Bab V Analisis Tegangan, Fleksibilitas, Global Buckling dan Elekstrostatik GRP Pipeline

dokumen-dokumen yang mirip
Bab IV Analisis Perancangan Struktur GRP Pipeline Berdasarkan ISO 14692

Bab III Data Perancangan GRP Pipeline

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

NAJA HIMAWAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Document/Drawing Number. 2. TEP-TMP-SPE-001 Piping Desain Spec

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA GAS DARI VESSEL SUCTION SCRUBBER KE BOOSTER COMPRESSOR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

BAB V ANALISA HASIL. 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

Bab 4 Pemodelan Sistem Perpipaan dan Analisis Tegangan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan.

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA HASIL. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VI PEMBAHASAN DAN HASIL

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

ANALISIS STATIK TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER REAKTOR KARTINI YOGYAKARTA

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

4 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

STUDI PARAMETER PENGARUH TEMPERATUR, KEDALAMAN TANAH, DAN TIPE TANAH TERHADAP TERJADINYA UPHEAVAL BUCKLING PADA BURRIED OFFSHORE PIPELINE

Tabel 4. Kondisi Kerja Pipa Pipe Line System Sumber. Dokumen PT. XXX Parameter Besaran Satuan Operating Temperature 150 Pressure 3300 Psi Fluid Densit

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN JALUR PIPA UAP PADA PROYEK PILOT PLANT

ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II

Pipeline Stress Analysis Pada Onshore Design Jalur Pipa Baru Dari Central Processing Area (CPA) Ke Palang Station JOB PPEJ Dengan Pendekatan Caesar II

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mengalirkan suatu fluida (cair atau gas) dari satu atau beberapa titik

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR

ANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT

BAB V METODOLOGI. Mulai

BAB IV ANALISIS TEGANGAN PADA CABANG PIPA

Analisa Pemasangan Loop Ekspansi Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk

2 BAB II TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka. Suatu sistem perpipaan dapat dikatakan aman apabila beban tegangan

ANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT

ANALISA TEGANGAN PIPA PADA TURBIN RCC OFF GAS TO PROPYLENE PROJECT

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM PERPIPAAN LEPAS PANTAI UNTUK SPM 250,000 DWT

EVALUASI DISAIN INSTALASI PIPA FRESH FIRE WATER STORAGE TANK

TUGAS AKHIR PIPELINE STRESS ANALYSIS TERHADAP TEGANGAN IJIN PADA PIPA GAS ONSHORE DARI TIE-IN SUBAN#13 KE SUBAN#2 DENGAN PENDEKATAN CAESAR II

ANALISA KEANDALAN PADA PIPA JOINT OPERATING BODY PERTAMINA-PETROCHINA EAST JAVA ( JOB P-PEJ )BENGAWAN SOLO RIVER CROSSING

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. melakukan perancangan sistem perpipaan dengan menggunakan program Caesar

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 5 Analisis Tegangan Ultimate dan Analisis Penambahan Tumpuan Pipa

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

DESAIN TEGANGAN PADA JALUR PEMIPAAN GAS DENGAN PENDEKATAN PERANGKAT LUNAK

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan suatu fluida yang komposisinya

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus

PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

PENGARUH GEMPA PATAHAN LEMBANG TERHADAP FLEKSIBILITAS PIPA DAN KEGAGALAN NOZEL PERALATAN SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG

III. METODE PENELITIAN

Analisa Rancangan Pipe Support Sistem Perpipaan dari Pressure Vessel ke Air Condenser Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan CAESAR II

I. PENDAHULUAN. yang memproduksi bahan kimia serta obat-obatan, dan juga digunakan dalam

Optimasi konfigurasi sudut elbow dengan metode field cold bend untuk pipa darat pada kondisi operasi

DAFTAR ISI. i ii iii iv vi v vii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PERPIPAAN HEAVY FUEL OIL DARI DAILY TANK UNIT 1 DAN UNIT 2 MENUJU HEAT EXCHANGERDI PLTU BELAWAN

Review Desain Condensate Piping System pada North Geragai Processing Plant Facilities 2 di Jambi Merang

BAB I PENDAHULUAN. dihidupkan kembali dengan menggunakan pompa atau gas. Gas lift merupakan

PERANCANGAN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN AUXILIARY STEAM PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT

Bab 3 Data Operasi Sistem Perpipaan pada Topside Platform

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar 3.1 Upheaval Buckling Pada Pipa Penyalur Minyak di Riau ± 21 km

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

BAB IV PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE) CAESAR II VERSI 2014

BAB IV DATA SISTEM PERPIPAAN HANGTUAH

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN MAIN STEAM (HIGH PRESSURE) PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT

BAB 8. BEJANA TEKAN (Pressure Vessel)

Analisa Resiko Penggelaran Pipa Penyalur Bawah Laut Ø 6 inch

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

PERHITUNGAN TEGANGAN PIPA DARI DISCHARGE KOMPRESOR MENUJU AIR COOLER MENGGUNAKAN SOFTWARE CAESAR II 5.10 PADA PROYEK GAS LIFT COMPRESSOR STATION

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM OFFSHORE PIPELINE

Analisa Pemasangan Loop Ekspansi Akibat Terjadinya Upheaval Buckling Pada Onshore Pipeline

BAB IV DATA SISTEM PIPELINE DAERAH PORONG

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G-249

Analisa Rancangan Pipe Support pada Sistem Perpipaan High Pressure Vent Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan Caesar II

BAB II TEORI TEGANGAN PIPA DAN PERANGKAT BANTU ANALISA

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini, analisis yang dilakukan menggunakan metode elemen

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

Jl. Banyumas Wonosobo

ABOVE WATER TIE IN DAN ANALISIS GLOBAL BUCKLING PADA PIPA BAWAH LAUT

VII. KOLOM Definisi Kolom Rumus Euler untuk Kolom. P n. [Kolom]

BAB II TEORI DASAR TEGANGAN PIPA DAN PENGENALAN CAESAR II

TUGAS AKHIR ZELVIA MANGGALASARI Dosen Pembimbing I : Dr. Melania Suweni Muntini Dosen Pembimbing II : Drs.

