BAB 3 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas dan kuantitas, dua kata yang hampir serupa dan sering kali

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Manajemen kualitas proyek (Project Quality Management)

PENTINGNYA PEMELIHARAAN SOFTWARE

APLIKASI DESAIN EKSPERIMEN TAGUCHI UNTUK PERBAIKAN KUALITAS AIR PDAM TIRTA MON PASE LHOKSUKON ACEH UTARA. Halim Zaini 1

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN

Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Pelayanan Administrasi Desa Berbasis Client Server di Desa Kaliurang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Auditing. Obyektif. 3.1 Phase Audit Sistem Informasi

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB II LANDASAN TEORI. Sebenarnya tidaklah mudah mendefinisikan kualitas secara tepat. Konsep

Modul ke: Aplikasi Komputer. Sistem Operasi Komputer. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Nursidhi, SPd, MDs. Program Studi MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. dalam membantu setiap pekerjaan dalam bidang komputerisasi. Dalam hal ini laptop

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB 1 PENDAHULUAN Pengantar

ANALISA DESAIN SISTEM INFORMASI PENCATATAN PERJANJIAN SEWA MOBIL PADA 7 RENTAL

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

TUGAS UJIAN INDIVIDU MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Mana di bawah ini yang bukan termasuk dalam kelompok pengendalian umum:

Lampiran Checklist Pengendalian Manajemen Operasional. 1 Apakah terhadap seluruh operasi komputer. telah dilakukan penjadwalan sehingga dapat

BAB III ANALISIS SISTEM

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 Persyaratan Produk

OPTIMASI MULTI RESPON DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI-GREY PADA PROSES FOAMING PRODUK SPONGE SHEET SLAA UNTUK MENURUNKAN BIAYA KERUGIAN

BAB III ANALISA SISTEM

REKAYASA KUALITAS DALAM PENENTUAN SETTING MESIN DENGAN METODE TAGUCHI (PRODUK KAIN POLYESTER) Rudy Wawolumaja, Lindawati

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. menggunakan Aplikasi Penerimaan dan Pembayaran Siswa/Siswi Baru yaitu: Software yang mendukung aplikasi ini, yaitu:

SOFTWARE QUALITY ASSURANCE

PENERAPAN METODE SPC DAN TAGUCHI DALAM IDENTIFIKASI FAKTOR KECACATAN PRODUK RIM

BAB II LANDASAN TEORI

STRUKTUR SISTEM OPERASI

Pengukuran Perangkat Lunak. Pengantar

FORMAT LAPORAN KERJA PRAKTEK

BAB 4 IMPLEMENTASI. pada jaringan komputer berbasis Windows, oleh karena itu diperlukan spesifikasi

BAB I Gambaran Pemeriksaan SI (Overview of Information System Auditing)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan 1.2 Latar Belakang Masalah

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemrograman dengan C++ Builder 2004 Taryana S Pendahuluan C++ Builder adalah sebuah aplikasi yang digunakan untuk pengembangan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. aplikasi sistem informasi geografis ini adalah : a. Spesifikasi perangkat keras minimum : memori 64 MB.

Sistem, Sub Sistem dan Supra Sistem

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Pembagian Rayon dalam Suatu Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat berkembangnya terutama mengenai sistem informasinya. Ini

BAB III LANDASAN TEORI. organisasi yang pada saat dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Jogiyanto 2001: 1) Sistem adalah suatu jaringan dari prosedur-prosedur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Perbedaan pengembangan software dengan pengembangan sistem informasi

Kontrak Kuliah. Desain Sistem. Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permasalahan yang teridentifikasi adalah PT. Vonex Indonesia belum

BAB III LANDASAN TEORI. Pihak-pihak yang terkait dengan transaksi transfer: a. Remitter/Applicant, yaitu pemilik dana (pengirim) yang akan

BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN. menggunakan komputer Notebook Compaq Presario M2232AP dengan spesifikasi

BAB 4 IMPELEMENTASI DAN EVALUSAI. aplikasi dengan baik adalah sebagai berikut : a. Prosesor intel premium Ghz atau yang setara.

