BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL DENGAN PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL

BAB III 3 METODE PENELITIAN. b) Pengambilan data Klimatologi lokasi penelitian

TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN PENAMBAHAN PEMASANGAN BARU LPJU KONVENSIONAL DENGAN LPJUTS DI JALAN TOL BELMERA DENGAN PENDEKATAN VALUE ENGINEERING

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL DENGAN PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL

TUGAS AKHIR STUDI METODE REKAYASA NILAI PADA PERENCANAAN PENGGUNAAN LPJU SOLAR CELL

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan,

PERENCANAAN KOMPARATIF SECARA TEKNIS DAN EKONOMIS SISTEM KELISTRIKAN PADA PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL DAN SOLAR CELL

KAJIAN KELAYAKAN SISTEM PHOTOVOLTAIK SEBAGAI PEMBANGKIT DAYA LISTRIK SKALA RUMAH TANGGA (STUDI KASUS DI GEDUNG VEDC MALANG)

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi. Kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S.

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGOPERASIAN PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN BY PASS I GUSTI NGURAH RAI

Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH :

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

Kata Kunci : Solar Cell, Modul Surya, Baterai Charger, Controller, Lampu LED, Lampu Penerangan Jalan Umum. 1. Pendahuluan. 2.

Oleh: UMI KHOIRIYAH D

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN KOMBINASI SOLAR HOME SYSTEM DENGAN LISTRIK PLN

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENERAPAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN TOL DARMO SURABAYA

Proposal PJU Tenaga Surya

Materi Sesi Info Listrik Tenaga Surya. Politeknik Negeri Malang, Sabtu 12 November 2016 Presenter: Azhar Kamal

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboraturium Daya dan Alat Mesin Pertanian (Lab

Muhamad Fahri Iskandar Teknik Mesin Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN

A D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N. Nomor : LU / Pokja-9/ULP-JTG/V/2015 Tanggal : 22 Mei Untuk Pengadaan BELANJA MODAL

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat

PANEL SURYA dan APLIKASINYA

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

Pelatihan Sistem PLTS Maret 2015 PELATIHAN SISTEM PLTS INVERTER DAN JARINGAN DISTRIBUSI. Rabu, 25 Maret Oleh: Nelly Malik Lande

ANALISIS TEKNIS PENATAAN ULANG PENERANGAN JALAN UMUM PADA JALUR MAKAM NASIONAL DI KABUPATEN JOMBANG

BAB III METODE PENELITIAN

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

PENINGKATAN EFISIENSI MODUL SURYA 50 WP DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

BAB 5 RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN TIME SCHEDULE

BAB III KOMPONEN DAN PROSES PEMASANGAN. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik dan mengurangi

HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Masalah

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA UPS

PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: STUDI PENGARUH PENGGUNAAN BATERAI PADA KARAKTERISTIK PEMBANGKITAN DAYA SOLAR CELL 50 WP

Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 5 RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN TIME SCHEDULE

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN MODUL SURYA 50 WP SEBAGAI ENERGI CADANGAN PADA RUMAH TINGGAL

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978

BAB II LANDASAN TEORI

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN

Sistem PLTS OffGrid. TMLEnergy. TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat. TMLEnergy. We can make a better world together CREATED

PERBEDAAN EFISIENSI DAYA SEL SURYA ANTARA FILTER WARNA MERAH, KUNING DAN BIRU DENGAN TANPA FILTER

TMLEnergy We can make a better world together Proposal PJU Smart

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

PROPOSAL INSTALASI PENERANGAN JALAN UMUM TENAGA SURYA (PJUTS) JALAN TOL PROBOLINGGO-BANYUWANGI

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

Perancangan dan Realisasi Kebutuhan Kapasitas Baterai untuk Beban Pompa Air 125 Watt Menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya

BAB III PRINSIP KERJA ALAT DAN RANGKAIAN PENDUKUNG

Sistem PLTS Off Grid Komunal

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... i. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMAKASIH... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xi

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Kata kunci: Solar Cell, Media pembelajaran berbasis web, Intensitas Cahaya, Beban, Sensor Arus dan Tegangan PENDAHULUAN

RANCANG BANGUN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PENATAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM DI KABUPATEN KUBU RAYA

BAB 2 II DASAR TEORI

PJU Tenaga Surya. Penerangan Jalan Umum Mandiri

NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN SEL SURYA UNTUK KONSUMEN RUMAH TANGGA DENGAN BEBAN DC SECARA PARALEL TERHADAP LISTRIK PLN

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

NASKAH PUBLIKASI PENGGUNAAN PANEL SURYA (SOLAR CELL) SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ALTERNATIF UNTUK POMPA AKUARIUM DAN PEMBERI MAKAN OTOMATIS

BAB IV SIMULASI 4.1 Simulasi dengan Homer Software Pembangkit Listrik Solar Panel

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh kualitas lampu yang tahan lama dengan kuat cahaya yang

PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN PHOTOVOLTAIC ( PV)

BAB III METODE PENELITIAN

DASAR TEORI. Kata kunci: grid connection, hybrid, sistem photovoltaic, gardu induk. I. PENDAHULUAN

PENGUJIAN PANEL FOTOVOLTAIK DENGAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL

BAB III PERANCANGAN MINI REFRIGERATOR THERMOELEKTRIK TENAGA SURYA. Pada perancangan ini akan di buat pendingin mini yang menggunakan sel

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI

PERANCANGAN STAND ALONE PV SYSTEM DENGAN MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) MENGGUNAKAN METODE MODIFIED HILL CLIMBING

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI

TUGAS AKHIR STUDI EKONOMI METERISASI PENERANGAN JALAN UMUM KOTA MEDAN O L E H JOY SOPATER WASIYONO NIM :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SEBAGAI CATU DAYA PADA BTS MAKROSEL TELKOMSEL

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN PANEL SURYA

SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP

TEORI LISTRIK TERAPAN

BAB V SPESIFIKASI TEKNIS

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL

Table 1 Aliran dana dengan dana kumulatifnya

SIMULASI PHOTOVOLTAIC DAN KINCIR ANGIN SAVONIUS SEBAGAI SUMBER ENERGI PENGGERAK MOTOR KAPAL NELAYAN

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan Medan Selayang dengan jumlah LPJU yang terpasang ada sebanyak 3869 lampu di daerah seluas 9,01 km². Dimana ada sebanyak 1935 lampu terpasang dengan daya 150 watt. Pada umumnya lampu ini terpasang di jalan-jalan kecil (daerah sekitar perumahan penduduk). LPJU ini biasa terpasang di salah satu ruas jalan, kiri ataupun kanan. Sementara sisanya, yakni 1934 lampu, terpasang dengan daya 250 watt. Pada umumnya penempatan LPJU di median jalan di jalan dua arah. Keseluruhan lampu yang terpasang masih berupa penerangan jalan umum konvensional (sumber energi dari PLN). Pengumpulan data lapangan dibantu oleh Dinas Pertamanan Kota Medan. 3.2 Data-Data Yang Dibutuhkan Data-data yang dibutuhkan merupakan data yang diambil dari survey langsung ke lapangan dan data dari Dinas Pertamanan Kota Medan, seperti : a. gambar dan kondisi lokasi Jalan (Lebar jalan, kelas jalan, dan panjang jalan) b. jenis lampu penerangan jalan c. jenis dan bentuk tiang d. kabel yang digunakan 48

e. besaran-besaran listrik yang diperlukan untuk penerangan jalan umum konvensional (seperti, besaran pengaman dan pembatas) f. besaran-besaran listrik yang diperlukan untk penerangan jalan umum solar cell (seperti, panel surya, baterai, solar charge controller, dll). 3.3 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data Penelitian Perencanaan Penggunaan LPJU Solar Cell Sebagai Upaya Efisiensi Penggunaan Listrik di Kota Medan menggunakan metode rekayasa nilai (value engineering). Pendekatan yang digunakan dalam analisis dengan cara kualitatif dan kuantitatif dari berbagai sumber data yang diperoleh. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu studi pustaka dan studi lapangan, yaitu : 1) Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan upaya mempelajari dan mengumpulkan data sekunder untuk menunjang penelitian. Data yang dikumpulkan berasal dari buku referensi, jurnal, prosiding, dokumen-dokumen dan artikel dari internet, serta bahan kuliah yang mendukung dan berkaitan dengan topik tugas akhir ini. 2) Studi Lapangan Pengumpulan data melalui studi lapangan adalah untuk mendapatkan data primer, dilakukan dengan cara : a) Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung objek yang diteliti, yakni LPJU konvensional yang berada di kecamatan Medan Selayang. Penempatan dan pemasangan LPJU di kecamatan Medan Selayang. 49

