NOVYANA PUSPITASARI A

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang

PENGARUH PEMBUNGKUS YANG BERBEDA TERHADAP KADAR ETANOL DAN ORGANOLEPTIK TAPE UWI (Dioscorea alata L) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Beras adalah salah satu bagian paling penting di dunia untuk konsumsi

... TAPE. Yuniar Lidyawati ( ) Anita Novalia ( ) Dyan Fitrisari ( )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian, antara lain

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

BAB I PENDAHULUAN. panjang cm dan garis tengah cm. Buah nangka terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006).

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FERMENTASI ACARA IV PEMBUATAN TAPE

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

II. Tujuan : Setelah melakukan percobaan ini praktikan dapat mengetahui proses pembuatan dan proses fermentasi pada tape singkong.

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TAPE SINGKONG

BAB I PENDAHULUAN. penyimpan cadangan makanan. Contoh umbi-umbian adalah ketela rambat,

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada. Program Studi Diploma III Teknik Kimia

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan

BAB III METODE PELAKSANAAN

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

PENGARUH KONSENTRASI RAGI TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK TAPE UBI JALAR

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan dan

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR JURNAL PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI RISA DHALIA A

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi DIAH AYU FITRIANI

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KUALITAS FRUITGHURT KULIT PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN PENAMBAHAN SARI TEBU DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

UJI ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN SELAI GULMA KROKOT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu, bioteknologi konvensional (tradisional) dan bioteknologi

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. ditambahkan dengan starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

UJI SERAT, PROTEIN SERTA ORGANOLEPTIK TEMPE BIJI TURI (Sesbania grandiflora) DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG (Zea mays) DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.

UJI KADAR PROTEIN DAN UJI ORGANOLEPTIK BISKUIT DENGAN RATIO TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG DAUN KELOR

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya sudah sangat popular dan digemari sebagai buah segar.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, harus memenuhi kebutuhan akan pangan. 1. mengalami penguraian, sehingga nilai gizi dan kelezatannya akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment)

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Lama Waktu Perendaman Biji Kedelai dan Lama Waktu. Fermentasi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Kedelai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Kata pengantar...2 Daftar isi...3 Bab I pendahuluan A. Latar belakang...4 B. Rumusan masalah...4 C. Tujuan penelitian... 5 D. Manfaat penelitian...

SKRIPSI. MEMPELAJARI PENGARUH PENYIMPANAN TAPE KETAN (Oryza sativa glutinosa) TERHADAP DAYA TERIMA KONSUMEN. Oleh: YENY NUR PUTRI F

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dadih merupakan hasil olahan susu fermentasi yang berasal dari Sumatera Barat, Jambi dan Riau.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebar dari Sabang dari Merauke dengan bermacam-macam jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. antara kacang-kacangan tersebut, kedelai paling banyak digunakan sebagai bahan

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi.

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. iklim dan aktivitas fisik (Almatsier 2004). pangan untuk dikonsumsi. Selain dari faktor pengetahuan dan faktor

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

KECEPATAN MELELEH DAN SIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM BIJI NANGKA

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinkubasi dengan pembungkus daun Jati (Tectona grandis L.). Koji lamtoro yang

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam

POTENSI DAUN KATUK SEBAGAI SUMBER ZAT PEWARNA ALAMI DAN STABILITASNYA SELAMA PENGERINGAN BUBUK DENGAN MENGGUNAKAN BINDER MALTODEKSTRIN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Biologi

GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

PENGARUH LAMA FERMENTASI DAN KONSENTRASI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KOMBUCHA NASKAH PUBLIKASI

NOVYANA PUSPITASARI A

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dan memiliki warna kuning keemasan. Pohon nanas sendiri dapat

APLIKASI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KUBIS UNTUK MENINGKATKAN UMUR SIMPAN TAHU

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

LAPORAN BIOINDUSTRI FERMENTASI TAPE CAMPURAN BERAS KETAN HITAM DAN PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

