BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

Makna dan Semantik. Modul 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.)

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci.

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini peneliti memaparkan tentang teori-teori yang menjadi landasan

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 2. Landasan Teori. dari definisi langsung dan penyusunan bagian-bagiannya, melainkan merupakan suatu

BAB II KAJIAN TEORI. manusia atau kelompok (Kridalaksana, 2001:1993). Makna kata merupakan bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51)

JENIS MAKNA DAN PERUBAHAN MAKNA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki peranan yang sangat besar dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Giovanni (2013) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Perubahan Makna

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat.

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan oleh Dwikustanti (2010) yang berjudul Sarkasme pada Wacana Spanduk

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Pilihan Kata (Diksi) Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Para pakar pada umumnya memiliki pandangan yang sama tentang menulis, yakni suatu

Bab 2. Landasan Teori. dapat diartikan begitu saja. Inoue (1989 : 70) menyatakan bahwa:

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau

BAB II LANDASAN TEORI. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada di luar

MAKNA LEKSEM DALAM ISTILAH PERKAWINAN BUDAYA GAYO. Harfiandi dan Rismawati STKIP Bina Bangsa Getsempena

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB II LANDASSAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

REALISASI STRUKTUR SINTAKSIS PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA IA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP PGRI BANGKALAN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian bunyi yang memiliki makna tertentu. Rangkaian bunyi tersebut kita

FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2012: 32),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

7. TATARAN LINGUISTIK (4) SEMANTIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

MAKNA KONSEPTUAL BERIMPLIKASI POLITIS PADA LIRIK LAGU SLANK ALBUM MATA HATI REFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibaca dalam peningglan-peninggalan yang berupa tulisan.

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB II LANDASAN TEORI. Kata dan Frasa Bahasa Asing dalam Iklan Elektronik pada Surat Kabar Suara

BAB I PENDAHULUAN. lingua france bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

Materi Bahan Ajar Semantik "Konsep Umum Makna" Kelas PB 2010 Nama Kelompok: 1. M. Miftakhul Bashori ( ) 2. Rizki Amaliah ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB II KAJIAN TEORI. Idiom berasal dari bahasa Yunani yaitu idios yang berarti khas, mandiri,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa yang dipakai oleh suatu masyarakat akan selalu berkembang sejalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada

BAB II KAJIAN TEORI. pada bidang semantik yang mengkaji tentang nama diri. Perbedaannya dengan

Transkripsi:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut (Kridalaksana 2001:117). Oleh karena itu, konsep penelitian ini adalah : 2.1.1 Semantik Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris : semantics) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti menandai atau melambangkan. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistik. Menurut de Saussure (dalam Chaer, 2002:29) setiap tanda lingustik terdiri atas dua unsur yaitu (1) yang diartikan, (2) yang mengartikan. Yang diartikan sebenarnya tidak lain adalah konsep atau makna dari sesuatu tanda bunyi, sedangkan yang mengartikan itu adalah tidak lain daripada bunyi-bunyi itu, yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Jadi, dengan kata lain setiap tanda-lingistik terdiri atas dua unsur bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah unsur dalam-bahasa (intralingual) yang biasanya mengacu kepada sesuatu referen yang merupakan unsur luar-bahasa (ekstralingual). Semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tandatanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain, dan

pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Oleh karena itu, semantik mencakup makna-makna kata, perkembangan, dan perubahannya (Tarigan, 1995 : 7). Pateda (2001:79) menyatakan bahwa istilah makna merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata ataupun kalimat. Ullman (dalam Pateda, 2001:82) menyatakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam Kamus linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi : (1) maksud pembicara, (2) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia, (3) hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjuknya, dan (4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa. 2.2 Landasan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semantik leksikal yaitu makna leksikal dan gramatikal yang mengacu pada pendapat Chaer (2002), Djajasudarma (1993) serta makna denotasi dan konotasi yang mengacu pendapat Chaer (2007), Parera (2004), dan Tarigan (1995). 2.2.1 Makna Leksikal dan Makna Gramatikal Chaer (2002:60) menyatakan bahwa leksikal adalah bentuk ajektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuleri, kosa kata, perbendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Karena itu dapat pula dikatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai

dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Misalnya, kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tipes. Makna ini tampak jelas dalam kalimat Tikus itu mati diterkam kucing, kata tikus merujuk kepada binatang tikus, bukan kepada yang lain, tetapi dalam kalimat Yang menjadi tikus di gudang kami ternyata berkepala hitam bukanlah dalam makna leksikal sehingga kata tikus sudah bermakna konotasi. Dengan kata lain, kata tikus tidak merujuk kepada binatang tikus melainkan kepada seorang manusia, yang perbuatannya memang mirip dengan perbuatan tikus. Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa makna leksikal dari suatu kata adalah gambaran yang nyata tentang suatu konsep seperti yang dilambangkan kata itu. Makna leksikal suatu kata sudah jelas bagi bahasawan tanpa kehadiran kata itu dalam suatu konteks kalimat. Berbeda dengan makna yang bukan makna leksikal, yang baru jelas apabila berada dalam konteks kalimat. Makna leksikal suatu kata terdapat dalam kata yang berdiri sendiri. Makna leksikal biasanya dipertentangkan dengan makna gramatikal. Jika makna leksikal berkenaan dengan makna leksem atau kata yang sesuai dengan referennya maka makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi. Setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal. Untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia menggunakan proses reduplikasi seperti kata buku yang bermakna sebuah buku menjadi buku-buku yang bermakna banyak buku. Proses komposisi atau

proses penggabungan dalam bahasa Indonesia juga banyak melahirkan makna gramatikal. Misalnya, makna gramatikal komposisi sate ayam tidak sama dengan komposisi sate Madura. Yang pertama menyatakan asal bahan dan yang kedua menyatakan asal tempat. Djajasudarma (1993: 13) menyatakan makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa, dan lain-lain. Makna leksikal memiliki unsurunsur bahasa secara tersendiri, lepas dari konteks, sedangkan makna gramatikal adalah makna yang menyangkut hubungan intrabahasa, atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat. Dari penjelasan makna leksikal dan gramatikal menurut para ahli di atas. Peneliti menyimpulkan bahwa makna leksikal adalah makna suatu kata yang mempunyai referen yang dapat berdiri sendiri sedangkan makna gramatikal adalah makna yang muncul setelah mengalami proses gramatika yang bergantung pada struktur kalimatnya. 2.2.2 Makna Denotatif dan Konotatif Kridalaksana (dalam Pateda, 2001:98) menyatakan bahwa makna denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa yang diterapi satuan bahasa itu secara tepat. Makna denotatif adalah makna polos, makna apa adanya, sifatnya objektif, sedangkan makna konotatif adalah aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca). Misalnya, kata amplop bermakna sampul yang berfungsi tempat mengisi surat yang akan disampaikan kepada orang lain. Makna ini adalah makna

denotasi, tetapi pada kalimat Berilah ia amplop agar urusanmu segera selesai, sehingga kata amplop sudah bermakna konotatif, yakni berilah ia uang. Chaer (2007:292) menyatakan makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Jadi, makna denotatif ini sebenarnya sama dengan makna leksikal, sedangkan makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Misalnya, kata kurus mempunyai makna denotatif keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal. Kata kurus berkonotasi netral, artinya, tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping, yang sebenarnya bersinonim dengan kata kurus memiliki konotasi positif, nilai rasa yang mengenakkan. Sebaliknya, kata kerempeng yang bersinonim dengan kata kurus mempunyai konotasi yang negatif, nilai rasa yang tidak mengenakkan. Tarigan (1995:56) menyatakan bahwa denotatif suatu kata merupakan maknamakna yang bersifat umum, tradisional, dan presedensial. Denotasi-denotasi tersebut merupakan hasil penggunaan atau hasil pemakaian kata-kata selama berabad-abad; semua itu termuat dalam kamus dan berubah dengan cara yang sangat lambat. Sebaliknya, konotatif merupakan responsi-responsi emosional yang sering bersifat perorangan serta timbul dalam kebanyakan kata-kata leksikal pada kebanyakan para pemakainya. Makna konotasi suatu kata merupakan segala sesuatu yang kita pikirkan apabila kita melihat kata tersebut yang mungkin dan juga mungkin tidak sesuai dengan makna sebenarnya. Lehrer (dalam Chaer, 2007 : 152) menyatakan bahwa konotasi yang berkaitan dengan nilai rasa kata adalah berkenaan dengan adanya rasa senang atau tidak adanya rasa senang pada seseorang apabila mendengar atau membaca kata tersebut. Timbulnya

