DESTILATOR TIPE ATAP SETENGAH BOLA (HEMISPHERE) SEBAGAI SUMBER POTENSIAL BAGI PENGADAAN AIR MINUM

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERBEDAAN JENIS PLAT PENYERAP KACA DAN PAPAN MIKA TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS AIR MINUM PADA PROSES DESTILASI ENERGI TENAGA SURYA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

PENYEDIAAN AIR TAWAR DARI PENYULINGAN ENERGI SURYA MENGGUNAKAN TEKNIK REFLEKTOR CERMIN CEKUNG

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan,

DESTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN PEMANAS MATAHARI DENGAN REFLEKTOR CERMIN CEKUNG

Kaji Eksperimental Pemisah Garam dan Air Bersih Dari Air LAut Mengunakan Kolektor Plat Alumunium Dengan Mengunakan Energi Surya

UPAYA PENGADAAN AIR BERSIH BAGI KELOMPOK USAHA BERSAMA NELAYAN PANTAI BOOM DI KELURAHAN KEPATIHAN KABUPATEN BANYUWANGI

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT PENGOLAHAN AIR LAUT MENGGUNAKAN ENERGI SURYA UNTUK MEMPRODUKSI GARAM DAN AIR TAWAR

PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN DESTILASI TENAGA SURYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

TEKNOLOGI ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP MIRING

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l

Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RANCANG BANGUN DAN UJI KINERJA ALAT DESTILATOR AIR LAUT MENGGUNAKAN ENERGI LISTRIK JURNAL

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

V. KESIMPULAN DAN SARAN

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Perhitungan kadar Fe metode titrasi sederhana : Pagi, WIB : a. Kadar Fe lantai dasar : Fe = 1000

LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN KARBON AKTIF KAYU BAKAU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan faktor-faktor yang ada, walaupun kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA KARAKTERISTIK ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam cara, tergantung kondisi geografisnya. Sebagian

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT KAB/KOTA Waktu: 120 menit. Laju (m/s)

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PENELITIAN AIR BERSIH DI PT. SUMMIT PLAST CIKARANG

ANALISIS DESTILASI AIR KERUH DENGAN MENGGUNAKAN TENAGA SURYA DAN TENAGA LISTRIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

STUDI SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

PARAMETER KUALITAS AIR

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan

Sifat fisika air. Air O. Rumus molekul kg/m 3, liquid 917 kg/m 3, solid. Kerapatan pada fasa. 100 C ( K) (212ºF) 0 0 C pada 1 atm

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN A : Bagan Uji Pendugaan, Penegasan dan Sempurna. Di Pipet

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan. Bagi

Studi Alat Destilasi Surya Tipe Basin Tunggal Menggunakan Kolektor Pemanas

BAB 4 Analisa dan Bahasan

BAB IV DATA DAN ANALISA

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH GARAM DAN AIR TAWAR DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI MATAHARI

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA)

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-harinya yang memenuhi

Hidrometeorologi. Pertemuan ke I

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar

IRWNS Kinerja Alat Pengolahan Air Minum Portable

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dan semua makhluk hidup butuh air. Air merupakan material

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia

PENENTUAN EFISIENSI DARI ALAT PENGERING SURYA TIPE KABINET BERPENUTUP KACA

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam


BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. transportasi baik di sungai maupun di laut. Air juga dipergunakan untuk. meningkatkan kualitas hidup manusia (Arya W., 2001).

PRESTASI SISTEM DESALINASI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN BERBAGAI TIPE KACA PENUTUP MIRING

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Desa pesisir, air bersih, kekeruhan, total dissolved solid, ph

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

Transkripsi:

