KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO

Publikasi ini dan publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada :

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

Kajian Ekonomi Regional Banten

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Halaman ini sengaja dikosongkan.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Transkripsi:

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI GORONTALO

Publikasi ini dan publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada : www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Jl. H. Nani Wartabone No. 35 Gorontalo 96115, Indonesia Telepon : 0435-824444 Faksimili : 0435-827993

Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia : 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. Nilai-nilai Strategis : Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku, yang terdiri atas Trust and Intergrity Professionalism Excellence - Public Interest - Coordination and Teamwork.

Halaman ini sengaja dikosongkan

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-nya sehingga penyusunan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan baik. Kajian ini di disusun dan disajikan setiap triwulan meliputi aspek pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek ekonomi ke depan. Melalui kajian, ini, peranan strategis Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo diharapkan dapat tercapai yaitu sebagai economic intelligent and research unit yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan stakeholders di daerah dan di pusat dalam pengambilan kebijakan. Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik berupa pemikiran maupun penyediaan data atau informasi, baik secara langsung maupun melaui suvei dan liaison. Saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami harapkan demi kualitas kajian dan peranan yang lebih baik ke depan. Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi, terutama bagi pengembangan perekonomian Provinsi Gorontalo. Gorontalo, 13 November 2014 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Suryono Deputi Direktur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 v

Halaman ini sengaja dikosongkan vi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

DAFTAR ISI Kata Pengantar... v Daftar Isi... vii Daftar Tabel... ix Daftar Grafik... xii RINGKASAN EKSEKUTIF... xiii BAB 1 Pertumbuhan Ekonomi Daerah... 1 1.1 Sisi Permintaan... 2 1.1.1 Konsumsi... 3 1.1.2 Investasi... 5 1.1.3 Ekspor Impor... 9 1.2 Sisi Penawaran... 11 1.2.1 Sektor Pertanian... 12 1.2.2 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... 15 1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 16 1.2.4 Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan... 18 1.2.5 Sektor Industri Pengolahan... 19 1.2.6 Sektor Lainnya... 20 Boks 1.A. Festival Karawo ; Melestarikan Budaya Menumbuhkan Perekonomian... 23 Boks 1.B: Potensi Ekonomi Kota Gorontalo... 25 BAB 2 Keuangan Pemerintah... 28 2.1 Alokasi APBN di Provinsi Gorontalo... 28 2.1.1 Realisasi Belanja APBN di Provinsi Gorontalo... 30 2.2 Postur APBD Provinsi Gorontalo... 31 2.2.1 Realisasi Pendapatan Daerah... 32 2.2.2 Realisasi Belanja Daerah... 34 BAB 3 Inflasi Daerah... 38 3.1 Perkembangan Inflasi Daerah... 38 3.2 Koordinasi Pengendalian Inflasi... 44 Boks 2. Dunia Usaha Di Gorontalo Siap Menghadapi Penyesuaian Harga Bbm Bersubsidi... 46 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 vii

BAB 4 Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan... 48 4.1 Fungsi Intermediasi Perbankan... 48 4.2 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga... 49 4.3 Penyaluran Kredit Perbankan... 50 4.4 Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah... 53 4.5 Risiko Kredit... 55 BAB 5 Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang... 60 5.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai... 60 5.1.1 Aliran Uang Kartal... 60 5.1.2 Perkembangan Uang Palsu Yang Ditemukan... 62 5.2 Sistem Pembayaran Non-Tunai... 62 5.2.1 Kegiatan Kliring... 63 5.2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS)... 65 BAB 6 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan... 69 6.1 Ketenagakerjaan... 69 6.2 Kemiskinan... 72 6.3 Rasio Gini... 73 6.4 Indeks Pembangunan Manusia... 74 6.5 Kesejahteraan Petani... 75 BAB 7 Prospek Perekonomian... 78 7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi... 78 7.2 Prospek Inflasi... 79 LAMPIRAN... 83 DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN viii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo... 2 Grafik 1.2 Perkembangan Survei Konsumen Bank Indonesia... 4 Grafik 1.3 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan II-2014... 4 Grafik 1.4 Perkembangan Tabungan dan Deposito Perbankan... 5 Grafik 1.5 Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan... 5 Grafik 1.6 Perkembangan Belanja Modal Pemerintah Melalui APBD... 8 Grafik 1.7 Perkembangan Volume Penjualan Semen... 8 Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Konstruksi Perbankan... 8 Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Investasi Perbankan... 8 Grafik 1.10 Perkembangan Nilai Ekspor Gorontalo... 9 Grafik 1.11 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo... 9 Grafik 1.12 Perkembangan Nilai Impor Gorontalo... 10 Grafik 1.13 Perkembangan Bongkar Barang Pelabuhan Gorontalo... 10 Grafik 1.14 Perkembangan Neraca Perdagangan Luar Negeri Gorontalo... 10 Grafik 1.15 Perkembangan Struktur Perekonomian (PDRB Nominal) Provinsi Gorontalo... 11 Grafik 1.16 Pangsa Perekonomian (PDRB Riil) Provinsi Gorontalo Triwulan II 2014... 11 Grafik 1.17 Perkembangan Luas Panen Jagung Berdasarkan Daerahnya... 13 Grafik 1.18 Perkembangan Luas Panen Padi Berdasarkan Daerahnya... 13 Grafik 1.19 Perkembangan Luas Tanam Panen dan Luas Tanam Jagung dan Padi... 13 Grafik 1.20 Perkembangan Luas Tanam Jagung Berdasarkan Daerahnya... 14 Grafik 1.21 Perkembangan Luas Tanam padi Berdasarkan Daerahnya... 14 Grafik 1.22 Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut dan Ferry... 15 Grafik 1.23 Perkembangan Konsumsi Premium dan Solar... 15 Grafik 1.24 Perkembangan Frekuensi Penerbangan Pesawat... 16 Grafik 1.25 Perkembangan Jumlah Penumpang Pesawat... 16 Grafik 1.26 Perkembangan Survei Kegiatan Dunia Usaha Sektor PHR... 17 Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan Perbankan... 17 Grafik 1.28 Perkembangan Tingkat Penghunian Hotel... 17 Grafik 1.29 Perkembangan Listrik Kelompok Bisnis... 17 Grafik 1.30 Perkembangan Pendapatan dan Beban Bunga Perbankan... 18 Grafik 1.31 Perkembangan Net Interest Margin (NIM) Perbankan... 18 Grafik 1.32 Perkembangan Subsektor Industri Mikro-Kecil... 19 Grafik 1.33 Perkembangan Industri Mikro-Kecil dan Industri Besar-Sedang... 19 Grafik 1.34 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri... 20 Grafik 1.35 Perkembangan Kredit Perbankan Sektor Industri... 20 Grafik 1.36 Perkembangan Daya Listrik Tersambung... 20 Grafik 1.37 Perkembangan Konsumsi Listrik... 20 Grafik 1.38 Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa Perbankan... 22 Grafik 1.39 Perkembangan Belanja Non Modal APBD Provinsi Gorontalo... 22 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 ix

Grafik 2.1 Pangsa Pagu APBN di Provinsi Gorontalo 2014 Berdasarkan Jenis Belanja... 28 Grafik 2.2 Pangsa Pagu APBN di Gorontalo 2014 Berdasarkan Satker Pemerintahan... 28 Grafik 2.3 Alokasi APBN di Provinsi Gorontalo 2014 Berdasarkan Jenis dan Satker Pemerintahan... 29 Grafik 2.4 Pangsa Realisasi APBN di Provinsi Gorontalo Triwulan II-2014... 30 Grafik 2.5 Perbandingan Realisasi APBN di Provinsi Gorontalo Triwulan II 2013 dan Triwulan II 2014... 30 Grafik 2.6 Perkembangan APBD Provinsi Gorontalo... 31 Grafik 2.7 Pangsa Pagu APBD Perubahan Provinsi Gorontalo 2014... 32 Grafik 3.1 Inflasi Nasional dan Gorontalo... 39 Grafik 3.2 Peta Inflasi Nasional... 39 Grafik 3.3 Peta Inflasi Sulawesi... 40 Grafik 3.4 Ekspektasi Inflasi SKDU... 43 Grafik 3.5 Nilai Tukar Rupiah... 43 Grafik 4.1 Perkembangan Aset Perbankan... 49 Grafik 4.2 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR)... 49 Grafik 4.3 Perkembangan DPK Perbankan Gorontalo... 50 Grafik 4.4 Share Komponen DPK Perbankan Gorontalo... 50 Grafik 4.5 Perkembangan Kredit Jenis Penggunaan... 51 Grafik 4.6 Share Kredit Penggunaan Perbankan Gorontalo... 51 Grafik 4.7 Kredit Rumah Tangga Menurut Penggunaannya... 52 Grafik 4.8 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga... 52 Grafik 4.9 Penyaluran Kredit Perbankan Menurut Penggunaan... 52 Grafik 4.10 Kredit Produktif Berdasarkan Sektor Ekonomi Dengan Share Terbesar... 52 Grafik 4.11 Kredit Produktif Tiga Sektor Terbesar... 53 Grafik 4.12 Pertumbuhan Kredit Sektor Terbesar... 53 Grafik 4.13 Jumlah & Pertumbuhan Kredit UMKM... 54 Grafik 4.14 Perkembangan Share Kredit UMKM... 54 Grafik 4.15 Kredit UMKM menurut Kelompok Usaha... 55 Grafik 4.16 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat... 55 Grafik 4.17 Rasio Kredit Bermasalah (NPLs) Berdasarkan Jenis Penggunaan... 56 Grafik 4.18 Rasio NPLs Konsumsi Menurut Peruntukannya... 56 Grafik 4.19 Rasio NPLs Berdasarkan Sektor Utama... 57 Grafik 4.20 Rasio NPLs Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)... 57 Grafik 5.1 Perkembangan Net Flow Secara Bulanan... 61 Grafik 5.2 Net Inflow/Outflow Gorontalo... 61 Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo... 64 Grafik 5.4 Persentase Rata-rata Penolakan... 64 Grafik 5.5 Perkembangan Total Nominal Transaksi RTGS di Gorontalo... 66 Grafik 5.6 Perkembangan Total Volume Transaksi RTGS di Gorontalo... 66 x KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

Grafik 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Angkatan Kerja Provinsi Gorontalo... 70 Grafik 6.2 Pangsa Ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo bulan Februari 2014... 70 Grafik 6.3 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Provinsi Gorontalo... 71 Grafik 6.4 Perkembangan Ketenagakerjaan di Sektor Formal-Informal... 71 Grafik 6.5 Pangsa Tenaga Kerja di Provinsi Gorontalo Berdasarkan Lapangan Usaha... 71 Grafik 6.6 Perkembangan Ketenagakerjaan Menurut Jenjang Pendidikan... 72 Grafik 6.7 Pangsa Tenaga Kerja Berdasarkan Jenjang Pendidikan... 72 Grafik 6.8 Perkembangan Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo... 73 Grafik 6.9 Perkembangan Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo... 73 Grafik 6.10 Perkembangan Gini Rasio Nasional dan Wilayah Sulawesi... 74 Grafik 6.11 Indeks Pembangunan Manusia Wilayah Sulawesi... 74 Grafik 6.12 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Gorontalo... 74 Grafik 6.13 Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo... 75 Grafik 6.14 Perkembangan NTP Provinsi Gorontalo per Subsektor... 76 Grafik 7.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo... 78 Grafik 7.2 Indeks Keyakinan Konsumen dan Ekspektasi Konsumen... 80 Grafik 7.3 Proyeksi Inflasi Gorontalo... 81 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 xi

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan... 2 Tabel 1.2 Satuan Kerja Pemerintah di Provinsi Gorontalo dengan Proyek Strategis APBN Tahun 2014... 5 Tabel 1.3 Perkembangan Pembangunan Infrastruktur Melalui APBD dan APBN Provinsi Gorontalo... 6 Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran... 12 Tabel 1.5 Angka Ramalan (ARAM) I Produksi Jagung di Provinsi Gorontalo Tahun 2014... 13 Tabel 1.6 Angka Ramalan (ARAM) I Produksi Padi di Provinsi Gorontalo Tahun 2014... 14 Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Triwulan II 2013 dan Triwulan II 2014... 33 Tabel 2.2 Pangsa Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Triwulan II 2013 dan Triwulan II 2014... 34 Tabel 2.3 Realisasi Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Triwulan II-2014... 35 Tabel 2.4 Pangsa Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Triwulan II 2013 dan Triwulan II 2014. 36 Tabel 2.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Rill... 36 Tabel 3.1 Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang dan Jasa (mtm)... 39 Tabel 3.2 Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa (yoy)... 39 Tabel 3.3 Andil Inflasi Kelompok Barang dan Jasa... 40 Tabel 3.4 Perbandingan Inflasi Kota di Sulampua... 40 Tabel 3.5 Inflasi Tahun Kalender Menurut Kelompok Barang dan Jasa (y.t.d)... 41 Tabel 3.6 Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Hasil SPH... 42 Tabel 3.7 Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi Gorontalo... 43 Tabel 3.8 Perhitungan Tarif Tenaga Listrik... 44 Tabel 3.9 Daftar TPID di Provinsi Gorontalo... 44 Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Gorontalo... 63 Tabel 5.2 Alasan Penolakan pada Cek/BG dalam SKN BI... 64 Tabel 5.3 Perkembangan Transaksi Melalui RTGS di Gorontalo... 65 Tabel 6.1 Nilai Tukar Petani 10 Provinsi di Kawasan Indonesia Timur Triwulan II 2014... 76 xii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

Tabel 7.1 Proyeksi Inflasi Gorontalo Triwulan II-2014... 80 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 xiii

Halaman ini sengaja dikosongkan xiv KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH RINGKASAN EKSEKUTIF Pertumbuhan perekonomian Gorontalo menunjukan penguatan dibandingkan triwulan sebelumnya Percepatan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi pemerintah, investasi, dan perdagangan luar negeri. Perekonomian Gorontalo pada triwulan III 2014 tumbuh 7,77% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,35% (yoy). Realisasi tersebut berada pada rentang proyeksi Bank Indonesia yang berada pada kisaran 7,01 8,01% (yoy). Namun, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, perekonomian Gorontalo triwulan III 2014 tumbuh lebih rendah daripada triwulan III 2013 yang tumbuh sebesar 7,90% (yoy). Di sisi permintaan, percepatan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi pemerintah, investasi, dan perdagangan luar negeri. Di sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh konsumsi swasta nirlaba yang melambat. Sedangkan konsumsi rumah tangga stabil cenderung melemah. Dari sisi penawaran, sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor Perdagangan-Hotel Restoran mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Penyerapan belanja pemerintah, baik melalui dana APBN maupun APBD pada triwulan III 2014 masih belum optimal KEUANGAN PEMERINTAH Realisasi penggunaan APBN di Provinsi Gorontalo masih relatif rendah yaitu sebesar 53,82% dari pagu Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA) 2014. Sementara itu, penerimaan dan pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Gorontalo pada triwulan III 2014 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 xv

RINGKASAN EKSEKUTIF INFLASI DAERAH Laju inflasi Gorontalo pada triwulan III 2014 relatif terkendali, yaitu tercatat sebesar 3,59% (yoy) lebih rendah dari inflasi nasional dan perkiraan sebelumnya Laju inflasi Gorontalo pada triwulan III 2014 relatif terkendali, yaitu tercatat sebesar 3,59% (yoy) lebih rendah dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,53% (yoy). Sesuai pola historisnya, inflasi setelah bulan Ramadhan dan Hari Besar Keagamaan cenderung melemah sebagai dampak berlakunya faktor seasonal. Realisasi inflasi pada triwulan III 2014 tersebut berada sedikit dibawah proyeksi sebelumnya yang berkisar antara 3,76%-4,76% (yoy). Dari sisi permintaan, peningkatan harga pada beberapa komoditas seperti tomat sayur, cabai rawit, bawang merah menjadi faktor-faktor penyebab inflasi di triwulan III 2014. Dari sisi penawaran, kelompok administered price memberikan tekanan pada inflasi triwulan laporan seiring dengan kenaikan harga rokok di tingkat penjualan eceran serta kenaikan tarif dasar listrik. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN Penghimpunan DPK tercatat mengalami perlambatan, hal serupa juga terjadi pada penyaluran kredit yang mengalami perlambatan Pada triwulan III 2014, kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan perkembangan yang melambat sebagaimana terlihat pada beberapa indikator. Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan Gorontalo sebesar Rp.3,88 triliun atau tumbuh sebesar 12,81% (y.o.y), lebih lambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 15,08% (y.o.y), dipengaruhi antara lain oleh melambatnya pertumbuhan jumlah Giro dari 38,61% menjadi 13,07% (y.o.y). Sementara itu jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp.7,47 triliun, tumbuh sebesar 13,49% (y.o.y) melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 14,82% (y.o.y). Rasio penyaluran kredit terhadap DPK atau Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan III 2014 mencapai 192,65%. Sementara itu rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) relatif baik yaitu 3,71%, sedangkan khusus UMKM NPLs tercatat sebesar 9,05%. xvi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG Transaksi sistem pembayaran menunjukkan net inflow. Aktivitas transaksi melalui kliring dan RTGS tercatat mengalami penurunan Jumlah uang masuk (inflow) pada triwulan III 2014 sebesar Rp.987,94 milyar sedangkan uang keluar (outflow) sebesar Rp.729,75 milyar. Hal ini membuat Provinsi Gorontalo pada triwulan III 2014 mengalami net inflow sebesar Rp.258,19 milyar. Sementara itu, tidak ditemukan adanya uang palsu pada kas titipan di Provinsi Gorontalo pada triwulan III 2014. Aktivitas transaksi kliring tercatat sebesar Rp467,83 milyar dan transaksi melalui RTGS tercatat sebesar Rp2,00 triliun. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Tingkat pengangguran terbuka mengalami peningkatan, namun persentase penduduk miskin Provinsi Gorontalo mengalami penurunan Di pertengahan tahun 2014, kondisi ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah pengangguran terhadap angkatan kerja dari sebesar 4,15% jiwa pada bulan Agustus 2013 menjadi sebesar 4,18% jiwa pada bulan Agustus 2014 atau meningkat sebesar 5,2% (yoy). Kondisi yang membaik ditunjukkan oleh penurunan persentase penduduk miskin, dimana pada bulan Maret 2014 tercatat sebesar 17,44% atau sedikit lebih rendah dibandingkan bulan Maret 2013 yang sebesar 17,51%. Kesejahteraan petani juga cenderung melemah meskipun relatif kecil, yang terindikasi dari pelemahan Nilai Tukar Petani (NTP) dari 101,98 pada triwulan II 2014 menjadi 101,79 pada triwulan III 2014. Sementara Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2013 menunjukan perbaikan dibandingkan tahun 2012, dari 71,28 menjadi 71,77. Sementara itu, Rasio Gini di tahun 2013 relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,44%, namun masih lebih tinggi dibandingkan angka Rasio Gini nasional yang sebesar 0,41%. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF PROSPEK PEREKONOMIAN Perekonomian Gorontalo triwulan IV 2014 diperkirakan akan meningkat pada kisaran 7,81%-8,81% (y.o.y) Tingkat inflasi Gorontalo pada triwulan IV 2014 diperkirakan menurun pada kisaran 4,15%- 5,15% (yoy) Pertumbuhan ekonomi Gorontalo pada triwulan IV 2014 diperkirakan berada pada kisaran 7,81%-8,81% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,77% (yoy). Terjadinya efek musiman seperti Hari Raya Idul Adha, Hari Raya Natal, menjelang tahun baru, serta even tahunan Provinsi antara lain Festival Karawo 2014 diperkirakan memberikan dampak positif terhadap konsumsi rumah tangga yang akan mendorong peningkatan pertumbuhan perekonomian pada triwulan IV 2014. Selain itu, diperkirakan masih terdapat faktor peningkatan dari sisi konsumsi pemerintah seiring dengan usaha pemenuhan target realisasi anggaran menjelang berakhirnya masa tahun anggaran. Sedangkan inflasi Gorontalo pada triwulan IV 2014 diperkirakan berada pada kisaran 4,15%-5,15% (yoy), naik bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada kisaran 3,76% - 4,76% (yoy). Munculnya faktor seasonal seperti Hari Raya Idul Adha, Hari Raya Natal dan menjelang tahun baru diperkirakan dapat meningkatkan ekspektasi inflasi di Gorontalo. xviii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan xviii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI GORONTALO Indikator 2012 2013 2014 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 8.39 8.29 6.64 7.57 7.04 7.66 7.89 8.43 7.71 7.35 7.77 Berdasarkan sektor - Pertanian 5.76 5.67 5.72 5.70 6.70 5.16 5.50 6.25 4.74 4.98 5.38 - Pertambangan & Penggalian 11.57 7.55 2.71 5.23 3.58 4.74 5.21 5.61 4.74 5.86 5.47 - Industri Pengolahan 13.31 12.20 8.15 5.13 6.51 9.35 9.70 12.80 9.53 9.25 9.41 - Listrik, Gas dan Air Bersih 6.66 8.86 8.27 8.69 8.51 8.05 8.21 7.64 7.75 7.17 5.74 - Konstruksi 11.56 9.75 6.33 10.13 7.51 8.86 8.90 11.51 10.63 10.85 10.39 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 12.56 11.71 10.11 10.29 10.97 11.34 11.42 10.74 11.16 11.05 10.90 - Transportasi dan Komunikasi 7.02 8.15 9.44 10.01 9.00 9.09 8.56 8.24 10.03 7.80 6.68 - Keuangan, Persewaan & Jasa Usaha 7.40 10.43 9.46 9.86 9.38 9.06 9.19 9.11 8.35 8.17 8.18 - Jasa-jasa 7.00 6.41 2.17 5.44 2.46 5.79 6.46 6.14 5.67 4.53 7.24 Berdasarkan Permintaan - Konsumsi Rumah Tangga 6.13 5.84 6.12 5.35 5.91 6.24 6.29 6.45 6.54 6.59 6.58 - Konsumsi Pemerintah 13.70 14.30 9.79 8.41 0.34 9.33 3.77 10.86 10.01 8.16 19.54 - PMTB 5.83 10.14 8.35 3.37 0.89 2.32 4.10 10.84 9.83 11.11 11.77 - Ekspor 11.27 14.98 8.97 8.72 (35.32) (28.53) (22.78) (26.91) 15.17 7.75 14.00 - Impor 5.47 5.27 4.51 4.80 6.80 8.46 9.59 10.61 10.13 8.19 8.17 Ekspor - Nilai Ekspor Non Migas (US$ Juta) 2.92 4.64 2.79 3.44-1.89 2.43 0.96 0.04 1.38 3.33 Impor - Nilai Impor Non Migas (US$ Juta) 5.97 6.13-24.69 15.20 1.28 27.86 33.95 43.19 1.62 2.47 Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) 5.91 5.95 5.40 5.31 5.18 3.59 3.39 5.84 5.10 5.82 3.59 Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) 2.88 3.01 3.06 3.04 3.22 3.24 3.44 3.19 3.51 3.74 3.90 - Giro 0.45 0.46 0.51 0.33 0.56 0.48 0.58 0.32 0.57 0.67 0.65 - Tabungan 1.56 1.73 1.71 1.98 1.76 1.81 1.91 2.12 1.90 1.91 2.06 - Deposito 0.88 0.82 0.84 0.73 0.90 0.94 0.95 0.75 1.04 1.16 1.19 Kredit (Rp Triliun) 4.74 5.03 5.25 5.53 5.79 6.32 6.58 6.77 6.94 7.28 7.49 - Modal Kerja 1.66 1.99 1.66 1.72 1.75 1.88 1.92 1.94 2.01 2.12 2.11 - Konsumsi 2.36 2.39 2.96 3.25 3.49 3.86 4.13 4.28 4.35 4.71 4.92 - Investasi 0.73 0.64 0.62 0.56 0.56 0.58 0.53 0.55 0.58 0.45 0.46 Kredit UMKM (Rp Triliun) 1.98 2.36 1.97 1.98 2.00 2.21 2.13 2.16 2.31 2.30 2.31 - Modal Kerja 1.29 1.78 1.40 1.48 1.51 1.69 1.66 1.68 1.81 1.92 1.92 - Investasi 0.68 0.59 0.57 0.50 0.49 0.52 0.47 0.48 0.50 0.38 0.39 Loan to Deposit Ratio (%) 164.38 166.78 171.17 181.94 179.91 195.11 191.49 212.00 197.67 197.60 192.65 NPL Gross (%) 2.56 2.44 2.49 1.99 3.17 3.10 3.36 2.82 3.30 3.79 3.71 Sistem Pembayaran Transaksi RTGS (Rp Triliun) - Rata-Rata Harian Nominal Transaksi 0.47 0.69 0.65 0.85 0.72 0.82 0.97 1.01 0.74 0.76 0.66 - Rata-Rata Harian Volume Transaksi 1,208 1,573 1,584 1,730 1,366 1,728 1,722 1,911 1,405 1,600 1,530 Transaksi Kliring (Rp Triliun) - Rata-Rata Harian Nominal Transaksi 0.13 0.14 0.14 0.16 0.15 0.17 0.19 0.13 0.13 0.15 0.15 - Rata-Rata Harian Volume Transaksi 5,891 5,762 5,936 6,064 5,707 6,260 6,503 5,192 5,309 5,774 6,212 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 xix

