I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH. Mimi Hayatiˡ, Elfiana 2, Martina 3 ABSTRAK

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

Gambar 22. Peta Kabupaten Kutai Timur

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

PERNCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH ( Bangwil)

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam lokasi kawasan komoditas unggulan nasional pada komoditas padi

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Pendahuluan ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama krisis, usaha di sektor pertanian menunjukkan kinerjanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2017

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan wilayah (Regional Development) merupakan upaya untuk

EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN PASAMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Perekonomian Daerah. 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian

Penggunaan Lahan Pertanian dan Arah Pengembangan ke Depan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari. pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

S. Andy Cahyono dan Purwanto

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Trenggalek, Mei Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis yang memegang peranan penting di Kalimantan Tengah; salah satunya sebagai kontribusi dengan nilai tertinggi terhadap total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data Biro Pusat Statistik menyebutkan bahwa hingga Triwulan III Tahun 2011 sumber utama pertumbuhan berasal dari sektor pertanian yaitu sebesar 2,05%. (BPS Provinsi Kalimantan Tengah, 2011). Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dengan menetapkannya sistem pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor dan kesejahteraan petani sebagai visi dari pembangunan pertanian (BPTP Kalimantan Tengah, 2010). Hal tersebut dapat diartikan bahwa pada era otonomi daerah dengan kebijakan desentralisasi, pembangunan sektor pertanian sudah seyogyanya bertumpu pada potensi sumberdaya alam yang terdapat di wilayah Kalimantan Tengah. Salah satu upaya dalam peningkatan produksi pertanian baik untuk sub sektor tanaman pangan dan tanaman perkebunan adalah dengan melakukan pola intensifikasi pertanian dan ekstensifikasi pertanian melalui perluasan areal tanam pada - yang memiliki kesesuaian untuk pengembangan komoditas yang diusahakan. Pemanfaatan agar memiliki prospek pengembangan pertanian dan peningkatan hasil yang signifikan, perencanaan wilayah perlu dikelola secara optimal dan rasional serta mengacu pada konsep keberlanjutan. Pilar utama dari sistem pertanian berkelanjutan (sustainable agricultural system) adalah produktivitas hasil, jaminan pasar dari produktivitas dan perlindungan kelestarian (Mbata, 2001) dan konsep dari keberlanjutan itu sendiri lebih menekankan pada kelangsungan sumberdaya alam yang masih dapat memberikan produksi tanpa membahayakan lingkungan (Benbrook, 1991). Sistem pertanian berkelanjutan akan terwujud hanya apabila pemanfaatan digunakan untuk sistem pertanian yang tepat dengan cara pengelolaan yang sesuai. Pemanfaatan yang tidak tepat akan mengakibatkan menurunnya produktivitas yang lebih lanjut dapat berakibat terjadinya kerusakan ekosistem. Pemanfaatan yang tepat dan sesuai tidak hanya menjamin bahwa sumberdaya dapat dimanfaatkan untuk penggunaan saat ini, tetapi juga menjamin bahwa sumberdaya alam ini dapat bermanfaat untuk penggunaan di masa mendatang (Amien, 1994). Potensi sumberdaya untuk pembangunan pertanian dan perkebunan seyogyanya dikelola secara bijak dengan tetap berorientasi pada kelestarian sumberdaya alam. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari dampak negatif pembangunan pertanian yang 1

