BAB II DASAR TEORI. yang dibangkitkan dengan frekuensi yang lain[1]. Filter digunakan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH UKURAN GAP ANTAR RESONATOR PADA PERANCANGAN COUPLED EDGE BANDPASS FILTER

RANCANG BANGUN BAND PASS FILTER DENGAN METODE HAIRPIN MENGGUNAKAN SALURAN MIKROSTRIP UNTUK FREKUENSI 2,4-2,5 GHZ

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN BAND PASS FILTER DENGAN METODE HAIRPIN MENGGUNAKAN SALURAN MIKROSTRIP UNTUK FREKUENSI 2,4-2,5 GHZ. Oleh:

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 DASAR PERANCANGAN COUPLER. Gambar 2.1 Skema rangkaian directional coupler S S S S. ij ji

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2013

RANCANG BANGUN BAND PASS FILTER MIKROSTRIP HAIRPIN DENGAN OPEN STUB DAN DEFECTED GROUND STRUCTURE (DGS) UNTUK FREKUENSI UMTS 3G ( MHz)

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER

Rancang Bangun Band Pass Filter Frekuensi 1.27 GHz untuk Teknologi Synthetic Aperture Radar

Perancangan Tunable Interdigital Bandpass Filter

PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER DENGAN SELEKTIVITAS TINGGI PADA BAND FREKUENSI 1.27 GHZ

PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER DENGAN SELEKTIVITAS TINGGI PADA BAND FREKUENSI 1.27 GHZ

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGI EMPAT TRIPLE BAND PADA FREKUENSI 2,3, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH STACKED DUAL-BAND PADA FREKUENSI WiMAX (3,3 GHZ DAN 5,8 GHZ)

BAB 1 RESONATOR Oleh : M. Ramdhani

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN JUDUL

Filter Orde Satu & Filter Orde Dua

BAB II DASAR TEORI. radiasi antena tidak tetap, tetapi terarah dan mengikuti posisi pemakai (adaptive).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP

PERANCANGAN DAN REALISASI BAND PASS FILTER FREKUENSI TENGAH 2.35 GHz DENGAN METODA PSEUDO-INTERDIGITAL

BAB II DASAR TEORI. Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa memancarkan

DESIGN AND REALIZATION OF HAIRPIN BAND-PASS FILTER 8 TH ORDER CHEBYSHEV FOR SYNTHETIC APERTURE RADAR 1.27 GHz

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ)

Perancangan Wideband Band Pass Filter (Bpf) Dengan Metamaterial Mikrostrip Frekuensi 1,78 Ghz 3,38 Ghz

LAPORAN LAB TEKNIK PENGUKURAN FREKUENSI TINGGI

DTG2D3 ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI FILTER ANALOG. By : Dwi Andi Nurmantris

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan kebutuhan manusia untuk mendapatkan informasi tanpa mengenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN DAN REALISASI BANDPASS FILTER MIKROSTRIP RING SQUARE RESONATOR PADA FREKUENSI X-BAND (9.4 GHZ) UNTUK RADAR FM- CW PENGAWAS PANTAI

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA SEGITIGA

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB II DASAR-DASAR PENAPIS

PERANCANGAN FILTER BAND PASS COMBLINE PADA FREKUENSI 5.21 GHZ

STUDI PERANCANGAN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2.4 GHz dan 3.3 GHz)

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN

BAB II LANDASAN TEORI

DESAIN DAN REALISASI BANDPASS FILTER 2,425 GHZ DENGAN COUPLED LINE UNTUK RECEIVER STASIUN BUMI PADA SISTEM NANO SATELIT

BAB II ANTENA MIKROSTRIP

BAB II ANTENA MIKROSTRIP

BAB II ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN SIMULASI

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012)

BAB III DUAL BAND WILKINSON POWER DIVIDERS

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI

DESAIN ANTENA MIKROSTRIP RECTANGULAR GERIGI UNTUK RADAR ALTIMETER

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 2.1. Diagram blog dasar dari RF energy harvesting.

