dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1 Formulir organoleptik

BAB III METODE PENELITIAN

3. MATERI DAN METODE. Gambar 2. Alat Penggilingan Gabah Beras Merah. Gambar 3. Alat Penyosohan Beras Merah

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006)

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

Bab III Bahan dan Metode

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (AOAC, 1995)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) Lampiran 2. Hasil analisis kualitas air hari pertama

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Politeknik Negeri

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

c. Kadar Lemak (AOAC, 1995) Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soxhlet

METODE. Materi. Rancangan

METODOLOGI PENELITIAN

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering. diulangi hingga diperoleh bobot tetap.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

sampel pati diratakan diatas cawan aluminium. Alat moisture balance ditutup dan

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (udang rebon) Tabel 3. Analisis proksimat pelet udang rebon

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

1. Karakterisasi Tepung Beras dan Tepung Beras Ketan

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

METODE PENELITIAN. A. Alat dan Bahan. B. Metode Penelitian. 1. Persiapan Sampel

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Kadar protein = % N x 6.25

METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat B. Metode Penelitian 1. Penentuan Kombinasi Gula Merah dan Gula Pasir 2. Formulasi Minuman Instan Coro

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2011 di

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

3 METODOLOGI. Desikator. H 2 SO 4 p.a. pekat Tanur pengabuan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur analisis

III. METODE PENELITIAN

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Kadar Protein Tahap Oksidasi 1. Sampel ditimbang sebanyak 0.5 gram dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. 2.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

Lampiran 1. Tatacara analisis kimia limbah tanaman jagung. Kadar Air (%) = (W1-W2) x 100% W1. Kadar Abu (%) = (C-A) x 100% B

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Bahan ditimbang 0,1 g Dimasukkan dalam Labu Kjeldahl. Ditambahkan 5 ml HNO 3. Ditambahkan 3 ml HClO 4

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

Lampiran 1.Diagram alir penelitian proses produksi bioetanol dari hidrolisat fraksi selulosa pod kakao

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Transkripsi:

Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu 130 ± 3 C selama 15 menit kemudian didinginkan dalam desikator selama 10 menit. Sekitar 1-2 g sampel tapioka ditimbang ke dalam sebuah cawan alumunium yang sudah diketahui bobotnya (cawan harus dikeringkan dahulu dalam oven sebelum digunakan untuk penimbangan) kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105ºC selama 3 jam, didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh bobot yang konstan ( 0.05 g). Kadar air (dalam g/1 g bahan) dihitung dengan rumus sebagai berikut: g g ) ) dimana w = bobot sampel awal (g); w 1 = bobot sampel dan cawan setelah dikeringkan (g); dan w 2 = bobot cawan kosong (g). b. Analisis kadar abu (923.03 AOAC 1998) Analisis kadar abu tapioka dilakukan dengan metode gravimetri. Cawan porselin kosong dan tutupnya dikeringkan dalam oven bersuhu 105 C selama 15 menit dan didinginkan dalam desikator. Cawan porselin kering tersebut ditimbang dan dicatat bobotnya sebelum digunakan. Sebanyak 3,0 5,0 gram sampel tapioka ditimbang di dalam cawan porselin tersebut dan dimasukkan ke dalam tanur listrik bersuhu 550 C sampai proses pengabuan sempurna. Setelah pengabuan selesai, cawan contoh didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Penimbangan diulangi kembali hingga diperoleh bobot tetap. Perhitungan kadar abu (dalam g/1 g bahan kering) dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut: g g ) g g g ) g g ) ) dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) 161

c. Analisis kadar protein (960.52 AOAC 1998) Analisis kadar protein tapioka dilakukan dengan metode Kjeldahl. Sebanyak 1,0 250,0 mg sampel dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl kemudian ditambahkan dengan 1,9 ± 0,1 g K 2 SO 4, 40,0 ± 10 mg HgO, 2,0 ± 0,1 ml H 2 SO 4 pekat dan 2 3 butir batu didih. Sampel dipanaskan dengan kenaikan suhu secara bertahap sampai mendidih selama 1 1,5 jam sampai diperoleh cairan jernih. Setelah didinginkan, isi labu dipindahkan ke dalam labu destilasi dengan dibilas menggunakan 1 2,0 ml air destilata sebanyak 5 6 kali. Air cucian dipindahkan ke labu destilasi kemudian ditambahkan dengan 8 10,0 ml larutan 60% NaOH 5% Na 2 S 2 O 3. Di tempat yang terpisah, 5,0 ml larutan H 3 BO 3 dan 2 4 tetes indikator merah metil biru metil dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Labu erlenmeyer kemudian diletakkan dibawah kondensor dengan ujung kondensor terendam di bawah larutan H 3 BO 3. Proses destilasi dilakukan sampai diperoleh sekitar 15,0 ml destilat. Destilat yang diperoleh diencerkan sampai 50,0 ml dengan akuades, kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N yang telah distandarisasi sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Volume larutan HCl 0,02 N terstandar yang digunakan untuk titrasi dicatat. Tahap yang sama dilakukan untuk larutan blanko sehingga diperoleh volume larutan HCl 0,02 N untuk blanko. Kadar protein dihitung berdasarkan kadar nitrogen (N dalam g/1 g bahan). Kadar protein (dalam g/1 g bahan kering) dihitung menggunakan faktor koreksi 6,25 dengan rumus sebagai berikut: g g ) g g ) g g ) g g g g g dimana V 1 = volume larutan HCl untuk sampel (ml), V 2 = volume larutan HCl untuk blanko (ml); N HCl = konsentrasi larutan HCl (0,02N); w = berat sampel (mg). 162

