BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri dan pertahanan, (2) untuk menyelenggarakan peradilan,

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN OBAT DENGAN PROSEDUR E-PURCHASING BERDASARKAN E-CATALOGUE

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

MATERI 7 PENGANTAR E-PROCUREMENT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

PENGANTAR E-PROCUREMENT

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan barang dan jasa yang tidak disediakan oleh pihak swasta.

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 36 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BENGKULU SELATAN

PENGANTAR E-PROCUREMENT

DAFTAR ISI. Pengantar E-Procurement. Diklat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah TUJUAN PELATIHAN PENDAHULUAN. e-tendering. e-purchasing 10/19/2016

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

1.1. Pejabat Pembuat Komitmen

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI ENDE PERATURAN BUPATI ENDE NOMOR 29 TAHUN 2010

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 4 TAHUN 2010

barang dan jasa yang dibutuhkan, untuk mendapatkan mitra kerja yang sesuai dengan kriteria perusahaan diperlukan suatu proses untuk pemilihan

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

MODUL 10 PENGGUNAAN EPROCUREMENT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Presiden Nomor 4 Tahun 2015 adalah sebagai berikut ini.

-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK PADA PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 6 TAHUN TAHUN 2007 TENTANG

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING KENDARAAN PANITIA

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG

KAJIAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS AANWIJZING ELEKTONIK PADA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DARI SEGI PENYEDIA JASA SKRIPSI

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lem

PERSEPSI PENYEDIA JASA KONSTRUKSI TERHADAP EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI AANWIJZING ELEKTRONIK. Yervi Hesna 1,*), Suwardi Siregar 2)

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 130 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Petunjuk Pengoperasian SPSE Verifikator

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

E-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BUPATI MADIUN S A L SALINANN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG,

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI KUANTAN SINGINGI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. mencari penyedia barang dan jasa. Proses lelang (procurement) biasanya dilakukan

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan

BERITA NEGARA. No.1239, 2012 LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. E-Purchasing. Pengadaan Elektronik

PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA MEDAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING OBAT PENYEDIA

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING OBAT PPK

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING OBAT PANITIA

Walikota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing ALAT MESIN PERTANIAN (ALSINTAN) PANITIA

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PERALATAN BERAT PPK

UNIT LAYANAN PENGADAAN BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BEKASI 2014

2011, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah

PENGGUNAAN E-PROCUREMENT

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING ALAT KESEHATAN PPK

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PP- SHEET PENYEDIA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGUMUMAN LELANG DAN PENERIMAAN DOKUMEN PENAWARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 37 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING ALAT BERAT PENYEDIA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks tata pemerintahan, procurement dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pemerintah dalam menjalankan roda Pemerintahan dengan melalui

Sosialisasi & Bimtek. Oleh: Aditya Widyawan Prima, S.Kom. Selasa, 24 Oktober 2017

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BANJAR

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

GUBERNUR JAWA TENGAH

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

BAGIAN LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BEKASI 2017

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH DISTRIBUTOR/PELAKSANA PEKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konsultan untuk mendapatkan penawaran bersaing sesuai spesifikasi dan dapat

PETUNJUK PENGGUNAAN BERMOTOR PANITIA

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA Nomor : 339/PER/2010 tentang IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Petunjuk Pengoperasian SPSE Admin Agency