BAB II DASAR TEORI. (transmitting antenna) adalah sebuah transduser (pengubah) elektromagnetis,

Filter Gelombang Mikro (1) TTG4D3 Rekayasa Gelombang Mikro Oleh Budi Syihabuddin Erfansyah Ali

: Widi Pramudito NPM :

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II ANTENA MIKROSTRIP BIQUAD

Modul VIII Filter Aktif

Di dalam perancangan filter-filter digital respons impuls tak terbatas diperlukan transformasi ke filter analog Diperlukan adanya pengetahuan filter

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TEKNIK PLANAR ARRAY

BAB 4 PENGUKURAN ANTENA, HASIL dan ANALISA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN FILTER SQUARE LOOP RESONATOR PADA FREKUENSI 2350 MHZ UNTUK APLIKASI SATELIT NANO

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY

BAB 4 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND

PERBANDINGAN KINERJA ANTENA MIKROSTRIP SUSUN DUA ELEMEN PATCH

ANALISA PENENTUAN UKURAN SLOT PADA KARATERISTIK ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN PENCATU APERTURE COUPLED

Perancangan dan Realisasi Filter Band Pass Hairpin Line Pada Frekuensi Ghz menggunakan Substrat Rogers Duroid 5880 untuk Satelit Nano

Desain dan Realisasi Filter Bandpass Mikrostrip dengan Struktur Hairpin Design and Realization Microstrip Bandpass Filter with Hairpin Structure

ANTENA MIKROSTRIP PANEL BERISI 5 LARIK DIPOLE DENGAN FEEDLINE KOAKSIAL WAVEGUIDE UNTUK KOMUNIKASI 2,4 GHz

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. wireless dimana transmisi sinyal tanpa menggunakan perantara konduktor / wire.

Perancangan Antena Mikrostrip Planar Monopole dengan Pencatuan Coplanar Waveguide untuk Antena ESM

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. Antena adalah komponen pada sistem telekomunikasi nirkabel yang

RANCANG BANGUN FILTER PASIF SEBAGAI MODUL PERAGA

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP SUSUN 2 ELEMEN PATCH SEGIEMPAT DENGAN DEFECTED GROUND STRUCTURE BERBENTUK SEGIEMPAT

Lower Frequency (MHz) Center Frequency (MHz)

PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT KOPLING APERTURE DENGAN FREKUENSI 2,45 GHz MENGGUNAKAN ANSOFT HFSS 11

PENGARUH BAHAN DIELEKTRIK DALAM UNJUK KERJA WAVEGUIDE

BAB I PENDAHULUAN. Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Receiver [1]

PERANCANGAN BANDPASS FILTER UNTUK CPE m-wimax MENGGUNAKAN FILTER AKTIF MIKROSTRIP HAIRPIN

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. Berdasarkan asal katanya, mikrostrip terdiri atas dua kata, yaitu micro

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II LANDASAN TEORI

Broadband Metamaterial Microstrip Filter

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

PERANCANGAN DAN REALISASI BANDPASS FILTER DENGAN METODE OPEN LOOP SQUARE RESONATOR UNTUK MICROWAVE LINK

Gambar 4.1 Konfigurasi pengukuran port tunggal

Penguat Oprasional FE UDINUS

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT PADA FREKUENSI 2,4 GHz DENGAN METODE PENCATUAN INSET

BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS PENGUKURAN

PERANCANGAN PEMBANGKITAN FREKUENSI GANDA ANTENA MIKROSTRIP SEGITIGA SAMA SISI MENGGUNAKAN TEKNIK SAMBATAN ELEKTROMAGNETIK

