylla serrata, Scylla paramamosain dan Scylla olivacea) di Perairan Pantai Desa Mayangan, Kab. Subang, Jawa Barat.Jurnal Ilmiah Sorihi, Vol 1, No. 5: 26-42. Satria, H. & A. Priatna. 2009. Kerapatan hutan bakau sebagai data dasar dalam rehabilitasikepiting bakau (Scylla spp.) di Perairan Mangrove Mayangan, Subang Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Perikanan 2009. Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta: 174-180. Satria, H. & A.R. Syam. 2009. Migrasi Pemijahan Kepiting Bakau (Scylla serrata) ke Arah Laut dari Perairan Mangrove Mayangan, Subang. Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumberdaya Ikan II. Pusat Riset Perikanan Tangkap: KR-08 (1-9). Sjafei, D.S. & V. Liana. 2005. Beberapa aspek reproduksi ikan tigawaja Otolithes rubber, Bock & Schneider (Sciaenidae) dari Perairan Pantai Mayangan, Subang, Jawa Barat. Seminar Nasional Tahunan Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada: MSP-182 (1-7). Syam, A.R., Sulistiono, E.S. Kartamihardja, S.E. Purnamaningtyas, P. Rahmadi, S. Romdhon, U. Sukandi, H. Satria, A. Nurfiarini & Kosasih. 2009. Pemacuan stok kepiting bakau (Scylla spp) di Pantai Utara Jawa. Loka Riset Pemacuan Stok Ikan. Laporan Akhir. 55p. Tidak Dipublikasikan. Syam, A.R. & S.E. Purnamaningtyas. 2010. Dugaan Populasi Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Perairan Mangrove Mayangan - Subang Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Perikanan 2010. Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta: 325 330. Wijaya, N.I., F. Yulianda, M. Boer & S. Juwana. 2010. Biologi populasi kepiting bakau (Scylla serrata F.) di habitat mangrove Taman Nasional Kutai Kabupaten Kutai Timur. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 36(3): 439-456. 9