BAB IV PEMANFAATAN PEMASANGAN AUTOMATIC METER READING (AMR) UPAYA MENEKAN SUSUT ENERGI DI PT PLN (PERSERO) AREA CIKUPA

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN KERJA PRAKTEK PENGOPERASIAN AUTOMATIC METER READING (AMR)

BAB III AMR (AUTOMATIC METER READING )

BAB III PERAN SISTEM AMR DALAM MENURUNKAN SUSUT / LOSSES DISTRIBUSI

BAB III SISTEM AMR (AUTOMATIC METER READING)

BAB I PENDAHULUAN. (Persero) dalam rangka menuju pelayanan penyediaan tenaga listrik kelas dunia

P2TL (PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK)

3.2.1 Analisis Sistem yang Sedang Berjalan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SOP PEMELIHARAAN APP PENGUKURAN TDK LANGSUNG

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Alur Pengajuan Tambah Daya Listrik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Area Cengkareng

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Tarif. Tenaga Listrik. PT. PLN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR KWH METER DIGITAL PRABAYAR BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATMEGA8535

BAB II KWH METER UNTUK PENGUKURAN ENERGI LISTRIK

GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK

DAFTAR ISI STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG OPERASI

LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 48 TAHUN 2000 TANGGAL : 31 MARET 2000 GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK

DAFTAR STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG OPERASI

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin cepat pula informasi tersampaikan. Beberapa teknologi yang populer

BAB II LANDASAN TEORI

AUTOMATIC METER READING (AMR) MENGGUNAKAN JARINGAN GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE (GSM) SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI

BAB IV ANALISA PEMBAHASAN. Pada Pelanggan Penyalahgunaan Energi Listrik. Berikut hasil pemeriksaan instalasi sambungan tenaga listrik PLN oleh tim

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha

A. Latar Belakang. di Indonesia. Permasalahan utama yang dihadapi PT. PLN (Persero) adalah mulai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serta membatasi daya yang digunakan sesuai daya kontraknya.

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA

BAB II KWH METER UNTUK PENGUKURAN ENERGI LISTRIK

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

Tentang JUAL BELI TENAGA LISTRIK. Antara. PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG Dan PT ALMARON PERKASA

BAB IV PEMBAHASAN. P 1 P 2. Gambar 4.1 Rangkaian Pengujian Rasio Trafo Arus S 2 S 1. Alat Uji Arus 220 V

BAB III DATA DAN PEMBAHASAN Visi, Misi, Nilai-nilai, dan Motto PT. PLN ( Persero ) APJ MAGELANG

TUGAS AKHIR PEMANTAUAN PELANGGAN BESAR BERBASIS METER ELEKTRONIK DENGAN SISTEM AMR (AUTOMATIC METER READING)

BAB II LANDASAN TEORI

47 JURNAL MATRIX, VOL. 7, NO. 2, JULI 1971

LAPORAN KERJA PRAKTEK PEMELIHARAAN JUMPER SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH DENGAN PDKB-TM METODE BERJARAK

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

PENGERTIAN KWH METER, JENIS-JENIS DAN PRINSIP KERJANYA

NO. GOLONGAN TARIF BATAS DAYA KETERANGAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Berdirinya PT PLN (Persero) UPJ Singaparna

Analisis Pemasangan Kapasitior Daya

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2017, No Nomor 23 Tahun 2014, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya yang T

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Irene Ega Novena Putri, Arkhan Subari Program Studi Diploma III Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ABSTRACT

Mematuhi aturan serta prosedur yang diguna-kan dalam merencana-kan dan menyiapkan pemasangan

commit to user BAB V PEMBAHASAN

ANALISIS PERHITUNGAN LOSSES PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH DENGAN PERBAIKAN PEMASANGAN KAPASITOR. Ratih Novalina Putri, Hari Putranto

ANALISIS SUSUT ENERGI NON TEKNIS PADA JARINGAN DISTRIBUSI PLN RAYON KOBA

TARIF DASAR LISTRIK UNTUK KEPERLUAN PELAYANAN SOSIAL

BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PELUANG PENGHEMATAN ENERGI PADA GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri, pemukiman, rumah sakit, perkantoran dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III LANDASAN TEORI

PROSEDUR PENJUALAN TENAGA LISTRIK PRABAYAR PADA PT. PLN (Persero) DISTIBUSI JAKARTA RAYA dan TANGERANG

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

KEPPRES 104/2003, HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004 YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di seluruh Indonesia. Melalui mutu pelayanan dan keamanan yang

atau pengaman pada pelanggan.