DESTILATOR TIPE ATAP SETENGAH BOLA (HEMISPHERE) SEBAGAI SUMBER POTENSIAL BAGI PENGADAAN AIR MINUM Samlawi, Iwan Sanwani, Nikmah Dwiyani Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari distribusi temperatur pada atap destilator setengah bola (hemisphere), pengaruh temperatur lingkungan terhadap volume air destilat yang dihasilkan destilator tipe setengah bola, dan kualitas air destilat yang dihasilkan oleh destilator tipe setengah bola. Destilator tipe setengah bola yang digunakan tersusun atas bak penampung dan atap hemisphere. Bak penampung terbuat dari aluminium berbentuk silinder dengan diameter 28 cm, tinggi 6 cm dan memiliki kapasitas penampung air sebesar 3.693 ml. Atap hemisphere destilator terbuat dari fiber glass berjari-jari 15 cm. Sampel air laut sebanyak 2.500 ml dari Pantai Parangkusumo, Bantul, Yogyakarta dimasukkan ke dalam bak penampung air destilator dan dipanaskan secara langsung menggunakan radiasi surya matahari. Destilasi air laut dilakukan selama 10 hari. Parameter pengamatan yang diukur, meliputi temperatur lingkungan, temperatur air dalam bak destilator, volume air setiap jam, dan kualitas air. Pengujian kualitas air hasil destilasi dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi temperatur pada setiap titik atap destilator setengah bola merata, dan semakin tinggi temperatur lingkungan menyebabkan volume air destilat yang diperoleh semakin besar. Air destilat yang diperoleh tidak berbau dan mengandung klorida yang relatif rendah. Oleh karena itu air destilat tersebut layak untuk dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan. Kata kunci : Destilator tipe setengah bola, distribusi, temperatur dan air destilat PENDAHULUAN Sebagian besar wilayah pesisir di Indonesia mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Hal ini karena air yang terdapat di wilayah pesisir tersebut terintrusi air laut sehingga terasa asin dan tidak baik untuk dikonsumsi serta digunakan dalam berbagai aktivitas masyarakat seperti memasak, mencuci, dan mandi. Padahal apabila dicermati bahwa di wilayah pesisir mempunyai potensi sebagai penghasil air bersih yang sangat potensial, yaitu berasal dari air laut. Berdasarkan beberapa kajian diketahui bahwa air laut dapat didestilasi menjadi air bersih yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Penelitian untuk mendestilasi laut menjadi air tawar telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Jansen (1995) telah mendestilasi air laut dengan menggunakan destilator kaca tipe atap limas dengan tingkat kemiringan 10 o. Sementara Samlawi (2002) menggunakan destilator surya tipe atap setengah silinder dengan kemiringan Universitas Negeri Yogyakarta 39

PELITA, Volume 1, Nomor 1, Agustus 2005 39 o. Namun demikian penelitian tersebut belum menunjukkan hasil yang maksimum untuk memperoleh air tawar. Hal ini kemungkinan karena destilator tersebut mempunyai bentuk geometri atap yang kurang dapat menerima pancaran radiasi surya secara maksimum (Holman, 1988). Oleh karena itu penelitian untuk menciptakan destilator dengan bentuk geometri tipe atap yang berbeda sangat penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi temperatur pada atap destilator tipe setengah bola, mengetahui pengaruh temperatur lingkungan terhadap volume air yang dihasilkan destilator tipe atap setengah bola dan kelayakan air yang dihasilkan untuk konsumsi manusia. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan pada tanggal 1 11 Juni 2004, bertempat di Lingkungan Masjid Gandok, Lantai 2, Desa Gandok, Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen. Dilakukan dengan membuat prototipe tipe setengah bola. Sistem destilator ini menggunakan destilator uap dengan bantuan radiasi surya (Soebagio dkk, 2000). Destilator tersusun atas bak penampung dan atap hemisphere. Bak penampung terbuat dari aluminium berbentuk silinder dengan diameter 28 cm, tinggi 6 cm dan memiliki kapasitas penampungan air sebesar 3.693 ml. Bak ini ditutup dengan destilator tipe atap hemisphere yang terbuat dari fiber glass berjari-jari 15 cm dan diberi 3 (tiga) termometer sebagai pengontrol distribusi temperatur atap dengan jarak 120 o C. Pada stik dipasang termometer sebagai pengontrol temperatur lingkungan dan termometer pengontrol temperatur air dalam bak destilator. Sebanyak 2.500 ml air laut yang diperoleh dari Pantai Parangkusumo, Bantul, Yogyakarta disaring dan dimasukkan ke dalam bak penampung air destilator. Sampel air laut dalam destilator dipanaskan secara langsung menggunakan radiasi termal cahaya matahari. Destilasi air laut dilakukan selama 10 hari pada tanggal 1-11 Juni 2004. Air tersebut sebagian menguap, kemudian mengembun pada bagian bawah dari permukaan fiber glass yang lebih dingin. Air destilat ditampung pada gelas ukur. Pengamatan dilakukan setiap jam waktu terang lokal, yaitu dari jam 07.00 17.00 WIB dengan variabel temperatur dan volume air destilat. Parameter pengamatan yang diukur, meliputi temperatur lingkungan, temperatur air dalam bak destilator, volume air setiap jam, dan kualitas air. Pengujian kualitas air hasil destilasi dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Yogyakarta. Proses ini dilakukan dalam kondisi air tidak mengalir pada bak destilator tipe setengah bola. HASIL PENELITIAN Distribusi Temperatur pada Atap Destilator Tipe Hemisphere Pengamatan distribusi temperatur pada dinding permukaan atap hemisphere setiap waktu pengukuran diperlihatkan pada gambar 1. 40 Universitas Negeri Yogyakarta