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI 2.1 Filter Filter atau tapis didefinisikan sebagai rangkaian atau jaringan listrik yang dirancang untuk melewatkan atau meloloskan arus bolak-balik yang dibangkitkan pada frekuensi tertentu serta memblok atau memperlemah semua arus bolak-balik yang dibangkitkan dengan frekuensi yang lain[1]. Filter digunakan untuk mengontrol respon frekuensi suatu sistem RF/microwave dengan membiarkan pengiriman pada frekuensi dalam passband filter, dan redaman dalam stopband filter. Filter sendiri terdapat pada rangkaian pengirim ataupun penerima, yang berguna untuk menyeleksi frekuensi yang dibutuhkan pada sistem tersebut. Dari tiap kelompok filter yang dibuat, akan diacu parameter filter yaitu frekuensi kerja, impedansi input/output, frekuensi cut-off, kecuraman, lebar pita dan ripple. Filter secara umum dapat dijelaskan pada Gambar 2.1. Input Vi(t) FILTER H (s) Output Vo(t) Gambar 2.1 Diagram blok filter secara umum Pada Gambar 2.1, Vi(t) merupakan sinyal dengan beberapa komponen yang frekuensinya berbeda-beda. Rangakaian pemilah frekuensi dalam hal ini memilih sinyal dengan frekuensi tertentu saja, sehingga Vo(t) merupakan tegangan dengan salah satu (daerah) frekuensi saja. Pemisahan frekuensi ini dinyatakan dalam apa yang dinamakan fungsi alih H(s) atau h(t), yang merupakan perbandingan tegangan 5

sinyal keluaran dan tegangan sinyal masukan. Klasifikasi filter adalah sebagai berikut: 2.1.1 Daerah frekuensi Tujuan filter dirancang adalah untuk menyeleksi frekuensi sehingga yang dilewatkan hanya frekuensi yang dibutuhkan saja. Berdasakan daerah frekuensi kerja yang dilewatkan, filter dibagi menjadi 4 macam. 2.1.1.1 Low Pass Filter (LPF) Low Pass Filter merupakan jenis filter yang melewatkan frekuensi di bawah frekuensi cut-off dan meredam frekuensi di atas frekuensi cut-off. Kurva low pass filter dapat dilihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Kurva low pass filter[3] 2.1.1.2 High Pass Filter (HPF) High Pass Filter merupakan jenis filter yang melewatkan frekuensi di atas frekuensi cut-off dan meredam frekuensi yang berada di bawah frekuensi cut-off. Kurva high pass filter dapat dilihat pada Gambar 2.3. 6

Gambar 2.3 Kurva high pass filter[3] 2.1.1.3 Band Pass Filter (BPF) Band Pass Filter adalah jenis filter yang hanya melewatkan sinyal pada range frekuensi tersebut. BPF mempunyai dua frekuensi cut-off yaitu frekuensi cutoff 1 (fc1) dan frekuensi cut-off 2 (fc2). Range kedua frekuensi cut-off inilah yang akan dilewatkan oleh filter, diluar range tersebut maka sinyal akan diredam. BPF bisa merupakan gabungan dari filter jenis LPF dan HPF. BPF memiliki satu frekuensi tengah yang merupakan frekuensi resonansinya (fo). Kurva band pass filter dapat dilihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 Kurva band pass filter[3] 7

2.1.1.4 Band Stop Filter (BSF) Band Stop Filter adalah kebalikan dari BPF, sama-sama memiliki dua frekuensi cut-off. Akan tetapi, range kedua frekuensi cut-off pada BSF akan diredam dan di luar range frekuensi tersebut sinyal akan dilewatkan. BSF memiliki satu frekuensi tengah yang merupakan frekuensi resonansinya (fo). Kurva band stop filter dapat dilihat pada gambar 2.5. Gambar 2.5 Kurva band stop filter[3] 2.1.2 Respon Filter Berdasarkan respon passband-nya, filter bisa diklasifikasikan ke dalam empat macam. Bentuk respon frekuensi tergantung dari jumlah elemen atau orde filter. Semakin banyak jumlah elemen filter, maka bentuk respon semakin curam dan sebaliknya apabila jumlah elemen sedikit, bentuk respon menjadi landai. 8

