isu-isu Gender KONTEMPORER dalam Hukum Keluarga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan

BAB VI PENUTUP. Setelah melihat data tentang relasi jender pada tafsir al-sya`râwî, dan

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Sebelum diturunkannya al-quran perempuan kedudukannya

BAB I PENDAHULUAN. Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB VII PENUTUP. Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pendapat ulama Banjar terhadap akad nikah tidak tercatat secara resmi di

BAB I PENDAHULUAN. menganjurkan manusia untuk hidup berpasang-pasangan yang bertujuan untuk

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1. yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

BAB I PENDAHULUAN. mengabulkan sebagian permohonan uji materi terhadap Pasal 2 ayat (2) dan

BAB I PENDAHULUAN. Mempunyai anak adalah kebanggaan hidup dalam keluarga supaya kehidupan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

As dengan pada masa nabi berikutnya, selain berbeda, juga semakin teratur pada masa nabi Muhammad Saw.

BAB I PENDAHULUAN. dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1 Hatinya yang

DILEMATIKA PERIJINAN POLIGAMI. Oleh: Ahsan Dawi Mansur. Diskursus tentang poligami selalu menjadi kajian aktual.

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ke-Tuhanan Yang. atau hala-hal yang tidak diinginkan terjadi.

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. digolongkan dalam beberapa bagian: Pertama, perempuan mempunyai. Ketiga, teks keagamaan sangat menghargai perempuan, sehingga

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB V PENUTUP Kesimpulan

PENGANTAR KULIAH GENDER KH. HUSEIN MUHAMMAD

BAB I PENDAHULUAN. martabat, dan hak-haknya sebagai manusia. faktor-faktor lainnya. Banyak pasangan suami isteri yang belum dikaruniai

BAB I PENDAHULUAN. yang berlainan jenis seks dengan persetujuan masyarakat. Seperti dikatakan Horton

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Tenaga kerja (man power) adalah penduduk yang sudah atau sedang

Kiprah Edisi 17: Menggalang Solidaritas Melalui Forum Selapanan. Ditulis oleh Titik Rahmawati & Ulfah Mutia Hizma Jumat, 03 Juli :12 -

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan

1 Kompilasi Hukum Islam, Instruksi Presiden No. 154 Tahun Kompilasi Hukum Islam. Instruksi Presiden No. 154 Tahun 1991.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang normal.

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

PEMAHAMAN AKTIVIS PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU-VIII/2010 TENTANG STATUS ANAK LUAR KAWIN (STUDY DI MALANG)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

POLA RELASI KELUARGA DI KALANGAN PARA TUAN-GURU DALAM MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH. (Studi Relasi Keluarga Di Masyarakat Sasak Kabupaten Lombok Tengah)

HIBAH, FUNGSI DAN KORELASINYA DENGAN KEWARISAN. O l e h : Drs. Dede Ibin, SH. (Wkl. Ketua PA Rangkasbitung)

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB III ANALISIS. Pada dasarnya hukum islam tidak memberatkan umatnya. Akan tetapi

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

Silabi Matakuliah. Alokasi Kompetensi Dasar dan Uraian. Waktu dan Hasil Belajar. Penilaian Materi Pokok

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan atau kafā'ah. Karena dalam pandangan Islam perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB VII PENUTUP. 1. Konstruksi pemahaman aktivis organisasi keagamaan Muhammadiyah,

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I

BAB VI PENUTUP. bawah umur yang berlaku di Kota Batam ; Sebagaimana berlaku di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut

Analisa Media Edisi Agustus 2013

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang laki-laki yang

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat

Pendidikan Agama Islam

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB V PENUTUP. Dari uraian yang telah penulis paparkan, setidaknya penulis mencatat

BAB I PENDAHULUAN. untuk selamanya. Tetapi adakalanya karena sebab-sebab tertentu bisa

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2

Pengantar Penerbit. iii

POLIGAMI DIBAWAH TANGAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KELUARGA DI DESA SUKA MULYA KECAMATAN BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

Metode Penelitian Kualitatif METODE PENELITIAN KUALITATIF

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU. DINA MARTIANY, S.H., M.Si.