PT.PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN)

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI

PT PLN (Persero) 17 April 2014

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008

BAB II LANDASAN TEORI

SOP PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI PELANGGAN 197KVA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. PLN (Persero)

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

1. S-1/TR 220 VA Golongan tarif untuk keperluan pemakaian sangat kecil. 2. S-2/TR 250 VA s.d. 200 kva

Cos φ = V.I. Cos φ. PRINSIP DASAR kwh METER

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PLN (PERSERO) UPJ BANDUNG UTARA

Bab IV Analisis Kelayakan Investasi

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Jaringan Listrik, Komputer dan Komunikasi Persuahaan Listrik X Desember 2014)

2 b. bahwa penyesuaian Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara sebagaimana dimaksud dala

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG HARGA SATUAN LISTRIK/TARIF TENAGA LISTRIK YANG DIHASILKAN SENDIRI

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. salah satu peusahaan BUMD yang bergerak di bidang pelayanan air bersih.

BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT

BAB II AUDIT DAN MANAJEMEN ENERGI LISTRIK

: Wizi Tri Septyaningsih NPM : Program Studi : Akuntansi Komputer Pembimbing : Toto Sugiharto, PhD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PEMAKAIAN ENERGI PELANGGAN DAYA DI ATAS VA DENGAN MENGGUNAKAN AMR (AUTOMETIC METER READING) PLN AREA BANGKA

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI NOMOR : /39/600.

BAB III PENANGANAN KOMPLAIN DI PT PLN (PERSERO) RAYON GOMBONG Analisis Penanganan Komplain di PT PLN (Persero) Rayon Gombong

Transkripsi:

BAB IV PEMANFAATAN PEMASANGAN AUTOMATIC METER READING (AMR) UPAYA MENEKAN SUSUT ENERGI DI PT PLN (PERSERO) AREA CIKUPA 4.1 Kondisi Pelanggan Di PT PLN (Persero) Area Cikupa Cikupa adalah kawasan yang berkembang pesat, terutama di sektor industri. Konsumsi tenaga listrik di Area Cikupa rata rata mencapai 1,122,789,655 kwh per bulannya. Area Cikupa telah memiliki 1.832 pelanggan besar (industri dan bisnis) yang telah menggunakan AMR. Pelanggan tersebut terdiri dari Pelanggan Tegangan Tinggi sejumlah 2 pelanggan, Pelanggan Tegangan Menengah sebanyak 572 pelanggan, sisanya Pelanggan Tegangan Rendah sebanyak 1.258 pelanggan. Pemakaian tenaga listrik terbesar untuk Area Cikupa didominasi oleh pelanggan TM, yaitu sebesar 861,573,878.00 kwh atau sekitar 76.73%. Dari pemaikaian tenaga listrik Area Cikupa. 40

41 Tabel 4.1 Pendapatan kwh Area Cikupa Bulan Mei 2016 RUPIAH JUMLAH JUMLAH NO DAYA PENJUALAN KWH PELANGGAN 1 TR 254,504,082,975 261,215,777 329,987 2 TM 928,300,881,501 861,573,878 572 TOTAL 1,182,804,964,476 1,122,789,655 330,559 Konsumsi tenaga listrik yang sangat besar tersebut menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh PT PLN (Persero) Area Cikupa, karena kesalahan pada titik transaksi mengakibatkan susut energi semakin besar. Penyimpangan dalam pemakaian energi listrik baik itu disengaja oleh pihak pelanggan sendiri maupun kesalahan pada intern PLN juga tidak dapat dipungkiri, dengan pemasangan AMR, kelainan pengukuran energi listrik akan cepat terdeteksi. Dengan AMR, pemantauan energi listrik di sisi pelanggan dapat di kontrol melalui data instantaneous, load profile dan DLPD pada sistem AMR, sehingga keakuratan transaksi energi akan terjaga khususnya pelanggan TR daya diatas 33 kva, Pelanggan TM daya diatas 200 kva dan pelanggan TT. Adapun gain kwh pelanggan Area Cikupa sebagai berikut: Tabel 4.2 Gain kwh Penggantian Meter