UJI ORGANOLEPTIK CAKE DENGAN SUBSTITUSI PATI SINGKONG (Manihot utilissima) DAN PEWARNA DAUN SUJI (Pleomale angustifolia) NASKAH PUBLIKASI

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

Transkripsi:

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK TAPE DARI BAHAN DASAR BIJI NANGKA DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN KATUK SEBAGAI PEWARNA ALAMI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: NOVYANA PUSPITASARI A 420 100 092 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 1

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK TAPE DARI BAHAN DASAR BIJI NANGKA DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN KATUK SEBAGAI PEWARNA ALAMI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA Novyana Puspitasari, A 420 100 092, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014, 47 halaman ABSTRAK Salah satu makanan hasil fermentasi tradisional yang sering dijumpai dimasyarakat adalah tape, namun dikalangan masyarakat yang terkenal adalah tape singkong dan tape ketan, padahal semua bahan makanan yang mengandung karbohidrat bisa dibuat tape, salah satunya biji nangka yang mana hanya dianggap limbah oleh masyarakat, padahal biji nangka mengandung karbohidraat, protein, energi, selain itu proses pembuatan tape biasanya ditambahkan suatu zat pewarna sintetik, yang bertujuan untuk menarik selera dan keinginan konsumen. Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan uji protein tape biji nangka dengan penambahan ekstrak daun katuk sebagai pewarna alami dan lama fermentasi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada factorial yang terdiri dari dua faktor dengan sembilan kombinasi perlakuan dan masing-masing perlakuan menggunkan dua kali ulangan. Adapun faktor 1 penambahan ekstrak daun katuk 20 g daun katuk / 100 cc air, 30 g daun katuk / 100 cc air, 40 g daun katuk / 100 cc air dan Faktor 2. Lama fermentasi 24 jam, 36 jam, 48 jam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan E3L3 dengan penambahan ekstrak daun katuk 40 g/100 cc air dan lama fermentasi 48 jam sebesar 6,33% dan kadar protein terendah terdapat pada perlakuan E2L1 dengan penambahan ekstrak daun katuk 30 g / 100 cc air dan lama fermentasi 24 jam, sedangkan untuk warna tape yang disukai panelis sangat hijau pada perlakuan E3L2 dengan penambahan ekstrak daun katuk 40 g / 100 cc air dan lama fermentasi 36 jam. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada pembuatan tape biji nangka dengan penambahan ekstrak daun katuk dan lama fermentasi dapat mempengaruhi kadar protein dan organoleptik yang dihasilkan. Kata kunci: biji nangka, daun katuk, pewarna alami, fermentasi PENDAHULUAN Tanaman nangka merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang banyak digunakan masyarakat. Buah nangka yang masih muda dibuat sayur dan yang sudah masak dibuat makanan ringan dengan cara digoreng ada juga yang hanya dikonsumsi begitu saja karena rasanya manis. Menurut Mukprasirt (2004), Buah nangka adalah buah ganda dimana 8-15% dari berat buah adalah biji. Pada buah yang matang, memiliki aroma yang unik. Buah nangka di Indonesia mudah ditemukan dan kebanyakan yang dikonsumsi hanya buahnya saja bijinya dibuang sehingga akan menjadi limbah. 2

