POLA PEMBESARAN SAPI PEDET Pola pembesaran pedet yang sangat menonjol di Kab. Boyolali ada 3 sistem yaitu : (1) pembesaran secara tradisional, (2) pem

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

Budidaya Sapi Potong Berbasis Agroekosistem Perkebunan Kelapa Sawit ANALISIS USAHA Seperti telah dikemukakan pada bab pendahuluan, usaha peternakan sa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

Karya ilmiah Peluang bisnis

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

UMUR SAPIH OPTIMAL PADA SAPI POTONG

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

ANALISIS POLA USAHA PEMBIBITAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF DAN SEMI INTENSIF

BAB I PENDAHULUAN. Sapi merupakan hewan ternak yang sangat banyak manfaatnya bagi manusia

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

I PENDAHULUAN. selesai, seekor induk sapi perah harus diafkir, dan diganti dengan induk baru yang

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bidang pertanian dan peternakan.pada umumnya sebagian besar penduduk. yang biasanya dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi.

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR...

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

MANFAAT BIOPLUS DALAM PENGGEMUKAN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH) JANTAN DI KECAMATAN LELES KABUPATEN DT II GARUT

A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

LAPORAN AKHIR PEMANTAPAN PROGRAM DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI DAGING SAPI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

PENGARUH UMUR DAN PANJANG CACAHAN RUMPUT RAJA TERHADAPEFISIENSI BAGIANYANGTERMAI{AN DOMBA DEWASA

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

II. TINJAUAN PUSTAKA

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Tipe Kandang Itik TIPE KANDANG ITIK. Dalam budidaya itik dikenal 3 tipe kandang. 60 cm. 60 cm

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).

MATERI DAN METODE. Materi

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

BUDIDAYA PEKING DUCK (ITIK PEKING) Oleh : Ir. H. Idih Purnama Alam. Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat BAB I.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

Tabel 1 Komposisi konsentrat komersial (GT 03) Nutrisi Kandungan (%) Bahan Protein 16 Jagung kuning, dedak gandum, Lemak 4 dedak padi, bungkil kacang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

Lampiran 1. Kuisioner untuk data anak kandang

Pembibitan dan Budidaya ternak dapat diartikan ternak yang digunakan sebagai tetua bagi anaknya tanpa atau sedikit memperhatikan potensi genetiknya. B

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09

TATALAKSANA PEMELIHARAAN PEDET DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU HPT) BATURRADEN, JAWA TENGAH TUGAS AKHIR

EKONOMI. Oleh Soedjana dan Atien Priyanti

Seminar Nosional Peternakan dan lieteriner 199- TATIT S., E. WrNA, B. TANGENIAYA dall I. W. MATHIUS

KAJIAN MENGURANGI ANGKA KEMATIAN ANAK DAN MEMPERPENDEK JARAK KELAHIRAN SAPI BALI DI PULAU TIMOR. Ati Rubianti, Amirudin Pohan dan Medo Kote

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

KAJIAN MENGURANGI KEMATIAN ANAK DAN MEMPERPENDEK JARAK KELAHIRAN SAPI BALI DI PULAU TIMOR

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014

EFESIENSI USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DALAM MENGHADAPI ERA PERDAGANGAN BEBAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

HASIL DAN PEMBAHASAN

J. M. Tatipikalawan dan S. Ch. Hehanussa Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon ABSTRACT

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN

ABSTRAK BAB 1. PENDAHULUAN

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

BAB IV Hasil Dan Pembahasan

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Transkripsi:

Lokakwya Fungsional Non Pene in 1999 KEUNGGULAN DAN ANALISIS BERBAGAI POLA PEMBESARAN PEDET DI KABUPATEN BOYOLALI BAMBANG KUSHARTONO Balai Penelitian Temak P.O. Box 221 Bogor, 16002 RINGKASAN Dipandang dari sudut permintaan dan penawaran nasional pengembangan ternak sapi merupakan peluang yang prospektif. Di Kab. Boyolali usaha ternak sapi perah lebih dominan dan merupakan kantong produksi susu, selain temak sapi perah ada beberapa pola pembesaran pedet untuk keperluan penyediaan bibit sapi perah dan bakalan sapi potong. Pola pembesaran pedet yang sangat menonjol ada 3 sistem yaitu pola pembesaran pedet tradisonal, semi intensif, dan intensif dengan memakai kandang Box. Khususnya pola pembesaran pedet sistem Box akan semakin efisien dan layak secara ekonomi serta memberi jaminan prospektif dalam upaya pengembangan sapi perah. PENDAHULUAN Dipandang dari sudut permintaan dan penawaran nasional pengembangan ternak sapi merupakan peluang yang prospektif. Namun demikian dalam pengembangannya perlu memperhatikan beberapa aspek seperti : aspek te$nik, ekonomi, lingkungan dan kelembagaan. Dengan terciptanya iklim usaha yang kondusif tentunya dapat memberikan peluang adanya peningkatan pendapatan, khususnya peternak, dan peluang investasi serta perluasan usaha. (Rachman B. 1998) Di Kab. Boyolali pada umumnya petani peternak sudah maju, bahkan Boyolali mempunyai sumber daya manusia yang handal dalam hal memelihara ternak sapi. Banyak yang menyebut peternak Boyolali sebagai bengkelnya perawatan sapi. Dikatakan bengkel perawatan sapi karena pada umumnya peternak Boyolali memelihara dan membesarkan sapi mulai dari pedet yang baru lahir, pedet lepas sapih, sapi bunting, sapi kering dan akhimya peternak menjual sapinya keluar daerah sampai ke Pangalengan. Di Kab. Boyolali usaha ternak sapi perah lebih dominan dan merupakan kantong produksi susu di wilayah pulau Jawa. Hingga saat ini di wilayah tersebut terus diupayakan untuk pengembangan ternak sapi perah. Namun demikian selain ternak sapi perah di Kab. Boyolali ada beberapa pola pembesaran pedet untuk keperluan penyediaan bibit dan bakalan sapi potong. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan menelaah kelayakan usaha pembesaran pedet dari berbagai pola pengembangan ditinjau dari efisiensi pemanfaatan sumber daya manusia. 161

