Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB II PERENCANAAN PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu yang termasuk dalam famili palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

A. Sifat Fisik Kimia Produk

Jalan Raya. Sungai. Out. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

II. DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun

SKRIPSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI BIJI DURIAN MENGGUNAKAN H 2 SO 4 DAN H 2 C 2 O 4 DISUSUN OLEH : ANDI TRIAS PERMANA

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia

sidang tugas akhir kondisi penggorengan terbaik pada proses deep frying Oleh : 1. Septin Ayu Hapsari Arina Nurlaili R

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

KELAPA SAWIT dan MANFAATNYA

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

4 Pembahasan Degumming

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Margarin dari RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized Palm Oil) Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

PABRIK ASAM OLEAT DARI MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN PROSES CONTINUOUS HIGH PRESSURE SPLITTING AND FRACTIONAL DITILLATION L/O/G/O

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

BAB II PUSTAKA PENDUKUNG. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Asetanilida dari Anilin dan Asam asetat Kapasitas ton/tahun Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PERANCANGAN PROSES

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

LAMPIRAN A DATA BAHAN BAKU

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. dalam alkohol (Faith and Keyes,1957).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRA-RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN MINYAK MAKAN MERAH DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN KAPASITAS TON / TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening,

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Industri palmitamida banyak digunakan pada aplikasi seperti bahan baku produksi karet. Pesatnya kemajuan industri tersebut menuntut terjaganya pasokan bahan-bahan yang merupakan bahan-bahan yang merupakan bahan baku maupun bahan pembantu bagi kelangsungan produksi. Mengingat hal tersebut perlu kiranya segera didirikan pabrik palmitamida. 1.2 Rumusan Masalah Dampak krisis keuangan global sangat berimbas pada sektor industri khususnya CPO. Harga CPO semakin lama semakin menurun dan produksi CPO yang dihasilkan berlimpah. Salah satu usaha agar harga CPO tetap stabil dimasa yang akan datang adalah dengan melakukan diversifikasi produk-produk kimia yang berasal dari CPO. Salah satunya yang akan ditawarkan adalah pembuatan palmitamida dari asam palmitat CPO. 1.3 Tujuan Rancangan Tujuan utama pra rancangan pabrik pembuatan Palmitamida adalah untuk memanfaatkan CPO di dalam negeri yang semakin melimpah untuk menjadikan bahan baku dalam pembuatan palmitamida. Berdirinya pabrik pembuatan palmitamida akan menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat dan bangsa Indonesia. 1.4 Manfaat Rancangan Manfaat yang diperoleh dari Pra Rancangan Pabrik Palmitamida dengan kapasitas 4500 ton/ tahun adalah memberikan gambaran kelayakan (feasibility) pabrik ini untuk dikembangkan di Indonesia. Dimana nantinya gambaran tersebut menjadi patokan untuk pengambilan keputusan terhadap pendirian pabrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Sawit Mentah (CPO) Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensis Jacq) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup suber diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan laju produksi yang lebih tinggi. Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa Negara. Komoditas kelapa sawit sendiri merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya sangat penting dalam penerimaan devisa negara, penyerapan tenaga kerja serta pengembangan perekonomian rakyat dan daerah. Perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang dengan pesat sejak awal tahun 80-an dan sampai akhir tahun 2000 luas total perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai 3,2 juta hektar dengan produksi Crude Palm Oil (CPO) sebesar 6,5 juta ton. Perkembangan perkebunan sawit ini masih terus berlanjut dan diperkirakan pada tahun 2012 indonesia akan menjadi produsen CPO terbesar di dunia dengan total produksi sebesar 15 juta ton/tahun. Sampai saat ini minyak sawit Indonesia sebagian besar masih diekspor dalam bentuk CPO, sedangkan di dalam negeri, sekitar 80% minyak sawit diolah menjadi produk pangan terutama minyak goreng. Dalam menghadapi perekonomian Indonesia yang bersifat terbuka, apalagi menghadapi tantangan globalisasi, tentu saja perkembangan ekonomi minyak kelapa sawit di dunia akan berpengaruh terhadap perkembangan komoditi minyak kelapa sawit dalam negeri. Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh yang tinggi (>50%) dan asam lemak tidak jenuh ganda yang relative sedikit (<10%). Jenis minyak lain dari tanaman kelapa sawit adalah minyak inti sawit yang mengandung asam laurat (C 12 :0)