Menurut Astawan (2008), Biji nangka merupakan sumber karbohidrat (36,7 g/100 g), protein (4,2 g/100 g), dan energi (165 kkal/100 g), sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang potensial. Dari hasil penilitian yang dilakukan oleh Novitasari (2012) pembuatan yoghurt dari biji nangka dengan starter Lactobachilus bulgaricus dan Streptococus thermophilus diperoleh yoghurt biji nangka dengan plain yoghurt 20% dan kadar sukrosa 20% lebih disukai karena memiliki aroma khas yoghurt yang cukup menyengat dan rasa yang cukup asam. Masyarakat menambahkan pewarna ke dalam makanan supaya terlihat menarik, namun kebanyakan masyarakat menggunakan bahan-bahan yang warnanya cerah atau dengan pewarna sintetik. Menurut Syah (2005), Penambahan zat warna pada makanan bertujuan untuk memberi kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan warna makanan, menstabilkan warna, menutupi perubahan warna selama proses pengolahan dan mengatasi perubahan warna selama penyimpanan Zat warna yang sudah sejak lama dikenal dan digunakan misalnya daun pandan, daun suji, dan daun katuk untuk warna hijau, untuk warna kuning digunakan kunyit (Cahyadi, 2006). Daun katuk mengandung khlorofil yang cukup tinggi, daun tua 65,8 spa d/mm, daun muda 41,6 spa d/mm2 dapat digunakan sebagai pewarna alami memberi warna hijau (Rahayu dan Leenawaty, 2005). Kandungan vitamin C dalam daun katuk sangat tinggi bahkan lebih tinggi dari jeruk atau jambu biji. Kandungan vitamin A dalam daun katuk juga baik untuk kesehatan mata. Klorofil dalam daun katuk bermanfaat untuk membersihkan jaringan-jaringan tubuh kita dari racun, parasit, bakteri dan virus, klorofil juga memiliki fungsi seperti antioksidan (Handayani, 2013). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Harjdanti (2008), bahwa daun katuk dapat digunakan sebagai bubuk pewarna. Makanan dengan pemberian pewarna alami lebih sehat dibandingkan dengan pewarnaan sintetis, karena pewarna sintetis mengandung logam berat yang berbahaya bagi kesehatan, tidak hanya makanan yang digoreng maupun dikukus tetapi yang telah difermentasipun juga menggunakan pewarna misalnya tape singkong dan tape ketan. 3

Fermentasi merupakan proses perubahan karbohidrat menjadi alkohol. Menurut Astawan (2004), fermentasi adalah penguraian senyawa-senyawa komplek menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan oleh tubuh. Makanan yang diolah dengan cara difermentasi dapat meningkatkan kandungan protein, seperti hasil penilitian Hidayati (2013), dari hasil fermentasi yang dilakukan didapatkan hasil protein yang tertinggi adalah waktu fermentasi 9 hari 4,95%. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas mikroorganisme optimal melakukan pemecahan karbohidrat pada kulit singkong, sedangkan pada fermentasi hari ke 0 didapatkan kadar protein yang paling rendah 3,99%. Hal ini mikroorganisme belum optimal untuk melakukan proses penguraian/pemecahan karbohidrat. Hasil pengamatan Santosa (2010), karakteristik tape buah sukun hasil fermentasi penggunaan konsentrasi ragi yang berbeda menunjukkan tape sukun dengan fermentasi 36 jam sudah jadi tape sedangkan tape singkong membutuhkan fermentasi sampai 48 jam. Bahan fermentasi yang digunakan dalam pembuatan tape adalah ragi tape. Menurut Astawan (2004), ragi tape merupakan inokulum yang umum digunakan dalam pembuatan tape. Mikroba yang terdapat dalam ragi tape dapat dibedakan menjadi lima kelompok yaitu kapang amilolitik, khamir amilolitik, khamir nonamilolitik, bakteri asam laktat, dan bakteri mailolitik. Jenis kapang terpenting berasal dari genus Mucor dan Rhizopus karena memiliki aktivitas amilolitik, proteolitik, dan lipolitik. kapang menghasilkan enzim alfa-amilase, beta-amilase, dan gluko-amilase yang berperan dalam proses pemecahan pati menjadi gula-gula sederhana. Hasil Penilitian Santosa (2010) karakteristik tape buah sukun hasil fermentasi penggunaan konsentrasi ragi yang berbeda menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ragi tape yang digunakan, semakin meningkatkan kadar air tape sukun dihasilkan. Berdasarakan pemikiran tersebut maka peniliti tertarik untuk membuat tape dari biji nangka dengan penambahn ekstrak daun katuk dan lama fermentasi yang berbeda. 4

