BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dialami langsung oleh siswa. Nana Sudjana. (2008:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN INQUIRY DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh manusia untuk mencapai suatu perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan akan menunjang kehidupan yang lebih baik di masa depan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan fungsi pendidikan nasional peran guru menjadi kunci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Santi Purnama Sari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya pelihara, bina, dan latih. Ketika ditambahkan imbuhan pe-kan,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

didik. Pada kegiatan pembelajaran ini siswa diharuskan aktif- mencari sendiri dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pada kurikulum ini siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia juga akan menjadi baik. Pendidikan juga merupakan aspek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun tentang Pendidikan Nasional yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Akan tetapi banyak persoalan-persoalan yang sering muncul dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar pembelajaran IPA antara lain adalah prinsip keterlibatan, prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. siswa sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran di sekolah. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS VI SD NEGERI 2 DANGURAN KLATEN SELATAN TAHUN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih terlalu didominasi peran guru (teacher center). Guru banyak menempatkan

Oleh : SUBIARTI A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satu kendala tersebut disebabkan kurangnya kreatifitas guru-guru dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran IPA. Selain itu mata pelajaran IPA sebagai objek penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi tiga tantangan besar, pertama sebagai akibat dari krisis ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga materi yang disampaikan oleh guru kurang diserap oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. masayarakat dan organisasi dalam lingkungan pendidikan. Terdapat banyak

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

I. PENDAHULUAN. dikarenakan dalam pembelajaran sejarah di berbagai sekolah lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. lahir sampai dewasa akan mempengaruhi kehidupan masing-masing. keberlangsungan hidup manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. berkembang telah menuntut manusia untuk selalu berpikir dan mencari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah faktor utama dalam membentuk kepribadian manusia dan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara jelas mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Suasana proses belajar yang aktif akan dapat tercapai apabila ada peran yang tinggi dari siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Sehingga siswa tidak hanya pasif mendengar dan menerima materi pengetahuan dari guru, tetapi siswa juga berupaya aktif untuk menggali sendiri pengetahuannya. Sehingga hal tersebut akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang diterima oleh siswa. Hasil belajar menurut Nana Sudjana (2005:20) adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sehingga hasil belajar dapat dijadikan acuan oleh guru untuk melihat tingkat berhasil tidaknya siswa dalam mengikuti suatu proses pembelajaran. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari kata-kata dalam bahasa Inggris yaitu natural science. artinya ilmu tentang alam. IPA ilmu yang mempelajari tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya meguasahi kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sehingga di dalam proses pembelajaran IPA siswa harus mengalami dan menemukan menemukan pengetahuannya sendiri dengan bimbingan dari guru agar dapat dipertanggung jawabkan. Menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal 1

tersebut maka dalam pembelajaran IPA diharapkan peran siswa yang aktif, sehingga dapat mendorong siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri dan menerapkan apa yang didapatnya di sekolah dan di dalam kehidupannya seharihari. Komponen belajar yang turut mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran adalah model pembelajaran. Guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat akan mampu menarik perhatian siswa untuk ikut aktif mengikuti proses pembelajaran. Siswa yang aktif mengikuti proses pembelajaran akan berusaha mengembangkan segala potensi yang dimilikinya guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Selain itu akan membuat siswa ikut berpartisipasi aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga akan mempunyai rasa ingin tahu yang lebih. Namun pada kenyataannya sebagian besar guru dalam mengajar masih menggunakan cara-cara lama, seperti metode ceramah dan tanya jawab dalam proses pembelajaran. Meskipun sudah banyak dikemukakan model dan metode pembelajaran yang membuat siswa aktif, guru masih belum menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran dikelas, sehingga membuat hasil belajar siswa rendah. Oleh karena itu guru harus merubah paradigma cara mengajar yang awalanya pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada siswa (student centered). Berdasarkan observasi di lapangan dengan mengambil salah satu sampel yaitu Sekolah Dasar Negeri Lemahireng 01 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang hasil belajar IPA pada materi Energi masih banyak siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 66. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar belum mencapai tujuan yang diharapkan. Melihat kenyataan yang ada disekolah tersebut, pelaksanaan pembelajaran IPA belum dapat dikatakan berhasil. Berdasarkan wawancara dengan siswa kelas IVa dan kelas IVb SDN Lemahireng 01, banyak siswa yang beranggapan bahwa pembelajaran IPA sulit untuk dipahami. Kesulitan belajar tersebut dikarenakan kurangnya interaksi antara siswa dengan siswa dan guru dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Terlihat dalam pembelajaran 2

