Susu cair Steril Biasa. Diproses dengan panas; sehingga produk susu mengalami pemanasan setara dengan o C, selama 4-30 menit

dokumen-dokumen yang mirip
Latar Belakang : Dasar Tek Pengolahan Pangan

Pengawetan pangan dengan pengeringan

Homogenisasi, Separasi, Susu Steril

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

2011, No BAB 9 FORMAT

TEKNOLOGI HASIL TERNAK. Kuliah ke 2

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan Yoghurt Page 1

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Mingguke-5

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

9/13/2012. penyimpanan maupun pengolahan, maka diharapkan dapat meminimalkan penurunan mutu terutama mutu gizi pada bahan makanan tersebut.

STERILISASI. Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1

1. BAB I PENDAHULUAN. karena kandungan gizi yang ada didalamnya. Susu merupakan sumber protein,

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tersusun oleh aneka macam bahan baku dan bahan tambahan (Hariyadi, 2014).

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol

SUSU EVAPORASI, SUSU KENTAL, SUSU BUBUK

2013, No.710 6

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

DAN PENGEMASAN ASEPTIK. Purwiyatno Hariyadi 1

Pengolahan dengan suhu tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

SPESIFIKASI PENGADAAN BARANG PROYEK PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2011 UNTUK BALITA KURANG GIZI

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan

PENGERINGAN. Teti Estiasih - PS ITP - THP - FTP - UB

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2. Spesifikasi MRS Broth (merk Merck )

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA LANJUTAN. 1.1 Ketentuan ini berlaku untuk Formula Lanjutan dalam bentuk cair atau bubuk.

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

Prinsip pengawetan. Mencegah/memperlambat kerusakan mikrobial. Mencegah/memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas pangan yang

Teti Estiasih - THP - FTP - UB

Tujuan pengeringan yang tepat untuk produk: 1. Susu 2. Santan 3. Kerupuk 4. Beras 5. Tapioka 6. Manisan buah 7. Keripik kentang 8.

INFORMASI NILAI GIZI

Zat makanan yang ada dalam susu

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

PENGARUH KONSENTRASI KALSIUM KARBONAT TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI PROPOSAL SKRIPSI

Karakteristik mutu daging

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV RESPONS MIKROBIA TERHADAP SUHU TINGGI

OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam masalah budidaya kopi di berbagai Negara hanya beberapa

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

Pembekuan. Shinta Rosalia Dewi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

KEMASAN ASEPTIS DAN SISTEM STERILISASI PRODUK

TELUR ASIN PENDAHULUAN

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi penyebab

PENENTUAN WAKTU TINGGAL OPTIMUM PASTEURISASI SUSU DENGAN PLATE HEAT EXCHANGER

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

LOGO BAKING TITIS SARI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. TINJAUAN PUSTAKA

KEMASAN ASEPTIS DAN SISTEM STERILISASI PRODUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal, contohnya adalah tanaman Muntingia calabura L atau talok.

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

BLANSING. mrngurangi terjadinya pengkaratan kaleng dan memperoleh keadaan vakum yang baik dalam headspace kaleng. dalam wadah

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAGING RAJUNGAN (Portunus pelagicus) REBUS PADA SUHU KAMAR

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH KIMIA UNSUR UNSUR NITROGEN. Disusun Oleh : Indah Ar ( )

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Hasil analisis sifat fisik susu kambing segar. 9,70±0,10 8,37 10,45 3) Minimal 8,0

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

Pengeringan Untuk Pengawetan

Transkripsi:

Tabel. Perbandingan antara beberapa produk Susu (beserta proses pengolahannya) (1) Diskripsi proses Pasteurisasi Diproses panas; sehingga produk susu mengalami pemanasan setara pemanasan 63 o C selama 30 menit (atau 72 C selama 15 detik. Steril Diproses panas; sehingga produk susu mengalami pemanasan setara 116-121 o C, selama 4-30 menit Steril Diproses panas; sehingga produk susu mengalami pemanasan setara 135-140 o C, selama 2-5 detik Susu disemprotkan ke permukaan drum panas; suhu permukaan drum : 120 170 o C, waktu : 20 detik 3 menit Suhu produk susu sekitar 100 o C Susu disemprotkan ke ruangan panas; suhu udara panas : 150 300 o C (inlet), 90-100 o C (outlet). Waktu : 1 10 detik Suhu produk susu sekitar 100 o C