BAB II LANDASAN TEORI

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA )

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.1, (2017) ( X Print) A 6

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan metode pendekatan mundur ini, dibuat dan diuji pada komputer dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB III ANALISIS SISTEM. Analisis sistem didefinisikan sebagai penguraian dari sistem informasi yang

KUALITAS PERANGKAT LUNAK. Ni Wayan Sumartini Saraswati

BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktifitas, dan transaksi, yang

BAB III LANDASAN TEORI. dibahas meliputi permasalahan-permasalahan atau prosedur-prosedur yang

BAB III LANDASAN TEORI. Landasan teori merupakan dasar-dasar yang digunakan dalam

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. yang dapat menunjang berjalannya sistem agar berjalan secara optimal. Dimana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah

PRODI S1 STATISTIKA FMIPA-ITS RENCANA PEMBELAJARAN Perancangan Kualitas Kode/sks : SS141413/ (2/1/0 ) Dosen : SS Semester : V

Konsep Dasar Malware Analysis

BAB 1 PENDAHULUAN. satu hal yang sangat dominan dan terjadi dengan sangat pesat. Informasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. harus dijalankan diantaranya adalah: hal-hal yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut:

Gambar Tampilan Layar Cari Data Tabel Pemeliharaan Menu Grup Gambar Tampilan Layar Data Tabel Pemeliharaan Menu Grup

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB I PERSYARATAN PRODUK

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERHADAP KEKUATAN TARIK BENANG KARUNG PLASTIK PADA MESIN EXTRUDER DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI DI PT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. yang baru, maka di bawah ini akan diuraikan piranti-piranti yang mendukung

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk memodelkan kebutuhan data dari suatu organisasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

11 BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Software Quality Control Seperti yang telah dimukakan di awal, bahwa kualitas adalah suatu parameter yang tidak mudah pengukurannya, yang disebabkan oleh banyaknya variable yang dapat mempengaruhi proses pengukuran. Terlebih lagi apabila produk yang diukur adalah software, dimana software adalah suatu objek yang abstrak. Berdasarkan ISO-9126 Software Product Evaluation Standard yang dibuat oleh International Standard Organization (ISO) tahun 1991, kualitas suatu software dapat didefinisikan dari pengukuran sejumlah atribut/variabel yaitu: a. Kemampuan software untuk memberikan solusi (Functionality) Software didesign untuk menggantikan sistem manual yang sudah ada menjadi sistem komputerisasi yang jauh lebih cepat dan sistematis. Namun seberapa jauh software tersebut dapat menggantikan sistem manual? Tidak sedikit software yang tidak dapat menggantikan sistem manual secara utuh. Biasanya hal tersebut dapat diindikasikan dengan adanya proses manual di tengah-tengah proses komputerisasi. Hal itu dilakukan pengguna software untuk mengatasi masalah tersebut. Suatu software yang baik seharusnya sudah dapat mengantisipasi hal tersebut dan telah menyediakan modul-modul yang dapat memenuhi semua kebutuhan user.

12 b. Ketahanan software dalam kurun waktu tertentu (Reliability) Yang dimaksud dengan reliability di sini adalah kemampuan software untuk tetap berfungsi sebagaimana mestinya dalam kurun waktu tertentu walaupun terjadi perubahan-perubahan yang cukup mendasar di dalam sistem. Contoh : di dalam software transaksi jual beli suatu perusahaan dagang, biasanya kita melihat adanya simbol mata uang, katakanlah Rp (Rupiah), apa yang terjadi apabila beberapa waktu yang akan datang perusahaan tersebut berkembang dan memerlukan simbol mata uang $ (Dollar) sebagai pilihan tambahan? Apakah software tersebut sudah diberi fasilitas tersebut? Ataukah harus dimodifikasi lagi oleh developer? c. Kenyamanan pemakaian (Usability) Usability biasa kita kenal dengan user friendly. Yang dimaksud dengan usability adalah kemampuan software untuk dapat digunakan oleh kalangan manapun dengan tingkat kemudahan tertentu. Tingkat kenyamanan tertinggi akan tercapai apabila orang yang bahkan tidak biasa menggunakan komputer dapat menggunakan software tersebut dengan nyaman. d. Ektifitas software (Efficiency) Efektifitas software adalah kemampuan software untuk menggunakan resource komputer (memori, prosesor, Hard Disk, dll) secara efektif dan efisien. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kebutuhan hardware yang digunakan. Semakin efektif suatu software, maka semakin rendah pula kebutuhan spesifikasi hardware nya, dan sebaliknya.