POLA PEMBESARAN SAPI PEDET Pola pembesaran pedet yang sangat menonjol di Kab. Boyolali ada 3 sistem yaitu : (1) pembesaran secara tradisional, (2) pembesaran semi intensif, (3) pembesaran pedet intensif dengan memakai kandang "Box". Pola pembesaran tradisional yaitu pedet tidak dipisahkan dari induknya sampai pedet tersebut disapih, namun pola ini sekarang sudah banyak ditinggalkan. Sedangkan pola pembesaran semi intensif yaitu sudah ada sentuhan tehnologi, anak sapi sudah dipisah dari induknya dan dibuat kandang khusus. Uniknya peternak di Kab. Boyolali selain memelihara pedet yang sudah dipisahkan dari induknya mereka juga menambahkan pedet dari sapi yang lain 2 ekor sehingga jumlah ternak pedet peliharaan menjadi 3 ekor. Pola seperti ini banyak berkembang di Bojolali setelah pedet dipelihar 3 bulan pedet tersebut dijual dan biasanya peternak membeli lagi dari pasar pedet yang baru lahir 3 ekor, setelah dipelihara 3 bulan dijual kembali dan setelah itu membeli pedet yang baru lahir lagi 2 ekor, setelah dipelihara 3 bulan dijual kembali. Sehingga dalam satu periode dalam pola pembesaran ini 1 induk bisa menyusui sampai 8 ekor. Pola seperti ini banyak dikembangkan di Boyolali dan cukup berhasil, pada umumnya peternak dalam pola pembesaran ini memelihara pedet jantan dari sapi perah untuk keperluan bakalan sapi potong (penggemukan ). Dasar pertimbangan melakukan pemeliharaan dengan pola pembesaran seperti ini lebih menguntungkan dibanding dengan menjual hasil produksi susu dari induknya. Data di lapangan yang diperoleh harga susu sangat rendah Rp.550,-/lt. Dan rata-rata produksi 12 It per hari. Sedangkan harga beli pedet yang barn lahir (lepas kolostrum) Rp.200.000,-/ekor. Harga jual pedet setelah 3 bulan dipelihara Rp.500.000,-/ekor. Dengan demikian diperoleh perhitungan dalam satu periode sebagai berikut Jika menjual pedet = 8 x Rp.300.000,- = Rp.2.400.000,- Jika menjual produksi susu= 12 x 30 x 9x Rp.550,- =Rp.1.782.000,- Selisih pendapatan secara kotor = Rp. 618.000,- (Sumber data dari wawancara langsung dengan peternak 1997) Pola pembesaran pedet yang ke 3 yaitu pola pembesaran pedet sistem kandang "Box". Sistem ini diadopsi dari tenaga ahli Taiwan dan sekarang ini sedang dikembangkan di Kab. Boyolali. Dalam pemeliharaan sistem kandang "Box" selain ' pedet dipisahkan dari induknya pedet dimasukan kekadang "Box" layaknya bayi, setelah lepas kolustrum pedet diberikan susu bubuk sebagai pengganti susu murni. Disini ada penghematan biaya pemeliharaan, karena adanya perbedaan harga antara susu bubuk dan susu murni. Pemakaian susu bubuk jelas lebih murah karena harganya hampir 50% dari harga susu murni. Selain susu bubuk yang diberikan semenjak awal kelahiran pedet sudah diberikan pakan konsentrat dan dikenalkan dengan pakan hijauan kering/hay. Pola pembesaran sisitem Box mempunyai beberapa keunggulan antara lain Pedet disapih lebih cepat yaitu umur 40 hari Kematian 0-5 Pada penghematan biaya pemeliharaan 1 62

Kesehatan pedet lebih terjamin Model Kandang Pembesaran Pedet Sistem Box Kandang mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung baik dari cuaca, maupun dari gangguan binatang buas. Di dalam perkembangannya kandang juga berfungsi sebagai tempat pembesaran dan tempat produksi. Kandang pembesaran yang dikembangkan di Boyolali yaitu kandang berupa Box/kotak yang terbuat dari kayu atau bambu. Tujuan pemeliharaan dalam kandang Box ini adalah agar pedet dapat tumbuh dengan baik, karena kondisi pemeliharaan yang sehat. Kandang ini dilengkapi dengan tempat minum, tempat pakan konsentrat dan tempat hay/rumput kering. Pengembangan model kandang "Box" diperlukan karena masih banyak peternak melakukan peremajaan sapi perah yang diperoleh dari luar sehingga tidak diketahui asalusul dan potensinya, hal ini dapat berakibat tidak efisiennya suatu usaha tani sapi perah karena bibit yang jelek. Dengan adanya pengembangan pembesaran kandang "Box" diharapkan akan memudahkan pemilihan bibit sapi perah yang baik didukung dengan kondisi lingkungan yang baik, keadaan ini akan menghasilkan produksi susu yang optimum dan terjaminnya usaha tani sapi perah. Pemeliharaan pedet sistem Box dibandingkan pemeliharaan tradisonal terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Analisis Usaha Pembesaran Pedet Sistem Box dan Tradisional Kandang Sistem Box Pemeliharaan tradisional Penyapihan + 40 hari Biaya pemeliharaan sampai si sapih : Penyapihan + 90 hari Biaya Pemeliharaan sampai disapih Susu Kolustrum = 7 hari x 4 It. Kolustrum x Rp.550,-= Susu 1olustrum = 5 It. x Rp 550 x.90 hari = Rp. 15.400 Rp.247.500 Konsentrat starter 21 kg x Rp.900= Rp. 18.900 Tenaga 90 hari x Rp.500= Rp. 45.000 Susu buhuk 0,5 kg x Rp.2.500 x33 hari = Rp. 41.500 Tenaga 40 hari x Rp.500 = Rp. 20.000 Jurnlah biaya pemeliharaan = Rp.95.800 Jumlah biaya pemeliharaan = Rp.292.800 Ukuran Kandang Box :Panjang : 140-150 cm ; Lebar : 100 cm Tinggi : 100 cm ; Tinggi kaki :40-50 cm Lantai kandang hendaknya disemen, agar mudah dibersihkan, (Gambar 1.). Data diatas terlihat adanya selisih pengeluaran biaya untuk pemeliharaan yaitu pemeliharaan secara tradisional sebesar Rp. 292.800 sedangkan pemeliharaan dengan sistem kandang Box Rp. 95.800,- sehingga bisa menghemat biaya sebesar Rp. 197.000,- Pemeliharaan dengan sistem kandang Box selain bisa menghemat biaya juga mempunyai beberapa nilai tambah. Sebagai contoh kenaikan berat badan rata-rata per hari lebih tinggi 0,73 kg dibandingkan dengan pemeliharaan tradisional 0,27 kg per hari. (Sumber : Dinas Peternakan Dati I Jawa Tengah 1997) dapat dilihat pada Tabel 2. 1 6 3