PEREMPUAN DALAM PEMANFAATAN AIR SUNGAI KAPUAS KOTA PONTIANAK TUGAS AKHIR

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

Cara Pandang HAM dan Islam terhadap Bagian Perempuan Dalam Hukum Waris Islam

BAB I PENDAHULUAN. perempuan atau laki-laki secara terpisah, tetapi bagaimana menempatkan

INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2016 M/1437 H

Transkripsi:

isu-isu Gender KONTEMPORER dalam Hukum Keluarga Editor: Dr. Hj. Mufidah, Ch., MAg. Tim Penulis: Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi al-ahwal al-syakhshiyyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim UIN-MALIKI PRESS 2010

Isu-isu Gender Kontemporer Dalam Hukum Keluarga UIN-Maliki Press, 2010 All right reserved Hak cipta dilindungi oleh undang undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun, tanpa izm tertulisdari Penerbit. MENELUSURI BIAS GENDER DALAM HUKUM KELUARGA Oleh Dr. Hj. Mufidah, Ch., M.Ag. Tim Penulis: Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi al-ahwal al-syakhshiyyah UIN Maulana Malik Ibrahim Editor: Dr. Hj. Mufidah, Ch., M.Ag. Penyelaras Bahasa: Liza Wahyuninto Desain Isi: Mashuri Desain Sampul: Sl.amet Aril Billah UMP 10066 Cetakan I : November 2010 ISBN 978-602-958-325-0 Diterbitkan pertama kali oleh UIN-MALIKI PRESS (Anggota IKAPI) Jalan Gajayana 50 Malang 65144 Telepon/Faksimile (0341) 573225 E-mail: admin@uinmalikipress.com http://www.uinmalikipreas.com Diskurus tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan di kalangan umat Islam di Indonesia telah memasuki dasawarsa keempat, namun hasil sosialisasi yang dilakukan oleh berbagai pihak belum sepadan dengan intensitas ikhtiar yang dilakukan. Alih-alih, ketika diskusi gender memasuki ranah agama yang menyangkut keyakinan, institusi agama, dan tradisi keagamaan, memicu kontroversi di kalangan agamawan. Pro-kontra dalam menyikapi konsep ini melahirkan pemahaman yang beragam, yang disebabkan oleh konstruksi sosial yang membentuk dan mempengaruhi perspektif mereka. Sebagai konstruksi sosial, ketika gender dipahami sebagai istilah konseptual yang lebih dahulu dipopulerkan di kalangan masyarakat Barat, banyak menuai kritik dan menimbulkan kecurigaan {prejudice) di kalangan Muslim. Ditinjau dari aspek historis, jauh sebelum kesetaraan gender menjadi perbincangan di tingkat internasional, Islam telah mempunyai konsep dan implementasi kesetaraan perempuan v