UNIVERSITAS DIPONEGORO PERANCANGAN DAN ANALISA TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA TUGAS AKHIR FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik. dan efisien. Pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian

Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI. 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa. 5th failure July 13

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

Transkripsi:

Bab V Analisis Tegangan, Fleksibilitas, Global Buckling dan Elekstrostatik GRP Pipeline 5.1 Analisis Tegangan dan Fleksibilitas Analisis tegangan dan fleksibilitas pipeline ini dilakukan dengan menggunakan bantuan software CAESAR II V 4.5. Pemodelan rute pipeline dan analisis tegangan & fleksibilitas dilakukan berdasarkan code UKOOA: Specification and Recommended Practice for the Use of GRP Pipeline. Analisis fleksibilitas dan tegangan dilakukan dengan mempertimbangkan asumsi sebagai berikut: 1. Beban occasional diabaikan karena sebagian besar sistem perpipaan Glass Reinforced Plastics (GRP) dalam keadaan terkubur. 2. Beban kendaraan yang melewati bagian road crossing diabaikan karena pipa GRP pada bagian ini dilindungi dengan steel casing. 3. Beban angin pada bagian river crossing diabaikan karena pipa GRP dalam keadaan terkubur di dasar sungai. 4. Beban gempa diabaikan karena rute pipeline GRP terdapat pada wilayah gempa zone 4 (daerah yang jarang terjadi gempa). 5.1.1 Pemodelan Rute Pipeline Pemodelan rute pipeline terkubur dengan CAESAR II berdasarkan layout isometric drawing lapangan migas Pondok Tengah. Salah satu pemodelan tiga dimensi jalur pipeline tersebut ditunjukkan pada gambar 5.1. 87

Tambun Block Station Selatan PDT-A Gambar 5.1 Model tiga dimensi rute pipeline (Block Station Selatan to Tambun) Penomoran nodal pada pemodelan pipeline ini ditunjukkan pada gambar 5.2 berikut. Tambun Block Station Selatan PDT-A Gambar 5.2 Penomoran nodal pada model pipeline (Block Station Selatan to Tambun) 88

Sistem perpipan GRP yang dikubur (buried pipe) ) pada kedalaman 1.2 meter dimodelkan seperti pada gambar 5.3 berikut. Gambar 5.3 Model pipa GRP terkubur (Cluster-K to Block Station Selatan) 5.1.2 Analisis Pada Kondisi Operasi 5.1.2.1 Analisis Tegangan Padaa kondisi operasi beban-beban yang bekerja adalah beban akibat tekanan operasi, temperatur dan berat sendiri. Kondisi operasi inilah yang akan menghasilka an harga tegangan yang dibandingkan dengann harga tegangan ijin menurut Code. Parameter yang menjadi input untuk CAESAR II dalam analisiss tegangan pada kondisi operasi adalah: W + T1 + P1 (OPE) (5.1) Dimana: W = berat pipa plus aksesorisnya T1 = temperatur P1 = tekanan desain Hasil dari analisis tegangan yang dilakukan dengann software CAESAR II v 4.5 untuk kondisi operasi ditunjukkan pada tabel 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1 Hasil analisis tegangan pipa pada kondisi beban operasi Model BSS to Tambun (Gas 6 ) BSS to BSU (Crude 8 ) Cluster-I to BSS (Well Fluid 6 ) Cluster-K to BSS (Well Fluid 6 ) Cluster-E to BSS J5 to BSS Cluster-J to BSU Cluster-N, B, L, to BSU (Well Fluid 4, 8 ) Max. Code Stress Calculated (lb/in. 2 ) Allowable (lb/in. 2 ) Ratio (%) At Node Number Code Stress Check 6800 9392 72 85 OK 5703 9392 61 1245 OK 7377 9392 79 26 OK 6906 9392 74 294 OK 7636 9392 81 214 OK 8672 9392 92 38 OK 7580 9392 81 98 OK 6739 9392 72 369 OK Dari tabel diatas diketahui bahwa terjadi tegangan maksimum sebesar 8672 lb/in 2 (59,79 MPa) atau sekitar 0,92 kali tegangan ijin yaitu pada jalur pipa well fluid diameter 8 dari J-5 ke Block Station Selatan (nodal 38). Untuk lebih jelasnya, posisi nodal 38 tersebut ditunjukkan pada gambar 5.4 berikut. 90

Block Station Selatan (BSS) J5 Gambar 5.4 Lokasi tegangan maksimum pada kondisi operasi (J5 to BSS) Dari analisis tegangan yang dilakukan diketahui bahwa sistem perpipaan yang dirancang aman pada kondisi operasi, karena dari hasil perhitungan CAESAR III tidak terdapat titik-titik pada pipeline yang mengalami tegangan melebihi tegangan yang dibolehkan berdasarkan code UKKOA. 5.1.2.2 Analisis Fleksibilitas Dari analisis fleksibilitas yang dilakukan pada kondisi operasi diketahui bahwa terdapat displacement padaa pipeline yang dirancang. Posisi maximum displacemen nt yang terjadi pada pipeline tersebut ditunjukkan pada gambar 5.5, 5.6, 5.7 berikut ini:

Cluster-I Displacement sebesar 0.4657 in ke arah sumbu X positif (Nodal 29) Block Station Selatan (BSS) Gambar 5.5 Posisi displacement maksimum dalam arah x (Cluster-I to BSS) Displacement sebesar 0.3306 in ke arah sumbu Y negatif Tambun Block Station Selatan (BSS) Gambar 5.6 Posisi displacement maksimum dalam arah y (BSS to Tambun) 92

Cluster-I Displacement sebesar 0.4604 in ke arah sumbu Z negatif (Nodal 29) Block Station Selatan (BSS) Gambar 5.7 Posisi displacement maksimum dalam arah z (Cluster-I to BSS) Hasil analisis fleksibilitas pipa pada kondisi operasi dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut. Tabel 5.2 Hasil analisis fleksibilitas pipa pada kondisi beban operasi Model Cluster-E to BSS J5 to BSS Cluster-J to BSU Cluster-K,I to BSS (Well Fluid 6 ) BSS to Tambun (Gas 6 ) Cluster-I to BSS (Well Fluid 6 ) Max. Displacement DX (in) DY (in.) DZ (in.) At Node number/ location Code Displacement Check < 0.5 in. -0.2216 0.2867 0.0189 188 OK 0.0556-0.2194-0.0049 76 OK -0.4495-0.0007 0.2888 20 OK -0.0041-0.0001 0.2124 499 OK 0.0274-0.3306-0.0024 107 OK 0.4657-0.0003-0.4604 29 OK 93

Model Cluster-N, B, L, to BSU (Well Fluid 4, 8 ) Max. Displacement DX (in) DY (in.) DZ (in.) At Node number/ location Code Displacement Check < 0.5 in. 0.3831-0.0006-0.4249 426 OK Dari hasil analisis fleksibilitas pada kondisi operasi diperoleh besar dan arah displacement maksimum yang terjadi yaitu displacement maksimum dalam arah X terjadi pada nodal 29 (Cluster-I to BSS) sebesar 0,4657 in (11,82 mm) arah sumbu X positif, displacement terbesar untuk arah Y terjadi pada nodal 107 (BSS to Tambun) sebesar 0.3306 in (8,39 mm) arah sumbu Y negatif dan displacement maksimum dalam arah Z terjadi pada nodal 29 (Cluster-I to BSS) sebesar 0.4604 in (11,69 mm) arah sumbu Z positif. Posisi displacement maksimum yang terjadi semuanya terjadi pada pada belokan (bend) pipa yang dikubur dalam tanah. Hal ini terjadi karena pada titik-titik tersebut mengalami tegangan akibat gaya tekan euler buckling yang dialami pipa terkubur (restraint) dan pipa yang ditumpu selain itu belokan juga mengalami beban bending akibat gaya tahan tanah dan berat pipa yang tidak dikubur. Meskipun begitu, besar displacement yang terjadi pada sistem perpipaan selama kondisi operasi tidak ada yang melebihi besar displacement maksimum yang diperbolehkan oleh code ISO 14692 yaitu lebih kecil dari 12 mm. Jadi sistem perpipaan GRP dengan tekanan dan temperatur rancang, aman pada kondisi operasi dan selama umur rancangnya. 5.1.3 Analisis Pada Kondisi Sustained 5.1.3.1 Analisis Tegangan Kondisi sustained adalah kondisi dimana pipa mengalami beban yang terjadi terus menerus dalam hal ini hanya berat pipa dan tekanan tanpa adanya beban temperatur operasi yang bekerja. Parameter yang menjadi input untuk CAESAR II dalam analisis tegangan pada kondisi sustained adalah: W + P1 (SUS) (5.2) 94

Dimana: W = berat pipa plus aksesorisnya P1 = tekanan desain Hasil dari analisis tegangan untuk kondisi sustained ditunjukkan pada tabel 5.3 berikut ini. Tabel 5.3 Hasil analisis tegangan untuk kondisi beban sustained Model BSS to Tambun (Gas 6 ) BSS to BSU (Crude 8 ) Cluster-I to BSS (Well Fluid 6 ) Cluster-K to BSS (Well Fluid 6 ) Cluster-E to BSS J5 to BSS Cluster-J to BSU Cluster-N, B, L, to BSU (Well Fluid 4, 8 ) Max. Code Stress Calculated (lb/in. 2 ) Allowable (lb/in. 2 ) Ratio (%) At Node Number Code Stress Check 7613 9392 81 875 OK 5703 9392 60 1245 OK 6960 9392 74 23 OK 7605 9392 81 115 OK 9061 9392 96 1000 OK 8288 9392 88 10 OK 8258 9392 87,9 198 OK 7294 9392 77,6 218 OK Dari analisis tegangan yang dilakukan diketahui bahwa sistem perpipaan yang dirancang aman pada kondisi sustained, karena dari hasil perhitungan CAESAR II tidak terdapat titik-titik pada pipeline yang mengalami tegangan melebihi tegangan yang dibolehkan berdasarkan code UKKOA. 95