yang tinggi. Komposisi asam lemak dari minyak sawit dan fraksinya serta minyak inti sawit dapat dilihat pada tabel 2.1. (Law dan Thiagajaran, 1990; Choo, 1997) Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak (%) pada Minyak Sawit, Olein, Stearin, dan Minyak Inti Sawit Jenis asam lemak Minyak sawit Olein Stearin Minyak inti sawit Kaprat - - - 3,00 Laurat - - - 47,20 Miristat 1,18 1,02 1,18 16,37 Palmitat 56,84 41,84 56,84 8,57 Stearat 3,61 3,31 3,61 2,89 Oleat 30,36 42,08 30,36 17,97 Linoleat 7,99 11,75 7,99 2,92 Keterangan : Ka = kaprat, La = laurat, M = miristat, P = palmitat, S = stearat, O = oleat, L = linoleat Sumber: PPKS, 1999 Minyak sawit juga dapat difraksinasi menjadi 2 bagian, yakni fraksi padat (stearin) dan fraksi cair (olein). Karakteristik yang berbeda pada fraksi-fraksi tersebut menyebabkan aplikasinya sangat luas untuk produk-produk pangan ataupun nonpangan. Adapun komposisi asam lemak dari minyak sawit, fraksi olein dan fraksi stearin dari minyak sawit, serta minyak inti sawit tertera pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak dari Minyak Sawit, Olein, Stearin dan Minyak Inti Sawit Jenis Asam Lemak CPO Olein Stearin PKO Asam lemak jenuh C 6 : 0 - - - 0 0,6 C 8 : 0 - - - 2,4 6.2 C 10 : 0 - - - 2,6 5,0 C 12 : 0 0-0,4 0,1 0,5 0,1 0,4 41,0 55,0 C 14 : 0 0,6 1,7 0,9 1,4 1,1 1,8 14,0 18,0 C 16 : 0 41,1 47,0 38,5 41,7 50,5 73,8 6,5 10,0 C 18 : 0 3,7 5,6 4,0 4,7 4,4 5,6 1.3 3,0 C 20 : 0 0-0,8 0,2 0,6 0,3 0,6 - Asam lemak tak jenuh tunggal C 16 : 1 0 60 0,1 0,3 <0,05 0,1 - C 18 : 1 38,2 43,5 40,7 43,9 15,6 33,9 12,0 19,0 Asam lemak tak jenuh ganda C 18 : 2 6,6 11,9 10,4 13,4 3,2 8,5 1,0 3,5 C 18 : 3 0 05 0,1-0,6 0,1 0,5 - Sumber : Padley et al., 1994 dan Pantzaris, 1995 2.2 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak tidak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak lainnya. Minyak tersebut merupakan ester gliserol palmitat maupun ester gliserol lainnya, yang apabila disabunkan dengan suatu basa kuat, kemudian diikuti hidrolisis dengan suatu asam akan menghasilkan gliserol, asam palmitat disamping asam lemak lainnya. Asam palmitat dapat dipisahkan dari asamasam lainnya secara destilasi fraksinasi metal ester asam lemak yang kemudian masing-masing asam lemak tersebut. Diperkirakan kandungan palmitat dalam PKO 11,8% berat dan dalam minyak kelapa 6% berat. Berikut ini dicantumkan beberapa sumber lain dari palmitat, diantaranya: minyak sapi (46%), minyak avokat (70%) minyak kelapa (6%) (Brahmana, 1998), juga terdapat dalam minyak wijen (45,5%), minyak jagung (30%), minyak kedelai