b) Wawancara, dalam penelitian lapangan dilakukan wawancara terhadap beberapa responden untuk mengumpulkan data-data mengenai lampu jalan solar cell dan lampu jalan konvensional. Wawancara ini dilakukan di Dinas Pertamanan Kota Medan dan pegawai di Dinas Pertamanan sebagai respondennya. 3.4 Teori Analisa Data Dalam penelitian ini dilakukan dua analisis data yang meliputi analisa teknis dan analisa ekonomis terhadap penggunaan jalan umum solar cell dengan penerangan jalan umum konvensional. 3.4.1 Analisa Teknis Analisa teknis merupakan sebuah analisa yang sifatnya observatif serta perhitungan rumus yang ada dengan menyesesuaikan kriteria dan Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku dan tertera pada PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik). Menganalisis hal teknis terhadap LPJU dilakukan untuk mendapatkan sistem penerangan yang baik, aman, handal, tahan lama, dan sesuai dengan spesifikasi pabrikasinya dan terlebih sesuai SNI. Adapun analisis teknik dilakukan terhadap komponen-komponen PJU yang meliputi lampu, penerangan, tiang, stang ornamen, penghantar, dll. Berikut penjelasan masing-masing komponen yang dianalisa dalam tugas akhir berikut. 3.4.1.1 Lampu dan Penerangan Lampu adalah suatu unit lengkap yang terdiri dari sumber cahaya (lampu/luminer), elemen-elemen optik (pemantul/reflector, pembias/refractor, penyebar/diffuser). elemen-elemen elektrik (konektor ke sumber tenaga/power 50

supply. dll.). Untuk itu lampu memerlukan daya (sumber listrik) untuk membuatnya bekerja (hidup) dan akan menghabiskan energi selama lampu tersebut bekerja (dihidupkan). Berikut rumus yang digunakan untuk mencari besar energi yang dipakai pada lampu: (3.1) dimana : = energi yang dibutuhkan atau beban (Wh/watt.hour) = daya beban atau lampu (watt) = lama pemakaian beban atau lampu dalam satu hari (hour) Dalam merencanakan instalasi penerangan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan penerangan yang baik, yang memenuhi fungsinya agar mata dapat melihat dengan jelas dan nyaman. Maka dari itu diperlukan beberapa perhitungan penerangan, diantaranya adalah: i. Intensitas cahaya Intensitas cahaya adalah fiuks cahaya per satuan sudut ruang dalarn arah pancaran cahaya yang dapat ditulis dengan persamaan : (3.2) dimana : = intensitas cahaya (candela) = fluks cahaya dalam lumen (lm) w = sudut ruang dalam steridian (sr) ii. Luminasi Luminasi adalah fluks cahaya per satuan sudut ruang per satuan luas terproyeksi dari arah yang diberikan, atau intensitas cahaya dari suatu permukaan 51

persatuan luas hasil proyeksi dari arah yang diberikan seperti tampak pada Gambar 3.2. Luminasi merupakan ukuran terang suatu benda. Luminasi yang terlalu besar akan menyilaukan mata. Persamaan untuk menghitung besar luminasi adalah sebagai berikut : (3.3) Subtitusikan pers (3.2) dengan persamaan (3.3), maka didapat : (3.4) dimana : = luminasi (cd/m 2 ) A = luas bidang (m 2 ) w = sudut ruang dalam steridian (sr) = sudut antara sinar datang dengan garis normal objek iii. Iluminasi (Intensitas Penerangan) lluminasi atau intensitas penerangan adalah kerapatan fiuks cahaya yang mengenai suatu permukaaan, secara matematis dirumuskan : (3.5) dimana : = intensitas penerangan/iluminasi (lux atau lm/ m 2 ) A = luas bidang (m 2 ) = fluks cahaya dalam lumen (lm) Intensitas penerangan pada suatu titik umumnya tidak sama untuk setiap titik pada bidang tersebut. Intensitas penerangan suatu bidang karena suatu sumber cahaya dengan intensitas (I), berkurang dengan kuadrat dari jarak antara 52

sumber cahaya dan bidang itu (invers square law). Untuk memastikan intensitas penerangan di seluruh bagian bidang memenuhi syarat minimal yang telah ditetapkan (seperti yang tertera pada Tabel 2.4 dan Tabel 2.6), digunakan perhitungan metode titik. Gambar 3.1 Perhitungan Iluminasi Metode Titik Dengan menggunakan diagram intensitas cahaya, maka perhitungan iluminasi dengan mensibtusikan persamaan 3.2 dengan persamaan 3.5 menjadi sebagai berikut: (3.6) dimana : dengan mensubstitusikan kedua hal diatas dengan persamaan (3.6) didapatlah : (3.7) dimana : = sudut yang dibentuk oleh sisi depan luminer dengan garis lurus antara luminer dengan titik yang dituju 53

= sudut yang dibentuk dari garis normal luminer dengan garis lurus antara luminer dengan titik yang dituju h = tinggi sumber cahaya/tiang tiang PJU (meter) = intensitas cahaya pada sudut, iv. Efikasi cahaya Efikasi cahaya merupakan perbandingan antara fiuks cahaya yang dihasilkan larnpu dengan daya listrik yang dipakainya, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : 0 (3.8) dimana : = efikasi cahaya (lm/watt) = daya lampu (watt) 0 = fluks cahaya (lumen) v. Efisiensi Penerangan Efisiensi penerangan adalah perbandingan antaran fluks cahaya yang dipancarkan oleh armatur atau dapat juga diartikan sebagai fluks cahaya yang sampai ke objek dengan fluks cahayayang dipancarkan oleh sumber cahaya atau fluks cahaya awal, secara matematis dirumuskan : g 0 (3.9) dimana : = efisiensi cahaya penerangan 0 = fluks cahayayang dipancarkan oleh sumber cahaya(lumen) g = fluks cahayayang dipancarkan oleh armatur (lumen) 54

Efisiensi penerangan juga dapat dihitung melalui perhitungan indeks ruang atau indeks bentuk(k). p x l k (3.10) h ( p l) dimana : = indek ruang atau bentuk p = panjang permukaan jalan (m) l = lebar permukaan jalan (m) h = tinggi tiang PJU (m) Lalu melalui Tabel 3.1 dapat dilihat indeks bentuk (k) dan efisiensi penerangan maksimum dan minimumnya. (3.11) Sistem penerangan yang dipakai untuk penerangan jalan adalah sistem penerangan langsung. Tabel 3.1 Efisiensi Penerangan dari Armatur Penerangan Langsung (PJU) Melalui Perhitungan Indeks Ruang (k) r p 0,7 0,5 0,3 % r w 0,5 0,3 0,1 0,5 0,3 0,1 0,5 0,3 0,1 r m 0,1 0,1 0,1 K 0,5 0,28 0,23 0,19 0,27 0,23 0,19 0,27 0,22 0,19 0,6 0,33 0,28 0,24 0,32 0,28 0,24 0,32 0,27 0,24 0,8 0,42 0,36 0,33 0,41 0,36 0,32 0,40 0,36 0,32 1,0 0,48 0,43 0,40 0,47 0,43 0,39 0,46 0,42 0,39 1,2 0,52 0,48 0,44 0,51 0,47 0,44 0,50 0,46 0,43 1,5 0,56 0,52 0,49 0,55 0,52 0,49 0,54 0,51 0,48 0 2,0 0,61 0,58 0,55 0,60 0,57 0,54 0,59 0,56 0,54 2,5 0,64 0,61 0,59 0,63 0,60 0,58 0,62 0,59 0,57 72 3 0,66 0,64 0,61 0,65 0,63 0,61 0,64 0,62 0,60 4 0,69 0,67 0,65 0,68 0,66 0,64 0,66 0,65 0,63 72 5 0,71 0,69 0,67 0,69 0,68 0,66 0,68 0,66 0,65 Keterangan : r p = faktor refleksi dinding r m = faktor refleksi bidang pengukurannya 55