42 4.2 Konfigurasi AMR PT PLN (Persero) Area Cikupa Perusahaan Listrik Negara (PLN) saat ini menerapkan meter elektronik yang dapat melakukan pembacaan dan perekaman data listrik secara otomatis untuk para pelanggan listrik skala industri khususnya Area Cikupa menggunakan sistem Automatic Meter Reaing (AMR). Sistem ini dapat memantau jumlah pemakaian daya listrik oleh pelanggan skala industri dan dapat mengontrol langsung segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas meter elektronik dari kantor PLN khusunya bagian Alat Pengukur dan Pembatas (APP) tanpa ada petugas pembaca meter. Dengan demikian keakuratan data pemakaian listrik oleh pelanggan bisa terjamin. Adapun konfigurasi control center Area Cikupa sebagai berikut: Gambar 4.1 Konfigurasi Control Center Area Cikupa

43 4.3 Pemasangan Automatic Meter Reaing (AMR) Upaya Menekan Susut Energi di Area Cikupa 4.3.1 Ketentuan Pemasangan Automatic Meter Reading (AMR) Langkah-langkah / ketentuan yang harus diperhatikan dan dilaksanakan dalam pemasangan meter elektronik dan modem sebagai sarana komunikasi sistim AMR sebagai berikut: 1. Meter elektronik dipasang pada pelanggan dengan daya kontrak 33 kva 29.5 MVA, dengan tarif ; B2, I2, P2, R3, S2,I3, B3. 2. Meter elektronik diprogram oleh Supervisor pasang di kantor PLN Area Cikupa sesuai dengan wewenang security levelnya dengan menggunakan software masing-masing meter. 3. Security level ditetapkan melalui password sesuai dengan tingkatannya yang disetujui oleh Manager Bidang Distribusi. 4. Jadwal pemasangan meter elektronik dipelanggan dilakukan melalui koordinasi dengan supervisor penyambungan. 5. Sebelum melaksanakan pemasangan/penggantian dengan meter elektronik di pelanggan, petugas pasang harus melakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa instalasi meter kwh / eksisting terpasang tidak bermasalah atau terdapat indikasi pelanggaran / P2TL, dan menuangkannya dalam Berita Acara Pemeriksaan (BA P2TL).

44 6. Dalam hal ditemukan indikasi pelanggaran, petugas pasang dari AP menyelesaikannya sesuai prosedur P2TL dan pemasangan meter elektronik dapat ditangguhkan. 7. Pelaksanaan pemasangan/penggantian dengan kwh meter elektronik di pelanggan harus dibuatkan Berita Acara Penggantian (BA Pengantian kwh meter) dan disertai pelaksanaan Comissioning untuk memastikan bahwa meter yang telah terpasang berfungsi sebagai pengukuran dengan benar. 8. Comissioning hasil pemasangan kwh meter elektronik dibuat dalam rangkap 3 (tiga) yang ditandatangani oleh petugas dari PT PLN (Persero) Area Cikupa, pihak pelanggan yang selanjutnya di distribusikan kepada pelanggan, bidang konstruksi Area Cikupa, dan bidang transaksi energi. 9. Penyegelan terhadap instalasi meter berikut kelengkapannya dan kotak / Box APP dipelanggan dengan daya kontrak 33 kva sampai daya diatas 200 KVA disegel dengan segel pelaksana / pengawas dari AP (Area Pelayanan). 10. Pemasangan modem PSTN atau GSM sebagai sarana komunikasi oleh Tim Pasang, dan sedapat mungkin dilaksanakan bersamaan dengan pemasangan meter elektronik dengan memanfaatkan sumber tegangan dari existing power sebagai power Modem GSM nya.