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING ALAT KESEHATAN PENYEDIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah mengalami pergeseran paradigma baru dalam pelaksanaannya, terutama setelah kegiatan pengadaan dilakukan melalui sistem elektronik (e-procurement). E-Procurement dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik [1]. Pada prinsipnya sistem e-procurement mengubah pola pikir, dari sesuatu yang sifatnya manual dan rawan penyalahgunaan menjadi sistem elektronik sistemik yang mengurangi tatap muka. Sistem ini secara tidak langsung memicu terciptanya pasar pengadaan yang kompetitif dan sehat. Setiap penyedia memiliki kesempatan yang sama, tidak ada lagi diskriminasi, jaminan transparansi karena sistem bisa dipantau bersama-sama dan praktek kecurangan dapat semakin dihilangkan [2]. Aplikasi e-procurement untuk pengadaan barang/jasa pemerintah di Indonesia dikembangkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), yang dinamakan Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE). SPSE mulai diterapkan oleh instansi-instansi pemerintah di seluruh Indonesia sejak tahun 2008. Unit yang dibentuk oleh sebuah instansi untuk mengoperasikan SPSE adalah Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Pada proses pengadaan, LPSE hanya sebagai fasilitator yang tidak ikut dalam proses pengadaan. Pelaksanaan proses pengadaan sepenuhnya dilakukan oleh panitia pengadaan atau Unit Layanan Pengadaan/ULP. Sampai akhir tahun 2013, tercatat sudah 573 kementerian/lembaga/daerah/ instansi (K/L/D/I) yang memiliki LPSE [3]. Dasar hukum pelaksanaan kegiatan e-procurement adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang telah direvisi beberapa kali, terakhir Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pada pelaksanaannya, Peraturan Presiden Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dijabarkan dengan Peraturan Kepala LKPP Nomor 2 Tahun 2010 tentang LPSE, Peraturan Kepala LKPP Nomor 17 Tahun 2012 tentang e-purchasing dan Peraturan Kepala LKPP Nomor 18 Tahun 2012 tentang e-

Tendering. E-Tendering merupakan tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan secara elektronik dengan menyampaikan 1 (satu) kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan sedangkan e-purchasing merupakan tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem katalog elektronik [4]. Mulai tahun 2008, instansi pemerintah pusat dan daerah mulai menerapkan e- Procurement di pemerintahannya. Sistem LPSE diimplementasikan dengan prinsip terdistribusi/desentralisasi, yaitu setiap instansi memiliki server LPSE sendiri dengan alamat situs sendiri [3]. LPSE memfasilitasi Unit Layanan Pengadaan (ULP) untuk melakukan pengadaan barang/jasa secara elektronik dengan pihak penyedia barang/jasa selaku pelaku usaha. Kedudukan LPSE dapat dijelaskan dalam gambar sebagai berikut : Gambar 1.1 Kedudukan LPSE E-Procurement merupakan sistem pengadaan barang dan jasa yang memanfaatkan teknologi informasi. Implementasi model e-procurement diharapkan dapat meminimalkan masalah-masalah yang muncul pada proses pengadaan barang dan jasa secara konvensional, antara lain proses pengadaan akan lebih menghemat waktu dan biaya [5], memerangi korupsi dan meningkatkan transparansi dalam pengambilan keputusan [6] sehingga akan tercipta suatu proses pengadaan barang dan jasa yang lebih efektif dan efisien [7]. Beberapa permasalahan yang sering muncul dalam kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah antara lain penunjukan langsung, barang atau pekerjaan fiktif, eskalasi, kontrak lump sum, barang tidak sesuai spesifikasi, rekayasa lelang, KKN atau persengkokolan, pinjam bendera dan memecah atau menyatukan paket [8]. Hal tersebut membentuk persepsi tersendiri bagi aparat pemerintah terhadap kegiatan pengadaan barang/jasa. Persepsi ini yang memicu para pejabat dan pegawai untuk tidak bersedia menjadi pengelola pengadaan di instansinya, baik itu menjadi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pengadaan maupun menjadi anggota Unit Layanan Pengadaan (ULP) [9].

Implementasi e-procurement juga membawa konsekuensi perubahan pada organisasi pemerintah daerah. Sejak tahun 2008, Pemerintah Kota Yogyakarta telah menerapkan e-procurement dalam kegiatan pengadaan barang/jasa. Pada awal pelaksanaan e-procurement, penumbuhan budaya organisasi dirasa sangat penting. Hal tersebut untuk menciptakan kesadaran kolektif dan mengembangkan identitas organisasi yang baru [6]. Pelaksanaan e-procurement juga membawa dampak pada perubahan kelembagaan organisasi pemerintah. Perubahan ini menjadi faktor keberhasilan dalam proses pelaksanaan e-procurement di Kota Yogyakarta [10]. Implementasi e-procurement juga berdampak pada pengembangan organisasi di Pemerintah Kabupaten Luwu Utara. Strategi pengembangan organisasi dilakukan melalui reformasi administrasi. Pengembangan organisasi dilakukan untuk menjawab perubahan lingkungan yaitu berkembangnya kebutuhan masyarakat serta tingginya tuntutan kepada pemerintah untuk melaksanakan pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel serta pelayanan yang efektif dan efisien [11]. Pemerintah Kota Magelang mulai menerapkan e-procurement dalam kegiatan pengadaan barang/jasa mulai tahun 2011. LPSE Kota Magelang dibentuk dengan koordinator dari Bagian Perlengkapan Sekretariat Daerah Kota Magelang dan melayani kegiatan e-procurement untuk seluruh Satuan kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Magelang. Regulasi pembentukan LPSE di Kota Magelang adalah Peraturan Walikota Magelang Nomor 31 Tahun 2011 Tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Magelang. Portal LPSE Kota Magelang memiliki alamat http://lpse.magelangkota.go.id/eproc/ dengan tampilan halaman muka sebagai berikut : Gambar 1.2 LPSE Kota Magelang