13 e. Kemudahan perawatan (Maintainability) Kemampuan software untuk dapat dimodifikasi oleh developer apabila diperlukan suatu fasilitas tambahan/update. Tidak jarang developer software melakukan perbaikan ataupun penambahan dan pengurangan fasilitas pada produk software mereka. Oleh karena itu, kemudahan untuk merevisi produk sangat diperlukan. Akan sangat menyulitkan apabila setiap ada revisi, maka user harus mengambil ulang ataupun developer harus memberikan ulang semua modul, file, bahkan file aplikasi itu sendiri. Biasanya developer hanya memberikan suatu software lain yang biasa kita kenal dengan sebutan patch, dimana patch ini berukuran jauh lebih kecil dari software induk dan berfungsi untuk merevisi software induk dengan sendirinya sehingga dapat mempermudah proses perawatan software. f. Kemampuan untuk dapat beroperasi di manapun (Portability) Kemampuan software untuk dapat dipindahkan ke unit komputer lain termasuk pada sistem operasi yang berbeda, seperti Microsoft Windows, Macintosh, ataupun Linux, dan dapat digunakan pada beberapa unit komputer sekaligus. Selain keenam atribut di atas, wikipedia juga menambahkan beberapa atribut lainnya seperti : a. Mudah dimengerti (Understandability) Suatu software akan mudah dimengerti apabila tujuan dari software tersebut jelas. Seluruh desain dan dokumentasi sebaiknya dipaparkan ke dalam sebuah tulisan, yang biasanya kita kenal dengan user manual, dimana

14 di dalamnya tercantum segala sesuatu yang dapat memudahkan user untuk dapat dengan mudah mengerti bagaimana software tersebut beroperasi, bagaimana cara menggunakannya, bagaimana mengatasi permasalahan yang muncul, dan sebagainya. b. Kelengkapan (completeness) Suatu software harus sudah menyertakan semua library yang digunakan dalam pembuatan code nya. Apabila tidak, maka ketika software tersebut dipindahkan ke komputer lain, misal ke komputer client, software tersebut tidak akan berjalan dengan semestinya karena kekurangan modul/library yang diperlukan. c. Keseragaman code (consistency) Suatu software yang baik memiliki symbol/notasi/code yang seragam di dalam code maupun struktur database-nya. Hal ini sangat berguna untuk proses pembuatan software itu sendiri, dimana apabila code atau struktur database suatu software tidak seragam, maka akan membingungkan programmer software itu sendiri dan akan mengakibatkan kesalahankesalahan yang seharusnya tidak terjadi. d. Dapat diuji (testability) Suatu software yang baik haruslah dapat diuji/dievaluasi kinerjanya. Biasanya tingkat kemudahan pengujian suatu software bergantung pada desain software tersebut. Semakin sederhana desain software, semakin

15 mudah untuk diuji, dan sebaliknya semakin rumit desain suatu software, maka akan semakin sulit proses pengujiannya. e. Keamanan data (security) Suatu software yang baik harus dapat menjaga keamanan data client nya terhadap pihak-pihak yang tidak berkepentingan. Hal ini bisa dibuat dengan membatasi hak akses user, memberikan password, dan lain sebagainya. 3.2 Statistic Process Control (SPC) Statistik process control atau yang sering disebut dengan statistik pengendalian kualitas merupakan aplikasi dari teknik statistik yang mengontrol suatu proses. Peta kontrol merupakan awal dari SPC. Ini merupakan salah satu metode pengendalian kualitas pertama yang dipakai dibidang industri modern. Konsep dasar SPC ialah berdasarkan data yang ada pada operasi yang normal, dengan apa yang terjadi sekarang ini. Data tersebut diperoleh dengan mengambil sampel/contoh dari data dimana suatu operasi sedang berjalan. Data yang dikumpulkan dari operasi pada kondisi normal digunakan untuk menyusun peta kontrol dan batasan kontrol. Peta kontrol dan batasan kontrol sendiri disusun berdasarkan teori statistik yang relevan atau berkaitan dengan data yang dimasukkan. Batasan kontrol ini dirancang sedemikian rupa sehingga jika operasi yang sedang berlangsung tidak terlalu berbeda dengan operasi normal, maka statistik yang dihitung dari data yang sedang berlangsung berada didalam batasan kontrol. Sebaliknya, jika operasi yang sedang berlangsung menunjukkan perbedaan yang mencolok dengan operasi yang berjalan pada saat normal, maka