45 11. Untuk meter elektronik yang sudah terpasang dengan modem PSTN atau GSM sebagai sarana komunikasi pengiriman data agar dicoba di remote dari ruang kontrol AMR untuk memastikan bahwa sarana komunikasi yang tersambung pada meter elektronik diatas sudah berfungsi sebagaimana mestinya. 12. Meter elektronik yang sudah tersambung dengan sarana komunikasi dan dapat di remote dari ruang kontrol, password manager dapat dirubah sesuai kebutuhan dan dilaksanajkan oleh manager yang bersangkutan. 4.3.2 Surat Tugas Dalam hal pemasangan/penggantian kwh meter elektronik petugas dari Area Pelayanan (AP) untuk malaksanakan tugas tersebut harus dilengkapi surat tugas. Contoh surat tugas seperti pada lampiran 1 4.3.3 Berita Acara (BA) Dalam setiap kegiatan pekerjaan yang dilakukan seharusnya atas dasar perintah kerja atau surat tugas dan apabila pekerjaan tersebut telah selesai dilaksanakan maka sebagai pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakannya harus dibuatkan Berita Acara (BA). Berita acara tersebut ditanda tangani bersama oleh petuas lapangan dari PLN Area Cikupa dan pihak pelanggan atau yang mewakilinya. Selanjutnya berita acara tersebut didistribusikan / dibagikan kepada Pelanggan dan Area Pelayanan (AP) untuk diarsipkan.

46 Adapun Berita acara yang dibuat dalam pekerjaan pemasangan / penggantian dengan kwh meter elektronik yaitu : 1. Berita acara (BA) Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) yang dilengkapi dengan data hasil pemeriksaan untuk sistim pengukuran tidak langsung (Lampiran 2.1 s/d 2.6) dan dibuat dalam 4 rangkap. 2. Berita acara ini dibuat jika didapatkan adanya pelanggaran / pemakaian tenaga listrik secara tidak syah / ilegal) dan peralatan / alat temuan P2TL tersebut dikemas/bungkus dan disegel dan kemasan barang temuan tersebut ditanda tangani bersama antara petugas PLN dan Pelanggan atau yang mewakilinya untuk dibawa ke kantor PLN sebagai barang bukti. 3. Berita acara Pemasangan / Penggantian APP dan Penyegelan (Lampiran 3) 4.3.4 Alur Pemasangan Automatic Meter Reaing (AMR)

47 Tabel 4.3 Alur Pemasangan Automatic Meter Reaing (AMR) NO ITEM 1. Dasar Pemasangan kwh AMR 1. Bidang Niaga mencetak PK 2. 1. PK diserahkan ke Bidang Konstruksi 2. Bidang Konstrusi menyerahkan PK ke Bidang TE (AMR) untuk melaksanakan pemasangan AMR 3. Bidang TE (AMR) menerima PK dari Bidang Konstruksi 1. Bidang TE (AMR) meminta material kwh AMR dan modem satu set ke Bidang KSA 4. Bidang TE menerima material dari Bidang KSA (Logistik) 1. Melakukan parameterisasi kwh AMR 2. Dikalibrasi dan segel TERA (APP) 5. Tim AMR melakukan pemasangan AMR 1. kwh meter AMR dipasang 2. Didaftarkan ke Server untuk mengetahui hasil komisioning 3. Pelanggan menandatangani Berita Acara Pemasangan kwh AMR 6. Berita Acara peamsangan AMR diserahkan ke Bidang Konstruksi untuk di remajakan. 7. Hasil pemasangan kwh AMR di input untuk diarsip.

48 4.3.5 Pemasangan Automatic Meter Reading (AMR) Sesuai prosedur pemasangan yang telah dikemukakan diatas maka sebelum dilakukan pemasangan / penggantian dengan meter elektronik terlebih dahulu dilakukan proses Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) terhadap pengawatan / pengukuran sebelumnya. Gambar 4.2 Pemasangan Meter Elektronik 4.3.6 Pantauan Pemakaian Energi Listrik Melalui Sistem Automatic Meter Reading (AMR) Upaya Menekan Susut Energi Pengukuran energi listrik dengan menggunakan sistem AMR dapat mendeteksi secara cepat kelinan pengukuran yang dapat menyebabkan tidak terukurnya pemakaian energi suatu pelanggan secara akurat. Kelainan pengukuran tersebut dapat dilihat dalam pemantauan instantaneous pada