Gambar 1. Grafik karakteristik rerata temperatur pada permukaan atap hemisphere di titik A ( ), titik B ( ), dan titik C ( ) Grafik tersebut menunjukkan bahwa distribusi temperatur pada atap berkisar antara 24 38 o C. Perbedaan selisih temperatur ini relatif sedikit, ini menunjukkan bahwa temperatur pada atap destilator hemisphere terdistribusi secara merata. Distribusi maksimum pada masing-masing titik terjadi pada pukul 12.00 WIB siang. Temperatur permukaan atap destilator pada titik A, mencapai temperatur maksimum T A Destilator Tipe Atap Setengah Bola (Hemisphere) Sebagai Sumber Potensial. Bagi P sebesar 37 0 C, untuk temperatur permukaan atap destilator pada titik B mencapai temperatur maksimum T B sebesar 36 0 C, dan temperatur permukaan atap destilator pada titik-titik C, mencapai temperatur maksimum T C sebesar 37 o C. Titik A dan C mempunyai temperatur maksimum lebih tinggi. Hal ini disebabkan titik A menghadap ke timur, sedangkan titik C mempunyai selisih sudut sebesar 120 o menghadap ke barat laut, saat penelitian posisi matahari condong ke timur laut. Distribusi temperatur pada atap destilator terkait erat dengan luas total permukaan perpindahan kalor yang mengenai atap destilator tipe hemisphere. Hal ini dapat di indifikasikan dengan distribusi temperatur pada atap yang berbentuk lengkung dan memiliki selisih temperatur sedikit dengan titik atap lainnya. Semakin meratanya distribusi temperatur pada atap menunjukkan semakin luas total permukaan perpindahan kalor yang besar dan semakin besar kalor yang diterima atap destilator. Pengaruh Temperatur Terhadap Volume Air Destilat Total volume air destilat yang dihasilkan destilator tersebut terlihat pada gambar 2. Gambar 2. Volume air per hari yang dihasilkan oleh destilator tipe atap hemisphere Volume air terbesar tercatat pada hari ketiga sebanyak 130 ml dan volume air terendah pada pengamatan hari ke-9, yaitu sebanyak 39 ml. Kondisi temperatur lingkungan pada hari ke-3 dan hari ke-9 diperlihatkan pada gambar 3. Faktor temperatur berpengaruh terhadap volume air destilat yang dihasilkan oleh destilator tipe hemisphere. Universitas Negeri Yogyakarta 41