r w = faktor refleksi langit-langit Dimana : 0.1 = warna gelap 0.3 = warna sedang 0,5 = warna muda 0,7 = warna putih dan warna sangat muda 3.4.1.2 Tiang dan Stang Ornament Tiang merupakan salah satu dari komponen penting pada penerangan jalan umum. Fungsinya sebagai tempat untuk meletakkan lampu (beserta armaturnya), stang ornament, panel surya, baterai, inverter, dan lain sebagainya. Untuk menentukan sudut kemiringan stang ornamen, agar titik penerangan mengarah ketengah - tengah jalan: (a) (b) Gambar 3.2 Perencanaan Penerangan Jalan Umum (a) Tampak atas ; (b) Tampak depan Maka, untuk menentukan sudut kemiringan stang ornamen,agar titik penerangan mengarah ketengah tengah jalan (3.12) (3.12) (3.13) 56

dimana: h T c = tinggi tiang = jarak lampu ke tengah jalan = jarak horizontal lampu ke tengah jalan w 1 = jarak tiang ke horizontal lampu w 2 = jarak horizontal lampu ke ujung jalan b o T φ = lebar batu jalan = jarak batu jalan ke horizontal lampu = batas kemiringan stang ornamen = sudut kemiringan stang ornamen 3.4.1.3 Penghantar Listrik Kabel merupakan rakitan satu penghantar atau lebih, baik penghantar itu pejal maupun pintalan, masing-masing dilindungi isolasi, dan keseluruhannya dilengkapi dengan selubung pelindung bersama.dimana pada umumnya bagianbagian untuk kabel tegangan rendah adalah: penghantar isolasi lapisan pembungkus inti pelindung mekanis selubung luar Pada proses pemasangan instalasi untuk penghantar lsitrik penerangan jalan umum konvensional menggunakan kabel tegangan rendah, penggunaan kabel menurut tempat pemakaiannya terbagi ke dalam 3 bagian, yaitu : a. Kabel yang dipasang dari SUTR (Saluran Udara Tegangan Rendah) yang sudah ada menuju panel penerangan jalan umum atau disebut juga kabel induk. 57

b. Kabel yang dipasang dari Perangkat Hubung Bagi penerangan jalan umum ke titik- titik sambung LPJU. Biasanya PHB diletakkan dalam bawah tanah, sehingga penghantar listrik dengan kabel tanam. c. Kabel yang dipasang dari titik sambung penerangan jalan umum menuju lampu. Tembaga dan alumunium. Termasuk ke dalam bahan penghantar listrik yang baik. Untuk kabel tanah umumnya digunakan penghantar tembaga, sedangkan alumunium digunakan untuk penghantar udara. Untuk mengetahui ukuran luas penampang kabel berpenghantar yang dibutuhkan, digunakan persamaan dibawah ini : untuk tegangan 3 fasa : (3.14) untuk tegangan 1 fasa : (3.15) persentase jatuh tegangan : (3.16) dimana : = luas penampang penghantar (m 2 ) = panjang penghantar (m) = faktor daya = tahanan jenis logam penghantar = drop tegangan (volt) = tagangan jala-jala/sumber = persentase drop tegangan = arus beban 58

Nomenklatur kabel adalah tata cara pemberian nama suatu kabel dengan kode - kode tertentu, Beberapa arti huruf-huruf kode yang biasa digunakan pada kabel : N = kabel jenis standar dengan penghantar tembaga NA = kabel jenis standar dengan penghantar alumunium Y 2X 2Y F R Gb Re = selubung isolasi dari PVC = selubung isolasi dari XLPE = selubung isolasi dari polyethylene = perisai kawat baja pipih = perisai kawat baja bulat = spiral pita baja = penghantar pejal (solid) Rm = penghantar pintalan 3.4.1.4 Pembatas dan Pengaman Listrik Pembatas dan pengaman listrik biasanya diletakkan di dalam suatu box yang disebut PHB. PHB adalah panel/box yang merupakan perlengkapan untuk mengendalikan dan membagi tenaga listrik dan atau mengendalikan dan melindungi rangkaian (circuit) listrik. Berdasarkan penempatannya PHB terbagi dua yaitu: a) PHB Pasangan Dalam PHB yang ditempatkan dalam ruangan bangunan tertutup sehingga terlindung dari pengaruh cuaca secara langsung. b) PHB Pasangan Luar 59

PHB yang ditempatkan di luar ruangan bangunan sehingga terkena pengaruh dari cuaca secara langsung. Alat pembatas yang digunakan adalah MCB (Mini Circuit Breaker) 3 fasa. Untuk mendapatkan spesifikasi MCB yang sesuai, digunakan rumus berikut : (3.17) Dan alat yang digunakan sebagai pengaman pada instalasi PJU adalah menggunakan fuse dengan jenis NH Fuse. Sedangkan besar pengaman yang digunakan dapat dihitung dengan rumus : arus nominal pada masing fasa : (3.18) maka arus rating pengaman : (3.19) dimana : = besar daya yang digunakan (watt) = arus nominal pada masing-masing fasa (amper) = besar arus yang dibutuhkan atau arus rating pengaman (amper) = tegangan fasa-netral (volt) = faktor beban lebih 3.4.1.5 Perencanaan LPJU Solar Cell Dalam merencanakan LPJU solar cell yang sesuai dengan SNI digunakan perhitungan perhitungan yang tepat dan sesuai kebutuhan. Beberapa kmponen penting LPJU solar cell akan dijelaskan satu per satu di bawah ini. a. Lampu LED (Light Emitting Diode) Secara sederhana LED dapat didefinisikan sebagai salah satu semikonduktor yang mengubah energi listrik menjadi cahaya. LED merupakan 60

perangkat keras dan padat (solid-state component) sehingga unggul dalam hal ketahanan (durability). Lampu pijar dan neon tidak berguna lagi setelah bohlamnya pecah, namun tidak demikian dengan lampu LED. Lampu ini merupakan jenis solid-state lighting (SSL), artinya lampu yang menggunakan kumpulan LED sebagai sumber pencahayaannya. Sehingga lampu tidak akan mudah rusak bila terjatuh atau bohlamnya pecah. Kumpulan LED diletakkan dengan jarak yang rapat untuk memperterang cahaya. Satu buah lampu LED dapat bertahan lebih dari 30 ribu jam, bahkan ada yang mencapai 100 ribu jam. LED hanya memiliki 4 macam warna yang tampak oleh mata, yakni warna merah, kuning, hijau, dan biru. Untuk menghasilkan sinar putih yang sempurna, spektrum cahaya dari warna-warna tersebut digabungkan. Hal paling umum adalah penggabungan antara warna merah, hijau, dan biru, yang disebut RGB. Sampai saat ini, pengembangan terus dilakukan untuk menghasilkan lampu LED dengan komposisi warna seimbang dan berdaya tahan lama. b. Panel surya Panel surya adalah alat yang yang terdiri dari sel surya (photovoltaik) yang fungsinya mengubah energi cahaya menjadi menjadi energi listrik. Efisiensi dari sel surya merupakan perbandingan antara daya keluaran (Pout) dan daya masukannya (Pin). Daya keluaran (Pout) adalah perkalian antara tegangan waktu open circuit (Voc) dengan arus short circuit (Isc) dan faktor pengisian (fill factor, FF) dari sebuah modul surya. Persamaanya adalah : besar fill factor sel surya : (3.20) 61

Maka efisiensi sel surya : (3.21) dimana : = faktor pengisian/fill factor = tegangan nominal panel surya (volt) = arus nominal panel surya (volt) = tegangan open cicuit panel surya (volt) = arus short circuit panel surya (volt) = intensitas radiasi matahari yang diterima (watt/m 2 ) = luas permukaan modul sel surya (m 2 ) Daya nominal pada panel surya tidak dapat diperbesar lagi, kecuali panel surya diganti dengan panel surya lain yang spesifikasi daya nominalnya lebih besar. Maka untuk mendapatkan energi yang besar yang dihasilkan oleh panel surya tergantung pada lamanya penyinaran matahari. Lamanya panel surya mendapatkan sinar : (3.22) Dimana untuk mencari jumlah sinar global yang datang dapat dihitung dengan menggunakan rumus Hukum Stefan-Boltzmann, dimana besarnya fluks radiasi yang dipancarkan suatu benda setara dengan pangkat empat suhu mutlak benda tersebut. (3.23) 62