Halaman ini sengaja dikosongkan xx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH BAB 1 : PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Perekonomian Gorontalo pada triwulan III 2014 tumbuh 7,77% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,35% (yoy). Realisasi tersebut berada pada rentang proyeksi Bank Indonesia yang berada pada kisaran 7,01 8,01% (yoy). Namun, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, perekonomian Gorontalo triwulan III 2014 tumbuh lebih rendah daripada triwulan III 2013 yang tumbuh sebesar 7,90% (yoy). Di sisi permintaan, percepatan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tumbuh tinggi selama bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri 1435H. Sementara itu, konsumsi pemerintah mengalami percepatan pertumbuhan disebabkan penyaluran gaji ke-13 PNS/TNI/Polri yang baru dilakukan pada awal triwulan III 2014. Faktor pendukung peningkatan konsumsi pemerintah lainnya adalah penyaluran bantuan sosial dari dana APBD maupun APBN dilaksanakan setelah pelaksanaan Pemilu Presiden 2014 yang sempat ditunda penyalurannya. Walaupun realisasi belanja modal pemerintah sudah optimal, tetapi beberapa pelaksanaan pembangunan proyek pemerintah yang sudah berjalan pada triwulan III 2014 belum optimal, sehingga berpengaruh pada perlambatan pertumbuhan investasi Gorontalo. Aktivitas perdagangan luar negeri juga mengalami perkembangan, dengan nilai ekspor yang tumbuh jauh lebih tinggi dari pada nilai impor Gorontalo. Di sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Gorontalo pada triwulan III 2014 ditopang oleh tiga sektor utamanya yaitu sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 27,11%, sektor jasa-jasa sebesar 25,55%, dan sektor Perdagangan-Hotel-Restoran sebesar 12,15%. Musim panen yang berlangsung pada triwulan laporan telah mendorong peningkatan produksi tanaman bahan makanan yang sehingga sektor pertanian menjadi kontributor paling besar pada pertumbuhan ekonomi Gorontalo. Dari ketiga sektor utama tersebut hanyalah sektor Perdagangan-Hotel-Restoran yang mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 1

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 8.75 8.39 7.90 7.85 7.77 8.91 7.06 8.29 6.64 8.43 6.33 7.57 7.67 7,35 6.81 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3* 2011 2012 2013 2014 Sumber : BPS. Provinsi Gorontalo 1.1 SISI PERMINTAAN Secara keseluruhan, komponen konsumsi mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain disebabkan oleh konsumsi rumah tangga yang mengalami peningkatan, pertumbuhan yang meningkat konsumsi pemerintah juga turut memberikan dampak pada percepatan komponen konsumsi. Penyaluran gaji ke-13 PNS/TNI/Polri yang baru dilaksanakan pada bulan Juli 2014 memberikan dampak positif terhadap laju konsumsi rumah tangga, dan belanja non modal pemerintah. Kegiatan pembangunan proyek pemerintah yang mulai berjalan pada triwulan laporan mendorong pertumbuhan iklim investasi pada triwulan laporan. Kinerja ekspor mengalami percepatan sedangkan kinerja impor luar negeri mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Akan tetapi, masuknya bulan puasa dan Ramadhan di awal triwulan laporan berpengaruh pada aktivitas perdagangan antar daerah dalam rangka memenuhi kebutuhan domestik. Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan KOMPONEN 2012 (% yoy) 2013 (% yoy) 2014 2012 2013 I II III IV I II III IV I II III Konsumsi Rumah Tangga 6,13 5,84 6,12 5,35 5,86 5,91 6,24 6,29 6,45 6,23 6,54 6,59 6,66 Konsumsi Pemerintah 13,70 14,30 9,79 8,41 11,43 0,34 9,33 3,77 10,86 6,21 10,01 8,16 19.54 PMTB 5,83 10,14 8,35 3,37 6,85 0,89 2,32 4,10 10,84 4,65 9,83 11,11 11.77 Perubahan Stok 19,79 32,61 27,83 1,23 18,11 (72,26) (31,87) (48,14) (16,50) (39,24) 12,38 14,62 85,56 Ekspor Barang & Jasa 11,27 14,98 8,97 8,72 10,92 (35,32) (28,53) (22,78) (26,91) (28,33) 15,17 7,75 14.00 Impor Barang & Jasa 5,47 5,27 4,51 4,80 5,01 6,80 8,46 9,59 10,61 8,89 10,13 8,19 8.17 PDRB GORONTALO 8,39 8,29 6,64 7,57 7,71 7,06 7,67 7,90 8,43 7,77 7,85 7,35 7,77 Sumber : BPS. Provinsi Gorontalo 2 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 1.1.1 KONSUMSI Pada triwulan III 2014, kinerja konsumsi secara keseluruhan tumbuh 11.49% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014 yang tumbuh 7,27% (yoy). Konsumsi pemerintah tumbuh dari 8,16% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 19.54% (yoy) pada triwulan III 2014. Sementara itu, konsumsi rumah tangga tumbuh moderat dari 6,29% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,58% (yoy) pada triwulan laporan, sedangkan konsumsi swasta nirlaba mengalami perlambatan yang cukup siginifikan yang tumbuh 11.39% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13.67% (yoy). Konsumsi pemerintah tumbuh dari 8,16% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 19.54% (yoy) pada triwulan III 2014. Penyerapan anggaran belanja Pemerintah mengalami peningkatan hal ini dikarenakan pembayaran gaji ke-13 PNS/TNI/Polri serta penyaluran bantuan sosial yang baru dapat diberikan pada triwulan III 2014. Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tumbuh relatif moderat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi terkonfirmasi dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia pada triwulan III 2014 yang tercatat sebesar 142.78. Walaupun masih lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 160,27, tetapi nilai tersebut menunjukkan bahwa masyarakat tetap optimis terhadap kegiatan ekonomi saat ini dan ke depan. Masyarakat juga beranggapan bahwa kondisi ekonomi masih cukup kondusif untuk melakukan kegiatan konsumsi walaupun sedikit mengalami guncangan karena perkiraan adanya kenaikan harga BBM bersubsidi yang menyebabkan penurunan pada Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari 162,77 pada triwulan II 2014 menjadi 138,07 pada triwulan III 2014. Hasil Survei Konsumen juga sejalan dengan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo. ITK pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 111,25, yang menunjukkan bahwa masyarakat tetap optimis dengan kondisi ekonomi saat ini. Hal ini dipengaruhi oleh membaiknya pendapatan rumah tangga kini (112,25), rendahnya pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi (108,73), dan meningkatnya konsumsi makanan dan non makanan pada triwulan III 2014 dikarenakan Hari Besar Keagamaan (112,00). Peningkatan aktivitas konsumsi diperkirakan terjadi pada awal dan akhir triwulan laporan. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 3

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Grafik 1.2. Perkembangan Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 1.3. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan II 2014 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sementara itu di sisi perbankan, kinerja konsumsi berhasil diredam melalui peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) masyarakat. Peningkatan dialami oleh penghimpunan deposito yang berhasil tumbuh 24,15% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014 yang tumbuh 22,14% (yoy). Hal serupa juga terjadi pada penghimpunan tabungan pada triwulan III 2014, tabungan perbankan Gorontalo tumbuh 7,09% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014 yang sebesar 5,13% (yoy). Di sisi lain, kredit konsumtif terus mengalami perlambatan sejak triwulan III 2013. Hal tersebut tidak terlepas dari kebijakan Loan To Value (LTV) pada kredit konsumsi serta penerapan kebijakan suku bunga tinggi membuat target ekspansi kredit di tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya. Sebagai akibatnya, penyaluran kredit konsumtif perbankan Gorontalo di triwulan III 2014 tercatat tumbuh 18,90% (yoy) atau melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh 21,74% (yoy). Grafik 1.4. Perkembangan Tabungan dan Deposito Perbankan Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan 4 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 1.1.2 INVESTASI Kinerja investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan III 2014 tumbuh 11,77% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,11% (yoy). Investasi pemerintah masih memegang peranan yang penting dalam pertumbuhan komponen ini, terutama dalam hal investasi fisik. Walaupun realisasi belanja modal pemerintah pada triwulan III 2014 masih belum optimal, tetapi pembangunan proyek pemerintah yang sudah mulai dan berjalan berdampak positif pada peningkatan investasi daerah. Iklim investasi positif juga tampak dari peran pihak swasta melalui pembangunan beberapa proyek, baik properti residence maupun properti komersial (ruko dan rukan). Di sisi pemerintah, pelaksanaan pembangunan proyek pemerintah sudah mulai dilakukan pada triwulan laporan, baik melalui dana APBD maupun APBN. Total pagu belanja modal APBN di wilayah Gorontalo pada tahun 2014 tercatat sebesar Rp1,91 triliun. Tabel 1.2. Satuan Kerja Pemerintah di Provinsi Gorontalo dengan Proyek Strategis APBN Tahun 2014 Nama Satker Jumlah Proyek Pagu (Rp Miliar) Realisasi (Rp Miliar) % Realisasi Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah Provinsi Gorontalo 31 664,95 396,87 59% SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Sulawesi II Provinsi Gorontalo 11 367,26 162,67 44% SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Sulawesi II Provinsi Gorontalo 8 121,14 72,98 60% Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Gorontalo 5 51,82 32,16 62% Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Gorontalo 2 24,41 11,32 46% Bandar Udara Jalaludin di Gorontalo 3 169,86 33,49 19% Unit Penyelenggara Pelabuhan Anggrek 1 25,13 0,11 0% Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Gorontalo 1 13,62 0,94 1% Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo 1 8,65 4,49 52% Listrik Pedesaan Gorontalo 6 68,92 25,81 37% Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo Pembangunan proyek strategis di Provinsi Gorontalo tetap difokuskan dalam pembangunan infrastruktur daerah demi mempercepat pertumbuhan ekonomi dan menarik minat investor untuk berinvestasi di Provinsi Gorontalo. Beberapa proyek pembangunan yang telah berjalan adalah seperti pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional di wilayah Provinsi Gorontalo, pembangunan dan pemeliharaan jaringan sumber air, pembangunan dan pemeliharaan jaringan pemanfaatan air, serta pengembangan penyehatan lingkungan pemukiman Gorontalo. Sementara itu, proyek lainnya terkait pembangunan Bandar Udara Djalaluddin, Pelabuhan Anggrek, Pelabuhan Gorontalo, listrik pedesaan, dan Universitas Negeri Gorontalo rencananya akan mulai dilakukan di triwulan III 2014. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 5

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH No. Tabel 1.3. Perkembangan Pembangunan Infrastruktur Melalui APBD dan APBN Provinsi Gorontalo APBD SUMBER DAYA AIR (SDA) Fisik (%) Keuangan (%) 1 Rehab dan Peningkatan Jaringan Irigasi di Kab. Gorontalo 74.25 64.40 Juli s/d Agustus 2014 2 Rehab dan Peningkatan Jaringan Irigasi di Kab. Boalemo 76.25 30.00 Juli s/d Agustus 2014 3 Rehab dan Peningkatan Jaringan Irigasi di Kab. Pohuwato 70.28 44.00 Juli s/d Agustus 2014 4 Rehab dan Peningkatan Jaringan Irigasi di Kab. Gorontalo Utara 78.71 61.95 Juli s/d Agustus 2014 5 Penanggulangan Banjir Sungai Desa Pelehu Kec. Bilato Kab. Gorontalo 100 30.0 11 Agustus 2014 6 Perkuatan Tebing Sungai Desa Mamongaa Kec. Bulawa Kab. Bone Bolango 75 72.7 11 Agustus 2014 7 Pembangunan Tanggul Banjir Sungai Mohiyolo Kab. Gorontalo 100 75.5 10 September 2014 8 Pembangunan Tanggul Sungai Dumbaya Bulan 31.86 30 11 Agustus 2014 9 Pengaman Abrasi Pantai Desa Mamungaa Kec. Bulawa Kab. Bone Bolango 81.88 76.9 11 Agustus 2014 10 Rehab Rumah Jaga Bendung Bulia (DP04) Kab. Gorontalo 100 95 14 Juni 2014 11 Rehab Rumah Jaga Bendung Tabulo Latula (DP05) Kab. Boalemo 100 95 15 Juni 2014 12 Pembangunan Saluran Pembungan Daerah Irigasi Lomaya Desa Huntu Barat 100 89.5 16 Juni 2014 13 Lanjutan Pembangunan Irigasi Bunggalo Kec. Telaga Kab. Gorontalo 100 30 17 Juni 2014 14 Pekerjaan Tanggul Saluran Air, Saluran Pembuang Tanggidaa Kota Gorontalo 100 95 18 Juni 2014 15 Pembangunan Tanggul Sungai Wapo Lombongo 100 100 19 Juni 2014 16 Perkuatan Tebing Sungai Bongo Kec. Tolangohula Kab. Gorontalo (Jembatan Bongo) 100 86 20 Juni 2014 17 Pengaman Abrasi Pantai Desa Mootinelo Kec. Bone Raya Kab. Bone Bolango 100 76.9 21 Juni 2014 18 Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Desa Tabulo Selatan Kab. Boalemo 85 30 22 Juni 2014 APBN 1 Rehabilitasi Tanggul Banjir Sungai di Kab. Gorontalo 68.02 50.57 2 Pembangunan Pengaman Pantai Biluhu di Kab. Gorontalo 27.03 17.40 3 Rehabilitasi Pengaman Pantai Biluhu Barat (50 M) Kab. Gorontalo 33.48 26.38 4 Revitalisasi Danau Limboto Tahap 3 24.60 18.58 5 Pembangunan Tanggul & Pengaman Pantai Paguyaman Kab. Boalemo dan Kab. Gorontalo 40.33 16.73 1 April 2014 6 Pembangunan Jaringan Irigasi Randangan Kiri Lanjutan Kab. Pohuwato 1.97 18.66 7 Pembangunan Bendung Randangan (1 Bh) Kab. Pohuwato (Multi Years) 11.10 10.17 8 Pembangunan Tanggul Banjir Dumbaya Bulan (1 Km) Kab. Bone Bolango 22.89 29.77 9 Pembangunan Tanggul Banjir dan Normalisasi Sungai di Kab. Bone Bolango 45.59 31.41 10 Pembangunan Tanggul dan Perkuatan Tebing Sungai Tolinggula (2 Km) Kab. Gorontalo Utara 25.03 16.00 11 Pembangunan Pengaman Pantai Monano (0.15 Km) Kab. Gorontalo Utara 50.05 24.28 12 Pembangunan Jaringan Tersier DI. Paguyaman (2.148 ha) Kab. Gorontalo & Kab. Boalemo 8.58 18.88 13 Rehabilitasi Jaringan Irigasi DI. Alo, Pohu dan Alopohu (600 Ha) Kab. Gorontalo 41.89 16.53 14 Rehabilitasi Jaringan Irigasi DI Huludupitango (300 Ha) Kab. Gorontalo 67.30 55.46 15 Pembangunan Prasarana Jaringan Irigasi Air Tanah Tersebar di Provinsi Gorontalo (Lanjutan) 15.24 16.42 16 Pembangunan Embung & Jaringan Transmisi Air Baku Bulota /Telaga Biru (0.1M3/det) Kab. Gorontalo 35.17 10.49 17 Finalisasi Bendung & Jaringan Irigasi DI. Paguyaman (450 Ha) Kab. Gorontalo & Kab. Boalemo 12.80 16.00 18 Pembangunan Jaringan Irigasi Randangan Kiri Lanjutan Kab. Pohuwato 1.97 18.66 19 Rehabiliatasi Jaringan Irigasi DI. Lomaya / Alale (300 Ha) Kab. Bone Bolango 19.42 22.90 20 Pembangunan Embung dan Jaringan Transmisi Air Baku Botutonuo (0.1M3/det) Kab. Bone Bolango 63.43 58.69 21 Rehabilitasi Bendung Poso (400 Ha) Kab. Gorontalo Utara 3.77 15.66 22 Pembangunan Embung dan Jaringan Transmisi Air Baku Ilangata (0.1M3/det) Kab. Gorontalo Utara 14.95 18.00 APBD Nama Proyek BINA MARGA Realisasi Target Penyelesaian 1 Rehab. Berkala Ruas Jalan Duhiyadaa - Imbodu 19.25 20.0 10 Desember 2014 2 Pembangunan Ruas Jalan Molombulahe - Bubaa 9.28 20.0 10 Desember 2014 3 Pelebaran Ruas Jalan Gorontalo - Batudaa - Isimu 25.14 20.0 2 Desember 2014 4 Pelebaran Ruas Jalan Gorontalo - Suwawa - Tulabolo 25.19 20.0 3 Desember 2014 5 Peningkatan Jalan Prof. Dr. Jhon A. Katili (Ex. Andalas) 45.12 20.0 3 Desember 2014 6 Pengawasan Rehab./Pemeliharaan Berkala Jalan Tahun 2014 20.00 20.0 13 September 2014 7 Rehab. Berkala Jalan Kalengkongan - 30.0 17 September 2014 8 Rehab. Berkala Ruas Jalan Ahmad Dahlan - Cokroaminoto - 20.0 12 Oktober 2014 9 Rehab. Berkala Jalan Pangeran Hidayat 17.50 20.0 29 September 2014 10 Rehab. Berkala Ruas Jalan Bilato - Tangkobu 8.71 20.0 3 Oktober 2014 11 Rehab. Berkala Ruas Jalan Motolohu - Marisa IV 19.23 20.0 4 Oktober 2014 12 Pembangunan Ruas Jalan Tangkobu - Pentadu ( Segmen Girisa - Karya Murni) 14.11 30.0 3 oktober 2014 13 Peningkatan Jalan Rusli Datau 20.0 17 oktober 2014 14 Pembangunan Ruas Jalan Boidu -Longalo - Dulamayo lanjutan (Desa Modelidu) 4.26 30.0 12 Oktober 2014 15 Pembangunan Jembatan Ruas jalan Duhiadaa - Imbodu 0.29 20.0 13 Oktober 2014 16 Lanjutan Pembangunan Jembatan Sigaso (Bangunan Atas) 22.89 20.0 10 Oktober 2014 17 Rekonstruksi Ruas Jalan Batudaa - Isimu (Lanjutan Pembayaran) 100 98.6 30 Maret 2014 18 Pengaspalan Jalan Brimob (Lanjutan Pembayaran) 100 100.0 30 Maret 2014 6 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Lanjutan Tabel 1.3 No. APBD BINA MARGA Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo Fisik (%) Keuangan (%) 19 Pembuatan Saluran Ruas Jalan Duhiadaa - Imbodu (Lanjutan Pembayaran) 100 64.6 30 Maret 2014 20 Pengawasan Pembangunan Jalan Strategis Provinsi 2014 20.0 20.0 5 September 2014 21 Pemeliharaan Rutin Ruas Jalan Provinsi (Tersebar) 36.6 36.6 22 Pemeliharaan Rutin Jembatan Tersebar 38.13 38.13 23 Pembangunan Jalan Provinsi (Operasional) 24.3 24.3 24 Pemeliharaan Rutin Jalan Provinsi (Operasional) 29.0 29.03 APBN 1 Paket Berkala Jalan Tersebar 68.50 57.48 2 Paket Pelebaran Jalan Tersebar 31.88 33.65 Februari 2014 3 Paket Pembangunan/Pelebaran Jalan Tersebar 58.17 51.66 Maret 2014 4 Paket Penggantian Jembatan Tersebar 34.48 33.48 Maret 2014 5 Paket Rekonstruksi Jalan Tersebar 50.71 38.70 Februari 2014 6 Pemeliharaan Rutin Jalan Basuki Rahmat (Gorontalo) 38.57 38.57 7 Pemeliharaan Jembatan Tersebar 30.81 24.88 8 Pemeliharaan Rutin Jalan Kota Gorontalo 30.91 30.91 9 Pemeliharaan Rutin Jalan Kab. Gorontalo 37.52 37.52 10 Pemeliharaan Rutin Jalan Kab. Gorontalo Utara 37.65 37.65 11 Pemeliharaan Rutin Jalan Kab. Pohuwato 45.47 45.47 12 Pemeliharaan Rutin Jembatan Tersebar 20.29 20.29 APBD Nama Proyek CIPTA KARYA 1 Lanjutan Pembangunan Kantor Pemerintah Provinsi (Kawasan Blok Plan) 6.03 Realisasi 2 Pengawasan Lanjutan Pembangunan Kantor Pemerintah Provinsi Gorontalo (Blok Plan) 5.00 3 Peningkatan Jalan Akses Desa Iloponu Kabupaten Gorontalo Utara, 3km 20.0 4 Pengadaan dan Pemasangan Pipa Jaringan Air Bersih Kecamatan Tilango 90.00 30.0 5 Pengadaan dan Pemasangan Pipa Jaringan Air Bersih Kecamatan Kabila 30.0 6 Pembangunan Jaringan Pipa Air Bersih Kecamatan Marisa Utara 30.0 7 Peningkatan Jalan Depan R.S. Mall (Paving Stone, L= 5 m) 0,7 km 85.00 30.0 8 Pembangunan Jalan Akses Desa Tuladenggi (Dusun II, L=4 m) 1,375 km 30.0 9 Peningkatan Jalan Akses TPA Talumelito, 0.5 km 30.00 30.0 10 Pembangunan Jalan Kompleks Blok Plan, 0.6 km 25.30 30.0 11 Pembangunan Jalan Bukit Aren 30.0 12 Pembangunan MCK Tersebar 58.69 40.07 13 Pembangunan Jaringan Air Bersih Sambungan Rumah (SR) Tersebar 92.00 30.00 14 Pembangunan Jalan Akses Agropolitan Pos Pasar Desa Dimito Wonosari 100 95.00 15 Pembangunan Drainase Desa Bunggalo Kec. Telaga Kab. Gorontalo 95-16 Pembangunan Drainase Luwoo Kec. Telaga Kab. Gorontalo 100-17 Pembangunan Drainase Jalan Batudaa 100 30.00 18 Penyediaan Sarana dan Prasarana Air Minum dengan Jaringan Perpipaan dan Bukan Jaringan 43.46 43.50 19 Pembangunan Prasarana dan Sarana Gedung Perkantoran (Opersional) 49.62 49.60 20 Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman (Opersional) 56.75 56.70 21 Pembangunan Sarana dan Prasarana Penunjang Fasilitas Layanan Umum (Opersional) 45.43 45.40 22 Penyediaan Prasarana dan Sarana Sanitasi bagi Masyarakat (Opersional) 47.31 47.30 APBN 1 Peningkatan Jalan Agropolitan Kws. Desa Saritani Kec. Wonosari Kab Boalemo - 24.49 2 Peningkatan Jalan Agropolitan Kws. Desa Mustika Kec Paguyaman Kab Boalemo - 25.43 3 Peningkatan Jalan Agropolitan Kws. Bongoime Kec Tilongkabila Kab Bone Bolango - 16.26 4 Peningkatan Jalan Agropolitan Desa Bulalo Kec Kwandang Kab Gorontalo Utara - 16.35 5 Pembangunan SPAM Tersebar 5.00 24.60 6 Penyusunan RTBL Kawasan Kota Gorontalo 12.53 12.53 Target Penyelesaian Akan tetapi, pembangunan proyek multiyears seperti Gorontalo Outer Ring Road (GORR) dan Terminal Bandar Udara Djalaluddin masih belum optimal seiring dengan munculnya beberapa kendala, terutama dalam hal pembebasan lahan. Sedangkan proyek multiyears yang sedang berjalan adalah pembangunan Bendungan Randangan di Kabupaten Pohuwato dan PLTU Anggrek. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 7