d. Analisis kadar lemak (SNI 01-2891-1992) Kadar lemak tapioka dianalisis dengan menggunakan metode soxhlet. Labu lemak dikeringkan di dalam oven suhu 105 C selama 15 menit, didinginkan di dalam desikator dan ditimbang sebelum digunakan. Sebanyak 1 2 gram sampel tapioka dimasukkan ke dalam selongsong kertas saring yang dialasi dengan kapas. Bagian atas selongsong kertas yang telah berisi sampel disumbat dengan kapas lalu dikeringkan dalam oven pada suhu tidak lebih dari 80 C selama ± 1 jam. Selongsong kertas tersebut kemudian dimasukkan ke dalam alat soxhlet yang telah dihubungkan dengan labu lemak. Lemak sampel diekstrak dengan heksana selama ± 6 jam. Heksana kemudian disuling sehingga diperoleh ekstrak lemak. Ekstrak lemak di dalam labu lemak kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 C selama 12 jam. Labu berisi lemak sampel kemudian didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang bobotnya. Pengeringan diulangi hingga diperoleh bobot tetap. Kadar lemak (dalam g/1 g bahan kering) dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: g g ) g g g) g g ) ) dimana a = bobot labu lemak setelah proses ekstraksi (g); b = bobot labu lemak sebelum proses ekstraksi (g); dan c = bobot sampel (g). 163

Lampiran 2. Analisis kadar pati (Dubois et al, 1956 disitasi dari Faridah, 2010) Kadar pati sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode fenol sulfat yang mencakup tahap pembuatan kurva standar larutan glukosa, persiapan sampel dan analisis sebagai berikut: Pembuatan kurva standar larutan glukosa Larutan glukosa murni (0,5 ml) yang masing-masing mengandung 0,0; 10,0; 20,0; 30,0; 40,0; 50,0; 60,0; 70,0 dan 80,0 µg larutan glukosa ditempatkan di dalam tabung reaksi. Ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut ditambahkan 0,5 ml fenol 5% kemudian diaduk dengan menggunakan vorteks. Sebanyak 2,5 ml larutan H2SO4 pekat ditambahkan secara cepat ke dalam tabung reaksi tersebut (terjadi reaksi eksoterm yang menghasilkan panas). Larutan tersebut lalu didiamkan selama 10 menit, kemudian diaduk kembali dengan vorteks. Sampel disimpan pada suhu ruang selama 20 menit lalu diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 490 nm. Persamaan dan kurva standar larutan glukosa dibuat sebagai hubungan antara konsentrasi larutan glukosa (pada sumbu x) dan absorbansi (pada sumbu y). Analisis sampel Sebanyak 0,5 ml sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 0,5 ml fenol 5% dan dihomogenkan dengan menggunakan vorteks. Larutan H2SO4 pekat sebanyak 2,5 ml ditambahkan secara cepat ke dalam tabung reaksi (terjadi reaksi eksoterm yang menghasilkan panas). Larutan lalu didiamkan selama 10 menit di suhu ruang, kemudian diaduk dengan vorteks dan disimpan kembali pada suhu ruang selama 20 menit. Nilai absorbansi kemudian diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 490 nm. Kadar glukosa (µg/ml) ditentukan dengan menggunakan kurva standar dan kadar pati (g/1 g bahan) dihitung dengan mengalikan kadar gula dengan faktor 0,9. 164