Jumlah kegiatan pengadaan barang maupun jasa yang dikelola LPSE Kota Magelang hingga akhir tahun 2014 sejumlah 157 paket dengan personil pengadaan berjumlah 20 orang. Secara umum, kendala keterbatasan jumlah ahli pengadaan bersertifikat di Kota Magelang disebabkan karena masih adanya persepsi tentang sistem pengadaan sebelumnya (pengadaan konvensional), antara lain mudahnya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) berkembang serta kurang transparan [12], sehingga membuat aparat pemerintah daerah khawatir atau enggan terlibat dalam kegiatan pengadaan barang/jasa agar tidak terkena masalah hukum. Hal ini yang menjadikan personil pengelola pengadaan yang ada di Kota Magelang menanggung beban pekerjaan kegiatan pengadaan barang/jasa yang berlebih setiap tahunnya (Data LPSE Kota Magelang 2014). Implementasi e-procurement di Kota Magelang juga membawa dampak perubahan pada organisasi satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Pengadaan barang/jasa yang semula dikelola oleh masing-masing SKPD setelah adanya e- Procurement pengelolaannya banyak dilakukan oleh ULP yang dibentuk di tingkat kota. Pengadaan barang/jasa yang melalui ULP terutama untuk kegiatan yang melalui lelang umum. Dukungan pemerintah daerah terhadap e-procurement salah satunya dengan dikeluarkannya regulasi berupa Peraturan Walikota yang mengatur tentang LPSE beserta Standard Operating Procedure (SOP) LPSE Kota Magelang. Regulasi tersebut diberlakukan untuk seluruh SKPD yang memiliki kegiatan pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan melalui e-procurement. Kinerja dan capaian target penyerapan anggaran antara lain ditentukan oleh keberhasilan SKPD dalam melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa setiap tahunnya. Berdasarkan gambaran permasalahan di atas, perlu dilihat adanya pengaruh pelaksanaan e-procurement dalam membentuk persepsi aparat pemerintah terhadap kegiatan pengadaan barang/jasa. Hal tersebut juga untuk mengetahui penerapan prinsipprinsip pengadaan barang/jasa pemerintah yang sudah dilakukan, yaitu efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel [13]. Selain itu, perlu diketahui juga perubahan perilaku organisasi pada SKPD di Kota Magelang dalam pelaksanaan e-procurement. Ini terkait dengan bentuk komitmen organisasi pemerintah dalam mengawal pelaksanaan e-procurement agar berhasil beserta faktorfaktor yang menentukan keberhasilannya.

1.2 Perumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Persepsi terhadap kegiatan pengadaan barang/jasa konvensional yang sarat dengan permasalahan masih menjadi penyebab beberapa aparat pemerintah enggan atau tidak bersedia menjadi personil kegiatan pengadaan barang/jasa secara elektronik (e- Procurement). 2. Perilaku organisasi SKPD di Kota Magelang dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan barang/jasa melalui sistem e-procurement belum diketahui. Perubahan perilaku organisasi dapat diketahui dari pengelolaan proses pengadaan, pengeluaran biaya dan perubahan organisasi pengadaan yang melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa. 1.3 Keaslian penelitian Penelitian mengenai implementasi e-procurement dalam kegiatan pengadaan barang/jasa telah banyak dilakukan, baik itu pada organisasi pemerintah maupun perusahaan. Metode penelitian yang banyak digunakan merupakan kualitatif, dengan mendeskripsikan perubahan organisasi yang terjadi dari berbagai macam aspek. Metode penelitian kuantitatif juga digunakan pada beberapa penelitian dengan melakukan survey. Penelitian persepsi terhadap sistem e-procurement menitikberatkan pada persepsi yang muncul dari penggunaan layanan pada sistem. Persepsi pengguna berasal antara lain dari penerimaan sistem dan kesuksesan penggunaan sistem. Penelitian tentang persepsi dan perilaku organisasi ini dilakukan dengan menyusun model kuantitatif untuk mengetahui persepsi yang muncul beserta perilaku organisasi yang terjadi dalam pelaksanaan e-procurement. Perbandingan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 1.1 berikut.