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Dari sisi APBD, perkembangan belanja modal pemerintah di triwulan III 2014 turut membaik walaupun mengalami kontraksi. Pertumbuhan realisasi belanja modal tercatat terkontraksi sebesar 39,74% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 38,20% (yoy). Grafik 1.6. Perkembangan Belanja Modal Pemerintah Melalui APBD Grafik 1.7. Perkembangan Volume Penjualan Semen Sumber : Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Perkembangan kontribusi investasi fisik yang terjadi pada triwulan III 2014 tercermin dari penjualan semen di Provinsi Gorontalo yang mencapai 65.122 ton atau tumbuh 53,70% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 28,91% (yoy). Iklim investasi yang positif juga didukung oleh peranan pihak swasta dalam pembangunan, khususnya perumahan rakyat di Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo. Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Konstruksi Perbankan Grafik 1.9. Perkembangan Kredit Investasi Perbankan Perkembangan kinerja investasi juga tidak lepas dari peranan pihak perbankan dalam penyaluran kredit. Jika dilihat menurut penggunaannya, pertumbuhan kredit kontruksi pada triwulan III 2014 mengalami kontraksi sebesar 10,55% (yoy) atau turun dari triwulan II 2014 yang sebesar 19,38% (yoy). Akan tetapi, bila dilihat menurut sektor ekonominya, penyaluran kredit untuk sektor investasi tumbuh meningkat dari -22,29% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi -14,01% (yoy) pada triwulan laporan. 8 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 1.1.3 EKSPOR IMPOR Perkembangan aktivitas perdagangan luar negeri Gorontalo mengalami percepatan pertumbuhan pada triwulan III 2014. Kinerja ekspor tercatat tumbuh 14,00% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 7,75% (yoy). Kinerja impor tercatat stabil cenderung melemah dari 8,19% (yoy) menjadi 8,17% (yoy). Akan tetapi, peningkatan nilai ekspor pada triwulan III 2014 menyebabkan neraca perdagangan Gorontalo mengalami tren positif pada triwulan III 2014 dengan surplus sebesar US$1,1 jt. Kinerja ekspor mengalami perkembangan, baik secara nominal maupun pertumbuhannya dibandingkan periode sebelumnya. Nilai ekspor Gorontalo pada triwulan laporan tercatat sebesar US$3,59 juta, naik cukup signifikan dibandingkan triwulan II 2014 yang sebesar US$2.55 juta. Hal ini disebabkan oleh aktivitas ekspor jagung yang dilakukan produsen maizena di Gorontalo pada bulan Agustus dan September 2014 senilai US$ 2,50 juta, dengan negara tujuan Filipina Kinerja ekspor juga terkonfirmasi dari pertumbuhan volume muat barang di seluruh pelabuhan Gorontalo. Pada triwulan III 2014, volume muat barang mengalami perbaikan sebesar 122,64% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan II 2014 yang tumbuh -10,10% (yoy). Secara nominal, total barang yang dimuat pada triwulan laporan mencapai 102.586 ton, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 75.081 ton. Grafik 1.10. Perkembangan Nilai Ekspor Gorontalo Grafik 1.11. Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo Sumber : Kantor Pelayanan Bea Cukai Gorontalo Sumber : Kantor Pelabuhan se-provinsi Gorontalo Di sisi lain, impor Gorontalo pada triwulan III 2014 tercatat sebesar US$2,48 juta atau tumbuh 92,00% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 143,28% (yoy). Keseluruhan nilai impor tersebut adalah berupa Aspal dari Singapura, dan Korea Selatan. Hal tersebut merupakan bagian dari upaya dalam pembangunan infrastruktur terutama jalan raya di Provinsi Gorontalo untuk meningkatkan aksesibilitas dan daya saing Provinsi. Terutama pembangunan jalan yang menjadi mega proyek Gorontalo yaitu Gorontalo Outer Ring Road KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 9

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Grafik 1.12. Perkembangan Nilai Impor Gorontalo Grafik 1.13. Perkembangan Bongkar Barang Pelabuhan Gorontalo Sumber : Kantor Pelayanan Bea Cukai Gorontalo Sumber : Kantor Pelabuhan se-provinsi Gorontalo Sementara itu, perkembangan impor luar negeri Gorontalo yang melambat didorong oleh pertumbuhan impor antar pulau seiring dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat saat bulan Ramadhan 1435H dan Hari Raya Idul Adha. Hal tersebut terkonfirmasi dari volume bongkar barang di seluruh pelabuhan Gorontalo yang tumbuh positif, yaitu sebesar 29,59% (yoy) setelah mengalami pertumbuhan juga sebesar 9,18% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Impor domestik pada triwulan III 2014 berasal dari bahan makanan dan bahan bangunan. Dilihat dari kumulatif ekspor impor, Gorontalo mengalami surplus neraca perdagangan luar negeri pada triwulan III 2014, yaitu sebesar US$1,1 juta. Nilai tersebut tercatat mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami defisit US$0,32 juta. Sementara itu, bila dilihat secara kumulatif hingga triwulan III 2014, defisit neraca perdagangan Gorontalo masih relatif tinggi yaitu mencapai US$42,57 juta. Grafik 1.14. Perkembangan Neraca Perdagangan Luar Negeri Gorontalo Neraca Perdagangan Luar Negeri Periode Triwulan III 2014 Impor dari LN US$2,48 juta SURPLUS US$1.1juta Ekspor ke LN US$3,6 juta Sumber : Kantor Pelayanan Bea Cukai Gorontalo 10 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 1.2 SISI PENAWARAN Menurut sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Gorontalo pada triwulan III 2014 ditopang oleh tiga sektor utamanya yaitu sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 27,11%, sektor jasa-jasa sebesar 25,55%, dan sektor Perdagangan-Hotel-Restoran sebesar 12,15%. Dari ketiga sektor utama tersebut hanyalah sektor Perdagangan-Hotel-Restoran yang mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan, diikuti oleh sektor Pertambangan- Penggalian, sektor Konstruksi, sektor Listrik-Gas-Air Bersih, sektor Pengangkutan- Komunikasi. Sedangkan sektor konstruksi dan sektor Keuangan-Real Estat-Jasa dan Perusahaan mengalami peningkatan. Menurut sektor usahanya, perekonomian Provinsi Gorontalo didominasi oleh sektor tersier (services-oriented) yang terdiri dari sektor Perdagangan-Hotel-Restoran, sektor Pengangkutan-Komunikasi, sektor Keuangan-Real Estat-Jasa Perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Sektor tersier memiliki kontribusi sebesar 58,68% terhadap total PDRB nominal Gorontalo pada triwulan III 2014. Hal ini didukung dengan pertumbuhan sektor ini mengalami percepatan pertumbuhan dari 7,68% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 8,35% (yoy) pada triwulan III 2014, seiring dengan efek percepatan perekonomian Gorontalo secara keseluruhan. Sementara itu, sektor primer memiliki kontribusi terbesar kedua pada triwulan laporan dengan pangsa 28,23%, diikuti sektor sekunder dengan pangsa 13,10% Grafik 1.15. Perkembangan Struktur Perekonomian (PDRB Nominal) Provinsi Gorontalo Grafik 1.16. Pangsa Perekonomian (PDRB Riil) Provinsi Gorontalo Triwulan II 2014 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Walaupun dilanda kemarau panjang namun sektor pertanian Gorontalo masih menunjukan tren yang positif terutama jika dibanding triwulan sebelumnya, masuknya musim panen pada beberapa sentra produksi tanaman pangan di Provinsi Gorontalo berpengaruh pada percepatan kinerja sektor pertanian, yang memberikan kontribusi terbesar terhadap total PDRB Gorontalo. Dorongan pada pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh percepatan kinerja sektor jasa-jasa mengingat realisasi belanja operasional Pemerintah Daerah yang jatuh pada triwulan pelaporan. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) mengalami sedikit KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 11

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH perlambatan disebabkan konsumsi masyarakat yang tumbuh moderat walaupun aktivitas perdagangan meningkat di akhir triwulan III 2014 seiring dengan momen pasca bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Di sisi lain, kinerja sektor konstruksi mampu tumbuh meningkat didukung oleh investasi fisik pemerintah dan swasta. Pelaksanaan proyek pembangunan pemerintah yang mulai berjalan di triwulan II 2014 belum berdampak signifikan terhadap kinerja konstruksi bergerak melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR 2012 (% yoy) 2013 (% yoy) 2014 (%yoy) 2012 2013 I II III IV I II III IV I II III Pertanian 5.76 5.67 5.72 5.70 5.71 6.70 5.16 5.50 6.25 5.90 5.24 4,98 5,38 Pertambangan & Penggalian 11.57 7.55 2.71 5.23 6.62 3.58 4.74 5.21 5.61 4.80 4.74 5,90 5,48 Industri Pengolahan 13.31 12.20 8.15 5.13 9.55 6.51 9.35 9.70 12.80 9.62 9.53 9,26 9,41 Listrik, Gas, dan Air Bersih 6.66 8.86 8.27 8.69 8.13 8.51 8.05 8.21 7.64 8.10 7.75 7,10 5,81 Konstruksi 11.56 9.75 6.33 10.13 9.38 7.51 8.86 8.90 11.51 9.24 10.63 10,85 10,39 Perdagangan, Hotel, Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Real Estate, & Jasa Perusahaan 12.56 11.71 10.11 10.29 11.13 10.97 11.34 11.42 10.74 11.12 11.16 11,05 10,90 7.02 8.15 9.44 10.01 8.69 9.00 9.09 8.56 8.24 8.71 9.88 7,80 6,68 7.40 10.43 9.46 9.86 9.30 9.38 9.06 9.19 9.11 9.18 8.35 8,17 8,18 Jasa-jasa 7.00 6.41 2.17 5.44 5.22 2.46 5.79 6.46 6.14 5.23 5.67 4,53 7,25 PERTUMBUHAN EKONOMI Sumber : BPS. Provinsi Gorontalo 8.39 8.29 6.64 7.57 7.71 7.06 7.67 7.90 8.43 7.77 7.83 7.35 7,77 1.2.1 SEKTOR PERTANIAN Sedang berlangsungnya musim panen pada triwulan III 2014 berpengaruh signifikan terhadap percepatan pertumbuhan sektor pertanian Gorontalo. Kinerja sektor pertanian tercatat tumbuh 5,38% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014 yang tumbuh 4,98% (yoy). Kemarau panjang yang terjadi pada sebagian daerah di Provinsi Gorontalo tidak berdampak signifikan terhadap pertumbuhan sektor Pertanian di Provinsi Gorontalo Produksi tanaman bahan makanan masih memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap sektor pertanian Gorontalo, terutama tanaman jagung dan padi. Musim panen yang berlangsung pada triwulan laporan menyebabkan produksi tanaman bahan makanan mengalami peningkatan. Panen tanaman jagung di Gorontalo tercatat hanya seluas 69.704 ha atau mengalami peningkatan 48.02% (yoy), naik signifikan setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksis sebesar 69,63% (yoy). Akan tetapi, lahan panen padi mengalami kontraksi sebesar 9,44% (yoy) atau seluas 20.345 ha, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,19% (yoy). 12 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Grafik 1.17. Perkembangan Luas Panen Jagung Berdasarkan Daerahnya Grafik 1.18. Perkembangan Luas Panen Padi Berdasarkan Daerahnya Sumber : Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultra Provinsi Gorontalo Grafik 1.19. Perkembangan Luas Panen dan Luas Tanam Jagung dan Padi Sumber : Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultra Hasil in-depth interview dengan Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Gorontalo memperoleh informasi bahwa dampak iklim pada triwulan II 2014 tidak signifikan. Hal tersebut yang menyebabkan produktifitas lahan di Gorontalo masih mengalami petumbuhan yang positif. Pertumbuhan positif sektor Pertanian tersebut didukung oleh semua kota/kabupaten di Provinsi Gorontalo. Daerah yang mengalami pertumbuhan yang paling tinggi adalah kabupaten Pohuwato yaitu sebesar 62,1% (yoy) diikuti daerah Bone Bolango sebesar 52,5% (yoy). Sejalan dengan itu, hasil Angka Ramalan (ARAM) II BPS Provinsi Gorontalo mencatat bahwa produksi jagung Gorontalo pada tahun 2014 diperkirakan akan naik 10,19% dari 669.094 ton pada tahun 2013 menjadi 737.250 ton pipilan kering. Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh kenaikan luas panen jagung dari 140.423 ha menjadi 154.331 ha atau sebesar 9,90% (yoy) dan peningkatan produktivitas dari 47,65 kw/ha menjadi 47,77kw/ha (0,25%). Tabel 1.5. Angka Ramalan (ARAM) II Produksi Jagung di Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Uraian 2012 2013 2014 (ARAM II) Perkembangan 2012-2013 Perkembangan 2013-2014 Absolut Persen Absolut Persen Luas Panen 135.543 140.423 154.331 4.880 3,60% 13908 9,90% Produktifitas 47,57 47,65 47,77 0,08 0,17% 0,12 0,25% Produksi 644754 669094 737250 24340 3,78% 68156 10,19% Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (bentuk hasil produksi adalah pipilan jagung) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 13

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Luas panen padi di triwulan laporan tercatat tumbuh melambat, akan tetapi Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura menyebutkan bahwa hasil tersebut akan mengalami perubahan positif mengingat banyaknya bantuan benih tanaman padi yang disalurkan pemerintah di akhir tahun 2014. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti : a. Kelangkaan pupuk di Provinsi Gorontalo pada bulan Desember 2013, yang merupakan akhir musim tanam di tahun 2014. Ketersediaan pupuk baru terjadi di triwulan I 2014 saat musim pemupukan sudah berakhir. b. Kemarau yang berkepanjangan menyebabkan keringnya sumber-sumber mata air di beberapa daerah c. Gagal panen yang terjadi akibat masuknya endapan air hasil pertambangan emas rakyat di Desa Taluduyunu ke lahan persawahan di Kecamatan Buntulia dan Kecamatan Duhiadaa Kabupaten Pohuwato. d. Tidak adanya penanaman sawah tadah hujan di Kabupaten Pohuwato. Tabel 1.6. Angka Ramalan (ARAM) II Produksi Padi di Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Uraian 2012 2013 2014 (ARAM II) Perkembangan 2012-2013 Perkembangan 2013-2014 Absolut Persen Absolut Persen Luas Panen 51.193 56.894 63.477 5.701 11,14% 6583 11,57% Produktifitas 48,01 52,01 49,18 4 8,33% -2,83-5,44% Produksi 245786 295913 312189 50,127 20,39% 16276 5,50% Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (bentuk hasil produksi adalah gabah kering giling) Gangguan produksi tersebut menyebabkan hasil ARAM II BPS Provinsi Gorontalo memperkirakan produktifitas padi juga menurun. Namun di sisi lain, diperkirakan terjadi peningkatan luas panen dari 56.894 ha pada tahun 2013 menjadi 63.477 ha pada tahun 2014 yang menyebabkan produksi padi tetap tumbuh sebesar 5,5% (yoy) atau sebesar 312189 ton dibanding triwulan sebelumnya sebesar 295913 ton. Grafik 1.20. Perkembangan Luas Tanam Jagung Berdasarkan Daerahnya Grafik 1.21. Perkembangan Luas Tanam Padi Berdasarkan Daerahnya Sumber : Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Hortikultura Provinsi Gorontalo 14 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Dampak datangnya musim panen berpengaruh negatif pada pertumbuhan luas area tanam di Gorontalo. Pada triwulan III 2014, luas lahan tanam jagung di Gorontalo tercatat mencapai 3868 ha atau berkontraksi sebesar 57,73% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, lahan tanam padi tercatat seluas 5.961 ha atau meningkat 117,40% (yoy) dibandingkan triwulan III 2013. 1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III 2014 mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, sektor ini tercatat tumbuh 6,68% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 7,80% (yoy). Kinerja subsektor pengangkutan laut terkonfirmasi dari percepatan pertumbuhan penumpang kapal laut dan kapal ferry. Pada triwulan III 2014, penumpang kapal laut tercatat berjumlah 10.462 orang atau tumbuh 104,74% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 55,21% (yoy). Hal serupa juga terjadi pada jumlah penumpang kapal ferry yang tercatat sebanyak 27.161 atau tumbuh sebesar 31,85% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II 2014 yang terkontraksi 15,28%. Hal ini turut dipengaruhi oleh hari Raya Idul Fitri yang terjadi pada awal triwulan III 2014 dan beberapa event yang dilakasanakan pada triwulan III 2014 di Gorontalo. Grafik 1.22. Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut dan Ferry Grafik 1.23. Perkembangan Konsumsi Premiumdan Solar Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : Produsen Bahan Bakar Gorontalo Sementara itu, kinerja subsektor pengangkutan darat dikonfirmasi dari meningkatnya jumlah konsumsi BBM transportasi. Tingkat konsumsi bahan bakar premium pada triwulan laporan tercatat tumbuh 4,99% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,01% (yoy). Momen masuknya bulan puasa dan Ramadan ditengarai belum mampu mendorong aktivitas transportasi masyarakat Gorontalo melalui jalur darat. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 15

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Grafik 1.24. Perkembangan Frekuensi Penerbangan Pesawat Grafik 1.25. Perkembangan Jumlah Penumpang Pesawat Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Kinerja subsektor pengangkutan udara juga mengalami penurunan dari sisi nominal pada triwulan laporan, namun mengalami peningkatan dari sisi pertumbuhan. Frekuensi jumlah penerbangan, baik menuju maupun meninggalkan Gorontalo pada triwulan III 2014 mengalami kontraksi 11,38% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan II 2014 yang juga terkontraksi sebesar 16,73% (yoy). Hal tersebut tidak lepas dari dampak Hari Besar Kegamaan seperti Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha yang terjadi selama triwulan pelaporan. Sebagai dampaknya, jumlah penumpang pesawat ikut mengalami peningkatan sebesar -10,33% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami perlambatan sebesar 19,60% (yoy). Pertumbuhan subsektor pengangkutan udara juga dipengaruhi adanya event berskala besar di Gorontalo pada triwulan III 2014 salah satunya Festival Karawo yang dilangsungkan pada bulan Oktober 2014. Kondisi tersebut berbeda dibandingkan dengan triwulan II 2013, dimana tidak terdapat event berskala besar di Gorontalo yang menyebabkan terjadinya penurunan pada subsektor pengangkutan udara. 1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Perlambatan pertumbuhan dialami oleh sektor Perdagangan-Hotel Restoran (PHR), dimana pada triwulan II 2014 tumbuh 10,90% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,05% (yoy). Perlambatan tersebut disumbang oleh subsektor perhotelan melemah disebabkan penurunan frekuensi kegiatan yang disponsori oleh Pemerintah Daerah, sedangkan subsektor perdagangan tumbuh terbatas seiring dengan konsumsi rumah tangga yang tumbuh moderat. Tingginya aktivitas perdagangan yang terjadi pada awal dan akhir triwulan laporan terkonfirmasi dari konsumsi rumah tangga yang tumbuh di triwulan pelaporan. Musim panen yang terjadi menyebabkan aktivitas perdagangan masyarakat relatif berkembang, terutama saat bulan Ramadhan 1435 H dan Hari Raya Idul Fitri. Ketergantungan perdagangan akan impor dari daerah lain menjelang bulan puasa masih cukup tinggi, yang terkonfirmasi dari 16 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH meningkatnya aktivitas bongkar barang di pelabuhan, terutama pada Pelabuhan Kota Gorontalo. Pada triwulan II 2014, volume bongkar barang di Pelabuhan Kota Gorontalo mampu tumbuh 29,59% (yoy) atau meningkat setelah mengalami kontraksi pada triwulan I 2014 sebesar 9,18% (yoy). Grafik 1.26. Perkembangan Survei Kegiatan Dunia Usaha Sektor PHR Grafik 1.27. Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan Perbankan Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Dari sisi perbankan, perlambatan kinerja perdagangan swasta terlihat dari perkembangan kredit perdagangan yang tumbuh moderat, tercatat tumbuh 7,51% (yoy), cenderung menguat dibandingkan triwulan II 2014 yang tumbuh 7,18% (yoy). Hingga triwulan III 2014, jumlah kredit di sektor perdagangan yang berhasil disalurkan oleh perbankan Gorontalo mencapai Rp1,95 triliun. Dinamika aktivitas perdagangan swasta yang masih lemah juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia. Realisasi perdagangan di triwulan II 2014 masih mengalami pertumbuhan moderat 0,76%, tetapi tercatat lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 2,69%. Grafik 1.28. Perkembangan Tingkat Penghunian Hotel Grafik 1.29. Perkembangan Listrik Kelompok Bisnis Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : PT. PLN Wilayah Suluttenggo Cabang Gorontalo Sementara itu, kinerja subsektor perhotelan mengalami penurunan pada triwulan laporan. Kondisi ini terlihat dari Tingkat Penghunian Hotel (TPH) pada bulan September 2014 yang tercatat sebesar 34,50% atau naik dibandingkan kondisi bulan Maret 2014 yang sebesar 30,00. Penurunan aktivitas jasa perhotelan dan juga terkonfirmasi dari perkembangan yang cenderung terkontraksi dari listrik kelompok bisnis pada triwulan laporan. Konsumsi listrik KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 17