49 sistem AMR, sealain itu kondisi tersbut juga terekam dalam load profile suatu pelanggan, sehingga dapat memberikan informasi mengenai pemakaian energi pelanggan tersebut. Hal ini dapat meningkatkan pelayanan terhadap konsumen karena setiap deteksi kelainan pengukuran dapat diketahui secara cepat, sehingga langkah perbaikan dapat dilakukan. Pendeteksian berupa rekaman data meter elektronik ini dapat dijadikan barang bukti apabila kelainan tersebut dilakukan secara sengaja oleh pelanggan. Sehingga pendeteksian ini dapat menekan susut distribusi. Kelainan pengukuran energi listrik dapat terjadi antara lain hilangnya tegangan satu fasa atau hilangnya arus satu fasa. 4.3.7 Susut Akibat Meter Stop Sistem AMR dapat mendeteksi meter stop dari sebuah instalsi pengukuran energi listrik di pelanggan. Tidak terukurnya AMR dapat menyebabkan kerugian bagi PLN dan dapat mengakibatkan susut distribusi karena kwh pemakaian konsumen tidak terukur secara tepat. Dibawah ini adalah salah satu kasus pelanggan yang meter AMR stop tidak mengukur pemakaian pelanggann selama 37 hari.

Selama 37 hari, meter stop 50 Tabael 4.4 Data Load Profile Selama Meter Stop PT Tasindo Tassa Ind

51 Tabael 4.5 Data Instantaneous PT Tasindo Tassa Ind Saat Keadaan Meter Rusak Beban tidak terukur Stand kwh tetap tidak berubah

52 Tabael 4.6 Data Instantaneous PT Tassindo Tassa Ind Setelah Diganti Meter Beban sudah terukur Meter diganti, stand mulai dari 0.

53 Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pelanggan PT Tasindo Tassa Ind, meter AMR stop tidak mengukur pemakaian energi listrik, sehingga dapat mempengaruhi pengukuran energi listrik yang dipakai konsumen. Identitas pelanggan yang mengalami meter AMR stop adalah sebagai berikut: Nama Pelanggan : PT Tasindo Tassa Ind ID Pelanggan : 546102314783 Merk Meter lama : Actaris Merk Meter baru : Edmi CT : 300/5 sehingga faktor kali meter : 60 kali Dari tabel 4.6 adalah keadaan PT Tasindo Tassa Ind setelah diganti meter AMR, dapat dilhat bahwa pemakaian energi listrik sudah terukur dan stand kwh sudah terukur juga. Untuk menghitung pemakaian energi listrik masing masing phasa dengan menggunakan rumus daya (persamaan 2.1) Energi ketika keadaan setelah diperbaiki Dari tabel dapat diketahui bahwa : E R : 225.673 I R : 0.342 E S : 225.431 I S : 0.929 E T : 224.479 I T : 0.97 Power Faktor ( cos φ ) : 0.874 Daya yang dipakai konsumen

54 Untuk Fasa R P R = E R x I R x cos φ = 225.673 x 0.342 x 0.874 = 67.45 Watt = 0.06745 kw Untuk Fasa S P S = E S x I S x cos φ = 225.431 x 0.929 x 0.874 = 183.03 Watt = 0.18303 kw Untuk Fasa T P T = E T x I T x cos φ = 224.479 x 0.97 x 0.874 = 190.30 Watt = 0.1903 kw Jadi total daya aktif dalam keadaan normal adalah P total = P R + P S + P T = 0.06745 kw + 0.18303 kw + 0.1903 kw = 0.44078 kw Pelanggan ini memiliki faktor kali (rasio CT) : 60 kali Sehingga P total = 0.44078 kw x 60 = 26.4468 kw

55 P total selama 37 hari = 26.4468 kw x 888 jam = 23.484,7584 kwh Tabel 4.7 Tarif Dasar Listrik Bulan Januari 2016

56 Jika diasumsikan pemakaian kwh setiap jamnya sama maka kerugiannya WBP (pukul 18:00 22:00) = 0.17 x 23.484,7584 kwh x Rp 1.409,16 = Rp 5.625.942,965 LWBP (pukul 22:00 18:00) = 0.83 x 23.484,7584 kwh x Rp 1.409,16 = Rp 27.467.839,18 Kerugian total = Rp 5.625.942,965 + Rp 27.467.839,18 = Rp 33.093.782,14 Jadi total kerugian PT PLN (Persero) Area Cikupa selama meter AMR stop sebesar Rp 33.093.782,14. Dari hasil analisa dan perhitungan pada kasus meter stop (kasus PT Tassindo Tassa Ind) menyebabkan tidak terukurnya energi sebesar 50% atau ½ dari energi seharusnya. Energi yang tidak terukur akibat meter stop sebesar 23.484,7584 kwh setara dengan Rp 33.093.782,14. 4.3.8 Susut Akibat Kesalahan Pengawatan Sistem AMR juga dapat mendeteksi kesalahan pengawatan yang mengakibatkan pengukuran energi listrik tidak akurat. Hal ini dapat mengakibatkan kerugian di pihak PLN dan dapat menyebabkan losses distribusi karena pemakaian konsumen tidak terukur seluruhnya. Di bawah ini adalah salah satu kasus pelanggan yang mengalami kesalahan pengawatan pada arus.