16 statistik yang dihitung dari data yang sedang berlangsung berada diluar batasan kontrol. Kondisi seperti ini dikatakan sebagai kondisi diluar kontrol. Dalam teori statistic process control, kondisi diluar kontrol biasanya disebabkan oleh sebab-sebab yang telah diketahui dengan pasti, atau bisa juga dikarenakan oleh sebab-sebab khusus, seperti misalnya perubahan dari bahan baku, degradasi atau penyalahgunaan mesin, pergantian operator / user dari suatu mesin, dan lain-lain. Jika kondisi diluar kontrol ini terjadi, maka biasanya proses produksi akan dihentikan untuk mencegah adanya produksi yang tidak sesuai dengan kualitas yang seharusnya, lalu pihak terkait dari perusahaan akan melakukan penyelidikan untuk mencari tahu apa penyebab dari kondisi tersebut terjadi, serta menghilangkan penyebab tersebut. Sehingga dengan demikian maka kualitas dari produk yang dihasilkan akan tetap terjaga. Untuk kasus univariate, dimana hanya ada satu varibabel yang perlu dimonitor dan dikontrol, ada banyak sekali peta kontrol yang tersedia. Untuk variabel atribut, peta kontrol yang populer mencakup fraction defective chart (p chart) dan count chart (c chart). Untuk varibel yang kontinu, peta kontrol yang populer antara lain X-bar chart dan R charts, dan X-bar dan S charts. Akan tetapi pada pembahasan selanjutnya univariat tidak akan dibahas lebih jauh karena metode yang dipakai merupakan bagian dari multivariat. Di dunia industri, variabel yang harus dikontrol dalam proses merupakan multivariat. Sebagai contoh pada perusahaan perakitan mobil. Dimensi dari bagian-bagian yang harus diproses merupakan multivariat dan mempunyai hubungan yang erat. Didalam industri kimia, banyak sekali variabel proses, seperti temperatur, tekanan, dan konsentrasi.

17 Sayangnya, pada dunia industri dalam mengatasi multivariat dan hubungan yang erat ini biasanya memakai satu peta kontrol univariat untuk setiap variabelnya. Pendekatan ini menjadikan ada banyak sekali peta kontrol dan dapat membingungkan pengguna / pemakai serta dapat menyebabkan kesalahan keputusan. Oleh sebab itulah perlu dipakainya metode yang bisa mendeteksi untuk multivariat variabel. 3.3 Mahalanobis Distance Taguchi System (MTS) Mahalanobis Taguchi system (Taguchi dan Jugulum, 2002) adalah multivariat data berdasarkan pengenalan pola dan diagnosis sistem yang diajukan oleh pakar kualitas Jepang yang bernama Genichi Taguchi. Pada pendekatan ini, beberapa variabel dalam jumlah besar dari multivariat data dikumpulkan. Lalu data tersebut dikelompokkan berdasarkan untuk yang sehat atau grup yang normal dan data satunya lagi merupakan data untuk grup yang tidak normal atau tidak sehat. Sebagai contoh, pada diagnosis penyakit liver, untuk setiap pasien, banyak sekali tes medikal yang dilakukan. Berarti, setiap pasien yang dilakukan tes memiliki multivariat data. Dalam pendekatan MTS, data-data dari tes diambil dari jumlah orang / sampel yang besar. Pasien yang diketahui sehat dimasukkan pada grup yang disebut grup normal dan tes data yang akan dilakukan akan menjadi patokan bagi untuk membuat batas pengukuran bagi populasi yang sehat. Batas pengukuran ini dihitung menggunakan Mahalanobis distance. Dalam MTS, mahalanobis distance dibuat sedimikian rupa sehingga rata-rata jarak untuk mahalanobis distance untuk grup yang normal kira-kira sama dengan