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai dengan bulan April 2014 di rumah peneliti dan Laboratorium Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada factorial yang terdiri dari dua faktor dengan Sembilan kombinasi perlakuan dan masing-masing perlakuan menggunkan 2 kali ulangan. Adapun faktor perlakuan adalah sebagai berikut: Faktor 1.Dosis ekstrak daun katuk (E) yang terdiri dari 3 taraf yaitu: E1 = 20 g daun katuk / 100 cc air E2 = 30 g daun katuk / 100 cc air E3 = 40 g daun katuk / 100 cc air Faktor 2. Lama fermentasi (L) yang terdiri dari 3 taraf yaitu: L1 = 24 jam L2 = 36 jam L3 = 48 jam Tabel 1. Rancangan Percobaan Acak Lengkap E1 E2 E3 L1 E1L1 E2L1 E3L1 L2 E1L2 E2L2 E3L2 L3 E1L3 E2L3 E3L3 Tahap pelaksanaan pada penelitian ini terdiri dari: 1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan 2. Mencuci daun katuk hingga bersih 3. Menghaluskan daun katuk dengan menggunakan blender 4. Menyaring daun katuk diambil ekstraknya 5. Memasukkan ekstrak daun katuk ke dalam wadah yang telah disediakan 6. Mencuci biji nangka dengan air sampai bersih, 7. Mengupas kulit biji nangka dengan pisau sampai bersih 8. Mengukus biji nangka ke dalam dandang selama 30 menit 9. Mengangkat biji nangka yang telah matang 5

10. Merendam biji nangka ke dalam ekstrak daun katuk selama 15 menit 11. Mengukus kembali biji nangka ke dalam dandang selama 5 menit 12. Mengangkat biji nangka yang telah matang 13. Menaburkan ragi tape 14. Membungkus dengan daun pisang 15. Menyimpan biji nangka yang telah dibungkus 16. Menyimpan dan memfermentasi biji nangka ditempat yang aman pada suhu kamar selama 24 jam, 36 jam, dan 48 jam Teknik analisis data pada penelitan ini dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian dari setiap parameternya adalah sebagai berikut: 1. Jumlah kadar protein tape biji nangka dalam 100g sample adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 kandungan protein tape biji nangka per 100 gram No. Sample Ulangan Kadar Ratarata Protein (%) Keterangan 1 E1L1 1 4,54 Ekstrak daun katuk 20 g dan 4,57 2 4,57 lama fermentasi 24 jam 2 E1L2 1 5,12 Ekstrak daun katuk 20 g dan 5,10 2 5,09 lama fermentasi 36 jam 3 E1L3 1 5,99 Ekstrak daun katuk 20 g dan 5,96 2 5,94 lama fermentasi 48 jam 4 E2L1 1 4,60 Ekstrak daun katuk 30 g dan 4,55 2 4,54 lama fermentasi 24 jam 5 E2L2 1 5,19 Ekstrak daun katuk 30 g dan 5,13 2 5,08 lama fermentasi 36 jam 6 E2L3 1 6,16 Ekstrak daun katuk 30 g dan 6,16 2 6,17 lama fermentasi 48 jam 7 E3L1 1 4,77 Ekstrak daun katuk 40 g dan 4,94 2 5,12 lama fermentasi 24 jam 8 E3L2 1 5,24 Ekstrak daun katuk 40 g dan 5,25 2 5,26 lama fermentasi 36 jam 9 E3L3 1 6,21 Ekstrak daun katuk 40 g dan 6,33 2 6,45 lama fermentasi 48 jam 6