berkaitan dengan pemanfaatan sehingga mengakibatkan banyak terjadinya kritis. Upaya untuk mencapai sistem pertanian yang berkelanjutan (sustainable agricultural system) mendorong perlunya suatu perencanaan penggunaan yang sistematis dan terpadu khususnya untuk pertanian. Suatu perencanaan yang matang akan menghasilkan output berupa konsep penataan terpadu yang berdasarkan pada kesesuaian untuk pengembangan komoditas-komoditas terpilih. Penataan yang tepat sangat menentukan keberhasilan usaha tani sehingga pengembangan pertanian berdasar kesesuaian sangat dibutuhkan (Anwar et al., 1997). Kebutuhan akan perencanaan penggunaan menjadi hal yang mutlak manakala suatu kawasan memiliki potensi sumberdaya untuk pengembangan pertanian dan perkebunan. Dalam perencanaan penggunaan, jenis pemanfaatan harus dirancang sesuai dengan potensi nya untuk menjamin keberlanjutan sumberdaya yang tersedia (Amler et al., 1999). Luas wilayah provinsi Kalimantan Tengah mencapai 15.451.287 Ha dan menempati urutan terluas ke-3 di Indonesia; memiliki potensi luasan areal untuk pengembangan dan pembangunan sub sektor pertanian dan perkebunan. Hingga tahun 2012 luas areal yang sudah dimanfaatkan untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian, hortikultura dan perkebunan hanya mencapai luasan sekitar 2.848.905 Ha atau 18,44% dari total luas wilayah Kalimantan Tengah (Tabel 1.1). Saat ini, pemanfaatan dan upaya pengembangan wilayah untuk pertanian dan perkebunan belum sepenuhnya mengacu pada konsep kesesuaian dengan prinsip keberlanjutan yang berorientasi pada kelestarian sumberdaya. Banyaknya pembukaan untuk tujuan komersil seperti kawasan perkebunan kelapa sawit dan lain-lain yang tidak mengacu kaidah dan aturan berdasarkan kesesuaian dapat mengakibatkan rusaknya ekositem hutan yang ada. Kerusakan hutan yang terjadi di Provinsi Kalimantan Tengah dilaporkan sebagai peringkat paling luas dibanding tiga provinsi lainnya di Pulau Kalimantan dengan luas kerusakan mencapai 256 ribu hektare per tahunnya atau dengan kata lain laju kerusakannya telah menembus sekitar 2,2 persen per tahun. Hal ini terjadi karena banyaknya pembukaan yang tidak sesuai aturan seperti pengembangan perkebunan kelapa sawit dengan prosentase mencapai 80% dan sisanya sebanyak 20% karena pertambangan, dan area transmigrasi (Anonim, 2008). Kebijakan pertanian untuk meningkatkan produktivitas hasil melalui ekstensifikasi atau perluasan areal tanam baik untuk pertanian dan perkebunan pada akhirnya juga berpengaruh terhadap keberadaaan hutan. Di bagian Selatan provinsi Kalimantan Tengah, kebijakan ekstensifikasi melalui pencetakan sawah-sawah yang baru dilaksanakan dengan manfaatkan sebagian hutan rawa pasang surut dan gambut. 2

Tabel 1.1 Luas areal yang sudah dimanfaatkan untuk pengembangan beberapa komoditas pertanian, hortikultura dan perkebunan hingga tahun 2012. No Komoditas Luas (Ha) (%) 1 Tanaman Pangan dan Hortikultura Padi sawah 124.143 4,36 Padi Ladang 81.419 2,86 Jagung 2.045 0,07 Kedelai 1.627 0,06 Ubi Jalar 1.722 0,05 Ubi Kayu 6.225 0,22 Kacang Hijau 248 0,01 Buah-buahan 811.408 28,48 Sayuran 11.278 0,40 Tanaman Hias 18.276 0,64 Biofarmaka 25.846 0,91 2 Perkebunan Karet 485.038 17,03 Kelapa 75.183 2,64 Kelapa Sawit 1.193.484 41,892 Kopi 4.435 0,16 Lada 2.368 0,08 Kakao 812 0,03 Tanaman Perkebunan Lainnya 3.348 0,12 Jumlah Total 2.848.905 100,00 Sumber: www. kalteng.go.id; www. hotikultura. deptan.go.id; dan BPS, 2012; 2013. Kondisi ini terjadi salah satunya dikarenakan belum tersedianya data dan informasi mengenai konsep tata ruang wilayah terkini. Selain itu informasi sumberdaya baik berupa data spasial maupun tabular hingga saat ini belum terorganisir ke dalam suatu sistem database. Data dan informasi sumberdaya dapat menyajikan distribusi dan luasan potensial serta kendala dan alternatif teknologi pengelolaan yang diperlukan untuk pengembangan pertanian dan perkebunan yang berorientasi pada sistem berkelanjutan (Hikmatullah et al., 2008). Selama ini konsep perencanaan pengembangan wilayah masih belum mengacu pada panduan baku RTRW. Sistem informasi dan dokumen penataan ruang yang tersedia hanya mengandalkan RTRW tahun 2003 yang mungkin sebagian besar datanya sudah tidak relevan untuk kondisi terkini. Sebelum diberlakukannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, telah disusun Undang-Undang No.24 tahun 1992 yang menginstruksikan bahwa setiap provinsi menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk peta skala tinjau 1:250.000. Informasi peta ini 3