Tabel. Perbandingan antara beberapa produk Susu (beserta proses pengolahannya) (2) Pengaruh Proses Pengolahan pada ZAT GIZI Pasteurisasi Tidak berpengaruh nyata pada lemak, kalsium, fosfor 2 Tidak berpengaruh nyata pada vitamin larut lemak (A, D, E), Vitamin B- kompleks (riboflavin, asam pantotenat, biotin, niasin), kerusakan 0% 1 minimal: Tiamin <3%, Piridoksin 0 8% Kobalamin <10%, Asam folat <10% 3 Denaturasi protein 4 ; khususnya protein whey 35-65% 5 Steril 1 cukup besar 6 Kerusakan Tiamin, 35%, Piridoksin, 50% Asam folat, 50% Biotin, 0% Denaturasi protein whey susu, 87%; tetapi sedikit sekali mempengaruhi nilai biologi protein Steril minimal. Kerusakan Tiamin, 10%, Piridoksin, 10% Asam folat, 10% Biotin, 0% Denaturasi protein whey susu, 12-40%; tetapi tidak secara nyata mempengaruhi nilai biologi protein Kerusakan 6 : Asam folat, 10% Biotin, 10% Kerusakan lisin 5-40% 7 Denaturasi protein susu, mengakibatkan penurunan nilai biologi susu antara 8-30% 7 Kerusakan 6 : Asam folat, 10% Biotin, 10% Kerusakan lisin 3-10% 8 Denaturasi protein susu terjadi cukup tinggi, tetapi tidak secara nyata mengakibatkan penurunan nilai biologi susu 8 1 Pengertian steril (atau steril komersial) adalah bahwa produk tersebut bisa awet, aman, tahan lama disimpan pada suhu kamar, tanpa memerlukan refrigerasi 2 Beddows and Blake, 1982 3 Lund, 1982

Tabel. Perbandingan antara beberapa produk Susu (beserta proses pengolahannya) (3) Steril Pasteurisasi Pengaruh Proses Pengolahan pada MUTU Tidak steril. Perubahan warna citarasa khas susu sangat minimum (mampu mempertahankan citarasa flavor susu segar) Steril warna, citarasa fkavor khas susu; ada rasa masak (cooked flvaor, bisa disukai/ tidak disukai; tergantung pengalaman konsumen). Steril Steril Perubahan warna, citarasa flavor khas susu sangat kecil. Tidak steril citarasa flavor, Terbentuk flavor masak (cooked), Setelah dibuka; produk (a) mudah menyerap air dari lingkungan [menyebabkan penggumpalan susu bubuk] (b) berreaksi oksigen [menyebabkan oksidasi lemak/ ketengikan susu]. Tidak steril citarasa flavor, Terbentuk flavor masak (cooked flavor) Setelah dibuka; mudah menyerap air dari lingkungan; sehingga menggumpal 4 Heat may denature milk proteins. This effect is not considered a disadvantage from the nutritional point of view because it only involves changes in the specific arrangement of the casein protein. There is no breakdown of peptide linkages; therefore, casein can be considered a thermal-resistant compound. Although α-lactoalbumin is relatively heat stable, other whey proteins can be denatured as a result of heating. These denatured proteins are more digestible than their naturally occurring form because the protein s structure is loosened and enzymes can act easier (Renner, 1986). 5 http://www.niro.com/niro/cmsdoc.nsf/webdoc/ndkw5y7d8zlibrary 6 Fellow, 1988 7 Fairbank and Mitchell (1935). 8 Rolls and Porter, 1973

Tabel. Perbandingan antara beberapa produk Susu (beserta proses pengolahannya) (4) Steril Pasteurisasi Penyimpanan Masa Simpan Produk yang dihasilkan Karakteristik Lain-lain Produk disimpan pada suhu rendah (dalam lemari es), masa simpan 7-14 hari Umumnya harganya relatif lebih mahal; dibandingkan susu steril Steril Bisa disimpan pada suhu kamar biasa (tanpa refrigerasi/lemari es). Masa simpan 8-18 bulan. Setelah dibuka; maka sterilitas akan hilang; ttp masih mampu bertahan sekitar 4 hari dalam lemari es Umumnya harganya relatif lebih murah; dibandingkan susu pasteurisasi Ringan, murah dalam transportasi Awet (karena kadar air rendah); masa simpannya sangat dipengaruhi oleh jenis pengemas Jenis pengemas memberikan barrier thd (i) oksigen (i) uap air. Pengemas yang mempunyai barrier yang lebih baik; akan mampu memberikan masa simpan susu bubuk lebih panjang. Murah/ekonomis dalam penanganan transportasi produk (produknya ringan). Tidak memerlukan refrigerasi

Karakteristik Lain-lain Pasteurisasi Umumnya harganya relatif lebih mahal; dibandingkan susu steril Steril Steril Umumnya harganya relatif lebih murah; dibandingkan susu pasteurisasi Murah/ekonomis dalam penanganan transportasi produk (produknya ringan). Tidak memerlukan refrigerasi