Lampiran 3. Analisis kadar amilosa (Juliano, 1971) Analisis dilakukan berdasarkan kemampuan amilosa membentuk kompleks amilosa-iodin berwarna biru yang ditentukan secara spektrofotometri. Analisis mencakup tahap pembuatan kurva standar larutan amilosa dan analisis sampel. Pembuatan kurva standar amilosa Sebanyak 40,0 mg amilosa murni dimasukkan ke dalam labu takar 1 ml, lalu dilakukan penambahan 1,0 ml etanol 95% dan 9,0 ml larutan NaOH 1 N. Labu takar lalu dipanaskan dalam penangas air pada 1 C selama 10 menit. Setelah didinginkan, larutan gel amilosa yang terbentuk ditambah akuades sampai tanda tera. Larutan amilosa ini digunakan sebagai larutan stok amilosa standar. Larutan stok amilosa standar tersebut dipipet masing-masing 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 dan 5,0 dan dipindahkan masing-masing ke dalam labu takar 1 ml. Kedalam masing-masing labu takar tersebut lalu ditambahkan 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 ml larutan asam asetat 1 N. Sebanyak 2,0 ml larutan iod (0,2 g I2 dan 2,0 g KI yang dilarutkan dalam 1,0 ml air destilata) dipipet ke dalam setiap labu lalu ditambahkan air destilata hingga tanda tera. Larutan dibiarkan selama 20 menit dan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 625 nm. Persamaan dan kurva standar dibuat sebagai hubungan antara kadar amilosa (sumbu x) dan absorbansi (sumbu y). Analisis sampel Sebanyak 1,0 mg sampel tapioka dimasukkan ke dalam labu takar 1 ml lalu ditambahkan dengan 1,0 ml etanol 95% dan 9,0 ml NaOH 1 N. Campuran lalu dipanaskan dalam penangas air suhu 1 C selama 10 menit untuk menggelatinisasi pati. Setelah didinginkan, larutan gel pati ditambahkan air destilata hingga tanda tera dan dihomogenkan. Sebanyak 5,0 ml larutan tersebut lalu dipipet dan dimasukkan dalam labu takar 1 ml, ditambahkan 1,0 ml larutan asam asetat 1 N, 2,0 ml larutan iod, ditepatkan hingga tanda tera dengan air destilata dan dihomogenkan. Setelah didiamkan pada suu ruang selama 20 menit, absorbansinya diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 625 nm. Konsentrasi amilosa (dalam persen) ditentukan dengan menggunakan persamaan kurva standar larutan amilosa. 165

Lampiran 4. Daya cerna pati gelatinasi (modifikasi Muchtadi et al, 1992) Dilakukan secara spektroskopi, mencakup pembuatan kurva standar maltosa dan analisis sampel. Pembuatan kurva standar larutan maltosa Sebanyak 1,0 ml larutan maltosa standar yang mengandung 0,0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 mg maltosa dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup lalu masing-masing ditambahkan dengan 2,0 ml larutan dinitrosalisilat (DNS). Larutan dipanaskan dalam air mendidih selama 12 menit lalu segera didinginkan dengan air mengalir. Ke dalam larutan ditambahkan 10 ml akuades, lalu diaduk hingga homogen menggunakan vortex. Absorbansi sampel diukur dengan UV-Vis spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm. Analisis sampel Sampel pati 1,0 g dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml lalu ditambahkan 10,0 ml akuades. Erlenmeyer lalu ditutup dengan aluminium foil dan dipanaskan dalam penangas air hingga mencapai suhu 90 C sambil terus diaduk, lalu didinginkan. Sebanyak 2,0 ml larutan sampel dipipet kedalam tabung reaksi bertutup lalu ditambahkan 3,0 ml akuades dan 5,0 ml larutan buffer fosfat ph 7,0. Masingmasing sampel dibuat dua kali, salah satu digunakan sebagai blanko. Tabung ditutup dan diinkubasi pada 37 C selama 15 menit. Larutan sampel dan blanko diangkat dan ditambah 5 0 z α s g ff fosfat ph 7,0). Kedua tabung diinkubasi kembali selama 30 menit lalu dipindahkan ke dalam tabung reaksi bertutup berisi 2,0 ml larutan DNS. Larutan dipanaskan dalam air mendidih selama 12 menit lalu segera didinginkan dengan air mengalir. Sebanyak 10,0 ml akuades kemudian ditambahkan dan diaduk hingga homogen dengan menggunakan vortex. Larutan sampel dan blanko tersebut kemudian diukur absorbansinya dengan UV-Vis spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm. Daya cerna pati (%) dihitung dengan rumus sebagai berikut: dimana A = maltosa dalam sampel (mg); a = maltosa dalam blanko (mg); B = maltosa dalam pati murni (mg); b = maltosa dalam blanko pati murni (mg). 166