Maka untuk mencari jumlah sinar global yang datang dapat dihitung dengan mengalikan besarnya flux radiasi dengan lamanya penyinaran dalam satu hari. Dirumuskan : ( ) (3.24) dimana : = Daya (watt) = luas (m 2 ) = tetapan Stefan-Boltzmann (5,67 x 10-8 watt/m 2 K 4 ) = koefisien emisivitas (0-1) = suhu permukaan ( o K) = lamanya penyinaran (hours) Energi yg dihasilkan panel surya : (3.25) Sehingga jumlah minimum modul yang digunakan untuk dapat melayani energi pada beban (lampu) yang dibutuhkan, dengan menggunakan persamaan diatas adalah : banyak panel surya: (3.26) dimana : = lamanya panel surya mendapatkan sinar global (hour/jam) = energi yang dihasilkan modul (Wh/hari) = daya nominal panel surya (watt) = jumlah minimum modul yang diperlukan 63

ɳ baterai = efisiensi baterai (%) c. Solar charge controller Merupakan peralatan elektronik yang digunakan untuk mengatur arus searah yang diisi dan diambil dari baterai ke beban. Solar charge controller mengatur overcharging (kelebihan pengisian karena baterai sudah penuh) dan kelebihan tegangan dari panel surya. Ukuran atau rating untuk alat pengontrol aliran masuk dan keluar dari aki ditentukan dalam satuan Ampere, yakni dengan rumus : (3.27) dimana : = arus rating solar charge controller (ampere) = banyak panel surya x P nom (watt) d. Baterai Baterai adalah alat penyimpanan tenaga lsitrik arus searah (DC) yang dibangkitkan oleh panel surya. Kapasitas baterai yang tertulis dalam satuan Ah (ampere hour), yang menyatakan kekuatan baterai, seberapa lama baterai dapat bertahan mensuplai arus untuk beban (lampu). Maka untuk menentukan total kapasitas baterai berdasarkan periode penyimpanan yang diinginkan sebagai berikut : ( ) (3.28) dimana : = kapasitas baterai (Ah/Ampere.hour) = tegangan baterai (volt) = deep of discharge (%) 64

= banyak panel surya x Gambar 3.3 di bawah ini menunjukkan hubungan kerja antara satu komponen dengan komponen lain yang ada pada LPJU solar cell. Gambar 3.3 Diagram Kerja LPJU Solar Cell 3.4.2 Analisa Ekonomi Penerangan jalan umum solar cell adalah penerangan yang menggunakan energi matahari sebagai sumber energi dan energinya dapat dibangkitkan sendiri ataupun sebuah perusahaan. PJU sistem solar cell mempunyai biaya operasi dan perawatan yang rendah dan bahkan terkadang tidak ada pada suatu periode, ini dikarenakan PJU solar cell tidak memerlukan bahan bakar dalam pengoperasiannya. Namun sistem pembangkitannya memerlukan biaya investasi yang sangat besar. Sedangkan PJU konvensional sebaliknya, biaya investasi yang rendah, namun biaya operasionalnya besar dan selalu ada setiap periode. 3.4.2.1 Biaya Investasi Yaitu biaya yang ditanamkan dalam rangka menyiapkan kebutuhan usaha untuk siap beroperasi dengan baik. Biaya ini biasanya dilakukan pada awal-awal kegiatan usaha dalam jumlah yang relatif besar ya berdampak jangka panjang 65

untuk berkesinambungan usaha tersebut. Investasi sering dianggap juga sebagai modal dasar usaha yang dibelanjakan untuk penyiapan dan pembangunan sarana prasarana dan fasilitas usaha termasuk pembangunan dan peningkatan sumber daya manusianya. 3.4.2.2 Biaya operasional Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan dalam rangka menjalankan aktifitas usaha tersebut sesuai dengan tujuan. Biaya ini biasanya dikeluarkan secara rutin atau periodik pada waktu tertentu dan dalam jumlah yang relatif sama atau sesuai dengan jadwal produksi. Biaya operasional pada PJU konvensional sangat bergantung pada TDL (Tarif Dasar Listrik) yang telah ditetapkan pemerintah. Tarif dasar listrik sendiri ditentukan pemerintah melihat kondisi harga dan pasokan BBM (Bahan Bakar Minyak). Biaya pemakaian listrik PJU konvensional selama satu bulan didapat dengan mengalikan Eload dengan banyak hari dalam sebulan (30) dan dikali besar TDL yang ditetapkan pemerintah untuk penerangan jalan : (3.29) dimana : TDL = Tarif dasar listrik yang ditetapkan pemerintah untuk penerangan jalan (Rp /Kwh) waktu pemakaian lampu jalan dalam satu periode (hours) Sedangkan pada PJU solar cell, karena biaya bahan bakar tidak ada jadi hanya biaya operasi seperti persediaan air accu (baterai) dan biaya pengawas modul surya (membersihkan panel surya) yang ada. Karena biaya kegiatan operasional dilakukan secara berkala dan akan terus naik biayanya setiap beberapa periode, maka untuk menghitung total keseluruhan 66

biaya operasional PJU konvensional dan solar cell sampai pada waktu periode yang diinginkan, digunakan metode nilai masa depan (future value annuity): (3.31) FVAn = A (FVAn/A, i%, N) dimana : FVAn = Nilai mendatang (future worth), nilai ekuivalen satu atau lebih aliran kas (cash flow) pada satu titik yang didefenisikan sebagai waktu mendatang A = Aliran kas akhir pada periode yang besarnya sama untuk bebeapa periode yang berurutan (annual worth) N = Jumlah periode pemajemukan i = Tingkat bunga efektif per periode 3.4.2.3 Biaya Perawatan Untuk tetap mempertahankan kualitas dan kemampuan dari LPJU perlu dilakukan perawatan yang rutin salah satunya adalah pergantian material. Pergantian material dilakukan ketika material LPJU sudah rusak atau sudah tidak layak dipakai, baik yang disebabkan oleh alam (bencana alam), ulah manusia (pencurian atau perusakan) maupun karena umur dari material tersebut. Harga suatu material dari LPJU tidak akan selalu sama dengan ketika awal pendirian LPJU (biaya investasi), ada kenaikan harga tiap material tersebut setiap suatu periode. Sehingga untuk menentukan harga material pada masa yang akan datang digunakan metode Future Value, dimana rumusnya adalah : (3.32) Fv = Pv (Fv / Pv, i%, N) 67

Total biaya suatu material didapat dengan menjumlahkan setiap nilai mendatang dengan periode yang telah ditentukan (usia material), pada suatu jumlah periode yang diinginkan. Dirumuskan : (3.33) dimana : = Nilai sekarang (present worth) atau nilai ekuivalen satu atau lebih aliran kas (cash flow) pada satu titik yang didefenisikan sebagai waktu saat ini = Nilai mendatang (future worth),nilai ekuivalen satu atau lebih aliran kas (cash flow) pada satu titik yang didefenisikan sebagai waktu mendatang = Jumlah periode pemajemukan ditentukan (Usia Material) = Jumlah periode pemajemukan yang diinginkan (10 tahun) = Tingkat bunga efektif per periode Seluruh material dari penerangan jalan memiliki umur yang berbeda-beda, sehingga untuk mendapatkan biaya perawatan dari LPJU adalah dengan mengalikan harga untuk tiap satu material dengan total pergantian satu material pada selutuh LPJU tersebut, kemudian ditotalkan dengan pergantian materialmaterial yang lain. 3.4.2.4 Break Even Point (BEP) LPJU Break even point merupakan suatu kondisi dimana penghasilan yang diterima perusahaan sama dengan biaya yang dikelurkan dengan mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan dari komposisi produk yang diperlukan selama periode tertentu. Sehingga dari pengertian diatas break even point terjadi apabila 68

TR (Total Revenue/Pendapatan Total) = TC (Total Cost/Biaya Total). Beberapa manfaat analisa break even point untuk memanajemen suatu proyek atau perusahaan, yaitu : a) Hubungan antara penjualan biaya dan laba. b) Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel. c) Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi. d) Untuk mengetahui hubungan antara volume, harga dan laba. Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. Sekalipun Analisa break even point ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek. 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Eksisting PJU di Kecamatan Medan Selayang PJU di Kecamatan Medan Selayang merupakan jalan perkotaan yang jenis jalannya adalah jalan lokal dan jalan kolektor, jenis tiang lampu lengan ganda dan penempatan lampu jalan di median jalan dua arah (seperti pada Gambar 2.5) untuk jenis jalan kolektor, sementara untuk jalan lokal jenis tiang lampu tunggal dan penempatan lampu jalan di tepi (seperti pada gambar 2.2). Sampai saat ini kondisi LPJU yang terpasang di kecamatan Medan Selayang seluruhnya masih konvensional. Tabel 4.1 Data Kondisi Eksisting PJU Konvensional Simbol Keterangan PJU Konvensional h Tinggi tiang 8,5 m l Lebar jalan 8,0 m w Panjang ornament (horizontal) 1,5 m b Lebar batu jalan 1,0 m S Jarak antar tiang 45,0 m Sudut kemiringan ornament 4.1.1 Jenis Tiang dan Kemiringan Stang Ornamen Tiang PJU berjenis octagonal hot dip galvanize dengan konstruksi base plate, dimana ornament lengan tunggal dan ganda. Angkur dan murnya harus diproses dengan proteksi hot dipped galvanized. Fondasi tiang lampu harus terbuat dari konstruksi beton K 225 (dimana anchor/baut tiang tertanam di fondasi tiang dengan ukuran yang disesuaikan). 70