dan laki laki sebagaimana yang diusung oleh Rasulullah dalam konteka maayarakal Arab ketika Itu. Nilai-nilai Islam yang ramah terhadap kelompok marjinal dalam hal ini adalah perempuandananak-anakmenjadlbagian integral dalam misi beliau sebagai rahmatan HI ulnmiii, dan tercermin pula dalam ungkapan, sikap dan perilaku beliau dalam berbagai momen dan konteksnya. Dengan demikian salah satu misi beliau adalah melakukan perubahan dan pembongkaran praktik diskriminasi gender di saat masyarakat Jahiliyah pada umumnya sangat tidak memperhitungkan terhadap eksistensi perempuan dalam semua aspek kehidupan. Dalam kehidupan beliau sendiri dapat diambil hikmah yang sangat berharga, di mana beliau tidak memiliki keturunan dari anak laki-laki, ketika masyarakat Arab sangat mengistimewakan anak laki-laki. Realitas ini merupakan desakralisasi jenis kelamin laki-laki yang dianggap pengendali kehidupan, sedangkan perempuan lebih dimaknai sebagai sumber fitnah dan problem kehidupan. Istri beliau Khadijah, Aisyah, Hafsah, Umu Salamah, Safiyah, dan sebagainya merupakan perempuan-perempuan Islam awal yang tercerahkan oleh Islam dan sangat berdaya. Mereka memegang peran-peran publik, meriwayatkan hadits, menghafal al-qur'an, belajar agama dan beraaktifitas sosial sebagaimana sahabat-sahabat beliau lainnya. Dalam beberapa ayat al-qur'an ditegaskan betapa Islam memberikan penghargaan terhadap perempuan sebagaimana laki-laki, antara lain: al-qur'an surat an-nahl ayat 97, menjelaskan tidak ada pemilahan dan pengistimewaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya diperlakukan sama. "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan ". Dalam ayat lain, Allah mengingatkan kepada semua manusia untuk tidak bersikap diskriminatif termasuk diskriminasi gender, sebagaimana tertulis dalam al-qur'an surat al-hujurat ayat 13 "Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal" Masih banyak lagi teks suci yang menggambarkan betapa Islam memberi perhatian khusus terhadap harkat dan martabat perempuan agar bisa setara dengan laki-laki. Dengan demikian menggali nilai-nilai Islam yang rahmat bagi perempuan dan laki-laki dengan pemahaman yang benar terhadap teks suci al-qur'an maupun hadits Nabi, telah cukup rnenjadi landasan teologis untuk mengantarkan umat Islam menerapkan kesetaraan gender islami dalam kehidupan. VI vii

[slam menyebarkan nilai-nilai kesetaraan gender melalui; Pertamfl,pendekatan struktural, bersifat imperatif, dan top down yaitu IIUTCVIM maupun mcnelapkan hukum baru u n t u k melindungi perempuan dalam berbagai kontesnya; Kcdua, pendekatan kultural, adaptatif dan bottom up yakni melalui uswah hasanah rasulullah dalam melakukan perubahan budaya dari patriarkhi-bias gender menuju budaya ramah gender. Namun demikian keindahan Islam dalam mewujudkan kehidupan harmonis tanpa diskriminasi gender ini masih menyisakan problem umat Islam khususnya isu-isu kesenjangan gender. Sebagai pelanjut misi keislaman, kewajiban setiap Muslim adalah menegakkan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan gender ini sebagaimana perintah untuk menyeru kebaikan dan mencegah kemunkaran di muka bumi. Problem diskriminasi gender di kalangan umat Islam bisa dalam bentuk pencitraan negatif terhadap laki-laki dan perempuan (gender stereotype), penempatan perempuan pada subordinasi laki-laki, sering dimarjinalkan dalam berbagai aspek kehidupan, kekerasan berbasis gender dan beban pekarjaan yang berlebih dibanding laki-laki masih mewarnai kehidupan umat Islam terutama pada masyarakat kelas akar rumput. Fenomena ini diperparah dengan penafsiran teks suci lepas dari konteks sosial atau historisitasnya, sehingga melahirkan perspektif bias gender yang bertentangan dengan n ila i- ni la i universal Islam i l u sendiri. Diskriminasi gender, memicu terjadinya hambalan proses pembangunan dalam segala bidang karena bangsa ini akan kehilangan potensi SDM dari unsur perempuan jika masih saja mengabaikan hak-hak dan potensi mereka. Penegakan hak-hak dasar manusia khususnya perempuan dalam Islam, antara lain dilakukan melalui perbaikan hukum keluarga yang mencakup: Pertama, hak kepemilikan seperti perempuan berhak menerima waris, hak mahar bagi perempuan (istri) secara mutlak, hak mencari dan memperoleh karunia harta serta hak mentasharufkannya secara mandiri; Kedua, hak memperoleh pendidikan dan pengajaran seperti belajar ilmu agama, meriwayatkan hadits, menyampaikan pesan-pesan agama baik ketika masih gadis maupun telah menikah; Ketiga, pembatasan poligami disertai dengan persyaratan yang ketat dan peringatan bagi pelaku poligami agar memperhatikan perlindungan terhadap hak-hak perempuan; Keempat, memberikan rambu-rambu tentang hak-hak reproduksi perempuan agar terjadi keseimbangan peran dan tanggungjawab perempuan dan laki-laki seperti hak menentukan pasangan suami-istri, hak melakukan hubungan seksual, merencanakan keluarga sehat (kehamilan dan jarak kelahiran), merawat dan mengasuh serta mendidik anak; Kelima, hak mensejahterakan keluarga dari aspek ekonomi, sosial dan mental, serta menghindari terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Perbaikan hukum keluarga di era Islam awal ini secara substansi sangat melindungi perempuan, namun implementasinya dalairtfiqh terutama sebagian fiqh klasik, viii ix

