I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. impor yang serba mahal dan sebagainya. Mulai era 2000an pelan-pelan manusia

ANALISIS USAHA MINUMAN INSTAN BERBASIS BIOFARMAKA (STUDI KASUS KELOMPOK WANITA TANI SUBUR LESTARI KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN)

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. Jahe (Zingiber officinale) dan kunyit (Curcuma longa) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jenis Tanaman/ Luas Panen/ Produksi/ Rata-rata No Kinds of Vegetable (Pohon/Rumpun) (Kg) Rate. 1 Jahe 4, ,28

LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS PANEN SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan telah menggunakan tanaman obat-obatan. Bangsa Yunani kuno

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kembali ke alam (back to nature), kini menjadi semboyan masyarakat modern. Segala sesuatu yang selaras, seimbang

CILACAP SURGANYA GULA KELAPA

PENGARUH KOMBINASI TEMULAWAK DAN JAHE TERHADAP PENILAIAN ORGANOLEPTIK SIRUP TEMULAWAK DI KECAMATAN BAGELEN KABUPATEN PURWOREJO

pemanfaatan TOGA dengan hasil luaran berupa modul pemanfatan dan penggunanan TOGA dan produk minuman instan. Tim menyusun dan melaksanakan beberapa

AGRISTA : Vol. 4 No.3 September 2016 : Hal ISSN

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang berada di daerah tropis merupakan negara yang kaya

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pengobatan tanaman obat di Nusantara telah berkembang sejak awal,

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

Resep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak)

I. PENDAHULUAN. Negara lndonesia memiliki jenis tumbuhan beraneka ragam yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman herbal merupakan jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Daftar Pertanyaan Wawancara

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

I PENDAHULUAN. Penelitian, (2) Identifikasi masalah, (3) Tujuan dan Maksud Penelitian, (4) Manfaat

IbM DIVERSIFIKASI JAMU INSTANT DI KECAMATAN BUMIRATU NUBAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perkonomian

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tabel 1. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat No Nama Tumbuhan. Bagian yang Dimanfaatkan

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN & PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN JEPARA Jl. Pattimura No.4 Jepara, Telp. (0291) LAPORAN AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang


ANALISIS KELAYAKAN USAHA SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT (Studi Kasus:Koleksi Taman Obat Dan Spa Kebugaran SYIFA, Bogor)

I. PENDAHULUAN. kesehatan yang berbahan dasar air dan berbahan dasar susu skim.

BAB 1 PENDAHULUAN. UMKM, maka jumlah tenaga kerja yang diserap juga akan meningkat sehingga

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PETA POTENSI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNGGULAN JAWA TIMUR DALAM MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PRODUK NASIONAL DAN PASAR EKSPOR

ANALISIS RISIKO PASCA PANEN TANAMAN OBAT DI KEBUN UNIT KONSERVASI BUDIDAYA BIOFARMAKA (UKBB) BOGOR PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sebagai santan pada masakan sehari-hari, ataupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. minuman herbal membuat para pengusaha jamu-jamu tradisional bergairah.

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (Mubyarto, 1977 : 15).

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di

Standardisasi Bahan Baku dan Produk Biofarmaka/Tanaman Obat (Dalam Upaya Menjaga Kualitas dan Kemanfaatannya)

Lampiran 1: Jenis Tumbuhan Obat untuk Kesehatan Reproduksi oleh Masyarakat Samin Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro

OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN MELALUI PENGEMBANGAN TANAMAN BIOFARMAKA UNTUK MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KABUPATEN KARANGANYAR

I. PENDAHULUAN. penghidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Secara umum, pengertian

INOVASI JAMU DALAM KEMASAN SIAP MINUM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN POLA KONSUMSI JAMU DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN JATEN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara terkaya kedua di dunia di tinjau dari

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

IbM DIVERSIFIKASI JAMU INSTANT DI KECAMATAN BUMIRATU NUBAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Disajikan di Simposium Nasional Herbal Medik, Bandung, 12 Mei 2012

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN AGRIBISNIS, PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT 1)

BAB II LANDASAN TEORI

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PANGAN OLAHAN BERBAHAN DASAR KETELA POHON PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

V. PEMANFAATAN HERBAL UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN TUBUH AYAM KUB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber

IbM Kelompok Tani Buah Naga

BAB II PROSES BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

PROFIL USAHA KRIPIK TALES

PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI JAMU INSTAN DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1

Lampiran 1. Prosedur Wawancara. I. Identifikasi Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. rempah yang sudah diakui dunia, berbagai tanaman yang tumbuh disetiap

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

A. Guntur H. Subbagian Alergi-Imunologi Tropik Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fak. Kedokteran UNS Solo

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. iklim dan aktivitas fisik (Almatsier 2004). pangan untuk dikonsumsi. Selain dari faktor pengetahuan dan faktor

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mobilitas masyarakat yang semakin tinggi memerlukan kondisi kesehatan yang optimal. Kondisi kesehatan tubuh tentunya tidak bisa lepas dari konsumsi makanan yang sehat. Banyaknya penyakit yang ditimbulkan karena cara mengkonsumsi makanan yang salah ataupun keamanan makanan yang tidak terjaga menyebabkan masyarakat cenderung bersikap hati-hati. Adanya kecenderungan pola hidup kembali kealam (back to nature) menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan obat alami yang diyakini tidak memiliki efek samping seperti obat kimia, dan harga yang lebih terjangkau. Obat alami yang dimaksud adalah obat tradisonal yang berbahan baku tanaman obat atau biofarmaka.tanaman biofarmaka merupakan tanaman yang digunakan sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Pengertian berkhasiat obat adalah mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi mengandung efek resultan atau sinergi dari berbagai zat yang berfungsi mengobati (Flora, 2008). Selain sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit, tanaman biofarmaka telah digunakan sebagai peningkat rasa dan bumbu di seluruh dunia selama ribuan tahun. Banyak tanaman biofarmaka telah diakui memiliki sifat obat dan memiliki banyak efek menguntungkan pada kesehatan (Hassen, 2014). Saat ini banyak makanan dan minuman yang ditawarkan sebagai produk suplemen yang dapat meningkatkan kesehatan tubuh jika dikonsumsi. Minuman kesehatan merupakan minuman yang mengandung unsur-unsur zat gizi atau non zat gizi dan jika dikonsumsi dapat memberikan pengaruh posistif terhadap kesehatan tubuh (Muchtadi, 1996). Minuman kesehatan sebagai salah satu produk yang sudah dikenal masyarakat, banyak dijumpai 1

2 di pasaran dengan berbagai merek dan bentuk, seperti dalam bentuk cair, serbuk instan ataupun tablet. Kecenderungan masyarakat saat ini yang lebih menyukai menggunakan produk dengan kemasan dan penyajian yang lebih praktis dan cepat, karena tidak perlu membutuhkan banyak waktu dalam mempersiapkannya. Minuman instan hasil olahan tanaman biofarmaka pada saat ini banyak diburu oleh masyarakat karena khasiatnya dan lebih sehat bila dibandingkan dengan obat obatan kimia. Kondisi ini memacu peningkatan kebutuhan pasar dan berkembangnya jumlah industri obat tradisional di dalam negeri. Melihat kondisi ini banyak masyarakat Indonesia yang mulai tertarik dengan usaha biofarmaka. Olahan dari tanaman biofarmaka sendiri berupa obat herbal dalam bentuk serbuk maupun racikan jamu. Salah satu olahan biofarmaka yang banyak digemari masyarakat luas karena kepraktisannya adalah minuman instan yang tinggal seduh. Usaha pengembangan minuman instan dari tanaman biofarmaka merupakan salah satu usaha potensial untuk dikembangkan. Pada era ini masyarakat sudah semakin sadar akan pentingnya kesehatan selain itu penanaman tanaman biofarmaka sebagai bahan baku minuman instan juga tidak memerlukan lahan yang luas, cukup ditanam dipekarangan rumah ataupun dibawah pohon pohon besar. Pembuatan minuman instan dari tanaman biofarmaka tidak hanya menguntungkan secara ekonomis, tetapi juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan, sekaligus menunjang produktivitas tanaman biofarmaka. Kabupaten Klaten merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang mempunyai potensi untuk usaha minuman instan sebagai upaya diversifikasi perokonomian masyarakat (BPS, 2015). Salah satu kecamatan di Kabupaten Klaten yang menjadi penghasil minuman instan sekaligus tanaman biofarmaka adalah Kecamatan Bayat tepatnya di Desa Gunung Gajah oleh Kelompok Wanita Tani Subur Lestari. Tanaman biofarmaka