rasa senang karena kata tersebut memiliki nilai rasa yang menyenangkan (positif), timbulnya rasa tidak senang karena kata tersebut memiliki nilai rasa yang tidak menyenangkan (negatif), dan tidak timbulnya perasaan apa-apa karena kata tersebut memiliki nilai rasa yang netral. Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai nilai rasa baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki makna konotasi, tetapi dapat juga disebut berkonotasi netral. Positif atau negatifnya nilai rasa sebuah kata sering juga terjadi akibat digunakannya referen kata itu sebagai sebuah lambang. Jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang positif, sehingga ia memiliki nilai rasa yang positif, dan jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang negatif akan bernilai rasa negatif. Parera (2004:99) menyatakan bahwa makna denotatif suatu kata merupakan makna yang wajar, yang asli, yang muncul pertama, yang diketahui pada mulanya. Makna yang sesuai dengan kenyataannya sedangkan makna konotatif bersifat merangsang dan menggugah pancaindra, perasaan, sikap, dan keyakinan dan keperluan tertentu. Rangsangan-rangsangan ini dapat bersifat individual dan kolektif. Arah rangsangan pun dapat ke arah positif dan negatif. Klasifikasi rangsangan ini bersifat tumpang tindih dan bergantian berdasarkan pengalaman dan asosiasi yang muncul dan hidup pada individu dan masyarakat pemakai bahasa dan pemanfaatan makna. Jadi, tidak ada konotasi yang baku dan tetap. Ada makna konotasi yang pada suatu saat bersifat positif. Dari penjelasan mengenai makna denotatif dan konotatif menurut para ahli di atas. Peneliti menyimpulkan bahwa makna denotatif adalah makna sebenarnya yang

tidak mengalami penambahan-penambahan makna lain sedangkan makna konotatif adalah makna suatu kata yang berdasarkan perasaan atau pikiran seseorang yang melakukan penambahan-penambahan makna. 2.3 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang slogan sudah pernah dilakukan sebelumnya. Salah satu penelitian terhadap slogan dilakukan oleh Mulyadi (1995) dengan judul Analisis Struktural pada Slogan Bank. Disimpulkannya bahwa slogan tersusun atas kata, frase, klausa, dan nonklausa yang membentuk kalimat. Sibuea (2007) pernah melakukan penelitian terhadap slogan pada iklan kosmetik dengan menggunakan analisis struktural. Ia meneliti mengenai kategori kata, frase, dan pola-pola struktur farse yang membentuk slogan iklan kosmetik di televisi swasta. Elshie (2008) melakukan penelitian terhadap iklan rokok yang berjudul Wacana Parodi Iklan Rokok di Televisi. Ia menyimpulkan bahwa pesan dalam iklan rokok pada teks dan gambarnya dapat dibaca sebagai tanda. Banjarnahor (2009) juga pernah melakukan penelitian terhadap slogan pada telepon seluler Sony Ericsson. Ia meneliti mengenai makna denotasi, konotasi, kata dan istilah pada slogan telepon seluler Sony Ericsson. Dari uraian di atas, penelitian terhadap makna slogan pada iklan rokok dengan menggunakan makna leksikal dan gramatikal serta makna denotasi dan konotasi sama sekali belum pernah dilakukan oleh para ahli sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti akan meneliti bagaimanakah makna yang muncul pada slogan iklan rokok di televisi swasta di Indonesia.