No. Judul Peneliti (Tahun) 1 Efisiensi Implementasi E- Adiningsih Procurement Pada Proses (2013) Pengadaan Barang Dan Jasa [14] Di Pemerintah Daerah (Studi Pada Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2008-2012) 2 Analisis Pengaruh Penerapan E-Procurement Terhadap Kinerja Dan Efisiensi Supply Chain Management Studi Pada PT Petroflexx Prima Daya 3 Analisis Manajemen Perubahan Dalam Rangka Penerapan E-Procurement Di Pemerintah Kota Yogyakarta 4 Persepsi Pengguna Layanan Pengadaan Barang Dan Jasa Pada Pemerintah Kota Yogyakarta Terhadap Implementasi Sistem E- Procurement Tabel 1.1 Perbandingan dengan penelitian lain Sari (2014) [15] Fachrurozin (2015) [16] Nightisabha et al (2009) [17] Metode Deskriptif Kualitatif Kuantitatif - Survey Deskriptif Kualitatif Kuantitatif - D & M IS Success Model Hasil Penelitian E-Procurement menyebabkan efisiensi dalam pengadaan barang dan jasa. Efisiensi yang terjadi berupa efisiensi operasional dan efisiensi anggaran. E-Procurement memberikan pengaruh terhadap kinerja dan efisiensi SCM perusahaan berupa pemusatan manajemen dan kontrol data yang lebih baik, proses pengadaan yang bersih dan transparan, meningkatkan kepuasan klien, mengurangi cost per tender dan mengurangi waktu proses. Penerapan e-procurement menunjukkan keberhasilan dengan adanya efisiensi dan efektifitas pada beberapa aspek, yaitu waktu pengadaan yang lebih cepat, pengelolaan yang terpusat serta peningkatan jumlah penyedia barang/jasa yang mengikuti tender. Perbedaan persepsi pada pengguna sistem e-procurement yaitu panitia pengadaan dan penyedia barang/jasa pada Pemerintah Kota Yogyakarta. Perbedaaan terjadi karena adanya kesenjangan digital antar pengguna sistem e-procurement sehingga mempengaruhi tindakan masing-masing dalam pemahaman dan penggunaan sistem tersebut. 5 Analisis Penerimaan Pengguna Terhadap Aplikasi E- Procurement PT Pertamina EP Dengan Menggunakan Metode Technology Acceptance Model Putera (2009) [18] Kuantitatif - TAM Aplikasi e-procurement bermanfaat untuk melihat pengumuman lelang dan pendaftaran/proses lelang meskipun pada awal peluncuran sistem mengalami retensi dari persepsi beberapa pihak, baik ekternal dan internal perusahaan.

No. Judul Peneliti (Tahun) Metode 6 Penelitian ini 2015 Kuantitatif - Konstruksi Model Hasil Penelitian Hasil penelitian berupa persepsi dan perubahan perilaku organisasi dari model yang disusun sebagai dampak sistem e-procurement di Kota Magelang 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui persepsi aparat pemerintah terhadap kegiatan pengadaan barang/jasa melalui sistem e-procurement dibandingkan sistem sebelumnya. 2. Mengetahui perubahan perilaku organisasi yang terjadi dalam pelaksanaan e- Procurement di lingkup pemerintah. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk aparat pemerintah, penelitian ini dapat memberikan pemahaman persepsi tentang proses kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah menggunakan sistem e- Procurement, sehingga tidak lagi muncul kekhawatiran atau keengganan untuk menjadi personil pengadaan barang/jasa, khususnya kegiatan lelang. 2. Untuk organisasi di lingkungan pemerintah daerah, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan barang/jasa di satuan kerja masing-masing, sehingga kegiatan pengadaan barang/jasa diharapkan dapat terlaksana dengan baik sesuai peraturan perundang-undangan. 3. Untuk peneliti lain sebagai referensi penelitian tentang implementasi e-goverment di pemerintah daerah.