2.1.2.1 Respon Butterworth (Maximally Flat) Pada filter jenis ini tidak terdapat ripple pada respon passband-nya. Gambar 2.6 merupakan kurva respon butterworth. Gambar 2.6 Kurva respon butterworth[3] 2.1.2.2 Respon Chebyshev Respon chebyshev memiliki selektivitas yang lebih baik dibandingkan dengan respon butterworth. Namun, pada filter ini terdapat ripple yang konstan pada daerah passband-nya. Gambar 2.7 merupakan kurva respon chebyshev. Gambar 2.7 Kurva respon Chebyshev[3] 9

2.1.2.3 Respon Elliptic Filter ini mempunyai ripple yang sama pada respon passband-nya maupun stopband-nya. Gambar 2.8 merupakan kurva respon elliptic. Gambar 2.8 Kurva respon Elliptic[3] 2.1.2.4 Respon Gaussian/Bessel (Maximally Flat Group-Delay) Respon Gaussian tidak mempunyai ripple pada respon passband-nya. Pada respon ini, terdapat delay pada setiap orde filter yang diberikan. Gambar 2.9 merupakan kurva respon Gaussian/Bessel. Gambar 2.9 Kurva respon Gaussian/Bessel[3] 10

2.1.3 Parameter Filter Dalam perancangan filter, harus ditentukan terlebih dahulu spesifikasi yang diharapkan dari filter. Hasil rancangan dari filter harus sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan paling tidak mendekati [3]. Beberapa parameter penting yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja dari suatu filter antara lain: 2.1.3.1 Parameter S Parameter S adalah suatu konsep yang penting dalam desain gelombang mikro karena mudah diukur dan bekerja dangan baik pada frekuensi tinggi. Walaupun suatu rangkaian bisa memiliki banyak terminal, parameter rangkaian bisa dijelaskan dengan mudah dengan hanya dua terminal saja, yaitu terminal input dan output, seperti ditunjukkan Gambar 2.10. Gambar 2.10 two port terminal[5] Rangkaian dua port (terminal) menunjukkan gelombang datang/incident (a1, a2) dan gelombang pantul (b1, b2). Persamaan linear yang menyatakan rangkaian dua terminal adalah: diterminasi dengan beban yang sama dengan impedansi system (Z 0), maka transfer daya maksimum, b2 akan total diserap dan membuat a2 sama dengan nol. Persamaan S-parameter dalam variabel gelombang dapat dituliskan dalam Persamaan 2.1 dan 2.2. 11

S 11 = b 1 a 1 a2 = 0 S 12 = b 1 a 2 a1 = 0 (2.1) S 21 = b 2 a 1 a2 = 0 S 22 = b 2 a 2 a1 = 0 (2.2) Parameter S11 dan S 22 merupakan koefisien refleksi sedangkan S12 dan S21 disebut koefisien transmisi. Parameter scattering merupakan persamaan dengan bentuk kompleks dan dapat dijabarkan dalam amplitudo maupun fasanya. S- parameter juga biasanya ditulis dalam bentuk logaritmik yaitu dinyatakan dalam Persamaan 2.3. 20Log S mn db(dengan m, n = 1 atau 2) (2.3) Dalam analisa filter, terdapat parameter return loss dan insertion loss, Persamaan 2.4 dan 2.5 menyatakan kedua parameter tersebut dalam bentuk logaritmik S-parameter. L A = 20 log S mn db dengan m. n = 1,2(m n) (2.4) L R = 20 log S nn db dengan n = 1,2 (2.5) VSWR = 1+ S nn 1 S nn (2.6) Dimana LA menyatakan insertion loss antara port n dan port m dan LR menyatakan return loss pada port n. 2.1.3.2 Return loss Return loss adalah kehilangan sejumlah daya yang dipantulkan kembali ke sumber diakibatkan karena gangguan transmisi atau rangkaian yang tidak matching. Return loss atau RL biasa dinyatakan sebagai rasio dalam decibel. Rasio ini adalah bentuk logaritmik dari perbandingan daya yang dipantulkan (PR) dengan daya yang 12