2. Uji Organoleptik Tape Biji Nangka adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Uji Organoleptik Tape Biji Nangka Perlakuan Organoleptik Nilai Keterangan Warna 2,13 Hijau E1L1 Rasa 1,93 Manis Aroma 2,33 Kurang beraroma Khas tape Tekstur 2,00 kurang lunak Warna 1,47 Kurang hijau E1L2 Rasa 2,20 manis Aroma 2,60 Beraroma Khas tape Tekstur 1,93 Kurang lunak Warna 2,07 Hijau E1L3 Rasa 2,33 Manis Aroma 2,13 Kurang beraroma khas tape Tekstur 1,93 Kurang lunak Warna 2,00 Hijau E2L1 Rasa 1,80 Manis Aroma 2,33 Kurang beraroma khas tape Tekstur 2,00 Kurang lunak Lunak Warna 1,53 Hijau E2L2 Rasa 2,13 Manis Aroma 2,07 Kurang beraroma khas tape Tekstur 2,00 Kurang Lunak Warna 2,53 Sangat hijau E2L3 Rasa 2,13 Manis Aroma 2,73*** Beraroma khas tape Tekstur 1,93 Kurang Lunak Warna 2,20 Hijau E3L1 Rasa 1,73 Manis Aroma 2,27 Beraroma khas tape Tekstur 1,73 Kurang lunak Warna 2,60* Sangat hijau E3L2 Rasa 2,07 Manis Aroma 2,40 Kurang Beraroma khas tape Tekstur 2,07 Kurang lunak Warna 2,40 Hijau E3L3 Rasa 2,55** Asam dan manis Aroma 2,53 Beraroma khas tape Tekstur 2,20**** Kurang lunak PEMBAHASAN 1. Kadar Protein Hasil penilitian terhadap kadar protein tape dengan penambahan ekstrak daun katuk sebagai pewarna alami dan lama fermentasi yang berbeda, menunjukkan ada perbedaan kadar protein pada masing-masing perlakuan. Dari penelitian yang dilakukan dapat diketahui kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan E 3 L 3 (ekstrak daun katuk 40 gr dengan lama fermentasi 48 jam) sebesar 6,33% dan kadar protein terendah pada tape biji 7

nangka terdapat pada perlakuan E 2 L 1 (ekstrak daun katuk 30 gr dengan lama fermentasi 24 jam) sebesar 4,55%. Hal ini terjadi karena kandungan protein dari tape berasal dari bahan baku yang digunakan, kandungan protein yang terkandung dalam biji nangka lebih tinggi dibandingan dengan kandungan protein dalam daun katuk, menurut Astawan (2008), pada setiap 100 gr biji nangka mengandung protein sebesar 4,2 g dan menurut Agoes (2010), daun katuk dapat mengandung hampir 7% protein, oleh karena itu dengan penambahan ekstrak daun katuk protein yang terkandung dalam masingmasing perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang tinggi. Sedangkan pada saat proses fermentasi berlangsung, kandungan protein yang terdapat dalam tape biji nangka pada masing-masing perlakuan juga meningkat, dapat dilihat pada masing-masing perlakuan semakin lama waktu fermentasi maka semakin tinggi nilai proteinnya. Hal ini sesuai dengan Hidayati (2013), dari hasil fermentasi yang dilakukan didapatkan hasil protein yang tertinggi adalah waktu fermentasi 9 hari 4,95%. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas mikroorganisme optimal melakukan pemecahan karbohidrat pada kulit singkong, sedangkan pada fermentasi hari ke 0 didapatkan kadar protein yang paling rendah 3,99%. Hal ini mikroorganisme belum optimal untuk melakukan proses penguraian/ pemecahan karbohidrat, dan juga menurut 2. Uji Organoleptik Hasil penelitian uji organoleptik ini dilakukan oleh 15 panelis dengan penilaian meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur. a. Warna Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, menghasilkan warna tape tertinggi (sangat hijau) terdapat pada perlakuan E3L2 (ekstrak daun katuk 40 gr dengan lama fermentasi 36 jam) dengan rata-rata penilaian 2,6, dan nilai terendah (kurang hijau) terdapat pada perlakuan E1L2 (ekstrak daun katuk 20 gr dengan lama fermentasi 36 jam) dengan nilai rata-rata 1,47. Hal ini sesuai dengan Rahmah (2010), menunjukkan hasil uji organoleptik dari perlakuan tape singkong karet tanpa diberi ekstrak daun katuk adalah putih kekuningan, diberi ekstrak daun katuk 8