Sudut kemirangan stang ornament menurut perhitungan rumus Berdasarkan Gambar 3.2 dan data Tabel 4.1 diatas, maka: a. Kemiringan stang ornament PJU konvensional φ (pada data Tabel 4.1, φ ) 4.2 Perhitungan Daya Lampu dan Penerangan Konvensional Perhitungan dilakukan melalui persamaan-persamaan yang ada pada Bab 3.4.1.1 melalui data berikut. Tabel 4.2 Data PJU Konvensional Keterangan Lampu PJU Konvensional Tiang Lengan Ganda Tiang Lengan Tunggal Jenis lampu SON T SON T Daya 250 watt 150 watt Tegangan 220 volt 220 volt Arus 1,42 Amp 0,85 Amp Warna cahaya Kuning Kuning Umur 15.000 jam 15.000 jam Lumen 28.000 lm 15.000 Temperatur PF 0,8 0,8 Jenis lampu yang digunakan pada PJU konvensional adalah jenis lampu SON T sebesar 250 watt untuk jenis lampu yang di letakkan di median jalan dua arah (daerah kota). Sementara untuk LPJU yang terpasang di tepian jalan biasanya memakai lampu jenis SON T sebesar 150 watt. Biasanya lampu jenis ini terpasang di jalan umum sekitar pemukiman warga. Lama pemakaian lampu pada umumnya dari pukul 18.00 sampai dengan pukul 06.00 atau sekitar 12 jam. Maka besar energi yang dipakai pada lampu SON T 250 Watt adalah : (watt.hour) 71

SON T 150 Watt adalah : (watt.hour) a) Intensitas cahaya: PJU Konvensional 250 Watt, PJU Konvensional 150 Watt, b) Luminansi rata-rata: PJU Konvensional 250 Watt cd/m 2 (( ) ) cd/m 2 cd/m 2 PJU Konvensional 150 Watt cd/m 2 (( ) ) cd/m 2 cd/m 2 c) Efisiensi cahaya : PJU Konvensional ; sehingga dan maka efisiensi dari Tabel 3.1dengan r p =0,3;r m =0,1;r w = 0,1: g 0 g 0 72

d) Iluminasi atau intensitas penerangan: PJU Konvensional g ( ) g e) Efikasi cahaya dapat dihitung dengan pers 3.6 : PJU Konvensional 250 watt, lm/watt PJU Konvensional 150 watt, lm/watt Catatan : * Intensitas penerangan minimum ( ) harus dikalikan dua karena titik terjauh pada permukaan jalan yang akan disinari lampu berada diantara tiang atau lampu PJU sebelahnya. * Luminansi rata-rata memiliki sudut sebesar 60 0 karena pada sudut itu jatuh cahaya tepat pada pertengahan permukaan jalan. * Jarak (r) titik terjauh dan terdekat pada perhitungan luminansi dan iluminasi adalah sama. * Besar sudut ( ) pada titik terjauh dan terdekat pada perhitungan luminansi dan iluminasi adalah sama. 73

Menurut Tabel 2.1, didapat perhitungan kemerataan iluminasi dan luminansi dari PJU konvensional dan solar cell: Tabel 4.3 Kemeratan Iluminasi dan Luminansi Iluminasi Luminansi Jenis PJU PJU Konvensional 250W lux 0,14 0,402 0,67 PJU Konvensional wwatt 150W 33 lux 0,14 2 9,95 0,402 0,68 4.3 Pembatas dan Pengaman Listrik PJU Konvensional Pembatas dan pengaman listrik hanya ada pada PJU konovensional, sedangkan untuk PJU solar cell tidak memerlukan pembatas dan pengaman listrik karena PJU solar cell tidak berhubungan dengan sumber listrik dari PLN dan antara tiang PJU satu dengan yang lain tidak berhubungan sehingga pada PJU solar cell tidak dibutuhkan pembagian grup daya. Perhitungan dilakukan melalui persamaan-persamaan yang ada pada Bab 3.4.1.4 melalui data berikut: Tabel 4.4 Data Pembatas Daya MCB (Mini Circuit Breaker) Keterangan MCB 1 phasa MCB 3 phasa Rating arus 10 amp 63 amp Tegangan kerja 220 volt 380 volt Frekuensi 50 Hz 50 Hz Pembatas dapat berguna dalam pembagian grup daya pada PHB (Panel Hubung Bagi).Pembagian grup daya sendiri dilakukan untuk meminimalisir gangguan pada suatu titik sehingga tidak seluruh terkena gangguan. Untuk mencari arus nominal MCB dengan pers 3.17, dimana spare untuk arus pengaman biasanya +25% arus nominalnya sehingga nilai k = 125%. 74

satu phasa (1 ), tiga phasa (3 ), ampere ampere Maka untuk mencari pembagian grup daya MCB dengan pers 3.14 dan pers 3.15 : satu phasa (1 ), maksimal arus nominal MCB 1 adalah 8,0 ampere, banyak lampu yang dapat dibebani dalam satu grup: - Lampu SON T 250 watt = 5 lampu - Lampu SON T 150 watt = 9 lampu Tetapi untuk menyeimbangkan daya pada setiap phasa maka satu grup juga akan dibebani 8 lampu untuk tiang PJU lengan tunggal dan 4 lampu untuk tiang PJU lengan ganda. Maka : - Tiang PJU lengan tunggal (150 watt) : i) ampere ii) ampere - Tiang PJU lengan ganda (250 watt) : i) ampere ii) ampere tiga phasa (3 ), maksimal arus nominal MCB 3 adalah 50,4 ampere, arus nominal untuk seluruhnya adalah: - LPJU 150 watt : amp 75

Karna satu MCB arus nominalnya adalah 50,4 ampere maka dibutuhkan sekitar 25 MCB 3. - LPJU 250watt : amp Untuk LPJU 250watt dibutuhkan 32 MCB karna tiap MCB maksimal arus nominalnya adalah sekitar 50,4 ampere. 4.4 Penghantar Listrik Perhitungan dilakukan melalui persamaan-persamaan yang ada pada Bab melalui data berikut: Tabel 4.5 Data Penghantar Listrik PJU Konvensional Spesifikasi Kabel tanam Kabel induk Kabel dalam tiang Jenis kabel NYFGbY NYFGbY NYM Banyak Penghantar per kabel 4 4 2 Luas penampang 10 mm 2 16 mm 2 2,5 mm 2 Diameter kabel 21,2 mm 25,9 mm 11,3 mm Massa Kabel 1089 Kg/Km 1637 Kg/Km 152 Kg/Km Tahanan jenis penghantar (ρ) 0,0177 Ω.mm 2 /m 0,0177 Ω.mm 2 /m 0,0177 Ω.mm 2 /m Kemampuan Hantar Arus (KHA) 60 Ampere 80 Ampere Dalam hal ini Panel PHB diletakkan di tengah-tengah jalan antara 24 (dua puluh empat) tiang PJU, sehingga 12 tiang ke kanan dan 12 tiang ke kiri, begitu seterusnya untuk tiang double ornament. Sementara untuk tiang PJU single ornament PHB diletakkan diantara 96 tiang PJU, sehingga 48 lampu ke kiri dan 48 lampu ke kanan. Untuk menghubungkan satu lampu dengan lampu lainnya digunakan kabel tanah, agar terlihat lebih rapi. Kabel tanah yang aman digunakan adalah kabel NYFGbY dimana spesifikasinya 76

tertulis pada Tabel 4.5. Maka panjangnya kabel NYFGbY yang digunakan ditambah dengan toleransi 10% dapat dihitung sebagai berikut : Panjang kabel tanah ke kanan panel = Panjang kabel tanah ke kiri panel { } { } meter Sementara panjang kabel untuk tiang PJU single ornament adalah : Panjang kabel tanah ke kanan panel = Panjang kabel tanah ke kiri panel { } { } meter Maka dapatlah dicari drop tegangan pada kabel (1 phasa dan 3 phasa) dan persentase jatuh tegangan dari pers 3.16: a) Kabel Tanam yang berjenis NYFGbY 4 x 10 mm 2 menurut nomenklatur kabel (pada Bab 3.4.1.3) berarti : Memiliki empat inti (penghantar) yg memiliki luas penampang 10 mm 2, dimana tiga inti untuk phasa (R,S,T) dan satu untuk netral. Kabel jenis standar dengan penghantar tembaga Pintalan bentuk sector Berisolasi dan berselubung PVC Dengan perisai kawat baja pipih dan spiral pita baja Tampak seperti Gambar 4.1 di bawah 77