T 1 95- ~o cm f. C. So C0',I, Pinlu dibual di bagian belakang Dengan ukuran : 1-char 6(1 cm Fifiggi IM C131 ~!a cm i E n I 1 E n,croac+ v s.. 1enK,al 1'cnq,aI. 1'enlpa1 RumMn Knnwnl,M Air suau Dibuat scdikit Icbih tinggi dari pada tempat rumput Gambar 1. Kandang Pembesaran Pedet Sistem Box Tabel 2. Perbandingan Nilai Tambah Sistem Kandang Box ddengan Sistem tradisional Uraian Kandang Box Tradisional Umur pedet pada waktu disapih 40 hari 90 hari Kenaikan berat badan rata-rata per hari 0,73 kg 0,27 kg Tingkat kematian 0-5 % 20-25% Biaya perawatan (Rp.) 95.800 292.800 Sumber Dinas Peternakan Dati I Jawa Tengah 1997. KESIMPULAN DAN SARAN Pada tingkat produksi yang dicapai saat ini ketiga pola tersebut cukup memberikan jaminan keunggulan. Khususnya pola pembesaran pedet "Sistem Box" akan semakin efisien dan menguntungkan. Hal ini cukup beralasan mengingat pola tersebut mampu mempercepat proses penyapihan dan mampu menekan tingkat kematian. Sehingga dalam upaya pengembangan sapi perah/sapi potong pola pengusahaan pembesaran pedet yang relatif memberi jaminan prospektif adalah pola pembesaran pedet - "Sistem Box". 1 6 4

DAFTAR BACAAN Anonymus. 1997. Pemeliharaan pedet sapi perah model misi Taiwan. Proyek Pengembangan Peternakan Rakyat tersebar di 35 Dati II Jawa Tengah. APBD I tahun 1996/1997. Dinas Peternakan Propinsi Dati I Jawa Tengah. Rachman B. 1998. Keunggulan Komperatif dan analisis sensivitas usaha sapi perah menurut pola pengusahaan di Jawa Barat. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Ilmu Ternak dan Veteriner Vol. 3 Nop.1 1998. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Talib C. 1991. Produktivitas pedet peranakan Onggole dan silangan dengan Brahman dan Limousin pertumbuhan pada umur 205 hari sampai 353 hari. Ilu dan Peternakan Vol. 4 No.4 Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 1 6 5