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH kelompok bisnis hanya tumbuh sebesar 17,42% (yoy) setelah pada bulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 17,79% (yoy). Beberapa pihak perhotelan menyebutkan minimnya penyelenggaraan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) yang dilakukan oleh pemerintah daerah berdampak negatif pagi tingkat okupansi kamar dan ruang pertemuan. 1.2.4 SEKTOR KEUANGAN, REAL ESTAT, DAN JASA PERUSAHAAN Kinerja sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan yang stabil cenderung menguat, tumbuh dari 8,17% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 8,18% (yoy) pada triwulan laporan. Menurunnya penerimaan Net Interest Margin (NIM) perbankan merupakan dampak dari kebijakan suku bunga ketat dan kebijakan Loan To Value (LTV) berpengaruh pada perkembangan sektor ini. Perlambatan sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan relatif dipengaruhi oleh kinerja subsektor keuangan, terutama lembaga keuangan bank. Kebijakan Loan To Value (LTV) yang diterapkan oleh Bank Indonesia terhadap Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) turut berpengaruh penyaluran kredit konsumsi yang mengalami tendensi melambat. Pertumbuhan kredit konsumsi rumah tangga melambat dari 21,74% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 18,92% (yoy) pada triwulan III 2014. Hal ini menandakan adanya antisipasi perbankan dalam menjaga kesehatan penyaluran kredit seiring dengan kondisi perekonomian yang masih menunggu kepastian dari kenaikan harga BBM yang disinyalir akan terjadi pada semester II 2014. Grafik 1.30. Perkembangan Pendapatan dan Beban Bunga Perbankan Grafik 1.31. Perkembangan Net Interest Margin (NIM) Perbankan Beban bunga perbankan Gorontalo pada triwulan laporan tercatat tumbuh 38.21% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 32,33% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, pendapatan bunga perbankan juga tumbuh melambat dari 26,82% (yoy) menjadi 26,58% (yoy). Hal ini turut berdampak pada melambatnya pendapatan bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM). Pertumbuhan NIM perbankan Gorontalo pada triwulan laporan 18 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH tercatat sebesar 23,26% (yoy) atau lebih rendah daripada triwulan II 2014 yang yaitu 25,18% (yoy). 1.2.5 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Sektor industri pengolahan tumbuh melambat dari 9,26% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 9,41% (yoy) pada triwulan III 2014. Pertumbuhan industri mikro dan kecil mengalami perlambatan yang signifikan disebabkan oleh menurunnya kinerja industri makanan dan minuman serta industri makanan jadi dan industri furniture. Berdasarkan hasil survei BPS Provinsi Gorontalo, perlambatan pertumbuhan tidak hanya terjadi pada industri mikro dan kecil, tetapi juga industri besar dan sedang. Jika melihat kinerja industri miko dan kecil dengan lebih rinci, penurunan produksi terjadi pada industri makanan dan minuman, dan industri furniture. Sementara itu, produksi Industri kayu dan barang dari kayu tumbuh signifikan seiring dengan permintaan yang meningkat baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Pertumbuhan produksi industri makanan dan minuman di triwulan laporan mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang sebesar 14.09%(yoy) menjadi 1.7%(yoy). Sementara itu, kondisi berbeda ditunjukan oleh sektor pakaian jadi 6.30%(yoy) industri tekstil 11.43%(yoy), dan industri kayu dan barang dari kayu sebesar 1.46% (yoy). Grafik 1.32. Perkembangan Subsektor Industri Mikro-Kecil Grafik 1.33. Perkembangan Industri Mikro-Kecil dan Industri Besar-Sedang Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Melambatnya kinerja subsektor industri mikro dan kecil juga diikuti oleh industri besar dan sedang. Pertumbuhan produksi industri tersebut tercatat sebesar 7,02% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,15% (yoy). Kondisi sektor industri yang tumbuh melambat turut terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia, dimana kapasitas produksi industri pengolahan menurun dari 89,25% pada triwulan I 2014 menjadi 85,63% pada triwulan II 2014. Masih terbatasnya jumlah industri pengolahan yang sustainable dan berskala besar di Gorontalo menjadi hal perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah. Hal ini disebabkan pembangunan industri merupakan bagian integral dari pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan berkembangnya sektor industri, KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 19

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH fungsi sumber daya alam dan sumber daya manusia semakin meningkat dan menopang kehidupan antar generasi. Grafik 1.34. Perkembangan Konsumsi Listrik Industri Grafik 1.35. Perkembangan Kredit Perbankan Sektor Industri Sumber : PT. PLN Wilayah Suluttenggo Cabang Gorontalo Bila dilihat dari sisi produksi, kinerja sektor industri juga terkonfirmasi dari perkembangan konsumsi listrik dan BBM industri. Konsumsi listrik industri pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,34 juta KWh atau terkontraksi 0,64% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,75% (yoy). Dari sektor perbankan, penyaluran kredit sektor industri melambat dari 43,57% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 42,00% (yoy) pada triwulan laporan. 1.2.6 SEKTOR LAINNYA Kinerja sektor Listrik-Gas-Air Bersih (LGA) pada triwulan III 2014 tumbuh 5,81% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,10% (yoy). Pertumbuhan sektor LGA di ditopang oleh peningkatan penjualan LPG seiring dengan program konversi minyak tanah ke LPG oleh pemerintah. Kebutuhan akan LPG yang meningkat terutama pada bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Grafik 1.36. Perkembangan Daya Listrik Tersambung Grafik 1.37. Perkembangan Konsumsi Listrik Sumber : PT. PLN Wilayah Suluttenggo Cabang Gorontalo Sumber : PT. PLN Wilayah Suluttenggo Cabang Gorontalo 20 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Sementara itu, kontribusi penjualan daya listrik tumbuh melambat dikarenakan pemadaman listrik yang mulai terjadi sejak akhir triwulan I 2014. Kondisi ini dipengaruhi oleh gangguan yang terjadi pada PLTU Amorang sebagai pemasok utama listrik Gorontalo serta kerusakan coal belt conveyor pada PLTU Molotabu. Untuk mengurangi beban defisit listrik tersebut, PT. PLN Wilayah Suluttenggo Cabang Gorontalo harus membatasi pemasangan listrik dan penambahan daya baru sejak bulan Maret 2014. Sebagai akibatnya, daya listrik tersambung tumbuh melambat dari 18,64% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 15,06% (yoy) pada triwulan III 2014. Dalam rangka mengantisipasi beban puncak listrik Gorontalo yang mencapai 70 MW, maka PT. PLN Wilayah Suluttenggo Cabang Gorontalo dalam jangka panjang dengan pembangunan PLTU Anggrek yang berdaya 2x50 MW, mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLMT) Taludaa sebesar 1,5 MW serta Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sumalata sebesar 2 MW. Kondisi listrik yang belum optimal di akhir triwulan III 2014 akhirnya berpengaruh negatif pada perkembangan penjualan listrik, dimana pada triwulan laporan tumbuh 11,08% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 15,37% (yoy). Kendala akan ketersediaan energi mendapat perhatian serius dari pemerintah. Selain untuk mensuplai kebutuhan listrik rumah tangga, ketersediaan listrik turut mendorong perkembangan investasi di Gorontalo. Oleh sebab itu, rampungnya PLTU Anggrek di Gorontalo Utara dengan kapasitas 2x50 MW perlu diakselerasi oleh pemerintah mengingat pembangunannya belum menunjukkan kemajuan yang signifikan. Kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III 2014 melambat dibandingkan triwulan II 2014. Sektor ini berhasil tumbuh 5,48% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,90% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kinerja sektor ini turut dipengaruhi oleh pertumbuhan kinerja sektor konstruksi yang juga turut melambat. Sektor konstruksi tumbuh dari 10,85% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 10,39% (yoy) pada triwulan laporan. Sektor pertambangan dan penggalian sendiri masih memberikan share yang relatif kecil bagi PDRB Provinsi Gorontalo, yaitu hanya 1,12%, dengan didominasi oleh pertambangan galian C seperti batu dan pasir. Oleh karena itu, produk sektor pertambangan kerap digunakan oleh sektor konstruksi dalam menyelesaikan pembangunan fisik. Sektor pertambangan Gorontalo diperkirakan memiliki potensi yang besar ke depannya. Hal ini ditengarai oleh aktivitas eksplorasi salah satu perusahaan tambang emas di Kabupaten Pohuwato yang rencananya akan memasuki studi amdal pada akhir tahun 2014. Kondisi ini dapat terealisasi apabila kerja sama dengan dengan perusahaan tambang milik daerah di kawasan tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 21

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Grafik 1.38. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa Perbankan Grafik 1.39. Perkembangan Belanja Non Modal APBD Provinsi Gorontalo Sumber : Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo Sementara itu, pada triwulan III 2014 sektor jasa-jasa tercatat tumbuh 7,25% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,53% (yoy). Keadaan ini terkonfirmasi dari realisasi belanja non modal pemerintah melalui dana APBD apada triwulan laporan juga masih belum optimal dengan realisasi belanja modal dapat tumbuh 11,61% (yoy), cenderung melemah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 13,04% (yoy), Namun jika ditinjau dari sisi nominal terjadi peningkatan dimana pada triwulan III 2014 belanja non modal sebesar Rp661,06 Miliyar dibanding triwulan sebelumnya yang bernilai Rp398,85 Miliyar. 22 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH BOKS 1.A: FESTIVAL KARAWO ; MELESTARIKAN BUDAYA MENUMBUHKAN PEREKONOMIAN Karawo lahir dari proses panjang yang merupakan buah dari ketekunan para perajin. generasi ke generasi sejak masa Kerajaan Gorontalo masih berjaya. Namun demikian dalam perkembangannya, produksi Karawo sempat mati suri. Tak banyak perajin yang menekuni dunia ini karena kerumitan yang menyita banyak energi, waktu, dan ketekunan. Oleh karena itu, pemerintah melakukan berbagai cara untuk membuat kerajinan ini dapat terus lestari dan semakin populer, baik di dalam maupun luar negeri. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah adalah mengadakan Festival Karawo yang telah digelar untuk pertama kalinya pada 17-18 Desember 2011 silam dan pada tanggal 15-18 Oktober telah memasuki pelaksanaan yang keempat. Festival ini telah diagendakan menjadi event tahunan yang digelar setahun sekali di Gorontalo dengan tujuan untuk menarik minat masyarakat dalam mengenakan produk Karawo sekaligus menguatkan ekonomi melalui pengembangan budaya daerah. Karawo Merakyat dengan harapan dapat lebih mempopulerkan Kain Karawo di kancah nasional dan internasional. Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie, dalam sambutannya saat membuka event ini menyampaikan bahwa semakin dikenal, dicintai dan digunakan oleh semua kalangan, terlebih khusus bagi kita di Provinsi Gorontalo. Oleh karena itu saya menghimbau kepada seluruh instansi baik pemerintah daerah, perbankan, BUMN/BUMD, dan perusahaan swasta di Gorontalo untuk membudayakan busana Karawo minimal satu hari kerja dalam seminggu dan selama festival Karawo," tuturnya. Selain untuk menggugah kepedulian warga, diharapkan penggunaan Karawo dalam aktivitas kerja dapat mendorong dan menghidupkan pengembangan industri kerajinan Karawo di Gorontalo. Secara khusus Gubernur juga telah mengeluarkan edaran kepada pemerintah kabupaten/kota untuk meminta Bupati/Walikota mewajibkan penggunaan kain Karawo minimal satu hari belajar dalam seminggu. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 23

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH daerah untuk mengenalkan busana Karawo. Lebih dari itu, kami ingin terus mendorong para pengrajin Karawo untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi demi memacu Pelaksanaan event tahunan Festival Karawo tersebut memberikan dampak positif bagi masyarakat Gorontalo, antara lain terefleksi dari 3 hal yaitu : 1. Meningkatnya kesadaran masyarakat Gorontalo untuk mencintai dan melestarikan kebudayaan sendiri, salah satunya menggunakan karawo sebagai produk lokal yang hasilkan tangan-tangan terampil pengrajin Gorontalo. Saat ini, karawo tidak hanya dipakai pada saat acara adat atau pernikahan namun telah menjadi pakaian formal di Gorontalo, bahkan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Gorontalo telah mengeluarkan himbauan kepada instansi termasuk sekolah untuk menggunakan pakaian karawo minimal sekali dalam sebulan. 2. Meningkatnya pendapatan pengrajin, desainer dan pengusaha karawo karena menjelang pelaksanaan Festival Karawo khususnya saat dan karnaval karawo, permintaan karawo meningkat. Sebagai gambaran bahwa jumlah peserta fashion show karawo pada tahun 2014 adalah sebanyak 40 peserta, dan biaya yang untuk setiap kostum yang harus dibayar adalah sebesar Rp2 juta sehingga untuk kostum fashion show terjadi transaksi sebesar Rp80 juta. Demikian pula untuk parade, jumlah kontingen yang berpartisipasi sebanyak 40 tim dan setiap tim dipersyaratkan minimal 10 orang, sehingga total peserta minimal 400 orang. Dengan biaya (desain, kostum, make-up) sebesar Rp2 juta/orang maka jumlah transaksi (penghasilan dunia usaha) minimal Rp800 juta untuk peserta parade Karawo tersebut. 3. Meningkatnya penghasilan pengusaha yang ikut dalam pameran, termasuk pengusaha Mikro dan Kecil. Hal tersebut terefleksi dari jumlah transaksi yang terjadi dalam pameran selama penyelenggaraan FK 2014, tercatat sebanyak Rp3,2 miliar. Jumlah tersebut termasuk pengusaha karawo dan pedagang kaki lima yang turut partisipasi dalam pameran. 24 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Boks 1.B: Potensi Ekonomi Kota Gorontalo Pada tahun 2013, struktur perekonomian kota Gorontalo masih didominasi oleh sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor jasa sendiri masih didominasi oleh sub sektor jasa pemerintah, hal tersebut dikarenakan Gorontalo adalah ibu kota Propinsi Gorontalo. Sebagai ibu kota Gorontalo, jumlah pegawai lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Hal tersebut menyebabkan pendapatan di sektor pemerintahan di Kota Gorontalo cukup tinggi. Selain sebagai pusat pemerintahan, kota Gorontalo juga merupakan pusat perekonomian di Provinsi Gorontalo. Oleh karena itu sektor perdagangan masih mendorong struktur perekonomian kota Gorontalo. Tabel 1 Data PDRB Kota Gorontalo atas Dasar Harga Berlaku (dalam Milyar Rupiah) Sektor 2009 2010 2011 2012 2013 1. Pertanian 70.58 80.93 87.91 92.92 97.14 2. Pertambangan & Penggalian 15.73 15.04 14.77 14.90 15.35 3. Industri Pengolahan 91.42 107.43 124.95 144.24 166.92 4. Listrik, Gas & Air Bersih 29.72 32.39 35.59 39.72 42.89 5. Bangunan 100.75 143.29 203.78 284.62 380.73 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 267.07 314.65 376.02 455.19 553.60 7. Angkutan & Komunikasi 193.51 230.29 265.90 310.51 359.16 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 170.92 207.88 247.07 289.95 345.05 9. Jasa - jasa 398.34 462.89 526.36 586.18 659.90 PDRB 1,338.05 1,594.80 1,882.35 2,218.23 2,620.74 Sumber: Gorontalo dalam Angka, 2014 Sektor bangunan merupakan sektor yang memiliki kontribusi dan laju pertumbuhan yang tinggi bagi kota Gorontalo. Kenaikan ini salah satunya disebabkan oleh banyaknya pembangunan tempat tinggal maupun pertokoan, hotel, jalan dan sebagainya. Sektor angkutan dan komunikasi juga merupakan sektor yang memiliki kontribusi yang tinggi dengan laju pertumbuhan yang cepat. Hal tersebut dikarenakan adanya perkembangan infrastruktur, baik sarana maupun prasarana transportasi, perkembangan teknologi internet dan alat komunikasi (handphone) serta meningkatnya arus perdagangan yang juga ikut andil dalam mendorong peran subsektor pengangkutan dalam menentukan struktur perekonomian di daerah ini. Meningkatnya arus perdagangan di kota Gorontalo menyebabkan tumbuhnya ekonomi masyarakat sehingga kebutuhan masyarakat akan jasa perbankan dan lembaga keuangan juga ikut meningkat. Banyak kantor-kantor bank berdiri di Kota Gorontalo untuk mendukung KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 25

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH pelayanan jasa keuangan dan transaksi finansial sehingga dalam lima tahun terakhir kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kota dan Provinsi cukup tinggi. Keterangan Potensi Internal (Pertumbuhan & Kontribusi) Tabel 2 Matrik Potensi Internal dan Eksternal Kota Gorontalo Unggulan Potensi Eksternal (SLQ & DLQ) Unggulan Andalan Prospektif Terbelakang - Angkutan & Komunikasi - Jasa - jasa - Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Andalan - Bangunan - Industri Pengolahan Prospektif Terbelakang - Perdagangan, Hotel & Restoran - Listrik, Gas & Air Bersih - Pertanian Pertambangan & Penggalian Berdasarkan hasil matriks potensi eksternal dan internal kota Gorontalo, sektor yang dapat dikembangkan di Kota Gorontalo adalah sektor angkutan dan komunikasi, sektor bangunan, sektor jasa-jasa, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor listrik, gas dan air bersih. Potensi ekonomi kota Gorontalo Gambar 1 Potensi Sektor ekonomi Kota Gorontalo muncul akibat tingginya 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9. Jasa - jasa 7. Angkutan & Komunikasi 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 5. Bangunan 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas & Air Bersih aktivitas perekonomian yang dimilikinya. Sektor angkutan dan komunikasi di Kota Gorontalo termasuk dalam sektor unggulan baik secara internal maupun eksternal, dengan jumlah penduduk terbanyak dan sebagai pusat pemerintahan Provinsi sektor ini memiliki potensi untuk dikembangkan baik berupa transportasi dalam kota maupun antar kabupaten-provinsi sebagai jasa mobilitas perekonomian. Hal senada juga dimiliki oleh sektor Bangunan yang merupakan sektor andalan dan menjadi unggulan secara eksternal, hal tersebut dikarenakan kota Gorontalo sedang dalam tahap pembangunan sehingga dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi masih diperlukan penambahan jalan, jembatan, bangunan toko, bangunan gedung instansi pemerintah, swasta dan bangunan tempat tinggal 26 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Sektor jasa-jasa terdiri dari subsektor jasa pemerintahan umum dan jasa swasta. Sektor jasa-jasa menjadi sektor kunci yang memegang peranan penting pada pembentukan PDRB Kota Gorontalo. Namun sektor ini masih didominasi oleh subsektor jasa pemerintahan umum, sedangkan subsektor jasa swasta masih kecil peranannya. Meskipun peranannya masih kecil namun subsektor swasta dalam perkembangannya akan menjadi penting, terutama peranannya sebagai pendukung aktivitas perekonomian dan permintaan domestik yang terus meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat di masa yang akan datang. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 27

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH BAB 2 : KEUANGAN PEMERINTAH Secara umum, kinerja pengelolaan keuangan pemerintah di Provinsi Gorontalo tercermin dari besarnya alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di wilayah Provinsi Gorontalo serta realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pada triwulan III 2014, realisasi penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Provinsi Gorontalo masih relatif rendah yaitu sebesar 53,82%, kinerja tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan III 2013 yang sebesar 60% dari pagu Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA) 2014. Sementara itu, penerimaan dan pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Gorontalo pada triwulan III 2014 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Penerimaan pendapatan di triwulan III 2014 tercatat sebesar 72,84% dari pagu penerimaan APBD 2014, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III 2013 yang sebesar 81.60% dari pagu penerimaan APBD 2013. Hasil yang belum optimal juga ditunjukkan oleh realisasi belanja APBD dimana hingga triwulan III 2014, anggaran belanja APBD yang telah terealisasi hanya sebesar 59,77% dari pagu belanja APBD 2014 atau lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan III 2013 yang sebesar 66,98% dari pagu belanja APBD 2013. 2.1. ALOKASI APBN DI PROVINSI GORONTALO Kontribusi alokasi APBN sebagai salah satu sumber pembiayaan cukup signifikan dalam kegiatan perekonomian Gorontalo. Hal ini terlihat pada pagu total DIPA yang dikelola di wilayah Provinsi Gorontalo yang tercatat sebesar Rp3,81 triliun, meskipun sedikit mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 yang sebesar Rp3,96 triliun. Grafik 2.1. Pangsa Pagu APBN di Provinsi Gorontalo 2014 Berdasarkan Jenis Belanja Grafik 2.2. Pangsa Pagu APBN di Provinsi Gorontalo 2014 Berdasarkan Satker Pemerintahan Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo 28 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH Jika dilihat secara rinci, pengeluaran APBN di Provinsi Gorontalo lebih banyak digunakan untuk membiayai belanja modal dengan pangsa yang mencapai 47,86% dari total pagu atau sebesar Rp1,82 triliun. Kondisi ini menunjukkan perhatian pemerintah yang masih besar dalam meningkatkan kualitas infrastruktur di Provinsi Gorontalo demi mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Sementara itu, belanja barang memiliki pangsa sebesar 24,56% (Rp934.88 miliar) menempati urutan kedua. Selanjutnya, belanja pegawai memiliki pangsa sebesar 20,31% atau Rp773,17 miliar yang merupakan pengeluaran rutin pemerintah seperti pembiayaan pegawai untuk gaji, tunjangan, honorarium, lembur, kontribusi sosial dan lainnya. Belanja bantuan sosial memiliki pangsa terkecil sebesar 7,26% atau Rp276,31 miliar, yang digunakan untuk pengeluaran bencana alam, bantuan sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya. Apabila dilihat berdasarkan satuan kerja pemerintahan, penggunaan APBN di Provinsi Gorontalo lebih difokuskan untuk Kota Gorontalo dan Provinsi Gorontalo yang masing-masing memiliki pangsa sebesar 37,69% (Rp1,43 triliun) dan 36,44% (Rp1,39 triliun). Sementara itu, dana APBN yang dianggarkan untuk kabupaten lainnya masih relatif kecil seperti Kabupaten Gorontalo dengan pangsa 11,56% (Rp440 miliar), Kabupaten Bone Bolango dengan pangsa 4,37% (Rp166,3 miliar), Kabupaten Boalemo dengan pangsa 3,91% (Rp148,9 miliar), Kabupaten Pohuwato dengan pangsa 3,19% (Rp121,3 miliar), dan Kabupaten Gorontalo Utara dengan pangsa 2,84% (Rp108,0 miliar). Grafik 2.3. Alokasi APBN di Provinsi Gorontalo 2014 Berdasarkan Jenis dan Satker Pemerintahan Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Utara Kab. Bone Bolango Kab. Pohuwato Kab. Boalemo Kab. Gorontalo Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial Prov. Gorontalo Rp miliar 0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 29