Copper PVC Insulation PVC Filter Steel Plate Binder Tape PVC Outer Filter Rope Gambar 4.1 Kabel NYFGbY Dengan panjang kabel 1.163,25 meter dan 569,2 5 meter dan arus beban satu grup (1 ) 7,1 dan 5,7 ampere, untuk beban lampu tiang PJU double ornament dan arus beban 7,7 dan 6,8 ampere untuk tiang PJU single ornament maka drop tegangannya adalah : - Single Ornament volt Dan persentase drop tegangannya adalah : = 5,7% = 4,2% - Double Ornament V volt Dan persentase drop tegangannya adalah : = 5,2% = 4,17% 78

b) Kabel Induk yang berjenis NYFGbY 4 x 16 mm 2. Panjang kabel induk NYFGbY 4 x 16 mm 2 : [ ] Arus beban : meter amp. Jatuh tegangannya adalah : volt Prersentase jatuh tegangannya adalah : Menurut PUIL 2000, toleransi persentase drop tegangan pada suatu kabel yang diizinkan maksimal sebesar 5%. 4.5 Rancangan Penggunaan LPJU Solar Cell di Kecamatan Medan Selayang dengan Menerapkan Metode Rekayasa Nilai Seluruh LPJU yang terpasang pada saat ini di kecamatan Medan Selayang masih konvensional. Karena ketidaktersediaan data PJU solar cell di lapangan, maka penulis melakukan studi untuk perencanaan penggunaan LPJU solar cell di kecamatan Medan Selayang dengan menerapkan metode value engineering. Untuk mencari alternatif paling ekonomis sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan tidak mengesampingkan kualitas dan manfaat LPJU itu sendiri. Data yang dipakai penulis didapat dari berbagai sumber seperti jurnal- 79

jurnal ataupun buku-buku yang membahas mengenai solar cell dan juga dari artikel yang berkaitan di internet. Seperti yang telah diungkapkan penulis di bagian latar belakang tugas akhir ini, bahwa penggunaan LPJU solar cell di kecamatan Medan Selayang perlu dilakukan sebagai upaya efisiensi penggunaan listrik di kota Medan. Sehingga jumlah konsumsi listrik di Kota Medan dari PLN dapat ditekan. Kecamatan Medan Selayang hanya satu contoh yang diambil penulis dari 21 kecamatan yang ada di kota Medan untuk menunjukkan beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan LPJU solar cell. 4.6 Material Penerangan Jalan Umum Solar Cell Adapun material-material pada PJU solar cell adalah tiang PJU, lampu LED, panel sel surya, baterai,dan solar charge controller. Tabel 4.6 Data Kondisi Perencanaan PJU Solar Cell Simbol Keterangan PJU Solar cell H Tinggi tiang 8,0 m L Lebar jalan 8,0 m W Panjang ornament (horizontal) 1,5 m B Lebar batu jalan 1,0 m S Jarak antar tiang 45,0 m Sudut kemiringan ornament Jika besar daya lampu yang terpasang pada PJU konvensional adalah 250 watt untuk tiang lampu jalan berlengan ganda (double ornament) dan 150 watt untuk tiang lampu jalan berlengan tunggal (single ornament) serta jenis lampu yang digunakan adalah SON T, maka untuk penerangan jalan umum solar cell akan dipasang lampu jenis LED dengan daya 20 watt untuk tiang lampu jalan 80

berlengan tunggal dan lampu LED 40 watt untuk tiang lampu jalan berlengan ganda. Tabel 4.7 Data LPJU Solar Cell Keterangan Lampu PJU Konvensional Double Ornament Single Ornament Jenis lampu LED LED Daya 40 watt 20 watt Tegangan 12 volt 12 volt Arus 3,33 Amp 1,67 Amp Warna cahaya Putih Putih Umur 60.000 jam 60.000 jam Lumen 4500 lm 3500 lm a. Panel Surya Material pertama PJU solar cell yag dibahas Tabel 4.8 Data/Spesifikasi Panel Surya Single Ornament Keterangan Jenis Tiang Single Ornament Double Ornament Daya modul (Pnom) 60 Wp (watt peaks) 80 Wp (watt peaks) Tegangan maks (Vm) 18,07 volt 18,00 volt Arus maks (Im) 3,33 ampere 4,45 ampere Tegangan tanpa beban (Voc) 21,92 volt 21,81 volt Arus hubung singkat (Isc) 3,55 ampere 4,75 ampere Beban angina maksimum 2,4 k 2,4 k Lifetime (umur) 25 tahun 25 tahun Panel surya atau yang juga disebut photo voltaic terbuat dari sel surya silicon poli-crytalline yang memilikii efisiensi yang tinggi (Gambar 4.2). Ratarata panel surya dapat bertahan hingga 25 tahun. Ketika mencapai umur tersebut tingkat daya panel surya akan turun hingga 20%. Panel surya dilengkapi dengan junction box yang tahan air (water proof) dan konektor IP 67. 81

(a) (b) Gambar 4.2 Photo voltaic 60wp (a) dan 80wp (b) Untuk mencari efesiensi sel surya dari pers 3.21, maka kita harus mencari dahulu faktor pengisian (fill factor) dengan menggunakan pers 3.20, yaitu : - Single Ornament - Double Ornament Luas permukaan panel surya (menurut Gambar 4.2a) = (700 x 670) = 469.000 mm 2 = 0,469 m 2 Luas permukaan panel surya (menurut Gambar 4.2b) = (955 x 670) = 639.850 mm 2 = 0,63985 m 2 Dimana besar intensitas sinar global matahari yang diterima ketika radiasi dalam keadaan maksimum (S) sebesar 1000 watt/m 2. 82

Maka efisiensi sel surya adalah : - Single Ornament - Double Ornament Menurut data Badan Meteorologi dan Klimatologi dan Geofisika (BMKG), suhu kota Medan yang terletak pada 3,30-3,43 LU dan 98,35-98,44 BT berkisar antara 24 o C - 34 o C ketika penyinaran berlangsung. Dengan menggunakan persamaan 3.23 dan 3.24 akan diperoleh besarnya jumlah sinar global, dimana e = 1, T = 30 o C = 303 o K, dengan lama penyinaran dari 07.30-16.30 = 9 jam adalah : ( ) ( ) Untuk mendapatkan lamanya panel surya mendapatkan sinar matahari dengan pers 3.22, dimana maksimum sinar global sebesar 1000 watt/m 2 /hari adalah : Energi yang dihasilkan panel surya dengan pers 3.25 adalah : - Single ornament (watt.hours) 83

- Double ornament (watt.hours) Jumlah minimum modul yang digunakan untuk dapat melayani beban (lampu LED) yang dibutuhkan dengan pers 3.26 adalah: - Single ornament - Double ornament satu beban lampu LED. b. Baterai modul modul Maka digenapkan menjadi 2 modul panel surya untuk melayani Baterai yang digunakan adalah baterai khusus untuk solar system dari jenis seak lead acid (SLA) atau valve regulated lead acid (VRLA). Ukuran baterai ditentukan berdasarkan tegangan dalam satuan volt dan daya dalam satuan ampere-hour (Ah). Pada umumnya yang digunakan adalah baterai dengan daya 12V/24V. Dalam pemenuhan kebutuhan baterai juga harus diperhatikan faktor efisiensi baterai dan pada saat pemakaian baterai tidak disarankan untuk menggunakan baterai hingga daya baterai tersebut habis. Tabel 4.9 Data/Spesifikasi Baterai Keterangan Spesifikasi Single Ornament Double Ornament Type GEL-Electrolyte Valve Regulated Lead Acid (VRLA) GEL-Electrolyte Valve Regulated Lead Acid (VRLA) Tegangan pengenal 12 volt 12 volt Kapasitas arus 120 Ah 150 Ah Efesiensi baterai 90% 90% 84