tidak lagi mencerminkan Islam yang rahmat bagi perempuan. Untuk itu, perlu dicermati ulang isu-isu perempuan dalam konteks hukum keluarga dengan pendekatan kesetaraan gender seiring dengan semangat pengembangan hukum Islam yang beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di lain pihak, sejumlah tantangan di seputar perubahan peran dan relasi dalam keluarga akibat perubahan konstruksi sosial di masyarakat menjadi tantangan bagi keluarga Muslim yang terus menerus berdialektik dan menuntut solusi. Secara umum, buku dengan judul "Isu-su Gender Kontemporer dalam Hukum Keluarga" yang sudah berada di tangan pembaca ini layak dibaca dan dikritisi untuk dikembangkan lebih mendalam. Sebab, buku ini menawarkan beberapa pemikiran menarik di seputar pengambangan hukum keluarga dalam perspektif gender sebagai referensi awal bagi pihak-pihak yang memerlukan. Isu-isu kesenjangan gender dalam hukum keluarga Islam dan aspek sosiologis yang turut mewarnai pembentukan dan penerapannya yang diangkat dalam buku ini pen ting untuk dikaji. Misalnya nikah siri, nikah di bawah umur, poligami, konsep nafkah, waris, talak, bedah UU No. I Taluin 1974 yang sebagian masih bias gender, Konlroversi Cuinlci Legal Drafting Kompilasi I [ukum Islam di Indonesia, I ID Kl No. 44 tahun 2008 tentang I'ornogr.ili. Semoga kehadiran kumpulan tulisan mahasiswa dalam matakuliah "Islam, Gender, dan Community Development" Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Program Studi al-akhwal al-syakhshiyyah ini dapat memperkaya khazanah ilmu keislaman berwawasan gender khususnya pengembangan hukum keluarga di lingkungan Fakultas Sya'riah, khususnya Jurusan al-ahwal al-syakhshiyyah. Semoga bermanfaat, Amin. Malang, Juli 2010 Dr. Hj. Mufidah Ch, M.Ag. x XI

Daftar Isi KATA PENGANTAR EDITOR: Menelusuri Bias Gender dalam Hukum Keluarga - v DAFTAR ISI-xiii Kesetaraan Gender Masihkah Dipermasalahkan? -1 A. Pendahuluan - 1 B. Pengertian Gender - 3 C. Perempuan dalam Lintasan Sejarah -6 D. Gender dalam Perspektif Islam 11 E. Gender Development -17 F. Kesimpulan - 26 Daftar Pustaka - 27 Feminisme; Kontroversi Pemikiran dan Konstribusinya dalam Pembangunan Berkesetaraan Gender. - 29 A. Pendahuluan - 29 B. Sejarah Perkembangan Feminisme - 31 C. Paradigma dan Teori-teori Sosial Feminisme - 39 D. Perspektif Feminisme dalam Pembangunan Masyarakat - 49 E. Perspektif Kesetaraan Gender dalam Pembangunan Masyarakat - 52 F. Kesimpulan - 57 Daftar Pustaka - 58 Kontekstualisasi Hukum Perkawinan di Indonesia Menuju Kesetaraan Gender - 61 A. Pendahuluan - 61 B. Kontekstualisasi Hukum Keluarga Islam - 66 C. Pendekatan Kontekstual terhadap Tekstualitas Hukum Keluargalslam - 67 xiii