25% dan 50% adalah agak hijau, 75 % berwarna hijau dan 100% berwarna hijau kecoklatan, dan menurut Devi (2014) penambahan ekstrak daun katuk dalam pembuatan mie kulit singkong menunjukkan hasil warna sangat hijau dengan ekstrak daun katuk 30 gr/100 cc air, warna hijau dengan ekstrak daun katuk 20 gr/100 cc air dan pada ekstrak daun katuk 10 gr/100 cc air warna kurang hijau. b. Rasa Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari semua perlakuan mayoritas ialah rasanya manis. Namun rasa tape tertinggi terdapat pada perlakuan E3L3 (ekstrak daun katuk 40 gr dengan lama fermentasi 48 jam) dengan penilaian rata-rata 2,55 yaitu tape dengan rasa asam dan manis, sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan E3L1 (ekstrak daun katuk 40 gr dengan lama fermentasi 24 jam) dengan penilaian rata-rata 1,73 yaitu tape dengan rasa manis. Tape biji nangka dengan penambahan ekstrak daun katuk sebagai pewarna alami dan lama fermentasi yang berbeda memiliki rasa yang manis. Hal ini sesuai dengan Lestari dalam Rahmah (2010) daun katuk dapat menurunkan kadar alkohol yang dihasilkan dan rasa tape yang lebih manis dibandingkan dengan hasil fermentasi tanpa menggunakan ekstrak daun katuk. Menurut Astawan (2004), tape mempunyai rasa yang asam manis dan sedikit mengandung alkohol. Selama fermentasi, tape mengalami perubahan-perubahan biokomia akibat aktivitas mikroorganisme. Perubahan yang sering terjadi melalui kadar gula, total asam, kadar alkohol, kadar air dan perubahan jumlah mikroorganisme selama fermentasi berlangsung. c. Aroma Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menghasilkan aroma tertinggi pada perlakuan E2L3 (ekstrak daun katuk 30 gr dengan lama fermentasi 48 jam) dengan rata-rata penilaian 2,73menunjukkan aroma tape biji nangka beraroma khas tape, dan aroma terendah terdapat pada perlakuan E2L1 (ekstrak daun katuk 30 g/100 cc air dan lama fermentasi 24 jam) dengan rata-rata penilaian 2,33 menunjukkan aroma 9

tape biji nangka kurang beraroma khas tape. Hal ini karena selama proses fermentasi pembuatan tape, gula yang terbentuk akan diubah menjadi alkohol oleh aktivitas Saccaromyces cerevsiae, alkohol akan diubah menjadi asam-asam organik oleh bakteri Pediococcus melalui proses oksidasi alkohol, sebagian asam organik akan bereaksi dengan alkohol membentuk ester yang memberi cita rasa tape (Astawan, 2004). sehingga menghasilkan aroma khas tape. d. Tekstur Penilaian tekstur pada tape biji nangka dinilai pada waktu digigit, dikunyah, ditelan ataupun dengan perabaan jari. Berdasarkan hasil penilitian tekstur tape biji nangka memiliki rata-rata penilaian tekstur yaitu kurang lunak, mungkin dikarenakan selama proses pembuatan tape kurang maksimal seperti pengukusan, suhu, dan ragi yang digunakan sehingga menghasilkan tape yang kurang maksimal yaitu kurang lunak. Berdasarkan penelitian dari Putri (2007), tape ketan yang dihasilkan memiliki tekstur keras. Tekstur keras tersebut kemungkinan dikarenakan proses pengukusan yang kurang sempurna, jadi dengan penambahan ekstrak daun katuk sebagai pewarna alami tidak berpengaruh pada tekstur tape biji nangka. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kandungan protein tertinggi tape biji nangka pada perlakuan E 3 L 3 (ekstrak daun katuk 40 gr dengan lama fermentasi 48 jam) sebesar 6,33%, dan kandungan terendah pada perlakuan E 2 L 1 (ekstrak daun katuk 30 gr dengan lama fermentasi 24 jam) sebesar 4,55%. 2. Hasil uji organoleptik yang disukai oleh panelis warna tape sangat hijau pada perlakuan E 3 L 2 (ekstrak daun katuk 40g/100 cc air dan lama fermentasi 36 jam), rasa tape yang disukai penelis asam manis pada perlakuan E 3 L 3 (ekstrak daun katuk 40 g/100 cc air dan lama fermentasi 48 jam), aroma yang disukai panelis pada perlakuan E 2 L 3 (ekstrak daun katuk 30 g/100 cc air dan lama fermentasi 48 jam), dan tekstur kurang lunak pada perlakuan E 3 L 3 (ekstrak daun katuk 40g/100 cc air dan lama fermentasi 48 jam). 10