57 Tabel 4.8 Data Instantaneous PT Intec Engginer Saat Terjadi Kesalahan Pengawatan Arus Arus R, S dan T tertukar

58 Identitas pelanggan yang mengalami kelainan adalah sebagai berikut: Nama Pelanggan : PT Intec Engginer ID Pelanggan : 546103488530 Merk Meter : Landys & GYR CT : 15/5 PT : 20000/100 sehingga faktor kali meter : 600 kali Untuk menghitung pemakaian energi listrik masing masing phasa pada saat kesalahan pengawatan menggunakan rumus daya (persamaan 2.1) Energi yang terukur ketika terjadi kesalahan pengawatan antara arus R, arus S dan arus T. Dari tabel dapat diketahui bahwa : E R : 56.42 I R : 0.92 <R: 231.00 E S : 56.72 I S : 0.85 <S: 352.00 E T : 56.69 I T : 0.86 <T: 108.00 Power Faktor ( cos φ ) : 42949672.32 Daya yang dipakai konsumen Untuk Fasa R P R = E R x I R x cos φ = 56.42 x 0.92 x cos 231º = 56.42 x 0.92 x -0.63 = -32.7 Watt = -0.0327 kw

59 Untuk Fasa S P S = E S x I S x cos φ = 56.72 x 0.85 x cos 352º = 56.72 x 0.85 x 0.99 = 47.729 Watt = 0.047729 kw Untuk Fasa T P T = E T x I T x cos φ = 56.69 x 0.86 x 108º = 56.69 x 0.86 x -0.30 = -14.626 Watt = -0.014626 kw Jadi total daya aktif pada saat kesalahan pengawatan arus yang tampil pada kwh meter adalah P terukur = P total P total = P R + P S + P T = -0.0327 kw + 0.047729 kw + (-0.014626 kw) = 0.000403 kw Pelanggan memiliki faktor kali meter : 600 kali sehingga P terukur = 0.000403 kw x 600 = 0.2418 kw Nilai daya aktif yang terukur sebesar 0.2418 kw, ini hanya dalam waktu sesaat saja. Padahal pelanggan tersebut mengalami gangguan selama 115 hari, sehingga energi yang tidak terukur selama terjadi gangguan:

60 kwh tidak terukur saat kesalahan pengawatan = 0.2418 kw x 2760 jam = 667.368 kwh Energi ketika keadaan normal. Sebagai perbandingan akan dihitung energi yang seharusnya ditagihkan ke pelanggan, yaitu pemakaian energi setelah dilakukan perbaikan pengawatan. Tabel 4.9 Data Instantaneous PT Intec Engginer Saat Keadaan Normal Arus dan Tegangan sudah sefasa

61 Tabel 4.9 meunjukkan keadaan normal yaitu keadaan setelah pengawatan arusnya diperbaiki, dapat dilihat pada gambar phasornya bahwa arus R dan tegangan tegangan R sudah sefasa, arus S dan tegangan tegangan S sudah sefasa, begitupun arus T dan tegangan T juga sudah sefasa. Untuk menghitung pemakaian energi listrik masing masing phasa setelah diperbaiki menggunakan rumus daya (persamaan 2.1) Energi ketika keadaan normal. Dari tabel dapat diketahui bahwa : E R : 57.99 I R : 0.62 E S : 58.40 I S : 0.67 E T : 58.33 I T : 0.59 Power Faktor ( cos φ ) : 0.67 Daya yang dipakai konsumen Untuk Fasa R P R = E R x I R x cos φ = 57.99 x 0.62 x 0.67 = 24.08 Watt = 0.02408 kw Untuk Fasa S P S = E S x I S x cos φ = 58.40 x 0.67 x 0.67 = 26.21 Watt