1. Pernikahan harus atas izin wali - 67 2. Kewajiban nafkah bagi suami - 70 3. Talak dan pencatatan perkawinan - 75 4. Penentuan (Perencanaan) Kehamilan - 78 5. Hak mendapatkan waris - 80 D. Kesimpulan - 82 Daftar Pustaka - 83 Merekonstruksi Kompilasi Hukum Islam Versus Caunter Legal Drafting-KHI Menuju Keadilan Gender. - 85 A. Pendahuluan - 85 B. KHI dalam Kerangka Hukumnya - 91 C. KHI dalam Lingkup Problematika Sosial - 94 D. KHI dan Problem Metodologis (Ushul Fiqh) -102 E. Menyusun Visi dan Misi KHI Ala Indonesia -107 F. Analisis Komparasi antara KHI-LCD KHI -114 G. Kesimpulan -126 Daftar Pustaka -130 Isu-isu Gender dalam Hukum Keluarga: Telaah atas Konsep Naflcah dan Pernikahan Dini- 133 A. Pendahuluan -133 B. Konsep Nafkah -134 1. Pengertian nafkah - 134 2. Manajemen nafkah responsif gender - 137 3. Peran perempuan dalam dunia produksi - 139 C Batasan Umur Pernikahan -143 D. Kontroversi Usia Pernikahan - 149 E. Pendewasaan Usia Perkawinan -152 F. Kesimpulan - 154 Daftar Pustaka -155 Poligami dan Waris: Dualisme Atas Nama Keadilan, Solusi atau Masalah? -159 A. Pendahuluan -159 B. Konsep Poligami dan Waris dalam Islam -160 1. Konsep poligami dalam Islam -161 2. Konsep waris dalam Islam -163 C. C. Konsep Keadilan dalam Poligami dan Waris -165 1. Konsep Keadilan dalam Poligami -165 2. Konsep Keadilan dalam Waris -167 D. Perdebatan tentang Poligami dan Waris dalam Perspektif Gender -170 1. Perdebatan tentang poligami dalam perspektif gender - 171 2. Perdebatan tentang waris dalam perspektif gender - 175 E. Implikasi Sosial Ketidakadilan Gender dari Praktik Poligami dan Waris -179 F. Kesimpulan - 181 Daftar Pustaka -184 Dekonstruksi Budaya Patriarkhi dalam Thalaq Perspektif Fiqih Klasik (Sebuah Telaah Kesetaraan Gender) -187 A. Pendahuluan 187 B. Definisi Percerain Menurut Ulama Fiqih 191 C. Sejarah Thalaq Masyarakat Arab 194 D. Islam dan Wacana Thalaq -198 E. Dominasi Laki-laki dalam Peran Sosial dan Perumusan Hukum Islam -210 F. Superioritas Laki-laki dalam Hak Thalak 213 G. Khulu' Sebagai Upaya Penyetaraan Gender dalam Perceraian 218 H. Kesimpulan - 223 Daftar Pustaka - 225 UU Pornografi dan UU Perkawinan Ambivalensi dalam Membela Ketertindasan Perempuan - 227 A. Pendahuluan 227 B. Sejarah Lahirnya UU No 1 tahun 1974 dan UUP No 44 tahun 2008-229 C. Catatan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dalam Perspektif Gender-231 1. Domestikasi dan Stereotype - 231 2. Beban ganda - 232 xiv xv

3. diskriminasi 234 4. inkonsistensi 235 D. Catatan tentang UU No. 44 Tahun 2008 dalam Prespektif Gender 235 1. Ambiguitas 236 2. Tidak Melindungi korban 235 3. Ketidakjelasan pasal 239 E. Rekomendasi 240 F. Penutup 243 Daftar Pustaka 244 Tentang Editor - 245 Tentang Penulis - 247 xvi