3 yang diolah menjadi minuman instan sebagian berasal dari sekitar desa Gunung Gajah seperti ; temuireng, temulawak,lempuyang, lengkuas, temugiring, daun sirih, dan daun sirsak. Tanaman jahe, kunyit, dan kencur banyak didatangkan dari daerah lain dikarenakan kondisi tanah yang tidak cocok untuk tanaman jahe, kunyit, dan kencur. Hal ini dikarenakan kondisi tanah yang terlalu banyak mengandung zat kapur sehingga pertumbuhan jahe, kunyit dan kencur kurang optimal. Pengolahan minuman instan ini dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani Subur Lestari di Desa Gunung Gajah, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten dengan pendampingan penyuluh dan dinas ketahanan pangan. Tujuan dari pengolahan minuman instan adalah untuk melihat peluang yang ada disekitar tempat tinggal dan mengubahnya menjadi salah satu sumber penghasilan untuk masyarakat setempat. Selain itu usaha pengolahan minuman instan berbasis biofarmaka juga mampu mendorong produktifitas tanaman biofarmaka di Kabupaten Klaten. Luas panen, produksi dan produktifitas tanaman biofarmaka menurut komoditas di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Biofarmaka menurut Komoditas Di Kabupaten Klaten Tahun 2015 Komoditas Luas panen ( ) Produksi (Kg) Produktivitas (Kg/ ) Jahe 3.801 7.245 1,91 Laos/Lengkuas 2.235 3.025 1,35 Kencur 2.100 1.902 0,91 Kunyit 4.205 5.185 1,23 Lempuyang 850 1.555 1,83 Temulawak 900 1.075 1,19 Temuireng 1.000 2.400 2,40 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, 2015 Tabel 1 menunjukan bahwa komoditas biofarmaka yang banyak ditanam di kabupaten Klaten adalah kunyit, jahe, laos atau lengkuas, kencur, temuireng, temulawak, dan lempuyang. Diantara 7 komoditas tersebut yang

4 paling luas lahan panennya adalah tanaman kunyit dengan luas 4.205. Selain kunyit komoditas yang lahan panennya luas adalah komoditas jahe dengan luas 3.801, laos atau lengkuas dengan luas 2.235, kencur 2100, serta temuireng dengan luas 1000. Tanaman temuireng banyak dijumpai di Desa Gunung Gajah. Masyarakat setempat cenderung memilih menanam temuireng dipekarangan maupun ditegalan dengan alasan kondisi tanah yang lebih cocok untuk ditanami temuireng. Tanaman temulawak dan lempuyang hanya memiliki luas panen sebesar 900 dan 850. Komoditas yang lainnya (temukunci, dringo atau dlingo, kapulaga, mengkudu atau pace, mahkota dewa, kejibeling, sambiloto dan lidah buaya) pada tahun 2015 tidak ditanam dikarenakan pemerintah Kabupaten Klaten hanya terfokus pada penanaman tanaman pangan maupun palawija dan banyak terjadi alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian sehingga tanaman biofarmaka kurang diperhatikan dan produksinya menurun. Jahe merupakan tanaman biofarmaka yang paling potensial selain harganya yang mahal, tingkat produktifitas jahe juga tinggi pada tabel 1 menunjukkan angka 1,91 Kg/, sedangkan yang paling tinggi tingkat produktifitasnya adalah tanaman temuireng sebesar 2,40 Kg/, kemudian yang ketiga lempuyang dengan tingkat produktifitas 1,83 Kg/ dan tanaman yang paling rendah produktifitasnya adalah tanaman kencur dengan produktifitas sebesar 0,91 Kg/. Harga bahan baku berupa tanaman biofarmaka untuk pengolahan minuman instan berbasis biofarmaka di Kabupaten Klaten tidak terlalu mahal yaitu berkisar Rp. 2.500 sampai Rp. 30.000 per kilogram, sehingga mampu menekan biaya produksi. Proses produksi minuman instan ini hanya dilakukan oleh anggota Kelompok Wanita Tani Subur Lestari sehingga selain mendapatkan SHU para anggota mendapatkan upah tenaga kerja setiap kali