62 Untuk Fasa T = 0.02621 kw P T = E T x I T x cos φ = 58.33 x 0.59 x 0.67 = 23.05 Watt = 0.02305 kw Jadi total daya aktif setelah pengawatan arus diperbaiki adalah P total = P R + P S + P T = 0.02408 kw + 0.02621 kw + 0.02305 kw = 0.07334 kw Pelanggan ini memiliki faktor kali (rasio CT - PT) : 600 kali Sehingga P total = 0.07334 kw x 600 = 44.004 kw P total selama 115 hari = 44.004 kw x 2760 jam = 121.451,04 kwh Jadi perbandingan kondisi normal dan pada saat terjadi kesalahan pengawatan arus terdapat selisih sebesar : Selisih kwh = kwh normal kwh saat tegangan satu fasa hilang = 121.451,04 kwh 667,368 kwh = 120.783,672 kwh Persentase kwh tidak terukur = 121.451,04) x 100% = 99.45% (Meter berhenti) Selisih kwh tersebut merupakan total kwh yang tidak terukur selama terjadi kesalahan wiring. Dan bila keadaan ini terus menerus dibiarkan

63 menimbulkan susut energi yang sangat besar. Perbedaan dalam bentuk rupiah dapat dilihat seperti dibawah ini Tabel 4.10 Tarif Dasar Listrik Bulan Maret 2016

64 Jika diasumsikan pemakaian kwh setiap jamnya sama maka kerugiannya WBP (pukul 18:00 22:00) = 0.17 x 120.783,672 kwh x Rp 968,65 = Rp 19.889.507,66 LWBP (pukul 22:00 18:00) = 0.83 x 120.783,672 kwh x Rp 968,65 = Rp 97.107.596,22 Kerugian total = Rp 19.889.507,66 + Rp 97.107.596,22 = Rp 116.997.103,9 Jadi total kerugian PT PLN (Persero) Area Cikupa selama kesalahan wiring sebesar Rp 116.997.103,9. Pada kasus kesalahan pengawatan yaitu tertukarnya arus fasa R, S dan T (kasus PT Intec Engineer) menyebabkan tidak terukurnya energi sebesar 99.45% atau dianggap meter berhenti tidak mengukur. Energi yang hilang akibat tertukarnya arus fasa R, S dan T yaitu 120.783,672 kwh setara dengan Rp 116.997.103,9. 4.3.9 Susut Akibat Arus Tidak Terukur Sistem AMR dapat mendeteksi arus yang tidak terukur dari sebuah instalsi pengukuran energi listrik di pelanggan. Tidak terukurnya arus dapat menyebabkan kerugian bagi PLN dan dapat mengakibatkan susut distribusi karena kwh pemakaian konsumen tidak terukur secara tepat. Hal ini bisa terjadi dikarenakan CT nya rusak. Dibawah ini adalah salah satu kasus pelanggan yang arusnya tidak terukur selama 111 hari.

Arus Phasa S dan T Hilang 65 Tabel 4.11 Data Load Profile Arus Hilang PT Harmatex Perdana

66 Tabael 4.12 Data Instantaneous PT Harmatex Perdana Saat Arus Hilang Arus Phasa S dan T tidank terukur

67 Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa pelanggan PT Harmatex Perdana, arus pada phasa S dan T hilang tidak mengukur pemakaian energi listrik, sehingga dapat mempengaruhi pengukuran energi listrik yang dipakai konsumen. Identitas pelanggan yang arusnya tidak terukur adalah sebagai berikut: Nama Pelanggan : PT Harmatex Perdana ID Pelanggan : 546102237599 Merk Meter : Wasion CT : 300/5 sehingga faktor kali meter : 60 kali Untuk menghitung pemakaian energi listrik masing masing phasa pada saat CT rusak menggunakan rumus daya (persamaan 2.1) Energi yang terukur ketika arus phasa S dan T tidak terukur. Dari tabel dapat diketahui bahwa : E R : 227.00 I R : 3.316 <R: 11.86 E S : 229.139 I S : 0.00 <S: 118.608 E T : 230.608 I T : 0.00 <T: 240.349 Power Faktor ( cos φ ) : 0.973 Daya yang dipakai konsumen Untuk Fasa R P R = E R x I R x cos φ = 227.00 x 3.316 x cos 11.86º = 227.00 x 3.316 x 0.978

