BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lengkung gigi terdiri dari superior dan inferior dimana masing-masing

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar dari penduduk Indonesia termasuk ras Paleomongoloid yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

BAB I PENDAHULUAN. atau bergantian (Hamilah, 2004). Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang. waktu yang diharapkan (Hupp dkk., 2008). Molar ketiga merupakan gigi terakhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sejak intra uterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Pertumbuhan berlangsung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Soetjiningsih (1995)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran lebar mesiodistal gigi setiap individu adalah berbeda, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan

Scanned by CamScanner

BAB I PENDAHULUAN. permukaan oklusal gigi geligi rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perawatan ortodonti dan mempunyai prognosis yang kurang baik. Diskrepansi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan yang pertama kali dikonsumsi bayi adalah Air Susu Ibu (ASI).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

UKURAN DIMENSI RAHANG ATAS PADA ETNIK INDIA MALAYSIA USIA TAHUN DI MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dentofasial termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang,

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan wajah dan gigi-geligi, serta diagnosis,

BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH. berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi permanen bersamaan di dalam rongga mulut. Fase gigi bercampur dimulai dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah (Mokhtar, 2002). Susunan

BAB 1 PENDAHULUAN. menghasilkan bentuk wajah yang harmonis jika belum memperhatikan posisi jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dari struktur wajah, rahang dan gigi, serta pengaruhnya terhadap oklusi gigi geligi

BAB III PREVENTIF ORTHODONTIK

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mengevaluasi keberhasilan perawatan yang telah dilakukan. 1,2,3 Kemudian dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. studi. 7 Analisis model studi digunakan untuk mengukur derajat maloklusi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki fungsi oklusi dan estetika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan serangkaian pulau besar-kecil dengan lingkungan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN ANASIR GIGITIRUAN PADA GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Grafik 1. Persentase pertumbuhan tulang kranium dan kartilago primer 16

BAGIAN ILMU BIOLOGI ORAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kejadian yang penting dalam perkembangan anak (Poureslami, et al., 2015).

Penetapan Gigit pada Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Ruang Metode Moyers

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

BAB 1 PENDAHULUAN. dan harmonis.pada saat mendiagnosis dan membuat rencana perawatan perlu diketahui ada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan perawatan tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan rahang saja

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Perawatan pendahuluan 4.2 Perawatan utama Rahang atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodontik dapat dicapai jika diagnosis dan rencana perawatan

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

BAB II CELAH PALATUM KOMPLET BILATERAL. Kelainan kongenital berupa celah palatum telah diketahui sejak lama. Pada

PERUBAHAN MANDIBULA PADA MANULA. LISNA UNITA, DRG.,M.Kes DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FKG USU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEFALOMETRI. Wayan Ardhana Bagian Ortodonsia FKG UGM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi-gigi dengan wajah (Waldman, 1982). Moseling dan Woods (2004),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini dapat bervariasi pada umur dan jenis kelamin. Hal tersebut dapat diukur

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. langsung dari payudara ibu. Menyusui secara ekslusif adalah pemberian air susu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Ilmu Ortodonti menurut American Association of Orthodontics adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. ekstraoral. Perubahan pada intraoral antara lain resorbsi prosesus alveolaris

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Rahang Tumbuh-kembang adalah suatu proses keseimbangan dinamik antara bentuk dan fungsi. Prinsip dasar tumbuh-kembang antara lain berkesinambungan, sesuai dengan deposisi dan resorpsi serta perubahan ukuran dan bentuk. Selama perkembangan suatu mahkluk hidup terjadi pertumbuhan, dalam arti ukuran bertambah besar dan terjadi perubahan bentuk sedangkan peningkatan kompleksitas fungsi merupakan proses perkembangan. 1 Setiap orang mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda, sehingga tidak ada manusia yang mempunyai ukuran dan bentuk lengkung rahang yang sama persis. 8 Sewaktu lahir, kepala membentuk sekitar seperempat dari tinggi total tubuh. Pada orang dewasa, kepala membentuk seperdelapan dari tinggi total tubuh. Oleh karena itu, dari lahir sampai maturitas, tubuh tentunya bertumbuh lebih pesat baik pada proporsi maupun ukuran dibandingkan kepala. Pada kebanyakan individu, kecepatan umum dari pertumbuhan tubuh mengikuti suatu pola, walaupun ada variasi pada saat tahapan pola yang berbeda. Pada bayi, pertumbuhan berlangsung dengan kecepatan yang relatif tinggi, melambat secara progresif selama masa kanakkanak untuk mencapai kecepatan minimal pada periode prapubertas. Laju pertumbuhan kemudian meningkat kembali selama pubertas dan akhirnya lambat sampai ke maturitas. Usia kapan tahap-tahap pertumbuhan ini terjadi dan berakhir adalah bervariasi antar individu dan antar jenis kelamin. 9 Tulang maksila terhubung dengan beberapa tulang diantaranya tulang frontalis, zigomatik dan sfenoid melalui sutura yang berisi jaringan ikat. Maksila tumbuh ke segala dimensi terutama karena adanya aposisi tulang pada sutura sekitar maksila, remodeling permukaan tulang dan pergeseran secara pasif karena perubahan pada basis kranial. Ukuran maksila dalam jurusan vertikal bertambah karena terbentuknya tulang alveolar yang menyangga gigi (Gambar 1). Palatum ikut turun