5.1.3.2 Analisis Fleksibilitas Dari analisis fleksibilitas yang dilakukan pada kondisi sustained diketahui bahwa terdapat perpindahan atau displacement yang terjadi pada pipeline. Hasil analisis fleksibilitas pipa pada kondisi beban sustained dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini. Tabel 5.4 Hasil analisis fleksibilitas pipa pada kondisi beban sustained Max. Displacement Model DX DY DZ At Node Code number/ Displacement (in) (in.) (in.) location Check < 0.5 in. Cluster-E to BSS -0.2479 0.0847 0.1799 100 OK J5 to BSS -0.3311-0.0087 0.0412 43 OK Cluster-J to BSU 0.2511-0.0006 0.3723 216 OK Cluster-K,I to BSS (Well Fluid 6 ) -0.2224-0.0001 0.0614 110 OK BSS to Tambun (Gas 6 ) 0.0424-0.2205-0.1466 1177 OK Cluster-I to BSS (Well Fluid 6 ) 0.4024-0.0003-0.3550 29 OK Cluster-N, B, L, to BSU (Well Fluid 4, 8 ) 0.3626-0.0006-0.2642 426 OK Dari hasil analisis fleksibilitas pada kondisi operasi diperoleh besar dan arah displacement maksimum yang terjadi yaitu displacement maksimum dalam arah X terjadi pada nodal 29 (Cluster-I to BSS) sebesar 0,4024 in. (10,22 mm) arah sumbu X positif, displacement terbesar untuk arah Y terjadi pada nodal 1177 (BSS to Tambun) sebesar 0.2205 in (5,6 mm) arah sumbu Y negatif dan displacement maksimum dalam arah Z terjadi pada nodal 216 (Cluster-J to BSU) sebesar 0.3723 in (9,45 mm) arah sumbu Z positif. Posisi displacement maksimum yang terjadi pada kondisi beban sustained semuanya terjadi pada pada belokan (bend) pipa yang di kubur dalam tanah. Seperti pada kondisi operasi hal 96

ini terjadi karena belokan pipa (bend) sebelum masuk/keluar tanah akan mengalami beban bending akibat gaya tahan tanah dan berat pipa yang tidak dikubur (crossing sungai). Meskipun begitu, besar displacement yang terjadi pada sistem perpipaan selama kondisi sustained tidak ada yang melebihi besar displacement maksimum yang diperbolehkan oleh code ISO 14692 yaitu lebih kecil dari 12 mm. Jadi sistem perpipaan GRP dengan tekanan rancang, aman pada kondisi sustained. 5.1.4 Analisis Pada Kondisi Ekspansi 5.1.4.1 Analisis Tegangan Tegangan yang terjadi pada kasus beban ekspansi adalah tegangan yang timbul akibat adanya displacement yang merupakan penjumlahan secara aljabar displacement kasus beban 1 (operasi) dengan displacement dari kasus beban 2 (sustained). Parameter kasus beban ekspansi yang digunakan untuk analisis tegangan adalah: DS3 = DS1-DS2 (5.3) Dimana: DS1 = displacement yang timbul dari kasus beban 1 DS2 = displacement yang timbul dari kasus beban 2 DS3 = Penjumlahan secara aljabar dari DS1 dam DS2 Hasil Analisis tegangan akibat beban ekspansi ditunjukkan pada tabel 5.5 berikut. Tabel 5.5 Hasil analisis tegangan pada kondisi beban ekspansi Model BSS to Tambun (Gas 6 ) BSS to BSU (Crude 8 ) Cluster-I to BSS (Well Fluid 6 ) Max. Code Stress Calculated Allowable At Node Ratio (lb/in. 2 ) (lb/in. 2 ) Number 5396 0 0 420 59 0 0 580 1443.6 0 0 29 Code Stress Check NO CODE STRESS CHECK PROCESSED NO CODE STRESS CHECK PROCESSED NO CODE STRESS CHECK PROCESSED 97

Model Cluster-K to BSS (Well Fluid 6 ) Cluster-E to BSS J5 to BSS Cluster-J to BSU Cluster-N, B, L, to BSU (Well Fluid 4, 8 ) Max. Code Stress Calculated Allowable At Node Ratio (lb/in. 2 ) (lb/in. 2 ) Number 1961 0 0 95 2052 0 0 90 9855 0 0 37 1463 0 0 33 1432 0 0 423 Code Stress Check NO CODE STRESS CHECK PROCESSED NO CODE STRESS CHECK PROCESSED NO CODE STRESS CHECK PROCESSED NO CODE STRESS CHECK PROCESSED NO CODE STRESS CHECK PROCESSED Tegangan pada kondisi ekspansi dibandingkan dengan tegangan ijin berdasarkan ISO 14692. Dari hasil perhitungan yang diperoleh tampak bahwa tegangan yang terjadi pada kondisi beban ekspansi tidak ada yang melebihi tegangan maksimum yang diperbolehkan oleh Code, jadi pipa yang dirancang aman pada kondisi ekspansi. 5.1.4.2 Analisis Fleksibilitas Hasil analisis fleksibilitas pipeline pada kondisi beban ekpansi ditunjukkan pada tabel 5.6 berikut. Tabel 5.6 Hasil analisis fleksibilitas pipa pada kondisi beban ekspansi Model Cluster-E to BSS J5 to BSS Max. Displacement DX (in) DY (in.) DZ (in.) At Node number/ location Code Displacement Check < 0.5 in. -0.2351 0.0000-0.0739 274 OK -0.4198-0.1119 0.0345 25 OK 98