dikirimkan dari sumber (PT). Nilai dari RL harus sekecil mungkin, jika dalam db berarti harus bernilai negatif sebesar mungkin agar daya yang ditransfer maksimum. Return loss dinyatakan dalam Persamaan 2.7: RL = 10 log 10 P R P T = 10 log 10 ( VSWR 1 VSWR+1 )2 (2.7) 2.1.3.3 Insertion Loss Insertion loss adalah rugi-rugi daya yang dihasilkan karena penyisipan karena penyisipan perangkat antara sumber dan beban. Daya yang dikirimkan dari sumber ke beban akan direfleksikan kembali ke sumber dan ada yang ditransfer ke beban, namun daya yang di transfer ke beban ini sebagian akan hilang karena komponen pada rangkaian, hilangnya daya inilah yang disebut insertion loss. Insertion loss ini merupakan perbandingan antara daya yang dikirim ke beban sebelum insertion loss (PT) dengan daya yang diterima beban setelah insertion loss (PR) dalam logaritmik decibel. Nilai insertion loss harus mendekati 1 atau 0 jika dalam db, sehingga daya yang diterima beban sesuai dengan daya yang dikirimkan ke beban. Insertion loss dinyatakan pada Persamaan 2.8: IL = 10 log 10 P T P R = 20 log 10 S 21 db (2.8) 2.1.3.4 Q Factor Faktor Q adalah faktor kualitas yang merupakan rasio dari frekuensi tengah rangkaian resonansi terhadap lebar bandwidth, dinyatakan dalam Persamaan 2.9: Q = f c f 1 +f 2 (2.9) 13

dimana fc adalah frekuensi tengah dan f1 dan f2 adalah frekuensi cutoff pertama dan kedua. Faktor Q digunakan untuk mengetahui selektivitas suatu filter. Semakin tinggi nilai faktor Q maka semakin tinggi selektivitas filter tersebut, dalam arti respon frekuensinya semakin tajam atau semakin curam. 2.1.3.5 VSWR VSWR atau voltage standing wave ratio adalah rasio perbandingan antara amplitudo tegangan maksimum terhadap amplitudo tegangan minimum gelombang berdiri. Tegangan maksimum dan tegangan minimum terjadi karena adanya superposisi antara gelombang datang dan gelombang pantul. Jika kedua gelombang ini sefasa akan terjadi tegangan maksimum dan bila berlawanan fasa akan terjadi tegangan minimum. Harga untuk koefisien pantul adalah 0 Г 1 dan untuk VSWR adalah 1 VSWR ~. Nilai VSWR yang baik adalah mendekati 2. VSWR dinyatakan dalam Persamaan 2.10 dan 2.11: VSWR = v max = V+ + V = 1+ Γ v min V + V 1 Γ (2.10) dimana nilai koefisien pantul : Γ = v reflected v input (2.11) 2.2 Microstrip Line Microstrip line adalah media transmisi yang digunakan dalam rangkaian RF dan microwave. Pada saat ukuran mikrostrip dikurangi sehingga dimensinya menjadi lebih kecil dibandingkan dengan panjang gelombang, maka mikrostrip dapat digunakan sebagai elemen lumped. Parameter yang penting dalam merancang transmission line adalah karakteristik impedansi (Zo), effective dielectric constant, 14