Gambar 3. Temperatur lingkungan pada waktu pengamatan hari ketiga (a) dan kesembilan (b) Pada hari ke-3, rerata temperatur lingkungan sebesar 31 o C, volume air destilat yang tercatat sebesar 130 ml. Sementara itu pada pengamatan hari ke-9 dengan rerata temperatur lingkungan sebesar 28 o C, volume air yang dihasilkan destilator tercatat sebesar 39 ml. Hal serupa juga terjadi pada pagi pukul 07.00 WIB, rerata temperatur lingkungan sebesar 24 o C, volume air tawar sebesar 14.4 ml. pada rerata temperatur lingkungan 34 o C. Perolehan volume air tawar maksimum terjadi pada pukul 14.00 yaitu pada temperatur 34 o C sebesar 12.5 ml Gambar 3 (a) dan (b), memperlihatkan fluktuasi temperatur lingkungan pada PELITA, Volume 1, Nomor 1, Agustus 2005 pengamatan hari ke-3 dan hari ke-9. Secara umum fluktuasi temperatur lingkungan dipengaruhi oleh radiasi surya yang menimpa permukaan bumi, sedangkan radiasi surya dipengaruhi oleh kadar debu dan zat pencemar lainnya dalam atmosfer. Radiasi surya akan maksimum pada waktu berkas sinar itu langsung menimpa permukaan bumi. Holman (1988), menyatakan bahwa radiasi maksimum terjadi apabila (1) Terdapat bidang pandang yang lebih luas terhadap fluks surya yang datang; dan (2) Berkas sinar surya menempuh jarak yang lebih pendek di atmosfer, sehingga mengalami absorpsi lebih sedikit daripada jika sudut-timpanya miring terhadap normal. Kondisi cuaca sangat mempengaruhi hasil destilasi. Data klimatologi tahun 2002/ 2003 dari TNI-AU DISBANGOBSU bagian meteorologi memperlihatkan bahwa selama 7 bulan curah hujan khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat kecil (musim kemarau). Cuaca yang sangat baik untuk mendapatkan hasil destilasi yang optimal berkisar pada bulan April Oktober. Kualitas Air Destilat Hasil pengukuran kualitas air destilat ditunjukkan pada tabel 1. Berdasarkan hasil uji Fisika dan Kimia di BTKL Yogyakarta, air destilat yang dihasilkan oleh destilator tipe hemisphere tidak berbau dan mengandung klorida yang relatif rendah. Oleh karena itu air destilat tersebut layak untuk dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan. Destilator tipe hemisphere diharapkan sebagai temuan teknologi tepat guna yang mempunyai implikasi kepada masyarakat luas, khususnya di daerah yang rawan air tawar pada musim kemarau. Secara 42 Universitas Negeri Yogyakarta

ekonomis, destilator tipe hemisphere tidak memerlukan biaya besar. Tabel 1. Hasil uji kualitas air destilat dari destilator tipe atap hemisphere No PARAMETER SAT. FISIKA KADAR MAX YANG DIPERBOLEHKAN PENGARUH TIMBUL LANGSUNG KELUHAN HASIL UJI 3788K 1. Bau - Tak berbau - Tak berbau 2. Kekeruhan NTU 5-0.3 3. Warna TCU 15-3 KIMIA BATAS DETEKSI 4. Ammonia Mg/l - 1.5 0.2911 LD=0.006 5. Besi Mg/l - 0.3 0.09 LD=0.005 6. Kesadahan Mg/l - 500 15.92 7. Mangan Mg/l - 0.1 <0.05 LD=0.002 8. Nitrat Mg/l 50-4.57 9. Nitrit Mg/l 3-0.03 LD=0.001 10. PH - - 6.5-8.5 8.7 11. Hidr. Sulfida Mg/l - 0.05 Ttd Tak 12. Deterjen Mg/l - 0.05 Ttd terdeteksi 13. Fluorida Mg/l 1.5 - Ttd 14. Klorida Mg/l - 250 89.0 15. Zat Organik Mg/l - - 3.4 Oleh karena itu penggunaannya relatif terjangkau oleh masyarakat, sehingga secara tidak langsung dapat memecahkan persoalan kekurangan air bersih di wilayah pesisir pantai. Disamping itu, teknik pembuatan alat destilator ini relatif mudah, sehingga dapat dirakit oleh masyarakat yang membutuhkan. KESIMPULAN 1. Distribusi temperatur permukaan atap destilator membentuk lengkung dan memiliki selisih temperatur sedikit dengan titik atap lainnya. 2. Temperatur lingkungan menjadi faktor penentu dalam perolehan air destilat. Semakin tinggi temperatur lingkungan, semakin besar volume air destilat. 3. Air destilat yang dihasilkan oleh destilator tipe hemisphere tidak berbau dan mengandung klorida relatif, sehingga layak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan. SARAN 1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang pengoptimalan pemanfaatan radiasi matahari guna menghasilkan air tawar yang lebih maksimal. 2. Perlu adanya kajian tentang kelayakan secara teknis dan ekonomis dalam pembuatan prototipe alat destilasi ini, sehingga layak untuk diterapkan di masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Holman, JP. (1988). Perpindahan Kalor (terjemahan E. Jasfi). Jakarta : Penerbit Erlangga. (Buku Asli 1986) Samlawi. (2002). Penelitian Sistem Destilator Tipe Atap Rumah Setengah Silinder Penghasil Air Tawar dan Garam. FMIPA UNY Soebagio, dkk. (1996). Kimia Analitik II, IMSTEP-JICA FMIPA Univaersitas Negeri Malang ***** Universitas Negeri Yogyakarta 43