dimaksudkan agar sumberdaya alam yang dimiliki oleh masing-masing provinsi dapat dimanfaatkan secara terarah sesuai dengan daya dukungnya, sehingga dapat dicapai hasil yang optimal dan berkelanjutan. Khusus untuk penataan kawasan non budidaya, perencanaan wilayah diarahkan untuk menetapkan kawasan hutan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Pertanian No. 837 Tahun 1980 yang menekankan perlunya zonasi wilayah kehutanan guna memelihara keamanan tata air, mencegah banjir dan erosi serta menjaga keawetan dan kesuburan tanah. Sejak diberlakukannya peraturan tersebut, hingga saat ini provinsi Kalimantan Tengah baru menyusun rencana tata ruang sebanyak 3 tahap data yaitu tahun 1995, 2000 dan yang terakhir tahun 2003. Hal ini mengindikasikan bahwa pemanfaatan khususnya untuk kawasan lindung (non budidaya) dan kawasan budidaya masih memerlukan pembenahan yang sistematis agar lebih terarah, optimal dan berkelanjutan. Dengan mengacu pada kedua perangkat undang-undang itulah diharapkan perencanaan penggunaan dapat dilakukan secara terarah, berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pemanfaatan sumberdaya untuk pembangunan pertanian berkelanjutan dan penataan ruang yang sistematis untuk alokasi pemanfaatan ruang berdasarkan kesesuaian dan kemampuan memerlukan perencanaan penggunaan (landuse planning) yang rasional. Hal ini semua perlu berdasarkan pada data dan informasi sumberdaya yang juga mencakup kesesuaian untuk pengembangan komoditas-komoditas yang diunggulkan, kemampuan dan pewilayahan sistem pertanian yang rasional. Karena data dan informasi yang akan dihasilkan merupakan data dasar untuk kepentingan perencanaan penggunaan skala regional provinsi dan berbagai keperluan lainnya, maka keseluruhan data akan diorganisir suatu sistem database untuk memudahkan dalam proses akses data, penyimpanan dan pembaharuan data. Aplikasi teknologi sistem informasi geografis (GIS) perlu digunakan untuk kepentingan pengelolaan dan analisis data khususnya informasi sumberdaya yang berorientasi pada geografis bumi. Hasil dari kegiatan penelitian untuk selanjutnya disusun ke dalam suatu sistem database yang memuat hasil inventarisasi dan analisis data dan informasi sumberdaya untuk kepentingan perencanaan wilayah. Selain sebagai bank data, sistem database memuat informasi berupa rekomendasi serta arahan penggunaan untuk pengembangan pertanian dan perkebunan di wilayah Kalimantan Tengah. Sistem database perencanaan wilayah ini selanjutnya dapat dijadikan sebagai alat bantu (tools) dalam proses pengambilan keputusan untuk penyusunan perencanaan wilayah dan penggunaan pertanian (agricultural landuse planning). Selain itu sistem database yang juga menyajikan data dan informasi sumberdaya dapat dijadikan sebagai dasar 4

pertimbangan (basic consideration) bagi pengambil kebijakan dalam menyusun kebijakan mengenai arahan tata ruang wilayah pertanian untuk wilayah Kalimantan Tengah. Diagram alir kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1.1. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian secara umum pada latar belakang maka dapat disusun beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Pemanfatan untuk pembangunan pertanian dan perkebunan yang berorientasi pada konsep keberlanjutan di wilayah Kalimantan Tengah masih belum sepenuhnya diimplementasikan baik dalam koridor peraturan dan perundangan maupun teknis pelaksanaan di lapangan. 2. Kerangka hukum kebijakan pemerintah mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah masih mengacu pada aturan yang lama yaitu tahun 2003 yang jelas sudah tidak relevan dengan kondisi terkini. Beberapa landasan hukum dan perangkat undangundang yang dijadikan dasar dalam penyusunan/mpengaturan penataan ruang dan perlu untuk diimplementasikan antara lain: Undang-Undang No.24 Tahun 1992; Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008, Pasal 66; Keputusan Menteri Pertanian No. 837 Tahun 1980; Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, Pasal 5; Permentan No. 41 Tahun 2009; Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2000, dan Undang-undang No. 4 Tahun 2011. 3. Perencanaan penggunaan yang sistematis untuk pengalokasian kawasan budidaya dan nonbudidaya secara rasional masih perlu untuk dikembangkan. 4. Informasi kesesuaian dan kemampuan yang akurat bagi beberapa komoditas unggulan yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan perencanaan penggunaan belum lengkap tersedia. 5. Ketersediaan data dan informasi masih belum sepenuhnya diorganisir menjadi suatu sistem database sebagai sistem informasi yang sangat bermanfaat untuk membantu pengambilan keputusan perencanaan wilayah pertanian berbasis sumberdaya. 5