Model Cluster-J to BSU Cluster-K,I to BSS (Well Fluid 6 ) BSS to Tambun (Gas 6 ) Cluster-I to BSS (Well Fluid 6 ) Cluster-N, B, L, to BSU (Well Fluid 4, 8 ) Max. Displacement DX (in) DY (in.) DZ (in.) At Node number/ location Code Displacement Check < 0.5 in. 0.1528 0.0000 0.2265 216 OK -0.3887 0.0000 0.4262 502 OK -0.0174 0.0000-0.3697 1168 OK 0.0932 0.0000-0.1054 29 OK 0.2206 0.0000-0.1607 426 OK Dari hasil analisis fleksibilitas pada kondisi operasi diperoleh besar dan arah displacement maksimum yang terjadi yaitu displacement maksimum dalam arah X terjadi pada nodal 25 (J5 to BSS) sebesar 0,4198 in. (10.66 mm) arah sumbu X negatif, displacement terbesar untuk arah Y terjadi pada nodal 25 (J5 to BSS) sebesar 0,1119 in (2,84 mm) arah sumbu Y negatif dan displacement maksimum dalam arah Z terjadi pada nodal 502 (Cluster-K,I to BSS) sebesar 0,4262 in (10,82 mm) arah sumbu Z positif. Posisi displacement maksimum yang terjadi pada kondisi beban ekspansi semuanya juga terjadi pada pada belokan (bend) pipa yang dikubur dalam tanah. Sesuai dengan definisi sebelumnya, beban ekspansi merupakan pengurangan beban operasi terhadap beban sustained, jadi kondisi displacement maksimum yang terjadi pada beban ekspansi ini terjadi karena belokan pipa (bend) sebelum masuk/keluar tanah mengalami beban tegangan akibat gaya euler buckling pada pipa yang dikubur. Meskipun begitu, besar displacement yang terjadi pada sistem perpipaan selama kondisi ekspansi ini juga tidak ada yang melebihi besar displacement maksimum yang diperbolehkan oleh code ISO 14692 yaitu lebih kecil dari 12 mm. Jadi sistem perpipaan GRP dengan tekanan rancang, aman pada kondisi ekspansi. 99

5.2 Analisis Tegangan pada Crossing Sungai Analisis tegangan dan fleksibilitas pada crossing sungai ini dilakukan dengan menggunakan software pipe stress analysis, CAESAR II v 4.5. Perhitungan tegangan ijin dilakukan berdasarkan code UKOOA, Specification and Recommended Practice for the Use of GRP Pipeline. Pada analisis tegangan crossing sungai ini, beban occasional seperti beban angin dan beban gempa diabaikan. Beban angin diabaikan karena pipa GRP yang melalui sungai dikubur ke dalam tanah. Beban gempa diabaikan karena rute pipeline tidak berada pada area yang rawan gempa. 5.2.1 Pemodelan Crossing Sungai Berdasarkan hasil perancangan crossing sungai pada bab sebelumnya, diperoleh bahwa jenis crossing yang dipergunakan pada river crossing ini adalah burried crossing, yaitu pipa yang melewati sungai (river crossing) tersebut dikubur ke dalam tanah. Gambar 5.8 berikut menunjukkan model burried crossing untuk pipa GRP. Gambar 5.8 Model crossing sungai pipa GRP 100

5.2.2 Hasil Analisis Tegangan Hasil analisis tegangan yang ditampilkan adalah tegangan maksimum pipa yang melewati sungai pada kondisi beban operasi, sustained dan ekspansi. Hasil analisis tegangan pipeline yang melewati sungai dapat dilihat pada tabel 5.7, 5.8 dan 5.9 berikut ini. Tabel 5.7 Hasil analisis tegangan maksimum river crossing pada kondisi operasi No. River (Kilometer Element Code Stress Allowable Stress Ratio Crossing Post) Node (lb./sq.in.) (lb./sq.in.) % Status 1 0 + 715 152 7595 9392 81 Aman 2 3 + 183 507 6764 9392 72 Aman 3 3 + 379 280 7671 9392 82 Aman 4 0 + 681 105 8719 9392 93 Aman 5 0 + 791 69 6491 9392 69 Aman 6 0 + 390 86 8220 9392 87 Aman 7 2 + 470 13 9135 9392 97 Aman 8 0 + 192 42 6731 9392 72 Aman 9 0 + 560 92 7662 9392 82 Aman 10 0 + 943 303 6686 9392 71 Aman 11 2 + 014 568 6743 9392 72 Aman 12-13 2 + 906 580 7116 9392 76 Aman 2 + 920 14-15 3 + 952 671 7490 9392 80 Aman 4 + 084 16 4 + 577 757 8852 9392 94 Aman 17-18 5 + 374 5 + 399 794 6960 9392 74 Aman Tabel 5.8 Hasil analisis tegangan river crossing pada kondisi beban sustained No. River (Kilometer Element Code Stress Allowable Stress Ratio Crossing Post) Node (lb./sq.in.) (lb./sq.in.) % Status 1 0 + 715 152 7551 9392 880 Aman 2 3 + 183 507 6265 9392 66,7 Aman 3 3 + 379 280 6292 9392 66,9 Aman 101