masih banyak siswa yang terlihat ramai sendiri. Serta minimnya pengetahuan guru dalam mengoprasikan media elektronik guna menunjang pembelajaran dan ketersediaan alat dan media yang membuat guru lebih melakukan metode ceramah dalam pembelajaran. Sehingga guru masih terlihat mendominasi pembelajaran yang telah berlangsung. Hal tersebut membuat siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menguasai materi yang telah diberikan oleh guru. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas IVa dan IVb SDN Lemahireng 01 diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran guru sudah berusaha menerapkan setrategi, pendekatan, ataupun metode pembelajaran di kelas, namum pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa cenderung pasif dan terlihat ramai sendiri pada saat mengikuti pembelajaran, sehingga metode yang diterapkan oleh guru tidak bisa berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran tidak tercapai. Hasil wawancara yang dilakukan dengan guru dan siswa kelas IV SDN Lemahireng 01 Kecamatan Bawen di atas (Sabtu, 7 Februari 2016), dapat dikatakan bahwa pembelajaran masih terlihat berpusat pada guru. Model pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan karakteristik atau kondisi siswa, lingkungan, dan materi yang telah dipelajari. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Jika hal tersebut dibiarkan terus menerus, tentu saja ini akan berdampak pada minat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, yang tentunya akan berakibat hasil belajar IPA siswa rendah. Dari uraian diatas maka diperlukan suatu treatment/perlakuan dalam pembelajaran berupa penerapan model/metode pembelajaran yang variatif, aktif, dan menyenangkan. Ada berbagai model pembelajaran kreatif yang secara potensial dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi IPA. Model pembelajaran tersebut diantaranya Problem Based Learning (PBL), Discovery Learning, Problem Solving, SAVI, Group Investigation, Think Talk Write (TTW), Make A Match, Pair Checks, Course Review Horay, Snowball Throwing, Inquiry dan Debate. Dari berbagai model pembelajaran tersebut, model pembelajaran kooperatif yang dirasa sesuai dan dapat digunakan dalam pembelajaran IPA 3

adalah model pembelajaran Make a Match dan Snowball Throwing. Keduanya mempunyai kesamaan yaitu mengandung unsur kerja sama antar kelompok dan dikemas dalam suasana proses pembelakaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan dalam proses pembelajarannya. Menurut Anita Lie (2008: 56) menyatakan bahwa model pembelajaran tipe Make a Match atau bertukar pasangan merupakan teknik belajar yang memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Sedangkan M. Huda (2014: 226) berpendapat bahwa model Snowball Throwing yang penerapannya dengan cara melempar segumpalan kertas yang berisi pertanyaan ke siswa lain dan siswa yang yang mendapatkan bola tersebut harus menjawab pertanyaan. Melalui penggunaan kedua model pembelajaran ini, siswa dapat lebih mudah memahami materi pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar yang optimal. Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan Snowball Throwing ini sesuai dengan karakteristik siswa SD yaitu suka berkelompok dan bermain sambil belajar. Dengan menggunakan model pembelajaran seperti ini diharapkan siswa akan aktif dan memacu semangat siswa untuk belajar untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas metode pembelajaran yang memungkinkan murid belajar secara aktif adalah metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan Snowball Throwing. Beberapa hasil penelitian yang mendukung keefektifan model Make a Match dan Snowball Throwing yaitu ; Penelitian yang dilakukan oleh Rismadiani Kurnia (2014) yang berjudul Keefektifan Model Pembelajaran Make a Match Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas III SD Negeri Randugunting 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2013/2014, menunjukkan bahwa model Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas III SDN Randugunting. Hal ini dibuktikan dengan setelah kedua kelompok eksperimen diberikan model pembelajaran yang berbeda, mereka diberikan tes akhir pada materi Energi diperoleh rata-rata nilai hasil belajar kelas eksperimen sebesar 81,27, sedangkan kelas kontrol hanya 73,73. Hasil penghitungan dengan menggunakan rumus 4