sesuai dengan pertumbuhan maksila ke bawah yang diikuti oleh aposisi pada permukaan yang menghadap ke rongga mulut dan resorpsi pada permukaan yang menghadap ke dasar rongga hidung. Lengkung palatal bertambah dalam dengan adanya pertumbuhan prosesus alveolaris. 10 Palatum dibentuk dengan kontribusi dari prosesus maksilaris dan prosesus fronto-nasalis. Prosesus maksilaris membentuk palatum keras (palatum durum) pada tiga perempat bagian anterior sedangkan bagian posterior palatum tidak terjadi penulangan dan membentuk palatum lunak (palatum molle). 3 Menurut Heasman (2004), pertumbuhan maksila berhenti pada usia 17 tahun untuk laki-laki dan rata-rata 2 tahun lebih awal pada perempuan. 11 Gambar 1. Arah pertumbuhan maksila searah dengan panah. 13 Beberapa peneliti berpendapat bahwa mandibula dapat dipandang sebagai tulang panjang dengan dua prosesus untuk pelekatan otot dan prosesus alveolaris untuk tempat gigi. Osifikasi endokondral pada kondili menyumbang pertumbuhan mandibula ke arah posterior. Aposisi dan remodeling di tempat-tempat lain menyebabkan mandibula bertambah besar sesuai dengan bentuknya. Pada usia 1 tahun, kedua simfisis mandibula telah menyatu dan tidak memberi sumbangan pada pertumbuhan. 10

Arah pertumbuhan mandibula ke bawah dan ke depan. Pertambahan panjang mandibula disebabkan adanya aposisi di sisi posterior ramus dan terjadi resorpsi di sisi anterior ramus. Pertambahan tinggi korpus mandibula sebagian besar disebabkan adanya pertumbuhan tulang alveolaris. Dagu menjadi lebih menonjol karena mandibula memanjang dan terdapat sedikit penambahan tulang pada dagu tetapi tidak terjadi lagi sesudah masa remaja. Menurut Heasman (2004), pertumbuhan mandibula berakhir pada usia sekitar 17 tahun untuk perempuan dan sekitar 2 tahun kemudian untuk laki-laki. 11 2.1.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Rahang Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan rahang yaitu genetik, lingkungan, jenis kelamin dan ras. 1,3,12,14,15,16,17,26,27 a) Faktor ras Mohammad H.A dkk (2011) menyatakan bahwa kelompok ras yang berbeda akan menunjukkan ukuran dimensi rahang yang bervariasi. 4 Menurut penelitan Buris dkk (2000) juga menyatakan bahwa ras yang berbeda akan menampilkan ukuran lengkung rahang yang berbeda. 17 b) Faktor genetik Genetik mempunyai pengaruh yang penting dalam menentukan variasi ukuran dan bentuk lengkung gigi, tulang alveolar dan tengkorak, maka untuk mendapatkan data yang valid perlu dilakukan penelitian suatu suku dengan keturunan dua generasi yaitu pengambilan sampel dengan melihat kesamaan suku dari orang tua (ayah dan ibu) dan kakek-nenek dari kedua orang tua (ayah dan ibu) sampel. Menurut penelitian Cassidy (1998) diperoleh data bahwa hubungan bagian bukal yaitu molar pertama antara maksila dan mandibular dalam arah sagital pada remaja yang mempunyai hubungan biologis lebih serupa, daripada remaja yang tidak ada hubungan biologis. 12