No. River (Kilometer Element Code Stress Allowable Stress Ratio Crossing Post) Node (lb./sq.in.) (lb./sq.in.) % Status 4 0 + 681 105 8719 9392 92,8 Aman 5 0 + 791 69 6491 9392 69 Aman 6 0 + 390 100 6729 9392 71,6 Aman 7 2 + 470 13 9135 9392 97,2 Aman 8 0 + 192 41 6689 9392 71,2 Aman 9 0 + 560 97 7300 9392 77,7 Aman 10 0 + 943 302 6660 9392 70,9 Aman 11 2 + 014 568 6743 9392 71,7 Aman 12-13 2 + 906 576 7343 9392 2 + 920 78,18 Aman 14-15 3 + 952 4 + 084 675 6851 9392 72,9 Aman 16 4 + 577 760 8852 9392 94,2 Aman 17-18 5 + 374 5 + 399 795 6960 9392 74,1 Aman Tabel 5.9 Hasil analisis tegangan river crossing pada kondisi beban ekspansi No. River (Kilometer Element Code Stress Allowable Stress Status Crossing Post) Node (lb./sq.in.) (lb./sq.in.) NO CODE STRESS 1 0 + 715 116 863-2 3 + 183 482 504 - NO CODE STRESS 3 3 + 379 280 788 - NO CODE STRESS 4 0 + 681 105 6602 - NO CODE STRESS 5 0 + 791 148 7776 - NO CODE STRESS 6 0 + 390 271 3032 - NO CODE STRESS 7 2 + 470 354 5547 - NO CODE STRESS 8 0 + 192 51 44 - NO CODE STRESS 9 0 + 560 89 4073 - NO CODE STRESS 10 0 + 943 423 2517 - NO CODE STRESS 102

No. River (Kilometer Element Code Stress Allowable Stress Status Crossing Post) Node (lb./sq.in.) (lb./sq.in.) NO CODE STRESS 11 2 + 014 425 4242-12-13 2 + 906 2 + 920 14-15 3 + 952 4 + 084 589 2341 - NO CODE STRESS 684 4165 - NO CODE STRESS 16 4 + 577 752 1412 - NO CODE STRESS 17-18 5 + 374 5 + 399 875 5382 - NO CODE STRESS Dari hasil analisis tegangan di atas dapat dilihat bahwa pada kondisi beban operasi, sustained dan ekspansi tidak ada tegangan yang melebihi tegangan ijin oleh code UKOOA pada pipa yang melewati sungai. Tegangan maksimum pada kondisi operasi dan sustained terjadi pada crossing-7, sedangkan pada kondisi ekspansi tegangan maksimum terjadi pada crossing-5. Lokasi tegangan maksimum pada pipa yang melewati sungai seperti yang tertera pada tabel di atas umumnya terjadi pada belokan (bend), oleh karena itu dengan melakukan pemilihan sambungan bend yang sesuai sangat perlu dilakukan agar sistem perpipaan aman selama umur rancangnya. Jadi dengan asumsi fitting yang dipilih telah sesuai, maka sistem perpipaan yang dirancang aman untuk kondisi operasi pada tekanan dan temperatur perancangan. Kondisi beban ekspansi tidak dibandingkan dengan tegangan ijin, karena menurut code UKOOA apabila semua tegangan pada kondisi operasi telah di bawah tegangan ijin, maka sistem perpipaan sudah memenuhi kriteria keamanan oleh code UKOOA. 5.3 Analisis Shell Buckling Analisis ini dilakukan untuk menentukan rasio antara tegangan tekan aksial total pipa terhadap euler buckling sesuai dengan kriteria yang diatur dalam standard ISO 14692. Berdasarkan ISO 14962-3 Section 8.7 rasio tegangan kompresi maksimum pada pipeline dengan tegangan maksimum shell buckling yang diperbolehkan 103

harus lebih besar daripada 3. Besarnya tegangan maksimum kompresi agar tidak terjadi shell buckling adalah sesuai dengan persamaan (2.42) dan (2.43). E eff adalah modulus elastisitas efektif dari pipa GRP yang dihitung dengan persamaan E eff = E a E h Tegangan kompresi yang menyebabkan terjadinya shell buckling adalah tegangan akibat ekspansi pada pipa akibat termal dan tekanan dalam ditambah dengan tegangan bending pada span pipa. Analisis shell buckling menggunakan perangkat lunak MathCad 2000 sebagai alat bantu perhitungan. Contoh perhitungan rinci pada MathCad 2000 dapat dilihat pada lampiran D. Hasil analisis shell buckling dirangkum dalam tabel 5.10. Tabel 5.10 Hasil analisis tegangan shell buckling Jenis Pipeline Kondisi Teg. Tekan Aksial (MPa) Teg. Shell Buckling (MPa) Rasio σ, rasio = σ usb axial Status σ usb, 3 σ axial 8" Well Fluid 6" Well Fluid 4" Well Fluid 8" Gas 6" Gas 8" Crude Hydrotest 31,21 1755 56,218 OK Operasi 27,2 1755 67,065 OK Hydrotest 30,98 1796 57,992 OK Operasi 25,94 1796 69,242 OK Hydrotest 32,16 1773 55,118 OK Operasi 26,56 1773 66,744 OK Hydrotest 31,21 1755 56,218 OK Operasi 25,41 1775 69,047 OK Hydrotest 30,98 1796 57,992 OK Operasi 25,16 1796 71,046 OK Hydrotest 28,95 738,4 25,508 OK Operasi 26,4 738,4 27,976 OK Hasil analisis yang telah dilakukan menyatakan bahwa pipeline dalam kondisi operasi maupun hydrotest aman terhadap shell buckling dengan rasio perbandingan lebih dari 3. Nilai tersebut sangat besar dikarenakan perbandingan 104