(11-60%), minyak kemiri (10%), minyak kacang tanah (40-60%), minyak tengkawang (40%) (Ketaren, 1986). Asam palmitat dapat diubah menjadi berbagai produk oleokimia, juga dapat menjadi substrat untuk pseudomonas dan P.graminis untuk membentuk 9,10- epoksistearat. Jadi dengan demikian asam palmitat merupakan bahan baku melimpah yang banyak terdapat dalam berbagai minyak nabati dan lemah hewani yang dapat digunakan dalam berbagai bidang industri oleokimia. Asam palmitat terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati seperti : minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak inti sawit, minyak avokat, minyak kelapa, minyak biji kapas, minyak kacang kedelai, minyak bunga matahari, dan lainlain. Asam palmitat juga terdapat dalam lemak sapi (Brahmana, 1998). Minyak tersebut merupakan ester gliserol palmitat maupun ester gliserol lainnya yang apabila disabunkan dengan suatu basa kuat, kemudian ditambahkan dengan suatu asam akan menghasilkan gliserol, asam palmitat disamping asam lemak lainnya. Dari komposisi asam palmitat ini dapat dibuat palmitamida dengan cara sintesa antara asam palmitat dan urea adalah bahan yang memiliki gugus polar juga non polar. 2.3 Palmitamida Palmitamida merupakan senyawa amida, dimana senyawa ini merupakan suatu senyawa yang mempunyai nitrogen trivalen yang terikat pada suatu gugus karbonil. Senyawa amida diberi nama dari asam karboksilat dengan mengubah imbuhan asam oat (atau at) menjadi amida (Fessenden, 1986). Amida asam lemak dapat dibuat secara sintesis pada industri oleokimia melalui proses batch. Pada proses ini, ammoniak berlebih dan asam lemak bebas bereaksi pada suhu 200 0 C dan tekanan 345 690 kpa selama 10 12 jam. Selain proses batch, amida primer dapat diperoleh dengan mereaksikan ammoniak dengan metil ester asam lemak. Reaksi tersebut mengikuti konsep HSAB, dimana H + dari ammoniak merupakan hard acid yang mudah bereaksi dengan hard base CH3O - untuk membentuk methanol. Sebaliknya NH 2- lebih soft base dibandingkan dengan CH 3 O - akan terikat dengan R-C + =O yang lebih soft acid dibanding H + (Ho,T.,1977). Reaksinya sebagai berikut:

Senyawa amida dapat disintesis melalui beberapa cara antara lain : 1. Dehidrasi garam amonium melalui pemanasan atau destilasi. CH 3 CO 2 NH 4 CH 3 CONH 2 + H 2 O Senyawa asetamida dapat diperoleh dengan destilasi fraksinasi amonium asetat. Asam asetat biasanya ditambahkan sebelum pemanasan untuk menekan hidrolisis amonium asetat. Asam asetat dan air dapat dihilangkan dengan cara destilasi lambat. 2. Pemanasan asam dengan urea CH 3 COOH + NH 2 CONH 2 CH 3 CONH 2 + CO 2 + NH 3 Reaksi ini terjadi pada 120 0 C, asam karbamat yang terbentuk terdekomposisi menjadi karbondioksida dan ammoniak. Garam amonium juga bereaksi dengan urea pada temperatur diatas 120 0 C yang akan menghasilkan amida. 3. Hidrolisis dari senyawa nitril Senyawa nitril dilarutkan dalam konsentrasi asam klorida pada suhu 400C dan sedikit demi sedikit diteteskan kedalam air 4. Reaksi antara ammoniak pekat dengan ester Proses ini disebut dengan ammonolisis ester. Jika amida yang terbentuk larut dalam air maka dapat diisolasi secara destilasi. Contohnya: CH 3 COOC 2 H 5 + NH 3 CH 3 CONH 2 + C 2 H 5 OH Selain dari keempat cara diatas, senyawa amida dapat juga diperoleh dengan mereaksikan asam karboksilat dengan ammoniak encer sehingga terbentuklah garam ammonium yang kemudian dipanaskan sampai terjadi dehidrasi untuk menghasilkan amida (Solomon, T.W. 1994)