independent samples t test melalui program SPSS versi 20, menunjukkan model kooperatif tipe Make a Match efektif dan signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini ditandai dengan nilai hasil t hitung > t tabel (2,153 > 2,000). Dari hasil penelitian, diharapkan guru dapat menerapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Sanen, Notari (2013) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2012/1013. Hal tersebut dibuktikan dengan perbedaan hasil belajar yang signifikan yaitu siswa yang diajar menggunakan metode Make a Match memperoleh nilai rata-rata 82,38 sedangkan siswa yang diajar tidak menggunakan metode Make a Match memperoleh nilai rata-rata 74,34. Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012) yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Student Team-Achievement Divisions (STAD) terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Boyolali. Menunjukkan hasil analisis data yang diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,001<0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dengan model pembelajaran Student Team-Achievement Divisions (STAD). Hal ini dilihat dari hasil belajar matematika siswa yaitu kelas VIID yang diajar menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing memperoleh nilai rata-rata kelas 79,067 sedangkan kelas VIIE yang diajar menggunakan model pembelajaran Student Team-Achievement Divisions (STAD) memperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 70,233. Penelitian yang dilakukan oleh Sutoro (2014) yang berjudul Pengaruh Model Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas IV SD Negeri 01 Mojotengah Semester II Tahun Ajaran 2011/201. Menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Mojotegah Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 yang dibuktikan dengan adanya perbedaan hasil belajar antara kedua kelas. Hasil posttest siswa 5

kelas IVA (kelas kontrol) yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional diperoleh rata-rata hasil belajar matematika kelas 76,30. Sedangkan hasil posttest siswa kelas IVB (kelas eksperimen) yang diajar menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing diperoleh rata-rata hasil belajar matematika kelas 89,60. Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan di atas penerapan model pembelajaran Make a Match dan Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Namun muncul keraguan tentang kedua model pembelajaran tersebut. Model pembelajaran manakah yang lebih unggul untuk digunakan dalam pembelaran IPA. Oleh karena timbul ketertarikan untuk melakukan penelitian tentang keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan Snowball Throwing, yang berjudul Keefektifan Model Pembelajaran Make a Match dan Snowball Throwing terhadap hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Lemahireng 01 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2015/2016. 1.2 Identifiktrasi Masalah Dari latar belakang masalah yang ada, peneliti mengidentifikasi masalah yang terjadi yaitu : 1. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA masih kurang. 2. Model dan metode yang digunakan guru masih didominasi ceramah sehingga siswa kurang tertarik dengan pembelajaran sehingga cenderung tidak memperhatikan penjelasan guru. 3. Sebagian dari siswa nilai di bawah kriteria kelulusan minimal (KKM). 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah di penelitian ini dirumuskan sebagai berikut sebagai berikut Apakah terdapat perbedaan keefektifan antara hasil belajar IPA yang menggunakan model pembelajaran Make a Match dengan Snowball Throwing pada siswa kelas IV SD Negeri Lemahireng 01 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.?. 6

1.4 Tujuan Penelitian Penelitian itu bertujuan untuk mengetahui perbedaan keefektifan antara hasil belajar IPA yang menggunakan model pembelajaran Make a Match dengan Snowball Throwing pada siswa kelas IV SD Negeri Lemahireng 01 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun dua manfaat yang diperoleh melalui penelitian ini, yaitu : manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan Snowball Throwing terhadap pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. 1.5.2 Manfaat Praktis a. Bagi guru : 1. Memberi arahan kepada guru dalam mengajar yang kreatif dan inovatif, dan menyenangkan. 2. Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya. 3. Guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menilai dan memperbaiki kinerjanya. 4. Memperoleh gambaran tentang model keefektifan model pembelajaran Make a Match dan Snowball Throwing terhadap hasil belajar siswa. b. Bagi siswa 1. Dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. 2. Dapat meningkatkan keaktifan dalam mengikuti proses pembelajaran. 3. Bagi sekolah 7

c. Bagi sekolah 1. Model pembelajaran Make a Match dan Snowball Throwing dapat diterapkan untuk memperbaiki proses pembelajaran IPA. 2. Menjadi masukan dalam peningkatan kualitas hasil belajar siswa di setiap kelas. Sehingga kualitas pendidikan SD Negeri Lemahireng 01 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang semakin berkembang dan maju. 8