atenuasi (α), diskontinuiti reaktansi, frekuensi dispersi, eksitasi gelombang pada permukaan, dan radiasi. Mikrostrip adalah suatu saluran transmisi yang terdiri dari strip konduktor dan ground plane yang antara keduanya dipisahkan oleh dielektrik. Mikrostrip pada umumnya digunakan karena lebih mudah dalam pabrikasinya dan losses yang ditimbulkan relatif kecil dan jika dibandingkan pada rangkaian lumped. Bentuk geometri mikrostrip tampak seperti Gambar 2.11[2]. Gambar 2.11 Bentuk geometri saluran mikrostrip Untuk mendapatkan W(lebar saluran resonator) dapat digunakan persamaan 2.12 sampai 2.15[2]. Untuk w h < 2 digunakan Persamaan 2.12 dan 2.13 8ea W = (untuk w e 2A 2 h < 2) h (2.12) Dengan A = Z c 60 {ε r+1 2 }0.5 + ε r 1 ε r +1 {0.23 + 0.11 ε r } (2.13) 15

Untuk w h > 2 digunakan Persamaam 2.14 dan 2.15 W = 2 π {(B 1) ln(2b 1) + ε r 1 2ε r [ln(b 1) + 0.39 0.61 ε r ]} h (2.14) Dengan B = 60π2 Z c ε r (2.15) Impedansi karakteristik (Zc) dapat dicari dengan Persamaan 2.16 dan 2.17[3] Z c = 60 ln [ F + 1 + ( 2 ε re w h )2 ] (2.16) w h Dimana: F = 6 + (2π 6)exp [ ( 30.666 W h )0.7528 ] (2.17) Kemudian untuk mendapatkan nilai L (panjang saluran resonator) dapat digunakan Persamaan 2.18 dan 2.19 L = (βl)( π 180 0) Bk 0 (2.18) Dengan k 0 = 2πf c (2.19) Nilai maksimum error pada Persamaa 2.18 di atas kurang dari 1%, sehingga sangat bermanfaat untuk proses fabrikasi. 2.3 Filter Hairpin Filter ini mempunyai struktur yang tersusun rapi, mempunyai konsep yang ditentukan oleh lipatan-lipatan resonator parallel-coupled, half-wavelength resonator filter yang mempunyai bentuk U. Resonator bentuk U inilah yang 16

disebut dengan hairpin resonator. Konsekuensinya, desain hairpin menggunakan persamaan dari parallel-coupled, half-wavelength resonator filters untuk merancangnya. Bagaimanapun untuk lipatan resonator, ini penting untuk mengambil perkiraan pengurangan dari panjang coupled line, yang mana mengurangi kopling antara resonator. Begitu juga, jika dua lengan hairpin resonator dihitung dengan teliti, akan berfungsi sebagai sepasang saluran terkopel[4]. Gambar 2.12 merupakan struktur dari hairpin filter. Gambar 2.12 Transformasi edge coupled filter menjadi hairpin filter 17

Metode hairpin merupakan pengembangan dari metode parallel coupled dimana saluran coupled line λ/4 dilipat sebesar L atau ((λ/4)-b) dengan b adalah panjang saluran yang tidak terkopel. Gambar 2.12 memperlihatkan transformasi filter hairpin dari filter edge coupled. Pada Gambar 2.12.(a), panjang saluran terkopel pada resonator edgecoupled filter adalah λ/4 (ditandai area). Kemudian pada Gambar 2.12.(b) resonator tersebut digeser sejauh b untuk memberikan panjang saluran yang tidak terkopel pada hairpin filter (slide factor area). Kemudian resonator tersebut dibengkokkan sehingga terbentuk filter seperti pada Gambar 2.12.(c). 2.3.1 Slide Factor Slide factor merupakan saluran yang tidak terkopel pada filter hairpin. Slide factor yang terlalu panjang akan mengakibatkan redaman filter bertambah, namun apabila slide factor terlalu pendek justru akan mengakibatkan adanya kopling diantara saluran resonator yang sama[3]. Untuk itu, panjang slide factor minimal adalah 1 sampai 3 kali dari lebar resonator atau 2 sampai 2,5 kali jarak antar resonator itu sendiri. Bagian slide factor pada resonator ditunjukkan pada Gambar 2.13 dengan lebar sebesar B. B Gambar 2.13 Slide factor 18