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH Jika dilihat secara lebih rinci, pagu belanja modal APBN yang dianggarkan untuk Pemerintah Provinsi Gorontalo mencapai Rp826,36 miliar atau sebesar 21,71% dari total pagu APBN wilayah Gorontalo, sedangkan untuk Pemerintah Kota Gorontalo mencapai Rp746,93 miliar atau 19,62% dari total pagu. Aktivitas ekonomi, pemerintahan, dan pembangunan yang masih terpusat di Kota Gorontalo juga menyebabkan belanja pegawai Pemerintah Kota Gorontalo merupakan yang terbesar dibandingkan Satuan Kerja Pemerintahan lainnya, yaitu sebesar Rp354,52 miliar atau 9,31% dari total pagu APBN wilayah Gorontalo. 2.1.1. REALISASI BELANJA APBN DI PROVINSI GORONTALO Realisasi belanja APBN di wilayah Provinsi Gorontalo pada triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp2,19 triliun atau 57,67% dari pagu DIPA 2014. Kinerja tersebut tercatat sedikit lebih baik dibandingkan realisasi triwulan III 2013 yang menyerap 32,69% dari total pagu. Realisasi belanja modal yang merupakan pangsa terbesar dari total pagu APBN 2014 masih relatif rendah. Hingga triwulan III 2014, realisasi belanja modal tercatat sebesar Rp879,70 miliar atau hanya 48,29% dari pagu belanja modal yang dianggarkan. Walaupun begitu, kinerja tersebut lebih baik dibandingkan triwulan III 2013 yang sebesar 25,40% dari total pagu. Realisasi yang belum optimal tersebut dipengaruhi oleh masih minimnya pengerjaan infrastruktur karena masih memasuki tahap penawaran pekerjaan. Penyerapan belanja APBN terbesar pada triwulan III 2014 masih dialami oleh belanja pegawai, yaitu sebesar 72,48% dari pagu belanja pegawai, diikuti oleh belanja bantuan sosial (72,19%), belanja barang dan jasa (59,41%), dan belanja modal (48,29%). Jika dilihat berdasarkan strukturnya, realisasi belanja modal mempunyai pangsa terbesar 40,08% (Rp879,70 miliar), diikuti belanja barang dan jasa sebesar 25,30% (Rp555,45 miliar), belanja pegawai sebesar 25,53% (Rp560,43 miliar), dan belanja bantuan sosial sebesar 9,09% (Rp199,46 miliar). Grafik 2.4. Pangsa Realisasi APBN di Provinsi Gorontalo Triwulan II 2014 Grafik 2.5. Perbandingan Realisasi APBN di Provinsi Gorontalo Triwulan II 2013 dan Triwulan II 2014 Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo 30 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH Berdasarkan satuan kerjanya, peningkatan realisasi belanja APBN tertinggi dialami oleh Pemerintah Kabupaten Pohuwato yaitu sebesar 70,5% pada triwulan III 2014 dari triwulan III 2013 yang bernilai 41,2%. Namun, realisasi tersebut jika dibandingkan satuan kerja lainnya hanya bernilai Rp85,55miliar atau memiliki pangsa 3,90% dari total realisasi. Peningkatan lainnya juga dialami oleh Pemerintah Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato, Kota Gorontalo, dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara itu, penurunan realisasi terjadi pada Pemerintah Kabupaten Gorontalo yaitu dari 62,6% pada triwulan III 2013 menjadi 48,7% pada triwulan III 2014. 2.2 POSTUR APBD PROVINSI GORONTALO Selain APBN, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo dari sisi fiskal tentu juga dipengaruhi oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pagu pendapatan daerah Provinsi Gorontalo pada tahun 2014 tercatat sebesar Rp1,20 triliun atau meningkat 15,59% dibandingkan anggaran pendapatan daerah setelah perubahan tahun 2013 yang sebesar Rp1,04 triliun. Pagu belanja daerah Provinsi Gorontalo juga meningkat 14,38% dibandingkan anggaran belanja daerah setelah perubahan tahun 2013, yaitu dari Rp1,13 triliun menjadi Rp1,29 triliun. 1400 Grafik 2.6. Perkembangan APBD Provinsi Gorontalo Rp miliar 1200 1000 Pendapatan Daerah Belanja Daerah 800 600 400 200 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber: Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo Peningkatan tertinggi pada anggaran pendapatan daerah tahun 2014 dialami oleh penerimaan Pajak Daerah sebesar 40,35% (yoy), yang terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan di Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan di Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, Pajak Air Bawah Tanah, dan Pajak Rokok. Peningkatan tertinggi kedua dialami oleh Retribusi Daerah sebesar 33,33% (yoy), diikuti Dana Alokasi Umum sebesar 12,57% (yoy), dan Lain-lain PAD yang sah sebesar 4,36% (yoy). Sementara itu, penurunan pendapatan daerah dialami oleh Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 31

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH dan Dana Alokasi Khusus. Struktur anggaran pendapatan daerah Provinsi Gorontalo masih didominasi oleh Dana Alokasi Umum yang dianggarkan hingga 61,03% dari total anggaran pendapatan. Di sisi anggaran belanja daerah, peningkatan yang signifikan dialami oleh Belanja Bagi Hasil sebesar 39,63% (yoy), Belanja Modal sebesar 32,05% (yoy), Belanja Pegawai sebesar 13,22% (yoy), dan Belanja Barang dan Jasa sebesar 11,52% (yoy). Jika dilihat dari strukturnya, alokasi terhadap Belanja Barang dan Jasa mendapat proporsi terbesar yaitu 30,07%, diikuti oleh Belanja Pegawai (23,95%), Belanja Modal (21,10%), dan Belanja Hibah (13,69%). Belanja konsumsi pemerintah yang masih mendominasi pengeluaran anggaran daerah memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo di sisi permintaan. Grafik 2.7. Pangsa Pagu APBD Perubahan Provinsi Gorontalo 2014 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, 10.57% Pajak daerah, 21.44% PAD Lainnya, 1.36% Belanja Modal, 21.10% Belanja Pegawai, 23.95 % Dana Alokasi Umum, 61.03% Dana Perimbangan Lainnya, 5.59% Belanja Barang dan Jasa, 30.07% Belanja Tidak Langsung Lainnya, 11.19 % Belanja Hibah, 13.69% Sumber: Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo 2.2.1 REALISASI PENDAPATAN DAERAH Pada tahun 2014, target pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Gorontalo adalah sebesar Rp1,22 triliun, dan hingga triwulan III 2014 realisasi telah mencapai Rp887,75 miliar atau 72,84% dari target pendapatan pada APBD 2014. Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013 yang mencapai 81,97% dari rencana anggaran. Hal tersebut dipengaruhi oleh masih rendahnya realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada triwulan III 2014 yang tercatat baru mencapai Rp199,68 miliar atau 68,60% dari target PAD tahun 2014 sebesar Rp291,09 miliar, lebih rendah dari realisasi PAD periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 83,23%. Hal tersebut disebabkan oleh penerimaan pajak dan retribusi yang belum optimal dimana hingga triwulan III 2014 realisasi pajak dan retribusi masing-masing baru mencapai 66,66% dan 33,16% dari target tahun 2014. 32 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH Sumber pendapatan daerah yang lain yaitu dana perimbangan pada triwulan III 2014 mencapai Rp593,27 miliar atau 74,12% dari target 2014. Dilihat dari komponen dana perimbangan, Dana Alokasi Umum yang diperoleh pada triwulan III 2014 sebesar Rp550,71 miliar atau 75,00% dari dana yang dianggarkan. Kinerja tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan III 2013 yang mencapai 83,33% dari target anggaran. Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan komponen penerimaan daerah terbesar di Gorontalo sebagaimana tercermin dari pangsa DAU sebesar 60,25% dari total pendapatan daerah. Sementara sumber penerimaan lainnya yaitu pendapatan daerah yang sah mencapai Rp94,79 juta atau 74,52% dari target tahun 2014. Kemandirian fiskal daerah Gorontalo secara umum masih perlu dioptimalkan, karena berdasarkan data keuangan daerah hingga triwulan III 2014, realisasi Pendapatan Asli Daerah masih relatif kecil yaitu 22,49% dari total realisasi pendapatan daerah. Data tersebut merefleksikan bahwa pendapatan daerah Gorontalo masih cukup tergantung pada bantuan dana dari pemerintah pusat melalui komponen Dana Perimbangan. Share komponen Dana Perimbangan terhadap total pendapatan pada triwulan III 2014 mencapai 66,83%. No Tabel 2.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Triwulan III 2013 dan Triwulan III 2014 Sumber : Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo Realisasi (Rp miliar) % Realisasi thd APBD Realisasi (Rp miliar) % Realisasi thd APBD I Pendapatan Asli Daerah (PAD) 205.22 166.80 15.85 291.08 199.68 16.38 a. Pajak Daerah 190.74 158.75 15.08 259.94 173.27 14.22 b. Hasil Pengelolaan Kekayaan - - - 4.00 - - c. Retribusi Daerah 0.27 0.17 0.02 1.62 0.54 0.04 d. Lain-lain PAD 14.21 7.88 0.75 25.52 25.87 2.12 II Dana Perimbangan 725.53 605.40 57.51 800.44 593.20 48.67 a. Bagi Hasil Pajak 30.23 18.82 1.79 23.79 10.71 0.88 b. Dana Alokasi Umum 652.28 543.57 51.64 734.28 550.71 45.19 c. Dana Alokasi Khusus 43.01 43.01 4.09 42.37 31.78 2.61 III Lain-lain Pendapatan 121.93 86.83 8.25 127.22 94.79 7.78 Total Pendapatan Uraian APBDP 2013 (Rp miliar) Triwulan III 2013 APBD 2014 (Rp miliar) Triwulan III 2014 1,052.68 859.03 81.60 1,218.74 887.67 72.84 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 33

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH Tabel 2.2. Pangsa Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Triwulan II 2013 dan Triwulan II 2014 No Uraian Triwulan III 2013 (%) Triwulan III 2014 (%) I Pendapatan Asli Daerah (PAD) 19.42 22.49 a. Pajak Daerah 18.48 19.52 b. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah - - c. Retribusi Daerah 0.02 0.06 d. Lain-lain PAD 0.92 2.91 II Dana Perimbangan 70.47 66.83 a. Bagi Hasil Pajak 2.19 1.21 b. Dana Alokasi Umum 63.28 62.04 c. Dana Alokasi Khusus 5.01 3.58 III Lain-lain Pendapatan 10.11 10.68 Total Pendapatan 100.00 100.00 Sumber : Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo 2.2.2 REALISASI BELANJA DAERAH Hingga triwulan III 2014, realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Gorontalo masih relatif minim, yaitu tercatat sebesar Rp774,19 miliar atau 59,48% dari pagu total anggaran belanja tahun 2014. Realisasi tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan III 2013 dengan penyerapan realisasi belanja sebesar 66,49% dari anggaran, terutama disebabkan oleh masih rendahnya realisasi Belanja Langsung yaitu baru mencapai Rp380,22 miliar atau 53,23% dari anggaran. Realisasi komponen Belanja Tidak Langsung juga masih belum optimal dimana realisasinya mencapai Rp393,98 miliar atau 67,09% dari pagu anggaran belanja tahun 2014. Belanja Langsung merupakan komponen belanja yang memiliki share terbesar terhadap target belanja pemerintah daerah Provinsi Gorontalo tahun 2014 yaitu sebesar 54,88%, namun demikian dalam pelaksanaannya hingga triwulan III 2014 realisasi belanja langsung masih rendah yaitu 49,11% dari total realisasi belanja. Rendahnya realisasi tersebut disebabkan oleh masih rendahnya realisasi Belanja Modal yaitu baru mencapai Rp113,13 miliar atau 42,03% dari pagu anggaran belanja modal tahun 2014 sebesar Rp269,15 miliar. Demikian pula dengan komponen belanja barang dan jasa realisasinya baru mencapai Rp244,99 miliar atau 60,13% dari pagu belanja barang dan jasa tahun 2014. Realisasi Belanja Tidak Langsung Pemerintah pada triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp393,98 miliar atau 67,09% dari pagu anggaran belanja 2014. Realisasi pada komponen tersebut terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah kepada Kabupaten/Kota. Realisasi terbesar adalah Belanja Pegawai sebesar Rp187,52 miliar, diikuti oleh Belanja Hibah sebesar Rp128,17 miliar dan Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah sebesar Rp67,78 miliar. Komposisi total belanja tidak langsung APBD triwulan III 2014 34 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH didominasi oleh ketiga komponen tersebut dengan total pangsa mencapai 97,33% dari total realisasi belanja tidak langsung. Realisasi belanja pegawai yang cukup tinggi tersebut dipengaruhi oleh pembayaran gaji ke-13 PNS, TNI, Polri, dan Pensiunan yang dilakukan Juli- Agustus 2014. Sementara itu, realisasi Belanja Modal dan Belanja Barang dan Jasa hingga triwulan III 2014 masih cukup rendah dan menurun dibandingkan triwulan III 2013. Belanja modal misalnya baru terealisasi sebesar Rp113,13 miliar atau 42,03% dari pagu belanja modal APBD 2014 yang direncanakan. Kondisi tersebut tentunya memerlukan effort yang lebih tinggi pada triwulan IV 2014 untuk segera merealisasikan belanja modal terutama untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan dan bandara yang sangat dibutuhkan untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi Gorontalo. Hal yang perlu mendapat perhatian pula adalah belanja barang dan jasa dimana hingga triwulan III 2014, realisasinya baru mencapai Rp244,99 miliar atau hanya 29,76% dari pagu belanja barang dan jasa tahun 2014. Berdasarkan kondisi realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah, terlihat bahwa Provinsi Gorontalo berada dalam kondisi surplus yang cukup besar pada triwulan III 2014 yaitu mencapai Rp113,56 miliar, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan III 2013 yang mengalami surplus Rp133,64 miliar. Ruang fiskal (fiscal space) yang relatif besar tersebut menunjukkan penggunaan anggaran Pemerintah Daerah belum cukup optimal, dan upaya lebih optimal dalam merealisasikan alokasi belanja khususnya belanja modal dan belanja barang dan jasa yang sangat diperlukan untuk mendorng percepatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo. No Tabel 2.3. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Triwulan III 2014 Sumber : Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo Realisasi (Rp miliar) % Realisasi thd APBD Realisasi (Rp miliar) % Realisasi thd APBD I Belanja Operasi 764.88 524.46 50.60 875.42 571.18 45.19 a. Belanja Pegawai 275.67 177.07 17.08 259.17 187.52 14.84 b. Belanja Barang dan Jasa 331.29 206.91 19.96 407.43 244.99 19.38 c. Belanja Bunga - - - - - - d. Belanja Subsidi - - - - - - e. Belanja Hibah 138.71 130.23 12.56 184.60 128.17 10.14 f. Belanja Bantuan Sosial 1.00 0.33 0.03 1.65 0.65 0.05 g. Belanja Bantuan Keuangan 18.21 9.92 0.96 22.57 9.85 0.78 II Belanja Modal 190.61 115.76 11.17 269.15 113.55 8.98 III Belanja Tidak Terduga 6.33 0.33 0.03 3.89 2.94 0.23 IV Belanja Bagi Hasil 74.70 53.75 5.19 115.38 67.78 5.36 Total Belanja Uraian APBDP 2013 (Rp miliar) Triwulan III 2013 APBD 2014 (Rp miliar) Triwulan III 2014 1,036.52 694.30 66.98 1,263.84 755.45 59.77 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 35

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH Tabel 2.4. Pangsa Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Triwulan II 2013 dan Triwulan II 2014 No Uraian Triwulan III 2013 (%) Triwulan III 2014 (%) I Belanja Operasi 75.54 75.61 a. Belanja Pegawai 25.50 24.82 b. Belanja Barang dan Jasa 29.80 32.43 c. Belanja Bunga - - d. Belanja Subsidi - - e. Belanja Hibah 18.76 16.97 f. Belanja Bantuan Sosial 0.05 0.09 g. Belanja Bantuan Keuangan 0.05 1.30 II Belanja Modal 16.67 15.03 III Belanja Tidak Terduga 0.05 0.39 IV Belanja Bagi Hasil 7.74 8.97 Total Belanja 100.00 100.00 Sumber : Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo Kinerja fiskal pada triwulan III 2014 belum menunjukkan perubahan yang signifikan dalam memberikan stimulan terhadap perkembangan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa 64,51%, lebih rendah dibandingkan pangsa triwulan III 2013 yang sebesar 68,39%. Hal yang serupa juga terjadi pada belanja modal yang memiliki pangsa hanya 42,19% atau juga lebih rendah dibandingkan pangsa triwulan III 2013 yaitu 60,73%. Baik realisasi anggaran konsumsi maupun belanja modal mengalami penurunan dibandingkan triwulan III 2013. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah sebaiknya dapat memanfaatkan penggunaan dana APBN secara optimal sehingga dapat mendorong pertumbuhan komponen konsumsi dan investasi PDRB Provinsi Gorontalo. No Uraian Sumber : Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo Tabel 2.5. Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil APBDP 2013 (Rp miliar) Triwulan III 2013 Realisasi (Rp miliar) % Realisasi thd PDRB APBD 2014 (Rp miliar) Triwulan III 2014 Realisasi (Rp miliar) % Realisasi thd PDRB I Konsumsi Pemerintah 845.91 578.54 68.39 994.69 641.63 64.51 a. Belanja Pegawai 275.67 177.07 64.23 259.17 187.52 72.35 b. Belanja Subsidi - - - - - - c. Belanja Hibah 138.71 130.23 93.89 184.60 128.17 69.43 d. Belanja Bantuan Sosial 1.00 0.33 33.00 1.65 0.38 22.94 e. Belanja Bagi Hasil 74.70 53.75 71.95 115.38 67.78 58.75 f. Belanja Bantuan Keuangan 18.21 9.92 54.48 22.57 9.85 43.64 g. Belanja Tidak Terduga 6.33 0.33 5.23 3.89 2.94 75.58 h. Belanja Barang dan Jasa 331.29 206.91 62.46 407.43 244.99 60.13 II Pembentukan Modal Tetap Bruto 190.61 115.76 60.73 269.15 113.56 42.19 36 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 3 INFLASI DAERAH Halaman ini sengaja dikosongkan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 37

BAB 3 INFLASI DAERAH BAB 3 : INFLASI DAERAH Laju inflasi Gorontalo pada triwulan III 2014 relatif terkendali, yaitu tercatat sebesar 3,59% (yoy) lebih rendah dari inflasi nasional yang sebesar 4,53% (yoy). Sesuai pola historisnya, inflasi setelah bulan Ramadhan dan Hari Besar Keagamaan cenderung melemah sebagai dampak berlakunya faktor seasonal. Realisasi inflasi pada triwulan III 2014 tersebut berada sedikit dibawah proyeksi sebelumnya yang berkisar antara 3,76%-4,76% (yoy). Dari sisi permintaan, peningkatan harga pada beberapa komoditas seperti tomat sayur, cabai rawit, bawang merah menjadi faktor-faktor penyebab inflasi di triwulan III 2014. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga terjadi pada komoditas ikan segar seperti ikan Nike, ikan Layang, ikan Selar, dan ikan Teri, karena pasokannya cukup melimpah. Dari sisi penawaran, kenaikan harga rokok di tingkat penjualan eceran serta kenaikan tarif dasar listrik memberikan sumbangan inflasi pada triwulan III 2014. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi juga dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar Rupiah, meskipun volatilitasnya tetap terjaga. 3.1 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Secara umum inflasi Gorontalo pada triwulan III 2014 menunjukan kondisi yang relatif terkendali. Stabilnya inflasi pada triwulan laporan disebabkan karena perkembangan harga komoditas yang relatif stabil meskipun mendapatkan tekanan pada bulan Juli 2014. Hal ini dapat dilihat pada laju inflasi bulanan (mtm) Gorontalo pada Juli, Agustus dan September 2014 secara berturut-turut adalah sebesar 0,77%, -0,52% dan 0,03%. Pada triwulan III 2014, kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi sebesar 0,75% (yoy), kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 7,57% (yoy), kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 4,98% (yoy), kelompok sandang sebesar 5,32% (yoy), kelompok kesehatan sebesar 5,64% (yoy), kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 3,72% (yoy), serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,8% (yoy) (Tabel 3.1). 38 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 3 INFLASI DAERAH Tabel 3.1. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang dan Jasa (yoy) No. Kelompok 2011 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 1 Bahan makanan 8,50 12,04-0,70-0,62 1,90 3,58 6,02 6,66 9,62 3,32 0,42 6,61 0,16 3,72 0,75 Makanan Jadi, 2 Minuman, Rokok dan 8,32 7,44 4,82 7,69 6,00 7,04 7,11 5,48 7,91 6,37 6,18 8,17 6,79 8,72 7,57 Tembakau 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 4,21 5,05 6,58 7,85 12,67 10,47 7,59 7,05 1,70 2,82 2,97 3,69 4,62 4,61 4,98 4 Sandang 4,14 5,12 12,33 9,78 9,44 7,12 0,44 1,83 1,92 0,90 1,45 1,09 2,70 5,43 5,32 5 Kesehatan 2,22 3,43 3,50 4,64 3,81 2,91 2,83 5,02 5,10 6,39 7,55 5,95 5,68 6,57 5,64 6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 1,18 0,60 3,88 3,96 3,72 4,26 0,88 0,61-0,14 0,04 0,00 0,28 1,81 2,26 3,72 7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 2,44 3,36 1,38 2,44 3,18 3,00 2,18 1,74 1,21 3,92 9,18 9,14 12,27 8,27 0,8 Umum 5,77 7,11 3,27 4,08 5,90 5,95 5,40 5,31 5,18 3,59 3,40 5,84 5,10 5,82 3,59 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (diolah) Jika dilihat secara tahunan, maka tingkat inflasi Gorontalo pada akhir triwulan III 2014 adalah sebesar 3,59% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 5,82% (yoy). Inflasi pada triwulan III 2014 tersebut juga searah dengan perkiraan sebelumnya yang berada pada kisaran 3,26%-5,26% (yoy), serta lebih rendah dari realisasi inflasi nasional yang sebesar 4,53% (yoy). Grafik 3.1. Inflasi Nasional dan Gorontalo Grafik 3.2. Peta Inflasi Nasional Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (diolah) Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (diolah) Tabel 3.2. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa (mtm) Bulanan (mtm) No. Kelompok 2013 2014 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Bahan makanan 6,39 4,79-10,97 1,10 2,78 4,02 0,79-5,01 0,04 2,75-2,12 0,13 1,10-3,27 0,12 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan 0,45 0,14 0,98 0,03 1,99 0,74 0,40 0,38 0,17 0,78 0,44 0,71 0,74 0,22 0,22 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0,17 0,64 0,25 0,38 0,51 0,38 0,82 0,42 0,02 0,13 0,07 0,30 0,63 0,60 0,29 4 Sandang -0,17 0,50 1,43 0,25-0,19 0,22 0,02-0,42 1,30 0,71 0,30 1,46 1,38 0,33-0,37 5 Kesehatan 0,13 1,11 0,53 0,77 0,34 0,63 0,96 0,28 0,70 0,56 0,60 0,77 0,22 0,00 0,24 6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga -0,01 0,09 0,04 0,18 0,02 0,00 0,56 0,39 0,02 0,38-0,02 0,50 1,60-0,02 0,01 7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 4,91 0,46-0,17 0,28 0,03 0,03-0,95 0,02 0,88 0,16 0,09 0,47 0,38-0,04-0,54 Umum 2,78 1,89-3,43 0,53 1,35 1,54 0,36-0,98 0,31 0,89-0,34 0,45 0,77-0,52 0,03 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Pada triwulan III 2014 tersebut, kelompok komoditas yang memberikan sumbangan inflasi terbesar adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,08%, dengan komoditas yang mengalami peningkatan harga tertinggi adalah tarif listrik dan bahan bakar rumah tangga. Peningkatan kedua komoditas tersebut disebabkan oleh adanya kenaikan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 39