Umur Suhu kerja pada saat beroperasi 10 tahun (pada suhu lingkungan 20 o C) atau 6 tahun (pada suhu lingkungan 25 o C) a. Discharge -20 o C ~ 55 o C b. Charge -10 o C ~ 55 o C c. Storage -20 o C ~ 55 o C 10 tahun (pada suhu lingkungan 20 o C) atau 6 tahun (pada suhu lingkungan 25 o C) a. Discharge -20 o C ~ 55 o C b. Charge -10 o C ~ 55 o C c. Storage -20 o C ~ 55 o C Syarat baterai bekerja secara normal adalah, arus tersimpan di baterai tidak boleh terkuras lebih dari 25%, sehingga DOD (deep of discharge) = 100% - 25% = 75%. Cadangan beban adalah cadangan daya untuk beban (lampu) apabila panel surya tidak dapat menerima sinar matahari atau dalam satu hari cuaca dalam keadaan mendung, biasanya dibuat cadangan untuk beban dalam satu hari. Cadangan beban dalam satu hari = = = 43 Ah Maka untuk mencari kapasitas baterai LPJU solar cell sehingga dipilih baterai kapasitas 120 Ah untuk single ornament dan 150 Ah untuk double ornament adalah sebagai berikut. - Single ornament ( ) ( ) = 119,4 Ah Sehingga minimal kapasitas arus baterai 119,4 Ah, dan diambil baterai yang berkapasitas 120 Ah. 85

Gambar 4.3 Baterai Panasonic VRLA 120AH - Double ornament ( ) ( ) 143,4 Ah Sehingga minimal kapasitas arus baterai 143,4 Ah, dan diambil baterai yang berkapasitas 150 Ah. Gambar 4.4 Baterai Panasonic VRLA 150Ah c. Solar charge controller Berikut data solar charge controller yang akan digunakan untuk perencanaan penggunaan LPJU solar cell di kecamatan Medan Selayang. Tabel 4.10 Data solar charge controller Keterangan Spesifikasi Type PWM/MPPT Tegangan nominal 12 volt (sesuai beban) Arus Input/Output 10A -20A Temperatur Kerja -35 o C - 55 o C Ingress Proteksi (IP) IP 22 86

Solar charge controller dengan tipe ini dapat diprogram untuk memiliki kemampuan dual load atau dimmable load output. Tipe pengisian solar charge controller dengantipe pulse width modulation (PWM), mempunyai 4 tingkat pencas-an yakni : main, float, boost dan Equalization Gambar 4.5 Solar Charge Controller Ukuran atau rating untuk alat pengontrol aliran masuk dan keluar dari aki dengan pers 3.27 dalam satuan Ampere adalah: ampere 20 ampere. 4.7 Perhitungan Ekonomis PJU Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penggunaan LPJU solar cell dan konvensional antara lain : biaya investasi, biaya perawatan, dan biaya operasional. Di bawah ini akan dilakukan analisa untuk melihat rincian-rincian biaya yang dikeluarkan masing-masing LPJU. Dari hasil analisa tersebut akan terlihat seberapa banyak biaya yang dapat dihemat dengan mengganti LPJU konvensional yang terpasang sekarang denga soalr cell. Tentunya biaya yang dapat dihemat tidak hanya untuk pemakaian saat ini tetapi juga untuk pemakaian jangka panjang hinga ke tahun-tahun berikutnya. 87

4.7.1 Biaya Investasi Biaya investasi pada PJU solar cell dan PJU konvensional meliputi biaya pembelian keseluruhan material PJU dan biaya pemasangan (instalasi) material. a. PJU Konvensional Berikut data harga per unit material PJU konvensional dan perhitungannya sehingga didapat total biaya investasi atau biaya awal yang dipakai untuk membuat/mendirikan PJU konvensional di kecamatan Medan Selayang : Tabel 4.11 Harga Keseluruhan Material dalam satu Tiang dari PJU Konvensional Jenis Material Harga Jumlah Harga Total Single Ornament Tiang PJU (tiang, ornament, klem & baut) Lampu Sodium High Presure 150 watt Rp 8.800.000 1 Rp 8.800.000 Rp 250.000 1 Rp 250.000 Balast Sodium 150 watt Rp 350.000 1 Rp 350.000 Ignitor SN 58 Rp 80.000 1 Rp 80.000 Kapasitor 20 mf Rp 50.000 1 Rp 50.000 Armatur Lampu Rp 1.500.000 1 Rp 1.500.000 Total per Tiang Rp 11.030.000 Dikalikan jumlah tiang sebanyak 1935 tiang 1935 x Rp 21.343.050.000 Double Ornament Tiang PJU (tiang, ornament, klem & baut) Rp 9.000.000 1 Rp 9.000.000 Lampu Sodium High Presure 250 watt Rp 350.000 2 Rp 700.000 Balast Sodium 250 watt Rp 450.000 2 Rp 900.000 Ignitor SN 58 Rp 80.000 2 Rp 160.000 Kapasitor 20 Mf Rp 50.000 2 Rp 100.000 Armatur Lampu Rp 1.500.000 2 Rp 3.000.000 Total per Tiang Rp 13.860.000 88

Dikalikan jumlah tiang sebanyak 967 tiang 967 x Rp 13.402.620.000 Total Pengeluaran untuk Tiang LPJU Rp 34.745.670.000 Panel APP Rp 7.000.000 35 Rp 245.000.000 MCB 1 (10 ampere) MCB 3 (63 ampere) Rp 100.000 Rp 550.000 605 51 Rp 60.500.000 Rp 28.050.000 Kabel NYM 2 x 2.5 mm 2 KabelNYFGbY 4x10 mm 2 Kabel NYFGbY 4 x 16 mm 2 Biaya Penyambungan kwhmeter untuk LPJU 150 watt (Listrik dari PLN) Biaya Penyambungan kwhmeter untuk LPJU 250 watt (Listrik dari PLN) Biaya instalasi material pertiang + Panel APP (gaji & sewa peralatan) Rp 8.900/meter Rp 76.500/meter Rp 99.000/meter + 65.000 m + 260.000 m + 10.000 m Rp 578.500.000 Rp 19.890.000.000 Rp 990.000.000 Rp 1.500/VA 362,8125kVA Rp 544.219.000 Rp 1.500/VA 604,375 kva Rp 906.562.000 Rp 1.500.000 2902 tiang Rp 4.353.000.000 Biaya Total Rp 62.340.900.000 keterangan : * Panjang kabel NYM = tinggi tiang x jumlah tiang * Panjang kabel NYFGbY 4 x 10 mm2 = jarak antara tiang x jumlah tiang * Panjang kabel NYFGbY 4 x 16 mm2 didapat dari perhitungan penghantar listrik pada bagian Bab 4.4Penghantar Listrik Sedangkan biaya penyambungan atau pemasangan kwh-meter (listrik dari (PLN) ke beban, yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp 1.500,00/VA seperti yang tertera di Lampiran. Maka biaya penyambungan atau pemasangan kwhmeter untuk PJU konvensional di kecamatan Medan Selayang adalah : 89

b. PJU Solar Cell Berikut data harga perunit material PJU konvensional dan perhitungannya sehingga didapat total biaya investasi atau biaya awal yang dipakai untuk merencanakan/mendirikan PJU solar cell di kecamatan Medan Selayang : Tabel 4.12 Harga Keseluruhan Material dalam satu Tiang dari PJU Solar Cell Jenis Material Harga Jumlah Harga Total Single Ornament Tiang PJU (tiang, ornament, klem & baut) Rp 9.000.000 1 Rp 9.000.000 Panel surya 60 watt peaks Rp 2.000.000 2 Rp 4.000.000 Lampu LED 20 watt Rp 800.000 1 Rp 800.000 Armatur Lampu Rp 1.500.000 1 Rp 1.500.000 Baterai 120 Ah Rp 1.800.000 1 Rp 1.800.000 Solar Charge Controller Rp 950.000 1 Rp 950.000 Box (Baterai, Solar Charge Controller & ) Rp 1.700.000 1 Rp 1.700.000 Total per tiang Rp. 19.750.000,00 Dikalikan jumlah tiang sebanyak 1935 tiang 1935 x Rp 38.216.250.000 Double Ornament Tiang PJU (tiang, ornament, klem & baut) Rp 9.500.000 1 Rp 9.500.000 Panel surya 80 watt peaks Rp 3.000.000 4 Rp 12.000.000 Lampu LED 40 watt Rp 1.400.000 2 Rp 2.800.000 Armatur Lampu Rp 1.500.000 2 Rp 3.000.000 Baterai 150 Ah Rp 2.200.000 2 Rp 4.400.000 90