Palmitamida dapat dibuat dalam skala besar dan biasanya tersedia dalam bentuk butiran berbentuk tepung. Palmitamida pada suhu kamar berwujud kristal yang jernih berwarna putih. Palmitamida banyak digunakan pada aplikasi seperti bahan baku pembuatan obat anti biotik, detergen, tekstil, produksi karet dan polymer lainnya. Palmitamida memiliki rumus molekul: C 16 H 33 NO atau CH 3 (CH 2 ) 14 CO NH 2 dari reaksi berikut : CO(NH 2 ) 2 + 2C 15 H 31 COOH 2C 16 H 33 NO + H 2 O + CO 2 Urea As. Palmitat Palmitamida 2.4 Sifat Sifat Kimia dan Fisika Bahan Baku 2.4.1 Asam Palmitat a. Sifat Fisika Asam Palmitat (Perry dan Green) 1. Rumus molekul : CH 3 (CH 2 ) 16 COOH 2. Berat molekul : 284,48 gr/grmol 3. Titik didih : 370 0 C (P : 760 mmhg) 4. Titik leleh : 69,3 0 C (P : 760 mmhg) 5. Densitas : 850,58 gr/ml (P : 760 mmhg) 6. Indeks bias : 1,4299 7. Panas pembentukan : 47,54 kal/gr 8. Panas penguapan : 19.306,6 kal/mol b. Sifat kimia Asam Palmitat (Wikipedia) 1. Dapat larut dalam eter, aseton, dan n-hexane 2. Berasal dari lemak hewani dan nabati 3. Memiliki 4,6 % kadar asam lemak jenuh dalam kelapa kelapa sawit. 4. Memiliki 2,5 % kadar asam lemak jenuh dalam minyak inti sawit. (netti and hendra,2002) 5. Diperoleh dari penyulingan minyak kelapa sawit

6. Jika bereaksi dengan urea menghasilkan senyawa yang baru yaitu palmitamida 2CH 3 (CH 2 ) 14 COOH + CO(NH 2 ) 2 2 CH 3 (CH 2 ) 14 CO(NH 2 ) 2 + H 2 O + CO 2 As. Palmitat Urea palmitamida (http : //en, wikipedia. org/wiki/palmitic acid) 2.4.2 Urea a. Sifat Fisika Urea (Perry dan Green) 1. Berat molekul : 60 gr/mol 2. Titik lebur : 132,7 0 C pada 1 atm 3. Spesifik gravity : 1,335 (20 0 C) 4. Energi pembentukan : 47,120 kal/mol (25 0 C) 5. Kapasitas panas (C p ) : 1,340 (293 0 K) b. Sifat Kimia Urea (Perry dan Green) 1. Rumus molekul: CO(NH 2 ) 2 2. Berbentuk kristal tetragonal 3. Berbentuk primatik dan berwarna putih 4. Terdekomposisi pada titik didihnya 5. Dapat larut dalam amoniak dan ai 2.4.3 Kloroform a. Sifat Fisika Kloroform (Perry dan Green) 1. Berat molekul : 119,38 gr/mol 2. Titik didih : 61,2 0 C 3. Titik lebur : - 63,5 0 C 4. Massa jenis : 1,49 gr/cm 3 (20 0 C) 5. Kelarutan dalam air : 0,82 gr/l (20 0 C) 6. Viskositas : 0,542 cp