diameter dengan tebal dinding yang cukup besar. Hal ini dapat dijelaskan melalui gambar 5.9, 5.10, 5.11 berikut. Pada gambar 5.9 dapat diketahui bahwa semakin besar perbandingan tebal dan diameter suatu pipa maka tegangan shell buckling akan semakin besar juga. Sebaliknya jika tebal dan diameter suatu pipa semakin besar maka tegangan kompresi yang terjadi pada pipa akan semakin kecil akibat tekanan internal, beban termal dan beban bending pada tumpuan seperti yang dapat dilihat pada gambar 5.10 dan 5.11. 2500 Tegangan (MPa) 2000 1500 1000 500 Shell Buckling Crude 8" Shell Buckling Well Fluid 8 Shell Buckling Well Fluid 6" Shell Buckling Well Fluid 4" Shell Buckling Gas 8" Shell Buckling Gas 6" 0 0 0.02 0.04 0.06 0.08 t/d Gambar 5.9 Pengaruh rasio t/d terhadap tegangan shell buckling pada pipa penyalur well fluid, crude dan gas Tegangan (MPa) 140 120 100 Tegangan Kompresi Well Fluid 8 80 Tegangan Kompresi Well Fluid 6 60 Tegangan Kompresi Well Fluid 4" 40 Tegangan Kompresi Gas 8 20 Tegangan Kompresi Gas 6" 0 0 0.02 0.04 0.06 0.08 t/d Gambar 5.10 Pengaruh rasio t/d terhadap tegangan kompresi pada pipa penyalur well fluid dan gas 105

70 60 Tegangan (MPa) 50 40 30 20 10 0 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 t/d Gambar 5.11 Pengaruh rasio t/d terhadap tegangan kompresi pada pipa penyalur crude 5.3.1 Pengaruh Parameter Perancangan Terhadap Shell Buckling Jika tekanan dalam divariasikan terhadap tegangan shell buckling, maka diperoleh hubungan bahwa semakin besar tekanan dalam pipa maka safety factor pipa terhadap tegangan shell buckling akan semakin kecil. Hal ini dapat dilihat pada gambar 5.12 dan 5.13 berikut. Hal ini terjadi karena semakin besar tekanan dalam maka semakin besar pula tekanan kompresi yang dialami oleh dinding pipa. Safety Factor 350 300 250 200 150 100 50 0 0 2 4 6 8 10 Tekanan Dalam (MPa) 8" well fluid 6" well fluid 4" well fluid 8" gas 6" gas Gambar 5.12 Pengaruh tekanan dalam terhadap safety factor shell buckling pada pipa penyalur well fluid dan gas 106

Safety Factor 100 80 60 40 20 8" crude 0 0 2 4 6 8 10 Tekanan Dalam (MPa) Gambar 5.13 Pengaruh tekanan dalam terhadap safety factor shell buckling pada pipa penyalur crude Jika temperatur divariasikan maka dapat diketahui bahwa hubungan temperatur operasi dengan safety factor pipa terhadap shell buckling adalah bebanding terbalik sesuai dengan gambar 5.14 dan 5.15 berikut. Hal ini terjadi terutama pada pipa yang ditahan (restraint), karena semakin besar temperatur maka tegangan aksial kompresi yang terjadi akibat ekspansi pipa juga makin besar sehingga mengurangi ketahanan pipa terhadap tegangan shell bucking. 120 100 Safety Factor 80 60 40 20 8" Well Fluid 6" Well Fluid 4" Well Fluid 8" Gas 6" Gas 0 0 10 20 30 40 50 60 Temperatur Operasi ( C) Gambar 5.14 Pengaruh temperatur operasi terhadap safety factor shell buckling pada pipa penyalur well fluid dan gas. 107

60 50 Safety Factor 40 30 20 8" Crude 10 0 0 10 20 30 40 50 60 Temperatur Operasi ( C) Gambar 5.15 Pengaruh temperatur operasi terhadap safety factor shell buckling pada pipa penyalur crude 5.4 Analisis Euler Buckling Analisis ini dilakukan untuk mengetahui ketahanan pipa menerima tegangan kompresi supaya tidak terjadi euler buckling. Analisis ini dilakukan pada kondisi instalasi, operasi dan hydrotest yang didasarkan pada standard ISO 14692. Data panjang span yang dipergunakan pada analisis ini dapat dilihat pada tabel 5.11. Data ini merupakan hasil dari analisis span statik bagian restraint pada sub bab sebelumnya. Tabel 5.11 Data panjang span maksimum pipa a Kondisi Pipeline Allowable Span (m) Instalasi 8 Well Fluid 6,262 Instalasi 6 Well Fluid 4,805 Instalasi 4 Well Fluid 3,117 Instalasi 8 Gas 6,613 Instalasi 6 Gas 5,074 Instalasi 8 Crude 5,808 Hydrotest 8 Well Fluid 2,342 Hydrotest 6 Well Fluid 1,016 Hydrotest 4 Well Fluid 1,311 108

a Kondisi Pipeline Allowable Span (m) Hydrotest 8 Gas 2,342 Hydrotest 6 Gas 1,016 Hydrotest 8 Crude 2,621 Operasi 8 Well Fluid 2,270 Operasi 6 Well Fluid 0.947 Operasi 4 Well Fluid 1,561 Operasi 8 Gas 2,637 Operasi 6 Gas 2,416 Operasi 8 Crude 1,152 berdasarkan hasil analisis statik span 5.4.1 Tegangan Tekan Aksial Maksimum Euler Buckling Menurut ISO 14692 bagian 8.7.2 beban aksial kompresif, seperti ekspansi termal dan ekspansi tekanan, pada pipa yang di-span dengan panjang tertentu 3 dengan momen inersia yang dianggap π D t r 8 dalam kondisi partially restrained tidak boleh melewati batas tegangan euler buckling yang didefenisikan dengan persamaan berikut: Fa,max σ u = π Dt. r (5.4) Rasio tegangan buckling ekuivalen terhadap tegangan tekan aksial harus lebih besar dari 3. Menurut ISO 14692 bagian 8.4, perubahan temperatur efektif akibat adanya efek dari temperatur lingkungan dihitung dengan persamaan (2.32) sedangkan tegangan tekan aksial akibat ekspansi beban termal dihitung dengan persamaan (2.33). Besar tegangan tekan aksial yang terjadi akibat ekspansi tekanan dihitung dengan menggunakan persamaan (2.34) dan (2.35). Sehingga tegangan tekan aksial total yang bekerja pada pipa adalah: σ a = σat + σap Perhitungan analisis euler buckling berdasarkan gaya aksial maksimum euler buckling ekuivalen ini dilakukan dengan bantuan software MathCAD 2000 dan dilakukan pada kondisi instalasi, hydrotest dan operasi. Contoh perhitungan 109