68 Untuk Fasa S = 734.83 Watt = 0.73483 kw P S = E S x I S x cos φ = 229.139x 0.00 x cos 118.608º = 0 Watt Untuk Fasa T P T = E T x I T x cos φ = 230.608 x 0.00 x cos 240.349 º = 0 Watt Jadi total daya aktif pada saat arus terukur yang tampil pada kwh meter adalah P terukur = P total P total = P R + P S + P T = 0.73483 kw + 0 kw + 0 kw = 0.73483 kw Pelanggan memiliki faktor kali meter : 60 kali sehingga P terukur = 0.73483 kw x 60 = 44.0898 kw Nilai daya aktif yang terukur sebesar 44.0898 kw, ini hanya dalam waktu sesaat saja. Padahal pelanggan tersebut mengalami gangguan selama 111 hari, sehingga energi yang tidak terukur selama terjadi gangguan: kwh terukur saat arus tidak terukur = 44.0898 kw x 2664 jam = 117.455,2272 kwh

69 Energi ketika keadaan normal. Sebagai perbandingan akan dihitung energi yang seharusnya ditagihkan ke pelanggan, yaitu pemakaian energi setelah dilakukan penggantian CT. Tabel 4.13 Data Instantaneous PT Harmatex Perdana Setelah Diganti CT Arus Phasa S dan T sudah normal

70 Tabel 4.13 meunjukkan keadaan normal yaitu keadaan setelah penggantian CT, dapat dilihat pada kolom arus phasa S dan T sudah terukur. Untuk menghitung pemakaian energi listrik masing masing phasa setelah CT diganti menggunakan rumus daya (persamaan 2.1) Energi ketika keadaan normal. Dari tabel dapat diketahui bahwa : E R : 226.986 I R : 3.01 E S : 229.474 I S : 2.207 E T : 229.247 I T : 2.427 Power Faktor ( cos φ ) : 0.995 Daya yang dipakai konsumen Untuk Fasa R P R = E R x I R x cos φ = 226.986 x 3.01 x 0.995 = 679.81 Watt = 0.67981 kw Untuk Fasa S P S = E S x I S x cos φ = 229.474 x 2.207 x 0.995 = 503.91 Watt = 0.50391 Kw

71 Untuk Fasa T P T = E T x I T x cos φ = 229.247 x 2.427 x 0.995 = 553.60 Watt = 0.55360 kw Jadi total daya aktif setelah penggantian CT adalah P total = P R + P S + P T = 0.67981 kw + 0.50391 kw + 0.55360 kw = 1,73732 kw Pelanggan ini memiliki faktor kali (rasio CT) : 60 kali Sehingga P total = 1,73732 kw x 60 = 104.2392 kw P total selama 111 hari = 104.2392 kw x 2664 jam = 277.693,2288 kwh Jadi perbandingan kondisi normal arus tidak terukur terdapat selisih sebesar : Selisih kwh = kwh normal kwh saat tegangan satu fasa hilang = 277.693,2288 kwh 117.455,2272 kwh = 160.238,0016 kwh Persentase kwh tidak terukur = 277.693,2288 ) x 100% = 57.70% (Tidak terukur)

72 Selisih kwh tersebut merupakan total kwh yang tidak terukur arusnya. Dan bila keadaan ini terus menerus dibiarkan menimbulkan susut energi yang sangat besar.perbedaan dalam bentuk rupiah dapat dilihat seperti dibawah ini Tabel 4.14 Tarif Dasar Listrik Bulan Mei 2015

73 Jika diasumsikan pemakaian kwh setiap jamnya sama maka kerugiannya WBP (pukul 18:00 22:00) = 0.17 x 160.238,0016 kwh x Rp 1.514,81 = Rp 41.264.121,62 LWBP (pukul 22:00 18:00) = 0.83 x 160.238,0016 kwh x Rp 1.514,81 = Rp 97.107.596,22 Kerugian total = Rp 41.264.121,62+ Rp 97.107.596,22 = Rp 138.371.717,8 Jadi total kerugian PT PLN (Persero) Area Cikupa selama arus tidak terukur sebesar Rp 138.371.717,8 Pada kasus CT rusak, yaitu tidak terukurnya fasa S dan T (kasus PT Harmatex Perdana) menyebabkan tidak terukurnya energi sebesar 57.7%. Energi yang tidak hilang selama CT fasa S dan T rusak yaitu 160.238,0016 kwh setara dengan Rp 138.371.717,8.