Saran Saran dari penulis dalam penelitian ini adalah: 1. Sebaiknya dalam pembuatan tape biji nangka harus diperhatikan lagi dalam pengukusannya supaya mendapatkan tekstur yang lebih lunak 2. Sebaiknya dalam perendaman ekstrak daun katuk juga lebih diperhatikan lagi dan direndam lebih lama supaya warnanya lebih hijau. DAFTAR PUSTAKA Agoes, Azwar. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika. Astawan, Made. 2004. Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Surakarta: Tiga Serangkai. Astawan, Made.2008.Sehat dengan Buah.Jakarta:Dian Rakyat. Cahyadi, Wisnu. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara. Devi, sinta nurmei mustika.2014. Kadar serat dan organoleptik mie kulit singkong (manihot utillisima) dengan penambahan pewarna ekstrak daun katuk (sauropus androgynus).skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta Handayani, Tuti. 2013. Apotek Hidup. Bandar Lampung: Padi. Hardjanti, Sri.2008. potensi daun katuk sebagai sumber zat pewarna alami dan stabilitasnya selama pengeringan bubuk dengan menggunakan binder maltodekstrin. Staf Pengajar Universitas Mercu Buana Yogyakarta :Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 13, No. 1, April 2008: 1-18 Hidayat, el al. 2006. Mikrobiologi industry. Yogyakarta : Andi. Hidayati, Darimiyya, Darratul ba ido dan Sri Hastuti. 2013. Pola Pertumbuhan Ragi Tape pada Fermentasi Kulit Singkong. universitas trunojoyo Madura: Teknologi industri pertanian. AGROINTEK volume 7, No.1 Maret 2013 Mukprasirt, Amornrat and Kamontip Sajjaanantakul. 2004. Phisico-chemical Properties Of flafour and Starch From Jackfruit Seeds (Artocarpus heterophyllus Lam) Compared Whith Modified Straches. International Journal of Food Science and Technology 39 271-276. 11

Novitasari, Vera Nika.2012. pembuatan yoghurt dari biji nangka dengan starter Lactobachilus bulgaricus dan Streptococus thermophilus menggunakan alat fermentor dengan variasi sukrosa dan starter.skripsi. Universitas Diponegoro Semarang. Rahayu, Puji dan Leenawaty Limantara.2005.Studi Lapangan Kandungan Khlorofil IN Vivo Beberapa Spesies Tumbuhan Hijau di Salatiga dan Sekitarnya. Seminar Nasional MIPA. Rahmah, hafsah nur laili. 2010. pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar etanol dari tape singkong. Skripsi. yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. Santosa, Agus dan Cucut Prakosa.2010. Karakteristik Tape Buah Sukun Hasil Fermentasi Penggunaan Konsentrasi Ragi Yang Berbeda.Klaten. Fakultas Teknologi Pertanian. Syah, D.2005.Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Skripsi. IPB Bogor.. 12