detail analisis ini pada software MathCad 2000 dapat dilihat pada lampiran D. Hasil perhitungan tegangan buckling ekuivalen dapat dilihat pada tabel 5.12. Tabel 5.12 Hasil perhitungan tegangan euler buckling Pipeline Kondisi Tegangan Buckling Ekuivalen [MPa] Tegangan Tekan Aksial [MPa] Rasio σ u rasio = σ axial Status σ u 3 σ axial 8 Well Fluid 19,05 0,218 87.39 6 Well Fluid 19,03 0,213 89,03 4 Well Fluid 8 Gas Instalasi (kosong) 8,014 17,08 0,216 0,218 37,08 78.36 6 Gas 17,07 0,214 79.84 8 Crude 20,76 0,437 47.46 8 Well Fluid 136,2 30,01 4.54 6 Well Fluid 425,7 29,43 14,46 4 Well Fluid 107,7 29,76 3.62 Hydrotest 8 Gas 136,2 30,01 4.54 6 Gas 425,7 29,43 14,46 8 Crude 101,19 26,81 3,802 8 Well Fluid 144,9 25,6 5,66 6 Well Fluid 489,9 25,22 19,429 4 Well Fluid 107,7 25,44 4,232 Operasi 8 Gas 107,4 24,98 4,3 6 Gas 75,28 24,59 3,061 8 Crude 527,6 24,5 21,534 OK OK OK Hasil dari analisis euler buckling di atas menunjukkan bahwa sistem perpipaan yang dirancang mampu menahan tegangan kompresi sehingga tidak terjadi euler buckling dalam kondisi instalasi, hydrotest dan operasi. Sistem perpipaan yang dirancang telah memenuhi kriteria euler buckling yang ditentukan dalam standard ISO14692, yaitu rasio antara gaya tekan aksial maksimum euler buckling terhadap gaya tekan aksial total lebih besar atau sama dengan 3. 110

5.5 Analisis Elektrostatik Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan pada sistem perpipaan GRP yang sebabkan oleh listrik statik, berdasarkan kondisi perancangan yang memungkinkan untuk terjadinya listrik statik pada perpipaan GRP baik itu internal maupun eksternal. Analisis ini dilakukan dengan melakukan pendekatan resiko secara kualitatif berdasarkan kriteria-kriteria yang diatur dalam ISO 14692. Hasil pendekatan konsekuensi berdasarkan kondisi perancangan sistem perpipaan dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut. Tabel 5.13 Hasil pendekatan berdasarkan konsekuensi efek elektrostatik Kriteria Kondisi Perancangan Status Kondisi udara (atmosfer) di sekitar pipa Pipa mengalirkan fluida berbahaya Efek listrik statik terhadap aktifitas di sekitar lokasi pipa Kontak langsung dengan udara sedikit (pipa dikubur, bagian crossing sungai Aman pipa dikubur dalam tanah di dasar sungai ), humidity udara >50%. Crude, Well Fluid, Gas Tidak Aman Hampir keseluruhan pipa terkubur, terutama pipa yang melewati Aman pemukiman penduduk Sedangkan pendekatan terhadap kemungkinan terjadinya listrik statik pada sistem perpipaan GRP yang dirancang dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut. Tabel 5.14 Hasil pendekatan berdasarkan kemungkinan terjadinya efek elektrostatik Kriteria Kondisi Perancangan Status Mekanisme terjadi listrik statik Aliran fluida didalam pipa v > 1m/s(v maks =7 m/s,v min =1,005 m/s) Tidak aman 111

Kriteria Kondisi Perancangan Status Aliran fluida di luar pipa Pipa dikubur, bagian crossing sungai dilindungi casing dan di-ground ke tanah Aman Mekanisme penumpukan listrik statik Komponen sebagai Komponen yang terbuat dari logam dan kapasitor dapat berfungsi sebagai kapasitor sedikit Relatif Aman Dari hasil pendekatan secara umum pada sistem perpipaan seperti yang telah disebutkan di atas yaitu terhadap konsekuensi dan kemungkinan terjadinya listrik statik, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sistem perpipaan GRP yang dirancang mempunyai resiko yang relatif tidak aman terhadap kecelakaan yang mungkin terjadi akibat fenomena listrik statik. Oleh karena itu diperlukan perancangan elektrostatik khusus pada sistem perpipaan yang dirancang untuk tindakan pencegahan sebagai berikut: 1. Setiap komponen yang terbuat dari logam (valve, coupling, casing) harus dipasang isolasi dan di-ground ke tanah dengan hambatan 10 6-10 8 ohm (ISO 14692-3 section 10.6). 2. Setiap komponen yang memungkinkan terjadinya kontak dengan pekerja/penduduk harus diisolasi dan di-ground dengan hambatan maksimum 10 8 ohm. 3. Fluida digroundkan ke tanah dengan hambatan 10 6 ohm pada titik terendah sistem. 112