Solar Charge Controller Rp 950.000 2 Rp 1.900.000 Box (Baterai, Solar Cherge Controller & ) Rp 1.700.000 2 Rp 3.400.000 Total per Tiang Rp 37.000.000 Dikalikan jumlah tiang sebanyak 967 tiang 967 x Rp 35.779.000.000 Total keselurahan tiang PJU Rp.73.995.250.000 Biaya instalasi material pertiang + Panel APP (gaji & sewa peralatan) Rp 1.500.000 2902 tiang Rp 4.353.000.000 Biaya Total Rp 78.348.250.000 Maka total biaya investasi atau biaya awal untuk membuat/mendirikan penerangan jalan umum solar cell pada kecamatan Medan Selayang adalah sebesar Rp 78.348.250.000,00 4.7.2 Biaya Operasional Biaya operasional penerangan jalan umum adalah biaya yang terusmenerus dikeluarkan dalam setiap periode, biaya ini dikeluarkan untuk mengoperasi atau menghidupkan lampu penerangan jalan sesuai fungsinya. a. PJU Konvensional Biaya operasional PJU konvensional tergantung pada harga TDL (Tarif Dasar Listrik), dimana harga TDL (tahun 2014) tertera pada Lampiran 1, Sehingga dapat dihitung biaya operasional PJU konvensional dalam satu tahun melalui pers 3.29 adalah : 91

Tabel 4.13 Biaya Beban Keterangan E load / cosφ (KVA) Biaya (Rp /KVA) Biaya Beban [ ] Single Ornament 362,8125 1115 Rp 194.177.000,00 Double Ornament 604,375 1115 Rp 673.878.000,00 Biaya Total Rp 868.055.000,00 Tabel 4.14 Biaya Pemakaian Listrik Keterangan E load (Kw) t (hours) TDL (Rp /Kwh) Biaya Pemakaian Listrik Single Ornament 362,8125 4320 1120 Rp 1.755.432.000,00 Double Ornament 604,375 4320 1120 Rp 2.924.208.000,00 Biaya Total Rp 4.679.640.000,00 Maka total biaya rekening listrik yang harus dibayar Dinas Pertamanan kepada PLN dalam setahun (tahun 2015) adalah sebesar: Biaya rekening yg harus dibayar =Rp Rp 868.055.000 + Rp 4.679.640.000 = Rp 5.547.695.000,00/tahun Untuk mencari berapa biaya operasional PJU selama 10 tahun mendatang dapat dicari dengan menggunakan persamaan 3.31. Dengan memeperkirakan tahun-tahun berikut (setelah tahun 2014) kenaikan harga TDL berkisar 10%/tahun dan tingkat kenaikan harga TDL sebesar 5% / tahun, dimana FVAn = A (FVAn/A, i%, N) = Rp 5.547.695.000 (FVAn/ Rp 5.547.695.000, 5%, 10tahun) Rp. 69.790.000.000 (selama 10 tahun) 92

b. PJU Solar Cell Biaya operasional pada PJU solar cell adalah biaya untuk persediaan airaccu (baterai) dan biaya pembersih panel surya setiap 3 bulan yang berkisar Rp 500.000,00 dan dalam setahun sebesar Rp 2.000.000,00/tahun. Dengan pers 3.31 dapat dicari biaya operasional dimana kenaikan harga air accu dan pembersih panel surya 10% / tahun. FVAn = A (FVAn/A, i%, N) Rp 31.880.000,00 (selama 10 tahun) Maka perkiraan biaya operasional setiap tahunnya dengan pers 3.32 adalah: Tabel 4.15 Biaya Operasional per Tahun (a) PJU Konvensional Tahun Biaya per Tahun ke- 1 2 5.825.079.000 3 6.116.332.950 4 6.422.149.598 5 6.743.257.078 6 7.080.419.932 7 7.434.440.928 8 7.806.162.975 9 8.196.471.124 10 8.606.294.680 Total Rp 69.790.000.000 (b) PJU Solar Solar Cell Tahun Biaya per Tahun ke- 1 2.000.000 2 2.200.000 3 2.420.000 4 2.662.000 5 2.928.200 6 3.221.020 7 3.543.122 8 3.897.435 9 4.287.178 10 4.715.895 Total Rp 31.880.000 93

4.7.3 Biaya Perawatan Biaya perawatan pada PJU adalah biaya pergantian material karena rusak atau tidak layak digunakan lagi.pada tugas akhir ini, pergantian material untuk perhitungan biaya perawatan PJU hanya dikarenakan umur material tersebut. a. PJU Konvensional Berikut material PJU Konvensional beserta umur materialnya : Tabel 4.16 Umur Material PJU Konvensional Jenis Material Tiang PJU (tiang, ornament, klem & baut) Lampu SodiumHigh Presure 250 watt Balast Sodium 250 watt Ignitor SN 58 Kapasitor 20 mf Armatur Lampu MCB Kabel Panel APP Umur 30 tahun 15.000 jam = 3,4 tahun 3 tahun 3 tahun 3 tahun 10 tahun 3 tahun 12 tahun 30 tahun Maka untuk mencari biaya material PJU konvensional dalam kurung waktu 10 tahun dengan pers 3.32 dan pers 3.33, dengan tingkat kenaikan harga material 10% / tahun, : - Single Ornament Lampu SON T 150 watt + Balast Sodium 150 watt + Ignitor SN 58 + Kapasitor 20 mf + MCB (1 & ) (250.000 + 35.000 + 80.000 + 50.000) x 1935 + 325.950.000 = Rp 1.738.500.000,00 81

Fv = 2.279.135.000 + 856.237.000 + 1.141.650.000 Fv = Rp 4.277.022.000 Armatur Lampu + MCB = (1.500.000 x 1935) = Rp 2.902.500.000 Rp 7.546.500.000 Total biaya perawatan PJU konvensional untuk tiang single ornament = Rp. 4.277.022.000+ Rp. 7.546.500.000 = Rp. 11.823.552.000 - Double Ornament Lampu SON T 250 watt + Balast Sodium 250 watt + Ignitor SN 58 + Kapasitor 20 mf (350.000 + 450.000 + 80.000 + 50.000) x 1934 = Rp 1.798.620.000 Fv = 3.392.164.000 + 1.198.113.000 + 1.597.484.000 Fv = Rp 6.187.760.000 Armatur Lampu + MCB = (1.500.000 x 1934) = Rp 2.901.000.000 Rp 7.542.600.000 Total biaya perawatan PJU konvensional untuk tiang double ornament = Rp. 6.187.760.000 + Rp 7.542.600.000 = Rp. 13.730.360.000 Total Biaya Perawatan PJU Konvensional dalam waktu sepuluh tahun, = Rp 25.553.910.000,00 (selama 10 tahun) 82

b. PJU Solar Cell Berikut material PJU Solar Cell beserta umur materialnya : Tabel 4.17 Umur Material PJU Solar Cell Jenis Material Tiang PJU (tiang, ornament, klem & baut) Panel surya Lampu LED Armatur Lampu Baterai 150 Ah Solar Charge Controller Box (Baterai, Solar Charge Controller ) Umur 30 tahun 25 tahun 60.000 jam = 13,7 tahun 10 tahun 7 tahun 10 tahun 30 tahun Maka untuk mencari biaya perawatan PJU solar cell dalam kurung waktu 10 tahun dengan pers 3.31 dan pers 3.32, dengan tingkat kenaikan harga material 10% / tahun. - Single Ornament Armatur lampu + Solar charge controller = (1.500.000 + 950.000 ) x 1935 = Rp 4.740.750.000 Rp 12.325.950.000 - Double Ornament Armatur lampu + Solar charge controller = (1.500.000 + 950.000 ) x 1934 = Rp 4.738.300.000 Rp 12.319.580.000 - Single Ornament Baterai 150 Ah = 1.800.000 x 1935 = Rp 3.483.000.000 83