c) Faktor lingkungan Lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan rahang. Faktor lingkungan tersebut adalah nutrisi, kebiasaan oral dan fisik. 1,14,15,16,26,27 i) Nutrisi/Gizi Perbedaan kebiasaan makan menyebabkan perbedaan asupan gizi dan nutrisi terutamanya kalsium. Kalsium berperan dalam proses tumbuh kembang. Perbedaan konsumsi nutrisi memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan rahang. 26,27 ii) Kebiasaan oral Kebiasaan oral yang memengaruhi pertumbuhan rahang antara lain menghisap ibu jari atau jari-jari tangan, menghisap dot, bernafas dari mulut, dan penjuluran lidah. Hasil penelitian Anzar dkk (2006), menunjukkan kebiasaan menghisap jari untuk jangka waktu yang panjang akan menyebabkan peningkatan jarak inter molar mandibular. Mereka juga menyebutkan bahwa kebiasaan menghisap mainan akan menyebabkan pengurangan ukuran lengkung gigi maksila terutama di bagian kaninus dan kebiasaan bernafas melalui mulut menyebabkan pengurangan ukuran lengkung gigi pada rahang atas dan bawah. 14 Peran kebiasaan oral tergantung dari frekuensi, intensitas, dan lama durasi. Dampak perubahan dapat mengenai seluruh morfologi fasial yakni mengenai gigi, rahang, dan skeletal fasial. 1 iii) Fisik Selain itu, otot pengunyahan yang kuat meningkatkan mekanisme pengunyahan rahang dan memicu pertumbuhan sutura dan aposisi tulang yang mengakibatkan peningkatan pertumbuhan rahang. 15 Hal ini didukung oleh penelitian Kiliaridis dkk (2003) terdapat hubungan antara ukuran otot-otot pengunyahan dengan lebar kraniofasial. Hasil penelitiannya didapati bahwa laki-laki yang mempunyai otot masseter lebih tebal mempunyai rahang yang lebih besar dari perempuan yang mempunyai otot masseter yang tipis. 16 d) Jenis Kelamin Ukuran rahang pada laki-laki lebih besar daripada perempuan, hal ini disebabkan karena laki-laki mempunyai ukuran wajah yang lebih besar dan pertumbuhan ke arah transversal yang lebih besar dari perempuan. Penelitian

Mohammad dkk (2011) menyatakan bahwa ukuran rahang laki-laki didapati lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran rahang perempuan. 4 2.2 Dimensi Rahang Menurut Nakata (1988), Ross-Powell (2000) dan Bishara (2001), menyatakan bahwa dimensi rahang adalah lebar inter kaninus, lebar inter molar, panjang, dan keliling lengkung gigi. Sedangkan Moyers (1988), menyatakan bahwa dimensi rahang terdiri dari lebar inter kaninus, lebar inter molar, tinggi rahang, keliling atau perimeter lengkung rahang, overbite dan overjet. 1 2.2.1 Panjang Rahang Menurut Hassanali dan Odhiambo (2000) dan Mohammad H.A dkk (2011), panjang rahang diukur dari titik tengah papila insisal tegak lurus hingga garis yang menghubungkan margin distal molar pertama permanen. 4,18 2.2.2 Tinggi Rahang Menurut Mohammad H.A dkk (2011), ketinggian rahang diukur dari titik tengah yang menghubungkan distal margin molar pertama permanen dengan garis tegak lurus dari insisisal papila. 4,18 2.2.3 Lebar Inter kaninus Titik referensi untuk mengukur lebar inter kaninus sangat bervariasi. Menurut Alleva (1979), titik referensi untuk mengukur lebar inter kaninus adalah titik kontak mesial gigi kaninus kanan ke kaninus kiri, sedangkan Moyers (1988) dan Nakata (1988), menggunakan titik puncak gigi kaninus kanan ke kaninus kiri. 1

2.2.4 Lebar Inter molar Menurut Mohammad H.A (2011) dan Hassanali dan Odhiambo (2000), lebar inter molar diukur dari alur bukal pada permukaan oklusal pada gigi molar pertama kanan ke molar pertama kiri. 4,18 2.2.5 Keliling Anterior Keliling anterior rahang diukur dari sudut kecembungan maksimum pada kaninus kanan ke kaninus kiri di sepertiga tengah dari permukaan bukal sepanjang gigi anterior. 4,18 2.2.6 Keliling Posterior Keliling posterior rahang diukur dari sudut kecembungan maksimum pada molar pertama kanan ke molar pertama kiri di sepertiga tengah dari permukaan bukal sepanjang lengkung gigi. 4,18 Gambar 2. P L (Palatal Length), P D (Palatal Depth), C - C 1 (Inter Canine Distanc), M-M 1 (Inter Molar Distance), AC 1 (Anterior Arch Circumference), PC 1 ( Posterior Arch Circumference). 4,18