5 produksi, dari sinilah akan dihitung berapa persentase kontribusi pendapatan dari usaha minuman instan terhadap pendapatan total rumah tangga anggota Kelompok Wanita Tani Subur Lestari. Berdasarkan penjelasan diatas, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai analisis usaha minuman instan berbasis biofarmaka di Desa Gunung Gajah Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. B. Rumusan masalah Usaha minuman instan berbasis biofarmaka merupakan kegiatan usaha yang sudah akrab ditelinga masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi pelaku usaha juga bagi masyarakat luas. Manfaat yang dapat diperoleh dari pengembangan usaha minuman instan berbasis tanaman biofarmaka antara lain meningkatnya pendapatan bagi pelaku usaha dan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat setelah mengkonsumsi minuman instan berbasis biofarmaka. Usaha minuman instan berbasis biofarmaka juga dapat meningkatkan produktifitas tanaman biofarmaka. Menurut Dinas Pertanian 2015, tanaman biofarmaka yang ada di Kabupaten Klaten terdiri dari jahe, lengkuas, kunyit, kencur, lempuyang, temulawak, dan temuireng. Tanaman tersebut diolah menjadi minuman instan serta dikemas semenarik mungkin. Usaha minuman instan berbasis biofarmaka diharapkan menjadi salah satu komponen pembangunan sektor pertanian di Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. Usaha minuman instan berbasis bioframaka diharapkan dapat memberikan kontribusi yang cukup baik dari segi peningkatan pendapatan maupun kesehatan masyarakat sehingga usaha minuman instan berbasis biofarmaka dapat mengangkat harkat usaha berbasis biofarmaka dan masyarakat pedesaan terutama yang berada di daerah marginal, sehingga tingkat kesejahteraannya menjadi lebih baik. Usaha pengolahan minuman instan berbasis biofarmaka di Kelompok Wanita Tani Subur Lestari Desa Gunung Gajah, Kecamatan Bayat, Kabupaten

6 Klaten belum dikelola secara optimal karena anggota dihadapkan pada keterbatasan teknologi, pengetahuan serta tentang cara mengelola usaha yang masih sangat rendah. Hal ini mendorong untuk dilakukannya penelitian sehingga dapat mengetahui berapa besar biaya, penerimaan, dan pendapatan yang pada akhirnya dapat diketahui efisiensi dan besarnya kontribusi pendapatan usaha minuman instan berbasis biofarmaka terhadap pendapatan rumah tangga anggota Kelompok Wanita Tani Subur Lestari. Berdasarkan uraian diatas permasalahan yang dikaji pada penelitian ini adalah : 1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan usaha minuman instan berbasis biofarmaka di Kelompok Wanita Tani Subur Lestari Kabupaten Klaten? 2. Berapa besarnya efisiensi usaha minuman instan berbasis biofarmaka di Kelompok Wanita Tani Subur Lestari Kabupaten Klaten? 3. Berapa besarnya kontribusi pendapatan usaha minuman instan berbasis biofarmaka di Kelompok Wanita Tani Subur Lestari Kabupaten Klaten terhadap pendapatan rumah tangga anggota Kelompok Wanita Tani Subur Lestari Kabupaten Klaten? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan usaha minuman instan berbasis biofarmaka di Kelompok Wanita Tani Subur Lestari Kabupaten Klaten. 2. Untuk mengetahui besarnya efisiensi usaha minuman instan berbasis biofarmaka di Kelompok Wanita Tani Subur Lestari Kabupaten Klaten. 3. Untuk mengetahui besarnya kontribusi pendapatan usaha minuman instan berbasis biofarmaka di Kelompok Wanita Tani Subur Lestari Kabupaten

7 Klaten terhadap pendapatan rumah tangga anggota Kelompok Wanita Tani Subur Lestari kabupaten Klaten. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti terkait usaha minuman instan berbasis biofarmaka dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi pemerintah Kabupaten Klaten, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan khususnya pada bidang usaha biofarmaka. 3. Bagi para pengusaha minuman instan berbasis biofarmaka, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan usaha pengembangan dan peningkatan usaha. 4. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan pertimbangan dalam melakukan penelitian pada permasalahan yang sama.