Wilayah Kalimantan Tengah memiliki potensi luasan areal untuk pengembangan/pembangunan pertanian dan perkebunan Pemanfaatan dan upaya pengembangan wilayah pertanian belum sepenuhnya mengacu pada konsep kesesuaian dan kemampuan Pemanfaatan dan penataan pertanian/perkebunan masih mengacu pada peraturan lama yang sudah tidak relevan dengan kondisi terkini Pemanfaatan untuk kawasan budidaya dan non budidaya masih memerlukan pembenahan yang sistematis, terarah, optimal dan berkelanjutan Informasi mengenai konsep pewilayahan dan penataan terkini yang didukung sistem database informasi sumberdaya untuk kepentingan perencanaan penggunaan belum tersedia Mendukung Implementasi : 1. Undang-Undang No 24 Tahun 1992 (Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Tingkat Provinsi Skala 1:250.000) 2. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008, Pasal 66 (Penetapan kawasan pertanian berdasarkan kesesuaian ) 3. Keputusan Menteri Pertanian No. 837 Tahun 1980 (Arahan fungsi pemanfaatan ) 4. UU No. 26 Tahun 2007, Pasal 5 (Penetapan dua fungsi kawasan utama, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya) 5. Permentan No. 41 Tahun 2009 (Kriteria teknis penetapan kawasan peruntukkan pertanian) 6. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2000 (Ketelitian peta untuk penataan ruang) 7. Undang-undang No. 4 Tahun 2011 (Informasi geospasial) Studi mengenai aspek biofisik lingkungan khususnya inventarisasi sumberdaya untuk kepentingan evaluasi kemampuan dan kesesuaian dalam menyusun perencanaan wilayah pertanian berbasis sumberdaya Data dan informasi potensi sumberdaya untuk kepentingan perencanaan wilayah pertanian berbasis sumberdaya Konsep perencanaan wilayah / tata ruang pertanian berbasis sumberdaya Rekomendasi /arahan penggunaan untuk pengembangan dan pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan yang berorientasi pada sistem pertanian berkelanjutan Sistem database perencanaan wilayah pertanian dan informasi sumberdaya Sistem informasi perencanaan wilayah pertanian dan sumberdaya untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan penggunaan guna pembangunan pertanian berkelanjutan Gambar 1.1 Diagram alir kerangka pemikiran dalam penelitian 6

1.3 Tujuan Penelitian 1. Inventarisasi potensi sumberdaya untuk kepentingan evaluasi dan perencanaan wilayah pertanian. 2. Identifikasi potensi sumberdaya dengan pendekatan evaluasi kemampuan. 3. Identifikasi potensi sumberdaya untuk pengembangan komoditas pertanian dan perkebunan dengan pendekatan evaluasi kesesuaian. 4. Identifikasi kewilayahan berdasarkan hasil inventarisasi sumberdaya dan evaluasi. 5. Penentuan prioritas pengembangan kelompok komoditas secara kewilayahan untuk masing-masing wilayah administrasi kabupaten dalam lingkup regional provinsi. 6. Penyusunan konsep perencanaan wilayah pengembangan pertanian berbasis sumberdaya dan rekomendasi arahan pewilayahan untuk pembangunan pertanian yang berorientasi pada sistem pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture system). 7. Penyusunan sistem database perencanaan wilayah dan sumberdaya secara sistematis sebagai suatu sistem informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan wilayah pertanian berbasis sumberdaya. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan-tujuan dari penelitian sebagaimana yang telah diuraikan, maka manfaat dari penelitian ini adalah untuk membantu para penentu kebijakan dalam menyusun konsep atau kerangka perencanaan wilayah pertanian berbasis sumberdaya sebagai bagian integral dari rencana tata ruang wilayah di tingkat regional provinsi. Produk sistem database sebagai bagian dari sistem informasi yang dihasilkan dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai alat bantu yang berguna (useful tool) dalam penyediakan data dan informasi yang berkaitan dengan perencanaan wilayah pertanian dan sumberdaya sekaligus untuk membantu/mendukung pengambilan keputusan dalam penyusunan perencanaan penggunaan. 1.5 Batasan Penelitian Penelitian ini menitik beratkan pada studi karakterisasi potensi biofisik lingkungan berupa inventarisasi sumberdaya untuk kepentingan evaluasi kemampuan dan kesesuaian sebagai dasar dalam penyusunan konsep atau kerangka perencanaan wilayah pertanian berbasis sumberdaya. Data dan informasi yang digunakan pada penelitian ini adalah berdasarkan survey tingkat tinjau dengan skala 1:250.000 yang 7