BAB 3 INFLASI DAERAH TDL dan kenaikan harga LPG 12Kg. Kelompok komoditas kedua yang memberikan sumbangan inflasi terbesar adalah makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,04%, dengan komoditas yang mengalami peningkatan harga tertinggi adalah rokok kretek filter. Peningkatan harga rokok tersebut disebabkan oleh adanya pajak rokok yang diberlakukan sejak Januari 2014 yaitu sebesar 10% dari total nilai cukai yang dikenakan. Sedangkan kelompok bahan makanan, komoditas yang mengalami peningkatan harga tertinggi adalah tomat sayur, cabe rawit, bawang merah, ayam hidup dan daging ayam. Peningkatan laju inflasi tersebut searah dengan peningkatan laju inflasi secara nasional akibat bulan puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Sumbangan inflasi pada kelompok lainnya dapat dilihat pada Tabel 3.3. Sumber: BPS (diolah) Tabel 3.3. Andil Inflasi Kelompok Barang dan Jasa No. Komoditas Andil Inflasi(%) Jul Aug Sep 1 Bahan Makanan 0,25-0,71 0,03 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 0,12 0,03 0,04 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0,18 0,17 0,08 4 Sandang 0,07 0,02-0,02 5 Kesehatan 0,01 0,00 0,01 6 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 0,08 0,00 0,00 7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0,07-0,01-0,10 Tabel 3.4. Perbandingan Inflasi Kota di Sulampua No Kota Triwulan III 2014 mtm yoy ytd 1 Gorontalo 0,03 3,59 0,95 2 Jayapura 0,46 4,23 1,58 3 Kendari -0,13 1,05 2,1 4 Manado -0,03 4 2,54 5 Pare-Pare 0,04 3,04 3,04 6 Manokwari -0,22 5,27 3,37 7 Makassar 0,39 3,57 3,81 8 Ambon -0,26 2,27 3,85 9 Mamuju 0,71 4,46 3,91 10 Watampone -0,18 4,55 4,03 11 Palopo -0,60 4,03 4,09 12 Palu -0,36 5,46 4,24 13 Bulukumba -0,28 7,3 4,56 14 Tual -0,89 8,85 4,57 15 Ternate 0,87 5,4 4,61 16 Bau-Bau -0,77 3,98 5,35 17 Merauke 1,08 5,29 5,86 18 Sorong 0,85 5,34 6,06 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (diolah) Grafik 3.3. Peta Inflasi Sulawesi Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (diolah) Jika dilihat dari tingkat inflasi tahun kalender seluruh kota di Sulampua (tabel 3.4), maka Gorontalo menduduki peringkat pertama terendah, yakni hanya sebesar 0,95% (ytd). Perkembangan laju inflasi tahun kalender pada triwulan III 2014 tersebut meningkat jika 40 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 3 INFLASI DAERAH dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,67%(ytd) namun masih merupakan yang terendah jika dibanding triwulan ketiga sepanjang 3 tahun sebelumnya. Laju inflasi kumulatif (ytd) Gorontalo pada triwulan III di tahun 2011, 2012, 2013, dan 2014 berturut-turut sebesar 2,89%, 4,20%, 2,31%, dan 0,95% (tabel 3.5). Tabel 3.5. Inflasi Tahun Kalender Menurut Kelompok Barang dan Jasa (ytd) No. Kelompok 2011 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 1 Bahan makanan -2,66-1,57-1,80-0,62-0,20 2,59 4,77 6,66 2,57-0,62-1,37 6,61-4,22-3,55-5,56 Makanan Jadi, 2 Minuman, Rokok dan 2,61 3,37 5,12 7,69 1,01 2,75 4,56 5,48 3,33 3,61 5,25 8,17 0,96 2,92 4,15 Tembakau Perumahan, Air, Listrik, 3 Gas dan Bahan Bakar 1,73 2,99 6,70 7,85 6,28 5,49 6,44 7,05 0,97 1,32 2,39 3,69 1,26 1,76 3,32 4 Sandang 0,18 2,46 10,59 9,78-0,13-0,02 1,18 1,83-0,04-0,93 0,81 1,09 0,90 3,41 4,80 5 Kesehatan 1,57 2,69 3,47 4,64 0,76 1,00 1,68 5,02 0,83 2,31 4,13 5,95 1,95 3,93 4,40 6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0,62 0,24 3,76 3,96 0,39 0,53 0,69 0,61-0,36-0,04 0,08 0,28 0,97 1,85 3,47 7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -0,04 0,66 1,60 2,44 0,68 1,21 1,34 1,74 0,16 3,37 8,76 9,14-0,06 0,66 0,45 Umum 0,02 1,04 2,89 4,08 1,77 2,85 4,20 5,31 1,65 1,17 2,31 5,84-0,32 0,67 0,95 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (diolah) Deflasi yang terjadi pada kelompok core inflation pada triwulan III 2014 berasal dari penurunan harga beberapa komoditas antara lain oleh turunnya harga ikan Tuna -0,03% dan ikan Nike yang menyumbang deflasi sebesar -0,02%, sedangkan faktor pendorong inflasi pada kelompok core inflation antara lain seperti pada komoditas nanas (0,04%), biskuit (0,02%). Inflasi kelompok non-core inflation disumbang oleh kenaikan harga komoditas cabai rawit yang menyumbang inflasi terbesar yaitu sebesar 0,22%, diikuti oleh tomat sayur (0,09%), dan bawang merah (0,08%). Tekanan inflasi juga disumbang dari kenaikan harga rokok kretek filter, tarif listrik dan bahan bakar rumah tangga. Perkembangan harga beberapa komoditas di Gorontalo dapat dilihat pada tabel 3.6. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 41

BAB 3 INFLASI DAERAH Tabel 3.6. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Hasil Survei Pemantaun Harga (SPH) Penurunan harga beberapa komoditas di Gorontalo tersebut dipicu normalisasi harga pasca Bulan Puasa Ramadhan dan Hari Raya Idhul Fitri yang tercermin pada harga daging ayam ras pada pertengahan triwulan III 2014 menurun dari Rp50.000/kg menjadi Rp45.000/kg. Komoditas tomat sayur juga mengalami kondisi yang serupa yaitu turun dari harga Rp25.000/kg menjadi Rp7.500/kg. Sementara kenaikan harga rokok disebabkan oleh adanya pajak rokok yang dikenakan atas cukai rokok yang ditetapkan oleh Pemerintah dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014. Pasca diberlakukannya pajak rokok tersebut, industri rokok nasional mulai meningkatkan harga jual mereka, sehingga kenaikan rokok berdampak inflasi pada triwulan III 2014. Beberapa komoditas lain yang mempengaruhi inflasi pada triwulan III 2014 dapat dilihat dalam tabel 3.7. 42 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 3 INFLASI DAERAH No Inflasi Komoditas core inflation Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (diolah) Tabel 3.7. Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi Gorontalo Andil No Inflasi Komoditas volatile foods Andil No Inflasi Komoditas administred prices 1 nanas 0,04 1 Cabai Rawit 0,22 1 tarip listrik 0,04 2 biskuit 0,02 2 Tomat Sayur 0,09 2 Rokok Kretek Filter 0,04 3 gula pasir 0,01 3 Kangkung 0,08 3 Rokok Kretek 0,01 4 bubara 0,01 Deflasi Deflasi 5 sewa rumah 0,01 1 Bawang Merah -0,22 1 Angkutan Udara -0,10 Deflasi 2 Layang/Benggol -0,12 1 tuna -0,03 3 teri -0,06 2 nike -0,02 4 ayam hidup -0,03 3 deho -0,02 5 ketimun -0,03 4 sabun detergen bubuk -0,02 6 kembung -0,05 5 emas -0,01 7 terong panjang -0,02 6 blus -0,01 8 cumi-cumi -0,02 Andil Dari sisi eksternal, nilai rupiah pada triwulan III 2014 tercatat sedikit melemah jika dibandingkan dengan triwulan II 2014. Rupiah secara rata-rata melemah 2,2% (qtq) dari triwulan sebelumnya menjadi Rp11.710 per dolar AS. Pelemahan Rupiah tersebut dipengaruhi oleh faktor sentimen terkait dengan dinamika geopolitik dan kemungkinan normalisasi kebijakan The Fed yang lebih cepat dari perkiraan semula. Faktor sentimen domestik terkait dengan perilaku investor yang menunggu rencana kebijakan pemerintah ke depan, termasuk kebijakan terkait dengan subsidi energi. Pelemahan rupiah tersebut dapat memberikan tekanan pada stabilitas harga di dalam negeri. Ekspektasi inflasi dunia usaha yang diambil melalui Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia tercatat lebih rendah dari realisasi inflasi pada triwulan III 2014, sebagaimana ditunjukkan dalam grafik 3.4. Grafik 3.4. Ekspektasi Inflasi SKDU Grafik 3.5. Nilai Tukar Rupiah Rp12.250 Rp11.750 Rp11.250 Rp10.750 12.189 11.404 12.212 11.969 Rp10.250 Rp9.750 9,719 Rp9.250 Rp8.750 Rp8.250 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2011 2012 2013 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 43

BAB 3 INFLASI DAERAH Tabel 3.8. Perhitungan Tarif Tenaga Listrik Gol. Tarif Batas Daya Tarif Listrik Reguler (Rp/kwh) Mei '14 Jul '14 Sep '14 Nov '14 I-1/TR 450 VA 395 395 395 395 I-1/TR 900 VA 405 405 405 405 I-1/TR 1.300 VA 930 930 930 930 I-1/TR 2.200 VA 960 960 960 960 I-1/TR 3.500 s.d. 14 kva 1,112 1,112 1,112 1,112 I-2/TR di atas 14 kva s.d. 200 kva 1,057 1,057 1,057 1,057 I-3/TM Sumber : PLN di atas 200 kva 864 (Non Go Public ) 938 (Go Public ) Adapun peningkatan inflasi tarif listrik pada triwulan III 2014 sejalan dengan kebijakan yang dilakukan pemerintah pusat untuk menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) untuk enam golongan konsumen. Peningkatan inflasi pada jasa angkutan laut terjadi karena PT Pelni melakukan penyesuaian harga tarif angkutan penumpang laut kelas ekonomi dengan rata-rata kenaikan sebesar 20% pada 15 Mei 2014. 964 (Non Go Public ) 1.018 (Go Public ) 1.075 (Non Go Public ) 1.105 (Go Public ) 1.200 (Non Go Public ) 1.200 (Go Public ) I-4/TT 30.000 kva ke atas 819 928 1,051 1,191 3.2 KOORDINASI PENGENDALIAN INFLASI Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Gorontalo akan terus berkordinasi untuk menjaga potensi terjadinya gejolak inflasi. Untuk memperkuat koordinasi dalam pengambilan kebijakan terkait inflasi, Pemerintah Provinsi Gorontalo secara aktif terus mendorong pembentukan TPID di tingkat kabupaten/kota. Tercatat hingga triwulan laporan, telah terbentuk 1 (satu) TPID Provinsi dan 6 (enam) TPID di seluruh kabupaten/kota sesuai tabel 3.9. Tabel 3.9. Daftar TPID di Provinsi Gorontalo No TPID Dasar Pembentukan 1 TPID Provinsi Gorontalo SK Gubernur Gorontalo No. 422/03/XII/2013 2 TPID Kota Gotontalo SK Walikota Gorontalo No.7/25/I/2014 3 TPID Kab. Gorontalo Utara SK Bupati Gorontalo Utara No. 30 Tahun 2014 4 TPID Kab. Bone Bolango SK Bupati Bone Bolango No. 46/KEP/BUP.BB/101/2014 5 TPID Kabupaten Gorontalo SK Bupati Gorontalo No.201/01.5/II/2014 6 TPID Kab. Pohuwato SK Bupati Pohuwato No.161/I/III/2014 7 TPID Kab. Boalemo SK Bupati Boalemo No.163 Tahun 2014 Dalam rangka menghadapi rencana pembatasan kouta BBM bersubsidi, rencana kenaikan BBM, risiko inflasi pangan terkait potensi terjadinya el nino, kenaikan tarif tenaga listrik dan kenaikan LPG 12 kg, pada Triwulan III 2014 TPID Provinsi Gorontalo tetap secara berkesinambungan melakukan koordinasi pengendalian inflasi di daerah terutama dalam merumuskan langkah-langkah antispasi yang diperlukan dalam mengendalikan inflasi yang berkembang dan meminimalisir dampaknya yaitu dengan melakukan pertemuan baik pada level Rapat Teknis maupun Rapat Koordinasi Wilayah TPID seluruh level Provinsi/Kabaupaten/Kota di 44 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 3 INFLASI DAERAH Gorontalo. Selain itu juga pertemuan TPID dilaksanakan dalam rangka menindaklanjuti hasil pertemuan Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah Wilayah KTI berkenaan dengan kerjasama perdagangan antar daerah, penyediaan data neraca pangan, serta mekanisme koordinasi pengendalian inflasi dan penilaian TPID. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 45

BOKS.2: DUNIA USAHA DI GORONTALO SIAP MENGHADAPI PENYESUAIAN HARGA BBM BERSUBSIDI BAB 3 INFLASI DAERAH Terkait dengan rencana pemerintah pusat yang berencana untuk melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, maka Bank Indonesia Provinsi Gorontalo melakukan survei singkat terhadap kalangan dunia usaha di Gorontalo untuk menanggapi isu penyesuaian harga tersebut. Survei dilakukan terhadap 50 (lima puluh) perusahaan yang mewakili seluruh sektor ekonomi. Dari hasil survei tersebut, 52% responden menyatakan setuju jika pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi. Sedangkan timing atau waktu yang tepat untuk penyesuaian harga BBM adalah pada bulan Desember 2014. Besaran kenaikan sendiri diharap tidak terlalu besar, dimana hal ini terlihat dari jawaban responden yang menyatakan bahwa kenaikan harga BBM cukup dikisaran Rp.500,00 Rp.1.000,00. Grafik 1. Pendapat Responden Terhadap Rencana Grafik 2. Timing Penyesuaian Harga BBM Penyesuaian Harga BBM 12% 48% 52% Setuju Tidak Setuju 8% 2% 26% Nov'14 Des'14 Jan'15 Feb'15 Mar'15 52% Grafik 3. Besaran Kenaikan Harga yang Masih Dapat Diakomodir 16% 2% 38% 44% Rp 500,- Rp.1.000,- Rp.2.000,- Rp.3.000,- > Rp.3.000,- 46 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 3 INFLASI DAERAH Jika penyesuaian harga BBM bersubsidi berada pada kisaran Rp.2.000,00 Rp.3.000,00, kalangan dunia usaha menyatakan akan melakukan beberapa tindakan penyesuaian, antara lain dengan cara menaikkan harga jual, mengurangi produksi, mencari alternative bahan baku lain, bahkan jika dirasa perlu akan mengurangi tenaga kerja. Namun berbagai tindakan penyesuaian tersebut baru akan dilakukan satu hingga tiga bulan pasca kenaikan harga seperti terlihat pada Grafik 4. Grafik 4. Timing Penyesuaian Harga Jual oleh Kalangan Dunia Usaha 8% 4% 54% 34% Dari sebelum harga BBM bersubsidi dinaikkan Langsung sesaat setelah harga BBM bersubsidi dinaikkan 1 3 bulan setelah harga BBM bersubsidi dinaikkan > 3 bulan setelah harga BBM bersubsidi dinaikkan Secara umum, dari hasil survey tersebut dapat disimpulkan bahwa kalangan dunia usaha di Provinsi Gorontalo setuju dengan kenaikan harga BBM bersubsidi, asalkan tidak naik terlalu tinggi. Jika kenaikan BBM lebih dari Rp.2.000,00 maka kemungkinan pengusaha akan menyikapinya dengan meningkatkan harga jual atau melakukan penghematan dengan mengurangi produksi ataupun mencari bahan baku yang lebih murah. Selain itu, kalangan dunia usaha berharap dengan berkurangnya subsidi BBM akan berdampak pada ruang fiskal yang lebih besar bagi pemerintah yang baru, dana bisa dimaksimalkan untuk menggenjot infrastruktur, yang paling dibutuhkan untuk kalangan dunia usaha di Gorontalo saat ini adalah infrastruktur di sektor transportasi dan logistik. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 47

BAB 4 : SISTEM KEUANGAN DAN BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN Pada triwulan III 2014, kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan perkembangan yang melambat sebagaimana terlihat pada beberapa indikator. Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan Gorontalo sebesar Rp.3,88 triliun atau tumbuh sebesar 12,81% (y.o.y), lebih lambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 15,08% (y.o.y), dipengaruhi antara lain oleh melambatnya pertumbuhan jumlah Giro dari 38,61% menjadi 13,07% (y.o.y). Sementara itu jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp.7,47 triliun, tumbuh sebesar 13,49% (y.o.y) melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 14,82% (y.o.y) karena kredit investasi yang tumbuh negatif sebesar -14,01%. Rasio penyaluran kredit terhadap DPK atau Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan III 2014 mencapai 192,65%. Sementara itu rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) relatif terjaga yaitu 3,71%, sedangkan khusus UMKM NPLs tercatat sebesar 9,05%. 4.1 FUNGSI INTERMEDIASI PERBANKAN Jumlah bank yang beroperasi di Gorontalo hingga saat ini sebanyak 17 bank umum dan 4 BPR yang tersebar di 6 kabupaten/kota di Gorontalo, belum ada tambahan bank baru pada triwulan III 2014. Jumlah jaringan kantor bank di Gorontalo mencapai 101 kantor dengan 18 kantor cabang, 42 cabang pembantu, 30 kantor unit, 2 kantor fungsional, dan 9 kantor kas. Sementara, jaringan kantor BPR sebanyak 8 kantor dengan 4 kantor pusat, 3 kantor cabang dan 1 kantor kas. Total aset bank umum hingga triwulan III 2014 mencapai Rp7,68 triliun (grafik 4.1), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat Rp7,51 triliun. Sementara untuk BPR, total aset pada triwulan III 2014 mencapai Rp33,88 miliar, menurun sebesar -3,24% dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat Rp35,02 miliar. Penurunan aset BPR seiring dengan penurunan jumlah kredit yang disalurkan dari Rp28,11 miliar pada triwulan II 2014 menjadi Rp26,67 miliar pada triwulan III 2014. Fungsi intermediasi perbankan yang terefleksi dari angka LDR tercatat sebesar 192,65%, menunjukkan bahwa fungsi intermediasi perbankan Gorontalo secara umum berjalan baik. Angka LDR triwulan III 2014 tersebut sedikit mengalami penurunan dibanding triwulan II 2014 yang tercatat 194,66%, antara lain dipengaruhi oleh adanya perlambatan pertumbuhan kredit perbankan khususnya jenis kredit investasi yang tumbuh negatif sebesar -14,01% (grafik 4.2). Sementara untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR), angka LDR pada triwulan III 2014 tercatat juga tinggi yaitu sebesar 142,83%. 48 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN Secara umum, LDR tersebut masih tergolong tinggi karena angka di atas 100% merefleksikan bahwa sebagian dana yang dihimpun oleh perbankan Gorontalo masih jauh lebih kecil dibandingkan kredit yang disalurkan. Upaya penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perlu terus ditingkatkan antara lain melalui edukasi dan promosi perbankan kepada masyarakat untuk dapat memanfaatkan layanan jasa perbankan misalnya dengan menempatkan dananya di perbankan Gorontalo. Untuk LDR ini, pada dasarnya Bank Indonesia telah menyesuaikan ketentuan range LDR individual bank yang dikaitkan dengan GWM dari 78% - 100% menjadi 78% - 92%. Grafik 4.1. Perkembangan Aset Perbankan Gorontalo Grafik 4.2. Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo 9,000,000 8,000,000 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 - ASET (Rp. Juta) Growth ASET (%) 35% 7,684,177 30% 25% 20% 15% 13.30% 10% 5% 0% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% LDR Aset Kredit DPK 212.00% 197.67% 194.66% 192.65% 14.82% 15.77% 15.08% 250% 200% 150% 100% 50% 0% TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 4.2 PENGHIMPUNAN DANA PIHAK KETIGA Jumlah dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan di Gorontalo hingga triwulan III 2014 mencapai Rp3,88 triliun atau tumbuh sebesar 12,81%, tumbuh lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 15,08% (Grafik 4.3). Relatif melambatnya pertumbuhan DPK tersebut karena penurunan jumlah nominal Giro yaitu dari Rp670,62 miliar (tumbuh 38,61% y.o.y) pada triwulan II 2014 menjadi Rp653,14 miliar (tumbuh 13,07% y.o.y) pada triwulan III 2014. Penurunan giro tersebut terefleksi dari berkurangnya giro pemerintah daerah pada perbankan sebesar Rp21,87 miliar, yang diperkirakan untuk merealisasikan pembiayaan/pembayaran proyek atau belanja pemerintah daerah. Meskipun secara umum DPK tumbuh melambat, namun jumlah tabungan tercatat sebesar Rp2,05 triliun atau tumbuh 7,10% (y.o.y) lebih tinggi dibanding triwulan II 2014 yang tumbuh sebesar 5,13%. Namun demikian, satu hal yang perlu mendapat perhatian perbankan adalah adanya penurunan jumlah rekening tabungan dari 585.189 rekening pada triwulan II 2014 menjadi 560.640 rekening pada triwulan III 2014 atau berkurang 24.549 rekening. Dilihat dari komposisinya, dana pihak ketiga perbankan terbesar masih bersumber dari jenis tabungan yang mencapai Rp2,05 triliun atau 52,83% dari total DPK. Selanjutnya jenis deposito sebesar Rp1,18 triliun atau 30,32% dari total DPK, sedangkan giro hanya sebesar Rp653,14 miliar atau 16,85% dari total dana yang dihimpun (Grafik 4.4). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 49

TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN Grafik 4.3. Perkembangan DPK Perbankan Gorontalo Grafik 4.4. Share Komponen DPK Perbankan Gorontalo 2,500,000 2,000,000 1,500,000 DEPOSITO (Rp. Juta) TABUNGAN (Rp. Juta) GIRO (Rp. Juta) Growth DPK (%) 30% 2,048,16525% 20% Giro Deposito Tabungan 653,143, 17% 1,000,000 500,000-1,175,453 15% 12.81% 10% 653,143 5% 0% 2,048,165, 53% 1,175,453, 30% TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 4.3 PENYALURAN KREDIT PERBANKAN Jumlah kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum di Gorontalo pada triwulan III 2014 tercatat Rp7,47 triliun atau tumbuh sebesar 13,49% (y.o.y) seperti terlihat pada Grafik 4.5. Pertumbuhan kredit tersebut mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,82% (y.o.y) karena kredit konsumsi yang memiliki share terbesar terhadap kredit, tumbuh melambat dari 21,74% (y.o.y) pada triwulan II 2014 menjadi 18,92% (y.o.y) pada triwulan III 2014. Hal lainnya adalah kredit konsumsi yang tumbuh negatif sebesar -14,01% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan kredit tersebut diperkirakan sebagai bagian dari meminimalisir risiko kredit perbankan khususnya kredit produktif karena pada triwulan III 2014 rasio kredit bermasalah untuk kredit investasi tercatat sebesar 12,67% dan kredit modal kerja sebesar 7,40%. Adapun kredit pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan III 2014 tercatat Rp26,67 miliar atau tumbuh negatif sebesar -5,26% (y.o.y), turun dibanding triwulan sebelumnya tercatat sebesar Rp28,11 miliar. Penurunan jumlah kredit tersebut diperkirakan sebagai langkah manajemen BPR untuk meminimalisir risiko kredit karena terlihat rasio kredit bermasalah pada BPR terus menunjukkan kenaikan dimana pada triwulan III 2014 mencapai angka 15,07% cukup jauh di atas batas wajar NPLs sebesar 5%. Berdasarkan komposisinya, kredit perbankan di Gorontalo masih dominan disalurkan pada jenis kredit konsumsi yaitu sebesar 65,78% dari total kredit perbankan yang mencapai Rp7,47 triliun. Sementara jenis kredit produktif yaitu investasi dan modal kerja masing-masing hanya memiliki share sebesar 6,06% dan 28,16% dari total kredit perbankan di Gorontalo. Cukup tingginya permintaan kredit konsumsi dan rendahnya risiko kredit konsumsi, diperkirakan menjadi faktor yang turut mempengaruhi meningkatnya permintaan dan share kredit konsumsi dibandingkan triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 64,78% (Grafik 4.6). Sementara melambatnya pertumbuhan kredit jenis investasi dan modal kerja diperkirakan karena risiko kredit yang masih cukup tinggi yaitu masing-masing tercatat 12,67% dan 7,40%. 50 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN Grafik 4.5. Perkembangan Kredit Jenis Penggunaan Grafik 4.6. Share Kredit Menurut Jenis Penggunaan 6,000,000 5,000,000 4,000,000 MODAL KERJA (Rp. Juta) INVESTASI (Rp. Juta) KONSUMSI (Rp. Juta) Growth KREDIT 40% 4,912,994 35% 30% 25% Investasi Modal Kerja Konsumsi 452,883, 6% 3,000,000 20% 2,000,000 1,000,000-2,102,858 15% 13.49% 10% 452,883 5% 0% 4,912,994, 66% 2,102,858, 28% TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 Penyaluran kredit konsumsi (rumah tangga) pada triwulan III 2014 walaupun tercatat masih dominan dengan share 66%, namun pertumbuhannya relatif melambat yaitu 18,92% (y.o.y) pada triwulan III 2014, lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 21,74% (y.o.y). Hal tersebut terutama terjadi pada kredit multiguna yang merupakan salah satu penyumbang terbesar kredit konsumsi, tumbuh negatif sebesar -10,94% (y.o.y) pada triwulan III 2014. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) juga tumbuh negatif yaitu -27,32% pada triwulan III 2014 (Grafik 4.8). Sementara Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan dari 49,06% (y.o.y) pada triwulan II 2014 menjadi 30,86% (y.o.y) pada triwulan III 2014. Secara umum perlambatan pertumbuhan kredit konsumsi merupakan respon perbankan untuk mengantisipasi kecenderungan naiknya rasio NPLs kredit rumah tangga yaitu dari 1,23% menjadi 1,31% dari total kredit rumah tangga sebesar Rp4,91 triliun. Sementara itu, khusus untuk kredit jenis KPR dan KKB, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh adanya kebijakan Loan to Value (LTV) yaitu menaikkan prosentase uang muka debitur untuk fasilitas pembelian perumahan atau kendaraan bermotor dari 20% menjadi 30%. Dari total kredit konsumsi (rumah tangga) yang telah disalurkan pada triwulan III 2014 sebanyak Rp4,91 triliun, kredit multiguna memiliki pangsa sebesar 25,45% (Rp1,25 triliun), kemudian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) memiliki pangsa sebesar 15,13% (Rp.743,49 miliar), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) sebesar 3,26% (Rp160,23 miliar), dan selebihnya kredit pembelian perlengkapan dan kredit konsumsi lainnya (Grafik 4.7). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 51

TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN Grafik 4.7. Kredit Rumah Tangga Menurut Grafik 4.8. Pertumbuhan Kredit Rumah Penggunaannya Tangga KPR KKB PERLENGKAPAN MULTIGUNA LAINNYA 3,000,000 1600.00% KPR KKB PERLENGKAPAN MULTIGUNA 2,500,000 2,000,000 (Rp. juta) 1400.00% 1200.00% 1000.00% 1,500,000 1,250,558 800.00% 1,000,000 500,000-743,487 160,226 600.00% 400.00% 200.00% 0.00% -200.00% 46.60% 30.86% -10.94% -27.32% 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 Kredit produktif (modal kerja dan investasi) yang disalurkan oleh perbankan Gorontalo pada triwulan III 2014 tercatat mencapai Rp2,56 triliun. Dari jumlah tersebut, distribusinya masih didominasi oleh kredit kepada sektor perdagangan dengan pangsa sebesar 76,53% dari total kredit produktif yang disalurkan, diikuti oleh sektor konstruksi dengan pangsa sebesar 5,50% (Grafik 4.10). Tingginya permintaan kredit pada kedua sektor tersebut antara lain dipengaruhi oleh tingginya permintaan barang/jasa terkait kedua sektor tersebut sehubungan dengan libur lebaran (Juli-Agustus) dan realisasi proyek pemerintah dan swasta yang meningkat pada triwulan III 2014 antara lain pengerjaan proyek jalan raya di Gorontalo. Adapun kredit produktif kepada sektor pertanian, perikanan, dan pertambangan tercatat hanya memiliki pangsa masing-masing sebesar 3,53%, 0,89%, dan 0,20% dari total kredit produktif. Grafik 4.9. Penyaluran Kredit Perbankan Menurut Kelompok Penggunaan Grafik 4.10. Kredit Produktif Sektor Ekonomi dengan Share Terbesar 6,000,000 5,000,000 4,000,000 KREDIT KONSUMTIF (Rp. Juta) Growth KREDIT PRODUKTIF (%) KREDIT PRODUKTIF (Rp. Juta) 4,912,994 60% 50% 40% 30% 2.03% 3.53% 3.43% 5.50% 3,000,000 2,000,000 1,000,000-2,555,74120% 10% 0% 4.34% -10% -20% PERTANIAN INDUSTRI KONSTRUKSI TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 76.53% PERDAGANGAN AKOMODASI Dilihat dari aspek pertumbuhan, secara umum kredit produktif yang disalurkan kepada sektor ekonomi di Gorontalo pada triwulan III 2014 sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya (Grafik 4.9). Peningkatan pertumbuhan kredit produktif tersebut antara lain dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan kredit sektor perdagangan yang tumbuh sebesar 52 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 10,01% (y.o.y), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 7,08% (.o.y). Dari hasil pendalaman melalui liaison yang dilakukan pada salah satu perusahaan perdagangan di Gorontalo, diperoleh informasi bahwa omzet perdagangan pada triwulan III 2014 mengalami peningkatan karena adanya momen lebaran pada akhir bulan Juli dan persiapan pelaksanaan Festival Karawo tahun 2014. Untuk sektor pertanian, jumlah kredit yang disalurkan hingga triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp90,27 miliar. Kredit sektor ini tercatat tumbuh 5,08% (y.o.y) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 35,39% (y.o.y), yang diperkirakan karena sebagian besar memasuki musim panen sehingga permintaan kredit relatif berkurang. Sementara jumlah kredit sektor konstruksi pada triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp140,62 miliar atau tumbuh sebesar 9,10% (y.o.y), lebih lambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 19,38%. Perlambatan pertumbuhan kredit konstruksi tersebut diperkirakan didorong oleh mulai terealisasinya pembayaran (termin) pelaksanaan proyek sehingga mengurangi permintaan kredit sebagaimana tercermin antara lain dari angka rasio NPLs yang menunjukkan sedikit perbaikan dari 33,16% menjadi 27,81%. Selain itu, meminimalisir risiko diperkirakan turut menjadi pertimbangan perbankan dalam menyalurkan kredit ke sektor ini, karena jumlah kredit bermasalah pada sektor ini cukup tinggi seperti disebutkan di atas Perkembangan kredit produktif berdasarkan nominal dan pertumbuhan tahunan (y.o.y) dapat dilihat pada Grafik 4.11 dan 4.12 berikut ini. Grafik 4.11.Kredit Produktif Tiga Sektor Terbesar Grafik 4.12. Pertumbuhan Kredit Sektor Terbesar 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 - Rp. juta KONSTRUKSI PERTANIAN PERDAGANGAN TOTAL KREDIT PRODUKTIF TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 2,555,740.73 1,955,934 140,615 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% gpertanian gkonstruksi gperdagangan gkredit PRODUKTIF TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 10.01% 9.10% 5.08% 4.34% 4.4 KREDIT SEKTOR USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) Peran perbankan Gorontalo dalam mendukung perkembangan UMKM cukup signifikan. Hal ini terlihat pada penyaluran kredit kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Gorontalo dimana pada triwulan III 2014 mencapai Rp2,29 triliun (Grafik 4.13), dengan jumlah penerima mencapai 45.494 debitur. Kredit UMKM tersebut tumbuh sebesar 7,19% (yoy), KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 53

TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 2,80% (yoy). Kredit produktif bagi UMKM yang tercatat Rp2,29 triliun tersebut memiliki share sebesar 30,64% dari total kredit yang disalurkan perbankan di Gorontalo (Grafik 4.14). Grafik 4.13. Perkembangan Kredit UMKM Grafik 4.14. Perkembangan Share Kredit UMKM 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 - TOTAL UMKM (Rp. Juta) Growth UMKM (%) 60% 50% 2,288,491 40% 30% 20% 7.19% 10% 0% -10% -20% -30% -40% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Share UMKM (%) 47.42% 31.44% 30.64% TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 Dari sisi nominal kredit, kelompok usaha yang terbanyak memperoleh kredit UMKM adalah usaha kecil yang tercatat sebesar Rp896,15 miliar atau memiliki porsi sebesar 39,16% dari total kredit. Sedangkan kredit mikro dan menengah masing-masing tercatat Rp590,18 miliar atau 25,79% dan Rp802,17 miliar atau 35,05% (Grafik 4.15). Adapun dilihat dari jumlah debitur, penerima kredit UMKM terbanyak adalah kelompok usaha mikro sebanyak 39.648 debitur, sedangkan kelompok kecil dan menengah masing-masing sebanyak 4.899 debitur dan 947 debitur. Kondisi perekonomian daerah Gorontalo yang baru berkembang menyebabkan penerima kredit UMKM banyak didominasi oleh kelompok usaha mikro dan kecil. Salah satu kredit program bagi UMKM yang disalurkan oleh perbankan Gorontalo adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) dimana sampai dengan triwulan III 2014 total KUR yang telah disalurkan kepada 73.417 debitur dengan jumlah plafond sebesar Rp849,32 miliar. Adapun outstanding atau baki debet KUR posisi triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp238,76 miliar tumbuh sebesar 33,11% (y.o.y). Pertumbuhan kredit KUR tersebut relatif melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 37,47% (Grafik 4.16). Perlambatan tersebut diperkirakan karena cukup tingginya rasio kredit bermasalah kredit kredit UMKM termasuk KUR sehingga lebih selektif dalam menyalurkan kredit program ini kepada dunia usaha. 54 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN Grafik 4.15. Kredit UMKM Menurut Kelompok KECIL (Rp. Juta) MENENGAH (Rp. Juta) MIKRO (Rp. Juta) 1,200,000 1,000,000 896,149 800,000 802,165 600,000 590,177 400,000 200,000 0 Grafik 4.16. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat KUR (Rp. Juta) Growth KUR (%) 300,000 300% 250,000 250% 238,763 200% 200,000 150% 150,000 100% 100,000 50% 50,000 33.11% 0% 0-50% TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 Pada tahun 2014, beberapa program kegiatan dilakukan untuk mendorong penyaluran kredit kepada UMKM, antara lain melalui pengembangan klaster dan wira usaha baru (WUB) dengan fokus pada fasilitasi pengembangan kapasitas usaha, manajemen, dan akses pemasaran produk. Program klaster yang dikembangkan pada tahun 2014 adalah klaster sapi pada 2 (dua) daerah di Gorontalo yaitu wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango. Selain itu, difasilitasi pula pengembangan wira usaha baru melalui pelatihan sekaligus pendampingan dalam mengelola dan mengembangkan usaha sehingga lebih bankable. Hingga triwulan III 2014, upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah bekerjasama dengan Bank Indonesia dan pihak lainnya terkait program klaster dan wira usaha baru antara lain berupa pemberian pelatihan dan pendampingan bagi kelompok peternak sapi dan pengusaha pemula, fasilitasi akses pemasaran produk, serta pemberian bantuan sarana produksi atau modal. 4.5 RISIKO KREDIT Risiko kredit perbankan tercermin dari indikator rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp277,24 miliar atau 3,71% dari total kredit yang disalurkan. Angka NPLs tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 3,88% (Grafik 4.17) karena membaiknya kualitas kredit investasi dan modal kerja. Rasio NPLs investasi tercatat sebesar 12,67% lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 14,82% yang diperkirakan dipengaruhi oleh adanya pembayaran sebagian realisasi proyek sehingga mengurangi beban NPLs perbankan. Rasio NPLs modal kerja juga mengalami sedikit perbaikan dari 7,47% pada triwulan II 2014 menjadi 7,40% pada triwulan III 2014. Untuk perbankan syariah, rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financings (NPFs) tercatat mengalami perbaikan yaitu yaitu dari 7,75% pada triwulan II 2014 menjadi sebesar 5,84% pada triwulan III 2014. Sementara untuk BPR, rasio kredit bermasalah pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 15,07% meningkat dibanding triwulan sebelumnya KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 55

Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN sebesar 12,80%. NPLs pada BPR perlu mendapat perhatian mengingat rasionya jauh diatas batas wajar kredit bermasalah sebesar 5% dari total kredit. Berdasarkan jenis penggunaan, penyumbang kredit bermasalah terbesar adalah jenis kredit investasi yaitu sebesar 12,67%, selanjutnya adalah kredit modal kerja sebesar 7,40%, sedangkan kredit konsumsi merupakan yang terendah dengan NPLs sebesar 1,31%. Kredit konsumsi sendiri, jika dikelompokkan menurut peruntukannya, seluruhnya memiliki rasio di bawah batas wajar 5%, dengan NPLs tertinggi pada kredit konsumsi jenis KPR yang tercatat memiliki NPLs sebesar 3,60%. Gambaran kualitas kredit berdasarkan jenis penggunaan dapat dilihat pada Grafik 4.17 dan 4.18. Grafik 4.17. Rasio NPLs Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 4.18. Rasio NPLs Kredit Konsumsi Menurut Peruntukannya NPLs Total NPLs Investasi 16% NPLs Modal Kerja NPLs Konsumsi 14% 12% 12.67% 10% 8% 7.40% 6% 4% 3.71% 2% 1.31% 0% NPLs KPR NPLs KKB NPLs PERLENGKAPAN NPLs MULTIGUNA NPLs LAINNYA NPLs TOTAL RUMAH TANGGA 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 3.60 2.60 2.00 1.31 0.81-0.15 (2.00) 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 Secara sektoral, 3 sektor yang memberikan share terbesar bagi kredit produktif yaitu konstruksi, perdagangan, dan konstruksi juga memberikan andil cukup besar bagi pembentukan rasio kredit bermasalah. Pada triwulan III 2014, rasio kredit bermasalah terbesar ada pada sektor konstruksi yaitu sebesar 27,81%, namun menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 33,16%. Sementara kredit bermasalah pada sektor perdagangan dan sektor pertanian pada triwulan III 2014 masing-masing sebesar 7,58% dan 6,50%. Selengkapnya dapat dilihat pada Grafik 4.19. 56 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN Grafik 4.19. Rasio NPLs Berdasarkan Sektor Ekonomi Utama 35% NPLs Pertanian NPLs Perdagangan NPLs Konstruksi NPLs TOTAL SEKTOR 30% 25% 27.81% 20% 15% 10% 5% 0% 7.58% 6.50% 3.71% -5% 2011 2012 2013 2014 Untuk kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), walaupun mengalami penurunan namun masih perlu mendapat perhatian karena sejak berada di atas batas wajar NPLs sebesar 5%. Rasio kredit UMKM bermasalah pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 9,05%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 9,26%. Tingginya NPLs kredit UMKM terutama berasal dari kredit usaha menengah dengan NPLs sebesar 13,10%. Sementara kredit usaha kecil tercatat sebesar 9,37%, sedangkan kualitas kredit usaha mikro relatif baik dengan NPLs sebesar 3,04% (Grafik 4.20). Grafik 4.20. Rasio NPLs Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 15% 10% 5% NPLs UMKM (%) NPLs MIKRO (%) NPLs KECIL (%) NPLs MENENGAH (%) 13.10% 9.37% 9.05% 0% 3.04% TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 Untuk meminimalkan risiko kredit perbankan, Bank Indonesia telah mengeluarkan ketentuan makroprudensial mengenai loan to value (LTV) untuk kredit pemilikan rumah (KPR) dan besaran uang muka untuk kredit kendaraan bermotor (KKB). Untuk sektor properti KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 57

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN pertumbuhan kredit yang tinggi tersebut dapat mendorong terjadinya gelembung harga (bubble) yang tidak mencerminkan harga properti yang sebenarnya sehingga meningkatkan risiko kredit bank. Ketentuan LTV untuk sektor properti juga sudah disempurnakan lagi dengan menurunkan rasio LTV atau meningkatkan jumlah uang muka untuk akad kredit kedua dan seterusnya mengingat adanya beberapa nasabah yang memiliki KPR lebih dari satu. 58 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG Halaman ini sengaja dikosongkan Halaman ini sengaja dikosongkan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 59

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG Jumlah uang masuk (inflow) pada triwulan III 2014 sebesar Rp.987,94 milyar sedangkan uang keluar (outflow) sebesar Rp.729,75 milyar, sehingga peredaran uang tunai di Gorontalo pada triwulan III 2014 mengalami net inflow sebesar Rp.258,19 milyar. Sementara itu, tidak ditemukan adanya uang palsu pada kas titipan di Provinsi Gorontalo pada triwulan III 2014. Perkembangan sistem pembayaran secara non-tunai pada triwulan III 2014 menunjukkan adanya perlambatan. Hal tersebut dapat terlihat pada aktivitas transaksi kliring yang tumbuh melambat yaitu sebesar 0,70% (qtq) dari Rp.464,59 milyar pada triwulan II 2014 menjadi Rp.467,83 milyar pada triwulan III 2014. Sedangkan aktivitas transaksi melalui RTGS mengalami penurunan sebesar -11,99% (qtq) dari sebelumnya Rp.2,27 triliun pada triwulan II 2014 menjadi Rp.2,00 triliun pada triwulan III 2014. Salah satu fungsi dan tugas Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang diamanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU. No. 6 tahun 2009 yaitu mengatur dan menjaga kelancaran Sistem Pembayaran. Namun, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo belum dapat melakukan fungsi dan tugas tersebut. Penyelenggaraan aktivitas pengelolaan sistem pembayaran hingga saat ini masih dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara yang bekerjasama dengan salah satu bank milik pemerintah untuk melaksanakan fungsi Kas Titipan dan Penyelenggara Kliring Lokal. Sistem pembayaran sendiri dapat diartikan sebagai seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi tersebut dapat dilakukan baik secara tunai maupun non-tunai. Pembayaran secara tunai dilakukan dengan menggunakan mata uang Rupiah, sementara pembayaran non-tunai dilakukan dengan cara kliring ataupun dengan menggunakan real time gross settlement (RTGS). 5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo pada triwulan III 2014, jumlah uang kartal yang masuk ke kas titipan Bank Indonesia (inflow) meningkat sebesar 27,28% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang sebesar Rp.776,18 miliar menjadi sebesar Rp.987,94 miliar. Meningkatnya jumlah nominal uang yang masuk ke kas titipan Bank Indonesia pada triwulan III 2014 terutama terjadi pada bulan Agustus 2014 yang mencapai 60 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Okt Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Setoran-Bayaran (Rp.Juta) Netflow (Rp.Juta) BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG Rp.548,70 milyar, hal ini terjadi karena pasca Idul Fitri 1434 H yang jatuh pada akhir Juli 2014 biasanya masyarakat kembali menyetorkan dananya ke perbankan di Gorontalo. Sementara itu, outflow atau jumlah uang yang keluar dari kas titipan Bank Indonesia mengalami penurunan sebesar -12,42% (qtq) dari sebelumnya sebesar Rp.833,26 miliar di triwulan II 2014 menjadi Rp.729,75 miliar pada triwulan III 2014. Dengan demikian, Gorontalo mengalami net inflow sebesar Rp.258,19 miliar pada triwulan III 2014. Jika dilihat secara bulanan, net intflow tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2014 yang mencapai Rp.448,94 miliar (Grafik 5.1 dan Grafik 5.2). Grafik 5.1 Perkembangan Net Flow Secara Bulanan 600,000 500,000 500,000 400,000 400,000 300,000 200,000 300,000 200,000 100,000-100,000 (100,000) - (200,000) 2012 2013 2014 inflow outflow Net Flow 400 300 (milyar rupiah) Grafik 5.2 Net Inflow/Outflow Gorontalo 200 100 0-100 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2010 2011 2012 2013 2014-200 -300 Sumber: Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 61

5.1.2 PERKEMBANGAN UANG PALSU YANG DITEMUKAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG Pada Triwulan III 2014, tidak ditemukan adanya uang palsu di kas titipan Bank Indonesia. Meski demikian, peredaran uang palsu di Gorontalo tetap perlu diwaspadai, masyarakat Gorontalo diharap tetap berhati-hati dalam melakukan transaksi kegiatan ekonominya. Pemahaman yang baik akan ciri-ciri keaslian uang perlu diketahui oleh masyarakat, oleh karena itu Bank Indonesia selaku otoritas dalam sistem pembayaran secara rutin melakukan sosialisasi keaslian uang rupiah agar dapat meningkatkan pemahaman masyarakat. Salah satu program yang terus disosialisasikan oleh Bank Indonesia adalah tagline 3D (dilihat, diraba, diterawang) yang selanjutnya dikembangkan lagi dengan pengertian yang baru yaitu Didapat, Disimpan, Disayang yang berarti uang tidak boleh diremas, dibasahi, dilipat maupun distaples. Selain itu, Bank Indonesia Provinsi Gorontalo secara rutin juga melakukan kegiatan edukasi kebanksentralan dan edukasi keuangan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap fungsi dan tujuan Bank Indonesia. Dalam menjaga kelancaran pembayaran secara tunai, Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi yang layak edar (clean money policy). Dalam melaksanakan strategi clean money policy tersebut, Bank Indonesia melakukan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah lusuh/rusak. 5.2 SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI Berkembangnya perekonomian Indonesia termasuk di Gorontalo berdampak pada peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap keamanan, kehandalan dan ketepatan dalam bertransaksi. Sistem pembayaran non-tunai menjadi alternatif bagi masyarakat untuk dapat melakukan transaksi secara lebih efisien, efektif dan aman. Dalam rangka mitigasi risiko dalam sistem pembayaran nasional, Bank Indonesia telah mengembangkan sistem setelmen (sistem penyelesaian transaksi) yaitu Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) dan Sistem Kliring Nasional (SKN). BI-RTGS merupakan sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual. BI-SSSS merupakan sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara elektronik. Sementara SKN merupakan kliring antar bank untuk alat pembayaran cek, Bilyet Giro, nota debet lainnya dan transfer kredit antar bank. 62 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG 5.2.1 KEGIATAN KLIRING Penyelenggaraan kliring diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.7/18/PBI/2005 tanggal 22 Juli 2005 tentang Sistem Kliring Nasional (SKN) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No.12/5/PBI/2010 tanggal 12 Maret 2010. SKN-BI adalah sistem transfer elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional. SKN-BI berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk Retail Value Payment System (RVPS) atau transaksi bernilai kecil (retail) yaitu transaksi di bawah Rp.100 juta. Penyelenggaraan kliring di Gorontalo dilaksanakan oleh penyelenggara kliring lokal (PKL) selain BI, yaitu kantor bank yang telah mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia, dalam hal ini dilakukan oleh salah satu bank milik pemerintah yang berada di Gorontalo. Perkembangan kliring di Provinsi Gorontalo selama triwulan III 2014 menunjukkan adanya peningkatan aktifitas jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jumlah warkat yang dikliringkan tercatat sebanyak 18.636 lembar dengan nilai transaksi sebesar Rp.467,83 miliar atau meningkat baik secara volume maupun nominalnya masing-masing sebesar 7,59% dan 0,70% (qtq) dibandingkan dengan triwulan II 2014 yang sebanyak 17.321 lembar dengan nominal sebesar Rp.464,59 miliar (Tabel 5.1). KETERANGAN Perputaran Kliring Tabel 5.1 Perputaran Kliring di Gorontalo 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II III a. Lembar 17,673 17,286 17,809 18,192 17,121 18,781 19,509 15,576 15,927 17,321 18,636 b. Nominal (Rp miliar) 396.15 423.53 423.45 470.09 455.05 512.04 561.42 393.04 401.09 464.59 467.83 Rata-rata perputaran kliring per hari a. Lembar 280.52 278.92 292.04 303.36 285.78 298.15 308.70 258.06 265.45 274.94 299.97 b. Nominal (Rp miliar) 6.29 6.83 6.93 7.86 7.62 8.14 8.92 6.50 6.68 7.37 7.51 Persentase rata-rata penolakan a. Lembar (%) 1.16 0.82 1.00 1.12 1.06 0.90 1.53 1.33 1.26 1.60 1.81 b. Nominal (%) 1.57 0.90 1.03 1.46 1.16 1.31 1.68 1.23 1.82 1.46 1.58 Sumber: Bank Indonesia Pada Triwulan III 2014 terdapat 62 hari transaksi kliring, dimana rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro selama triwulan laporan tercatat 1,81% dari rata-rata lembar warkat kliring yang dikliringkan per hari atau meningkat dari rata-rata penolakan pada triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 1,60% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan. Meski rata-rata jumlah persentase lembar cek/bilyet giro yang ditolak mengalami peningkatan. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan lembar cek/bg yang ditransaksikan pada sistem kliring nasional mengalami penolakan, berdasarkan PBI No.12/5/PBI/2010 tentang SKNBI terdapat beberapa alasan sebuah lembar Cek/BG ditolak, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.2. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 63