2.3.2 Saluran Input Terdapat dua metode pencatuan dalam mikrostrip hairpin yaitu dengan menggunakan feed-line dan tap. Feed-line ini merupakan saluran λ/4 yang memiliki impedansi yang sama dengan saluran resonator dan dihubungkan dengan saluran filter. Pemakaian jenis saluran input ini tergantung pada topologi filter yang yang digunakan. Posisi pencatuan berpengaruh terhadap faktor kualitas yang dihasilkan, Persamaan 2.20 dapat digunakan untuk mendapatkan faktor kualitas yang diinginkan, kemudian dengan mengatur posisi pencatu akan didapat spesifikasi filter yang sesuai dengan yang diinginkan. Q = g og 1 FBW (2.20) Dengan: FBW = Fractional Bandwidth = ( Bandwidth ) Frekuensi Tengah gi = elemen chebyshev untuk orde ke-i Komponen-komponen dalam perancangan filter hairpin yaitu: dimensi resonator, koefisien kopling, slide factor (saluran yang tidak terkopel), panjang, dan saluran pencatu. 2.3.3 Koefisien Kopling Koefisien kopling digunakan untuk menentukan separation dari kopling resonator. Hubungan koefisien kopling dengan separation diperlihatkan dalam gambar 2.14. 19

Coupling (k) 1 0.1 0.01 0 0.75 1.5 2.25 3 3.75 4.5 5.25 6 Normalized Distance (d/h) Gambar 2.14. Kopling antara dua buah resonator Hairpin [3] Dapat dilihat pada Gambar 2.14, jarak antara dua buah resonator dilambangkan dengan d. Semakin besar d, semakin kecil pengaruh koplingnya. Persamaan 2.21 digunakan untuk mencari koefisien kopling K i,i+1 = FBW gi.gi+1 (2.21) Dengan FBW = Fractional Bandwidth = ( Bandwidth ) Frekuensi Tengah gi = elemen chebyshev orde ke-i 2.4 Perancangan Filter dengan Respon Chebyshev Di dalam perancangan sebuah filter, dapat digunakan parameter lowpass filter sebagai parameter perencanaannya, yaitu dengan menyesuaikan karakteristik filter yang diinginkan ke dalam parameter lowpass filter. Dengan menggunakan 20

Persamaan 2.21, bisa didapatkan koefisien kopling dan faktor kualitas yang diinginkan, dimana variabel gi bisa didapatkan dari parameter lowpass filter sesuai dengan bentuk respon frekuensi dan orde yang diinginkan. Untuk respon chebyshev harga elemen-elemennya bisa dilihat pada Tabel 2.1. Dengan menentukan ukuran ripple dalam parameter S21 dan jumlah ordenya, dapat dihitung karakteristik filter yang diinginkan. Tabel 2.1 Elemen untuk chebyshev dengan ripple 0.01 db[3] Orde g1 g2 g3 g4 g5 g6 g7 g8 g9 2 0.4489 0.4078 0.9085 1 3 0.6292 0.9703 0.6292 1 4 0.7129 1.2004 1.3213 0.6476 0.9085 1 5 0.7653 1.3049 1.5773 1.3049 0.7563 1 6 0.7814 1.3600 1.6897 1.5350 1.4970 0.7098 0,9085 1 7 0.7970 1.3924 1.7481 1.6331 1.7481 1.3924 0.7970 1 8 0.8073 1.4131 1.7824 1.6833 1.8529 1.6193 1.5555 0.7334 0.9085 9 0.8145 1.4271 1.8044 1.7125 1.9058 1.7125 1.8044 1.4271 0.8145 21