disesuaikan untuk kepentingan perencanaan penggunaan (land use planning) di tingkat regional provinsi. Evaluasi difokuskan pada beberapa tanaman terpilih yang dianggap mewakili kelompok komoditas yaitu padi, jagung, kedelai (komoditas tanaman pangan) dan kelapa sawit, karet (komoditas perkebunan). Data dan informasi mengenai aspek sosial ekonomi hanya digunakan untuk mendeskripsi wilayah secara umum baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten. Selain itu informasi ini juga digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam penyusunan kerangka perencanaan penggunaan untuk kawasan pertanian dan perkebunan serta perencanaan wilayah pertanian secara umum. 1.6 Keaslian (Originalitas) Penelitian Kajian dan studi mengenai evaluasi dan perencanaan wilayah dengan berbagai metode pendekatan telah banyak dilakukan khususnya untuk menentukan kelas kemampuan dan kesesuaian terhadap spesifik tanaman yang akan dikembangkan sebagai bagian dari perencanaan penggunaan. Beberapa hasil penelitian yang sudah pernah dilaksanakan disajikan pada Tabel 1.2. Penelitian ini dilandasi oleh penyusunan konsep perencanaan penggunaan pertanian sebagai masukan dan dasar pertimbangan dalam penyusunan rencana tata ruang (RTRW) induk untuk tingkat provinsi yang belum final diselesaikan hingga penelitian ini dilaksanakan. Keaslian (originalitas) dan kebaruan pada penelitian ini mencakup a) lokasi penelitian yang diarahkan untuk wilayah Kalimantan Tengah sebagai studi kasus; b) pelaksanaan proses evaluasi menggunakan gabungan dari beberapa pendekatan yaitu evaluasi kemampuan dan evaluasi kesesuaian serta gabungan beberapa prosedur penilaian untuk menentukan urutan prioritas penggunaan terhadap komoditas yang akan dikembangkan; c) penetapan prioritas pengembangan komoditas dengan pendekatan location quotient (LQ) yang diintegrasikan ke dalam sistem informasi geografis untuk kepentingan analisis kewilayahan (spatial analysis) dalam rangka penyusunan kerangka atau konsep perencanaan wilayah pertanian; dan d) penyusunan sistem database sebagai bagian dari sistem informasi untuk perencanaan wilayah pertanian berbasis sumberdaya. 8

Tabel 1.2 Beberapa penelitian mengenai evaluasi kesesuaian dan aplikasi teknologi GIS dalam perencanaan wilayah pertanian. No Peneliti Judul Metode/Pendekatan Hasil 1. Bocco et al., Remote sensing Aplikasi GIS dalam Peta 2001 and GIS-based penyusunan peta terrain untuk bentuk regional kepentingan perencanaan wilayah geomorphological wilayah skala yang luas mapping-tool for land use planing in developing countires 2. Kalogirou, 2001 Expert systems Aplikasi expert system LEIGIS Peta and GiS: an software dan teknologi GIS kesesuaian application of land komoditas suitability evaluation 3. Esther et al., Land Capability 2004 Evaluation for Land use Planning Using GIS 4. Paul et al., 2008 Remote Sensing and GIS Aided Land and Water Management Plan 5. Behzad et al., 2009 6. Martin and Saha, 2009 Preparation of Watershed Qualitative Evaluation of Land Suitability for Principal Crops in The Gargar Region, Khuzestan Provinsi, South West Iran Land Evaluation by Integrating Remote Sensing and GIS for Cropping System Analysis in a Watershed Aplikasi GIS dalam evaluasi kemampuan Interpretasi visual menggunakan data remote sensing yang selanjutnya diproses menggunakan GIS Evaluasi kesesuain secara kualitatif Integrasi data remote sensing dan survey tanah ke dalam GIS dengan prosedur evaluasi secara quantitatif Peta klasifikasi kemampuan Peta penggunaan dan peta liputan Peta kesesuaian beberapa komoditas unggulan Informasi spasial berupa peta kemampuan dalam format digital. 9