b. Sifat Kimia Kloroform (Wikipedia) 1. Rumus molekul : CHCl 3 2. Merupakan larutan yang mudah menguap, tidak berwarna, memiliki bau yang tajam dan menusuk. 3. Bila terhirup dapat menimbulkan kantuk 4. Tidak dapat bereaksi dengan palmitamida CH 3 (CH 2 ) 14 CO(NH 2 ) 2 + CHCl 3 CH 3 (CH 2 ) 14 CO(NH 2 ) 2 + CHCl 3 5. Sebagai larutan pemurni pada palmitamida (http : //en, wikipedia. org/wiki/chloroform) 2.5 Deskripsi Proses Proses Pembuatan palmitamida dari asam palmitat dilakukan dalam 3 tahap yaitu : 1. Tahap Pengolahan Awal 2. Tahap Sintesa 3. Tahap Pemurnian Hasil/Produk 2.5.1 Tahap Pengolahan Awal Pada tahap pengolahan awal ini bahan baku urea dimasukkan ke dalam tangki (T - 130) untuk dicairkan dengan pemanas steam pada suhu 160 0 C sambil diaduk, dan bahan baku asam palmitat dimasukkan ke dalam tangki (T - 140) untuk dicairkan dengan pemanas steam hingga suhunya mencapai 160 0 C sambil diaduk. 2.5.2 Tahap Sintesa Pada tahap sintesa ini, urea dan asam palmitat yang telah melebur kemudian dipompakan ke dalam tangki reaktor (R - 210) untuk direaksikan selama ± 5 jam dengan suhu 160 0 C hingga suhu pada reaktor konstan, setelah proses reaksi dilakukan, diperoleh palmitamida kotor. Kemudian palmitamida kotor tersebut dipompakan ke dalam tangki penampung (F - 220), pada saat palmitamida dipompakan ke dalam tangki penampung larutan tersebut mengalami penurunan suhu sehingga palmitamida tersebut mengalami pemadatan, lalu palmitamida padat diangkut dengan menggunakan scew conveyor (SC - 221) dimasukkan ke dalam ball

mill (BM - 230) untuk digiling halus hingga berbentuk serbuk. Setelah itu diangkut kembali dengan menggunakan screw conveyor (SC - 231) lalu dimasukkan ke dalam tangki pemurnian (T - 310) untuk dimurnikan. 2.5.3 Tahap Pemurnian Hasil/ Produk Pada tahap pemurnian hasil ini, palmitamida yang berbentuk serbuk dimasukkan ke dalam tangki pemurnian (T - 310). Kemudian dilarutkan dengan kloroform hingga homogen kira-kira 30 menit, kloroform berfungsi sebagai larutan pemurni yang digunakan untuk memurnikan palmitamida dari urea yang tersisa, setalah proses pemurnian dilakukan hasil dari campuran palmitamida dengan kloroform dipompakan ke filter press (H - 320) untuk memisahkan filtrat dengan residu. Pada proses pemisahan ini filtratn diambil, kemudian dimasukkan ke dalam tangki penampung (F - 330) sedangkan residu dibuang menjadi urea bekas, selanjutnya filtrat tadi dipompakan ke dalam Evaporator (V - 340) untuk dipisahkan lagi, dimana hasil atas berupa uap kloroform sedangkan hasil bawah adalah palmitamida basah. Palmitamida basah yang diperoleh kemudian dimasukkan ke rotary dryer (RD - 350) untuk dikeringkan, sedangkan uap dari kloroform dimasukkan ke kondensor (CD - 360), dimana berfungsi untuk merubah uap kloroform menjadi cairan kloroform. Cairan kloroform kemudian dipompakan ke tangki kloroform (F - 370) sebagai hasil samping. Palmitamida basah yang diperoleh dimasukkan ke rotary dryer (RD - 350) untuk dikeringkan sehingga menjadi palmitamida murni, pada proses pengeringan ini terjadi pemisahan antara palmitamida dengan kloroform. Hasil pengeringan dari rotary dryer (RD - 350) berupa palmitamida yang kering berbentuk serbuk. Lalu serbuk palmitamida dibawa dari rotary dryer (RD - 350) ke gudang produk (G - 380) dengan menggunakan screw conveyor (SC - 351).