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG 600 550 500 450 400 350 300 Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo (milyar) (lembar) 18,636 467.83 I II III IV I II III IV I II III 2012 2013 2014 Nominal Jumlah Warkat Kliring (skala kanan) 21,000 20,000 19,000 18,000 17,000 16,000 15,000 2.0 1.8 1.6 1.4 1.2 1.0 0.8 0.6 0.4 Grafik 5.4 Persentase Rata-rata Penolakan (%) I II III IV I II III IV I II III 2012 2013 2014 Nominal Jumlah Warkat Kliring (skala kanan) 1.81 1.58 Sumber: Bank Indonesia Tabel 5.2 Alasan Penolakan pada Cek/BG dalam SKN-BI No. Alasan Penolakan 1 Saldo rekening giro atau rekening khusus tidak cukup 2 Rekening giro atau rekening khusus telah ditutup 3 Unsur cek/syarat formal bilyet giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat penyebutan tempat dan tanggal penarikan 4 Unsur cek tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat tanda tangan penarik 5 Syarat formal bilyet giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat nama dan nomor rekening giro Pemegang 6 Syarat formal bilyet giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat nama bank penerima 7 8 Syarat formal bilyet giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat jumlah dana yang dipindahbukukan baik dalam angka maupun dalam huruf selengkap-lengkapnya Syarat formal bilyet giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat tanda tangan, nama jelas dan/atau dilengkapi dengan cap/stempel 9 10 Bilyet giro diunjukkan sebelum tanggal penarikan atau sebelum tanggal efektif, atau tanggal efektif dicantumkan tidak dalam tenggang waktu pengunjukan Cek dan/atau bilyet giro dibatalkan oleh penarik setelah berakhirnya tenggang waktu pengunjukan berdasarkan surat pembatalan dari penarik 11 Cek dan/atau bilyet giro sudah kadaluarsa 12 Perubahan teks/perintah yang telah tertulis pada Bilyet Giro tidak ditandatangani oleh Penarik. 13 Tanda tangan tidak cocok dengan spesimen. 14 15 16 17 18 Bank Penagih bukan merupakan Bank penerima yang disebut dalam Cek Silang Khusus atau Bilyet Giro sebagai Bank penerima Dana. Cek dan/atau Bilyet Giro diblokir pembayarannya oleh Penarik karena hilang atau dicuri (harus dilampiri dengan surat keterangan dari kepolisian). Cek dan/atau Bilyet Giro diblokir pembayarannya oleh instansi yang berwenang karena diduga terkait dengan tindak pidana yang dilakukan oleh Penarik (harus dilampiri dengan surat pemblokiran dari instansi yang berwenang). Rekening Giro diblokir oleh instansi yang berwenang (harus dilampiri dengan surat pemblokiran dari instansi yang berwenang). Perintah dalam DKE Debet tidak sesuai dengan perintah dalam Warkat Debet yang bersangkutan. 19 Penerimaan DKE Debet tidak disertai dengan penerimaan fisik Warkat Debet. 64 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG No. Alasan Penolakan 20 Cek dan/atau Bilyet Giro diduga palsu/dimanipulasi. 21 Warkat Debet yang diterima oleh Bank Tertarik bukan ditujukan untuk Bank Tertarik. 22 Tidak ada Endosemen pada Cek atas nama yang dialihkan pada pihak lain. 23 Nota Debet tidak sesuai dengan ketentuan dan/atau perjanjian yang mendasarinya. Sumber: Bank Indonesia 5.2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 17 November 2000, BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi Rp.100 juta ke atas dan bersifat segera (urgent). Dalam menjalankan peran sebagai Penyelenggara (Operator) sistem BI-RTGS, Bank Indonesia memiliki tanggung jawab sebagai berikut: 1. menyelenggarakan BI-RTGS dengan menerapkan prinsip efisien, cepat, aman dan handal. 2. memberikan penjelasan kepada Peserta mengenai risiko finansial sehubungan keikutsertaannya dalam Sistem BI-RTGS dan peserta harus mengelola risiko tersebut. 3. memastikan kepatuhan peserta terhadap ketentuan yang telah ditetapkan, termasuk menerima laporan internal audit terkait penyelenggaraan BI-RTGS oleh peserta. Tabel 5.3 Perkembangan Transaksi Melalui RTGS di Gorontalo 2012 2013 2014 KETERANGAN I II III IV I II III IV I II III Dari Gorontalo ke Luar Daerah (from) a. Volume Transaksi 2,189 2,886 2,907 3,077 2,224 2,711 2,620 2,938 2,200 2,454 2,381 b. Nominal (Rp miliar) 626.50 828.97 782.39 1,010.21 666.37 847.99 955.64 1,044.09 778.75 811.19 707.59 Dari Luar Daerah Ke Gorontalo (to) a. Volume Transaksi 1,434 1,832 1,846 2,112 1,442 1,870 1,927 2,096 1,560 1,796 1,648 b. Nominal (Rp miliar) 788.46 1,231.93 1,171.26 1,527.27 1,322.40 1,387.23 1,647.23 1,665.89 1,173.10 1,189.16 1,047.70 Transaksi di dalam Gorontalo (From - To) a. Volume Transaksi 543 792 820 905 431 603 620 698 456 550 562 b. Nominal (Rp miliar) 222.10 280.15 240.28 307.64 161.61 215.54 311.02 321.86 270.47 272.38 244.94 Total Transaksi RTGS a. Volume Transaksi 4,166 5,510 5,573 6,094 4,097 5,184 5,167 5,732 4,216 4,800 4,591 b. Nominal (Rp miliar) 1,637.06 2,341.05 2,193.93 2,845.12 2,150.38 2,450.76 2,913.89 3,031.84 2,222.32 2,272.73 2,000.23 Sumber: Bank Indonesia Peserta BI-RTGS terdiri dari seluruh bank dan lembaga selain bank. Keanggotaan peserta BI-RTGS dibedakan menjadi Peserta Langsung dan Peserta Tidak Langsung. Peserta Langsung KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 65

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG adalah peserta yang dapat mengirimkan transaksi RTGS dengan menggunakan identitas sendiri. Sedangkan Peserta Tidak Langsung dapat mengirimkan transaksi RTGS dengan menggunakan identitas Peserta Langsung. Dalam pengisian instruksi transfer, peserta wajib memenuhi ketentuan mengenai prinsip pengenalan nasabah (know your customer principles) dan aturan mengenai tindak pidana pencucian uang (anti money laundering). Untuk itu, identitas mengenai data nasabah pengirim dan penerima transfer melalui BI-RTGS harus diisi secara lengkap dan benar. Grafik. 5.5 Perkembangan Total Nominal Transaksi RTGS di Gorontalo 3500 (milyar rupiah) (yoy) 40% 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% I II III IV I II III IV I II III 2012 2013 2014 (From-To) (to) (from) Pertumbuhan (yoy, skala kanan) Sumber : Bank Indonesia Grafik 5.6 Perkembangan Total Volume Transaksi RTGS di Gorontalo 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 (volume transaksi) (yoy) 15% 10% 5% 0% -5% -10% 0 I II III IV I II III IV I II III 2012 2013 2014 (From-To) (to) (from) Pertumbuhan (yoy, skala kanan) -15% Sumber : Bank Indonesia 66 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG Pada triwulan III 2014, total transaksi RTGS di Gorontalo adalah sebesar Rp.2,00 triliun dengan jumlah total volume transaksi sebanyak 4.591 transaksi. Total nominal transaksi tersebut mengalami penurunan yang cukup tinggi yaitu sebesar -31,36% (yoy) dari triwulan yang sama di tahun 2013 yang sebesar Rp.2,91 triliun rupiah dengan 5.167 transaksi (Grafik 5.5) Total volume transaksi RTGS mengalami penurunan sebesar sebesar -11,15% (yoy) dari sebelumnya sebanyak 5.167 transaksi di triwukan III 2013 turun menjadi 4.591 transaksi di triwulan III 2014 (Grafik 5.6). Penurunan volume transaksi tersebut terjadi di seluruh jenis transaksi, baik yang dari Gorontalo (from), dari luar daerah Gorontalo (to), maupun transaksi di dalam Gorontalo (from-to). Secara triwulanan, volume transaksi RTGS di triwulan III 2014 tersebut juga mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan triwulan II 2014. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 67

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Halaman ini sengaja dikosongkan 68 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB 6 : KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Di pertengahan tahun 2014, kondisi ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah pengangguran terhadap angkatan kerja dari sebesar 4,15% jiwa pada bulan Agustus 2013 menjadi sebesar 4,18% jiwa pada bulan Agustus 2014 atau meningkat sebesar 5,2% (yoy). Sebagian besar penduduk masih bekerja di sektor pertanian dengan pangsa mencapai 39,24% dari total penduduk yang bekerja. Kesejahteraan petani juga cenderung melemah meskipun relatif kecil, yang terindikasi dari pelemahan Nilai Tukar Petani (NTP) dari 101,98 pada triwulan II 2014 menjadi 101,79 pada triwulan III 2014. Sementara Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2013 menunjukan perbaikan dibandingkan tahun 2012, dari 71,28 menjadi 71,77. Kondisi yang membaik juga ditunjukkan oleh penurunan jumlah penduduk miskin. Pada bulan Maret 2014, persentase penduduk miskin tercatat sebesar 17,44%, sedikit lebih rendah dibandingkan bulan Maret 2013 yang sebesar 17,51%. Rasio Gini di tahun 2013 relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,44%, namun masih lebih tinggi dibandingkan angka Rasio Gini nasional yang sebesar 0,41%. 6.1. KETENAGAKERJAAN Jumlah penduduk usia kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Provinsi Gorontalo pada bulan Agustus 2014 tercatat sebanyak 795.817 jiwa, atau meningkat 2,15% (yoy) dibandingkan bulan Agustus 2013 yang sebanyak 779.079 jiwa. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah angkatan kerja hingga 4,4%, (yoy) dari 478.813 jiwa pada bulan Agustus 2013 menjadi 500.056 jiwa pada bulan Agustus 2014. Hal ini juga didorong oleh menurunnya jumlah bukan angkatan kerja dari 300.266 jiwa menjadi 295.761 jiwa. Perbaikan kondisi angkatan kerja terlihat dari bertambahnya jumlah penduduk yang bekerja dari 473.753 jiwa menjadi 507.939 jiwa atau meningkat hingga 7,22% (yoy). Di sisi lain, jumlah penduduk yang tidak bekerja mengalami peningkatan dari 19.883 jiwa pada bulan Agustus 2013 menjadi 20.919 jiwa pada bulan Agustus 2014. Hal ini dipengaruhi oleh masuknya angkatan kerja baru pada bulan kelulusan mulai bulan Juli 2014. Pertumbuhan ekonomi yang kondusif pada triwulan I 2014 dan triwulan II 2014 dalam realitanya tidak berpengaruh signifikan pada perbaikan tingkat pengangguran. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah pengangguran angkatan kerja dari 19.883 jiwa pada bulan Agustus 2013 menjadi 20.919 jiwa pada bulan Agustus 2014. Tingkat Pengangguran Terbuka juga ikut mengalami koreksi dari 4,15% menjadi 4,18%. Terlebih lagi, terdapat kondisi ketenagakerjaan di Gorontalo yang perlu mendapat perhatian juga, yaitu peningkatan jumlah pekerja dipengaruhi oleh jumlah pekerja paruh waktu yang naik mencapai 18% (yoy). Oleh karena itu, KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 69

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN kualitas lapangan kerja yang tersedia juga patut menjadi perhatian sehingga angka pengangguran dapat semakin berkurang. Grafik 6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Angkatan Kerja Provinsi Gorontalo Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Grafik 6.2. Pangsa Ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo bulan Agustus 2014 Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Jika dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor pertanian terlihat masih mendominasi sebagian besar penduduk Provinsi Gorontalo yaitu menyerap 188.033 tenaga kerja pada bulan Agustus 2014 atau sebesar 39,24% dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut meningkat 10,99% (yoy) jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2013 yang hanya menyerap 169.416 tenaga kerja. Peningkatan tersebut disebabkan oleh karena musim kemarau yang berkepanjangan sehingga memaksa para petani serta anggota keluarganya untuk mencari tambahan penghasilan penghasilan dengan juga menjadi buruh tani di ladang yang cenderung memiliki pengairan yang cukup baik. Sementara itu, tenaga kerja pada sektor jasa kemasyarakatan menunjukkan tren penurunan. Pada bulan Agustus 2014, sektor jasa kemasyarakatan hanya menyerap 85.080 tenaga kerja atau menurun 6,22% (yoy) jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2013 yang menyerap 90.725 tenaga kerja. Hal serupa juga terjadi pada sektor lainnya dimana terjadi penurunan sebesar 5,58% (yoy) atau hanya menyerap tenaga kerja sebesar 80.712 dibanding Agustus 2013 sebesar 85.486. 70 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Grafik 6.3. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Provinsi Gorontalo Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Grafik 6.4. Perkembangan Ketenagakerjaan di Sektor Formal-Informal Grafik 6.5. Pangsa Tenaga Kerja di Provinsi Gorontalo Berdasarkan Lapangan Usaha Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Tingkat pekerja formal pada bulan Agustus 2014 berjumlah 160.122 jiwa atau meningkat 33,42%. Tenaga kerja formal tersebut berkurang sebesar 1,7%. Pekerja formal mencakup kategori buruh/karyawan/pegawai maupun mereka yang berusaha sendiri, dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, dan dibantu buruh tetap. Pekerja di sektor informal tercatat) dengan jumlah mencapai 317.241 jiwa atau 64.49% dari total pekerja. Tenaga kerja informal tersebut tercatat meningkat sebesar 7,7% (yoy). Dalam hal jenjang pendidikan, jumlah tenaga kerja pada bulan Agustus 2014 masih didominasi oleh jenjang SD ke bawah yang sebagian besar mendominasi sektor pertanian, yaitu sebanyak 300.343 jiwa atau 62,68% dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut juga meningkat dibandingkan bulan Agustus 2013 yang berjumlah 281.336. Spesifikasi tenaga kerja untuk jenjang universitas masih relatif rendah dimana hingga bulan Agustus 2014 hanya menyerap 45.943 tenaga kerja atau 9,59% dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut terus mengalami tren pertumbuhan dibandingkan bulan Agustus 2013 sebesar 43.519. Hal KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 71

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN tersebut, menunjukan bahwa terdapat perkembangan pada sektor industri di Gorontalo sehingga membutuhkan lulusan S1 dalam proses bisnisnya. Grafik 6.6. Perkembangan Ketenagakerjaan Menurut Jenjang Pendidikan Grafik 6.7. Pangsa Tenaga Kerja Berdasarkan Jenjang Pendidikan Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Sumber: BPS Provinsi Gorontalo 6.2. KEMISKINAN Berdasarkan hasil survei BPS Provinsi Gorontalo, persentase jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo pada Maret 2014 tercatat sebesar 17,44% dari jumlah penduduk (194.169 jiwa), mengalami penurunan dibandingkan persentase bulan Maret 2013 yang sebesar 17,51% dari jumlah penduduk (192.584 jiwa). Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach) dan sejak bulan September 2013 pengolahan data menggunakan hasil proyeksi penduduk. Pada periode Maret 2014, jumlah penduduk miskin di kota mengalami kenaikan dari 17.839 jiwa di bulan Maret 2013 menjadi 25.207 jiwa. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di desa tercatat sebanyak 168.962 jiwa, atau mengalami penurunan dibandingkan bulan Maret 2013 yang sebanyak 174.745 jiwa. Walaupun terjadi penurunan persentase jumlah penduduk miskin, akan tetapi garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo mengalami kenaikan. Pada bulan Maret 2014, garis kemiskinan tercatat sebesar Rp243.547 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp22.090 per kapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2013 yang tercatat sebesar Rp221.457 per kapita per bulan. Garis kemiskinan daerah perkotaan di bulan Maret 2014 tercatat sebesar Rp246.633 per kapita per bulan, lebih tinggi dibandingkan masyarakat pedesaan yang sebesar Rp241.936 per kapita per bulan. Pada bulan Maret 2014, Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) di perkotaan lebih besar dibandingkan di pedesaan. GKNM wilayah perkotaan tercatat sebesar Rp65.534 atau 72 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN memiliki selisih Rp14.966 dibandingkan GKNM wilayah pedesaan yang sebesar Rp50.568. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan minimum masyarakat perkotaan untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan yang relatif lebih banyak dan mahal harganya dibandingkan masyarakat pedesaan. Sementara itu, Garis Kemiskinan Makanan (GKM) wilayah pedesaan cenderung lebih besar dibandingkan perkotaan disebabkan pola konsumsi masyarakat pedesaan yang lebih tinggi. GKM wilayah pedesaan tercatat sebesar Rp191.368 atau memiliki selisih Rp10.268 dibandingkan GKM wilayah perkotaan yang sebesar Rp181.100. Salah satu faktor pendorong menurunnya persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk Provinsi Gorontalo di tahun 2014. Sementara itu, tingkat konsumsi masyarakat yang meningkat di awal tahun menyebabkan garis kemiskinan masyarakat juga ikut meningkat. Pemerintah dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) tetap memegang peranan yang sangat penting dalam menjaga tingkat inflasi daerah dan daya beli masyarakat dengan melakukan berbagai upaya dalam menjaga stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi. Grafik 6.8. Perkembangan Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo 210,000 180,000 150,000 120,000 90,000 60,000 30,000 jiwa Perkotaan Pedesaan gpenduduk Miskin % 30 25 20 15 10 5 Grafik 6.9. Perkembangan Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 Rp Perkotaan Total Pedesaan Rp 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000-0 0 0 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2009 2010 2011 2012 2013 2014 * * Sumber: BPS Provinsi Gorontalo (* Maret 2014) Sumber: BPS Provinsi Gorontalo (* Maret 2014) 6.3. RASIO GINI Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh BPS pada bulan Maret 2013 mencatat Rasio Gini Provinsi Gorontalo sebesar 0,44%, relatif sama dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Akan tetapi, kesenjangan pendapatan antar lapisan penduduk Provinsi Gorontalo lebih tinggi dari nasional yang tercatat 0,41% dan merupakan yang tertinggi di wilayah Sulawesi. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa walaupun pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi Provinsi Gorontalo lebih baik dibandingkan nasional, tetapi manfaatnya relatif kesejahteraan antar penduduk masih cukup lebar. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 73

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Grafik 6.10. Perkembangan Gini Rasio Nasional dan Wilayah Sulawesi 0.50 0.45 0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 0.00 Nasional Gorontalo Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sumber : BPS Nasional, Berdasarkan Susenas Maret 2013 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Utara 6.4. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) Seiring dengan terus bertumbuhnya perekonomian Provinsi Gorontalo, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari indeks daya beli, indeks pendidikan dan indeks kesehatan, juga menunjukan tren peningkatan. IPM Provinsi Gorontalo pada tahun 2013 tercatat sebesar 71,77, meningkat dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 71,28. Meskipun demikian, IPM Provinsi Gorontalo masih relatif lebih rendah dibandingkan provinsi lainnya di wilayah Sulawesi, kecuali Provinsi Sulawesi Tenggara dan Provinsi Sulawesi Barat. Berdasarkan kabupaten dan kota di Provinsi Gorontalo, IPM tertinggi berada di Kota Gorontalo yang tercatat sebesar 74,17, sedangkan IPM terendah berada di Kabupaten Boalemo sebesar 69,49. Hal ini tidak terlepas dari posisi Kota Gorontalo yang merupakan ibukota provinsi dan pusat pemerintahan, sehingga masyarakatnya lebih banyak tersentuh kegiatan pembangunan. Grafik 6.11. Indeks Pembangunan Manusia Wilayah Sulawesi Grafik 6.12. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Gorontalo 76 74 2008 2009 2010 2011 2012 72 70 68 66 64 Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Gorontalo Kab. Pohuwato Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Kab. Bone Bolango Kab. Gorontalo Utara Kota Gorontalo 74 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 6.5. KESEJAHTERAAN PETANI Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP maka secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Grafik 6.13. Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo SBH 2007=100 SBH 2012=100 Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Mulai bulan Desember 2013, perubahan tahun dasar dilakukan dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian di pedesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian. Kesejahteraan petani terjadi pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 101,79, cenderung mengalami penurunan dibandingkan triwulan II 2014 yang sebesar 101,98. Dampak dari kekeringan di Provinsi Gorontalo merupakan salah satu penyebab penurunan dari kesejahteraan petani. Indeks yang diterima (lt) oleh petani tercatat sebesar 115,44, atau meningkat 0,62% (q.t.q) dibanding triwulan sebelumnya. Akan tetapi, biaya produksi yang dikeluarkan petani juga ikut mengalami peningkatan. Indeks dibayar petani (lb) tercatat meningkat 0,81% (q.t.q) dari 112,5 menjadi 113,41. NTP pada subsektor hortikultura, peternakan, dan perikanan mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yang berturut-turut tercatat sebesar 114,72; 104,64; dan 101,3. Peningkatan NTP subsektor hortikultura dipengaruhi oleh kenaikan harga kelompok sayur-sayuran, dan tanaman obat. Dampak dari Hari Besar Keagamaan di akhir triwulan III 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN III 2014 75