2.3 Latar Belakang Masyarakat Malaysia Dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan istilah etnik berarti kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi. Menurut Frederich Barth (1988) istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok tertentu yang karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya. 19 Masyarakat Malaysia merupakan masyarakat multietnik. Jumlah penduduk Malaysia mencapai 30 juta jiwa. Diantara 3 etnik terbesar di Malaysia adalah etnik Melayu (50,4%), etnik Cina (23,7%) dan etnik India (7,1%). Etnik Melayu dan Cina termasuk dalam kelompok ras Mongoloid sedangkan etnik India termasuk dalam kelompok ras Kaukasoid. 5 Masyarakat Malaysia pada asalnya terbagi kepada dua fase yaitu prasejarah dan modern Terdapat dua model yang berguna dari fase prasejarah untuk menggambarkan populasi yang bermigrasi dan populasi origin. Jacob (1997) memperkenalkan dual layer model dimana pertama menyatakan perpindahah dan masuknya orang-orang Mongoloid ke Asia Tenggara melalui China Selatan sewaktu periode Neolitik telah menyebabkan pencampuran genetik baru terhadap penduduk asal yang pada mulanya memiliki profil seperti orang Australomelanesoid. Model kedua menyatakan bahwa penduduk Asia Tenggara modern berasal dari orang-orang terdahulu yang tinggal di Sundaland yang mengalami perubahan evolusi lokal tanpa pencampuran genetik. Menurut Zainuddin (2003) sejarah modern populasi Malaysia termasuklah migrasi orang-orang Cina dari Cina Selatan dan orang-orang India dari India Selatan ke Malaysia sewaktu abad ke-19. Migrasi etnik Cina dan India ini membawa kepada masyarakat modern Malaysia pada masa sekarang. 20

2.4 Landasan Teori Tumbuh kembang adalah suatu proses keseimbangan dinamik antara bentuk dan fungsi. Setiap orang mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda, sehingga tidak ada yang mempunyai ukuran dan bentuk lengkung rahang yang sama persis. 1,8 Tulang maksila terhubung dengan beberapa tulang diantaranya tulang frontalis, zigomatik dan sfenoid melalui sutura yang berisi jaringan ikat. Maksila tumbuh ke segala dimensi terutama karena adanya aposisi tulang pada sutura sekitar maksila, remodeling permukaan tulang dan pergeseran secara pasif karena perubahan pada basis kranial. 10 Prosesus maksilaris membentuk palatum keras atas (palatum durum) pada tiga perempat bagian anterior sedangkan bagian posterior palatum tidak terjadi penulangan dan membentuk palatum lunak (palatum molle). 3 Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan rahang yaitu genetik, lingkungan, jenis kelamin dan ras. 1,3,12,14,15,16,,17,26,27 Menurut Moyers (1988), dimensi rahang atas terdiri dari lebar inter kaninus, lebar inter molar, tinggi rahang, keliling atau perimeter lengkung rahang. 1 Panjang rahang diukur dari titik tengah papila insisal tegak lurus hingga garis yang menghubungkan margin distal molar pertama permanen. Tinggi rahang diukur dari titik tengah yang menghubungkan distal margin molar pertama permanen dengan garis tegak lurus dari insisisal papila. Lebar inter kaninus diukur dari titik puncak gigi kaninus kanan ke kaninus kiri. Lebar inter molar diukur dari alur bukal pada permukaan oklusal pada gigi molar pertama kanan ke molar pertama kiri. Keliling anterior rahang diukur dari sudut kecembungan maksimum pada kaninus kanan ke kaninus kiri di sepertiga tengah dari permukaan bukal sepanjang gigi anterior. Keliling posterior rahang diukur dari sudut kecembungan maksimum pada molar pertama kanan ke molar pertama kiri di sepertiga tengah dari permukaan bukal sepanjang lengkung gigi. 4,18 Masyarakat Malaysia merupakan masyarakat multietnik. Diantara 3 etnik terbesar di Malaysia adalah etnik Melayu (50,4%), etnik Cina (23,7%) dan etnik India (7,1%). Etnik Melayu dan Cina termasuk dalam kelompok ras Mongoloid sedangkan etnik India termasuk dalam kelompok ras Kaukasoid. 5

Kerangka Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Dentofasial Pertumbuhan Rahang Ras Genetik Lingkungan o Nutrisi o Kebiasaan oral o Fisik Jenis kelamin Rahang atas Rahang bawah Pengukuran dimensi rahang Panjang rahang Tinggi rahang Lebar inter kaninus Lebar inter molar Keliling anterior Keliling posterior

2.5 Kerangka Konsep Populasi Mahasiswa Malaysia FKG USU Seleksi Sampel Etnik India Jenis Kelamin 1. Laki-Laki 2. Perempuan Pengukuran Dimensi Rahang Atas Panjang rahang Tinggi rahang Lebar inter kaninus Lebar inter molar Keliling anterior Keliling posterior