18 1, dimana Taguchi menyebutnya unit space. Untuk objek yang tidak normal, skala dari Mahalanobis distance ialah lebih dari 1. Dalam pendekatan MTS, dianjurkan orang memulai dengan jumlah variabel yang besar / banyak agar kesempatan / peluang untuk data multivariat mempunyai data yang penting cukup besar. Variabel penting dalam kasus ini ialah dapat membuat skala Mahalanobis distance cukup lebar untuk objek abnormal / tidak normal. Lalu percobaan Taguchi s orthogonal array digunakan untuk menyaring variabelvariabel yang ada untuk memperoleh variabel-variabel yang penting. Setelah percobaan orthogonal, grup yang lebih kecil dari variabel-variabel yang penting dipilih untuk sebagai variabel yang perlu untuk dimonitor untuk mendeteksi jika pada masa yang akan datang terdapat kejadian abnormal. Tidak seperti analisa diskriminant, MTS tidak menganggap bahwa grup abnormal merupakan bagian dari populasi yang berbeda karena Dr. Taguchi berpendapat bahwa untuk setiap situasi abnormal adalah kasus yang berbeda. Tidak ada distribusi peluang tertentu digunakan untuk menentukan garis batas sebagai pembeda antara kondisi normal dengan kondisi tidak normal. 3.4 Prinsip kerja Mahalanobis Distance Taguchi System (MTS) Metode Mahalanobis Distance-Taguchi terdiri dari 4 tahap proses. Tiga tahap pertama merupakan bagian dari Mahalanobis Distance, yaitu pembuatan garis batas jarak Mahalanobis, abnormal grup tes, dan penyaringan variabel. Sedangkan tahap ke-4 adalah menentukan nilai ambang dengan quality loss function dan menentukan bagaimana proses dari pengawasan kedepan.

19 3.4.1 Tahap 1 : Membuat garis batas jarak Mahalanobis Pada tahap ini, data kasar variabel-variabel yang diperoleh dari objek yang sehat atau normal dikumpulkan, yang nantinya akan kita sebut dengan objek yang sehat atau normal. Tujuan dari tahap ini adalah untuk membuat skala garis batas pengukuran untuk populasi yang sehat. Sebagai contoh, pada analisa kualitas software, kita mengumpulkan data-data dari software yang dianggap baik. Pada umumnya, data kasar yang kita kumpulkan mempunyai format seperti diilustrasikan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Format data kasar didalam Mahalanobis Taguchi System Variabel (karakteristik) Object X 1 X2 Xi X p-1 Xp 1 X 11 X 12 X 1i X 1,p-1 X 1,p 2 X 21 X 22 X 2i X 2,p-1 X 2,p.................. K X k1 X k2 X ki X k,p-1 X k,p.................. N X N1 X N2 X Ni X N,p-1 XN,p Average X 1 X 2 X i X p-1 X p Standard deviation S 1 S 2 S i S p-1 S p

20 Rumus umum rata-rata dan standar deviasi: X 1 = N i x ki n k = 1 dan S i = N k = 1 ( x ki x N 1 i ) 2 Dengan mengurangi nilai rata-rata dan membagi dengan standar diviasi, maka kita dapatkan data yang telah standar seperti diilustrasikan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Data standar Variabel Standar (karakteristik) Objek Z 1 Z 2 Z p 1 Z 11 Z 12 Z 1p 2 Z 21 Z 22 Z 2p............ K Z k1 Z k2 Z kp............ N Z N1 Z N2 Z Np Dengan Z ki X X ki i = untuk semua k = 1,..., N, i = 1,...,p S i Jelas terlihat bahwa ini adalah proses serupa dari normalisasi untuk analisis data multivariat.

21 Lalu, matriks korelasi dari sampel dibuat dari variabel standar untuk grup yang sehat, yaitu : 1 r21 R =... rp 1 r 12 1... r p2............ r1 p r 2 p... 1 Dimana r ij = 1 N 1 N k = 1 Z ki Z kj Lalu untuk observasi multivariat, x o = ( x o1, x o2,..., x op ) Kita dapat menghitung skala Mahalanobis distance dengan cara : Langkah 1. Normalisasi x o = ( x o1, x o2,..., x op ) T dengan mengurangi X = ( X 1, X 2,..., X p ) T, dan membagi dengan S 1,S 2,., S p dari set data grup yang sehat. Maka kita akan mendapatkan data observasi normal yang baru seperti berikut : z x X T 01 1 0 = ( z01, z02,..., z0 p ) =,..., s1 x 0 p X s p p T Langkah 2. Menghitung skala dari Mahalanobis distance (MD) untuk observasi : 1 MD0 = z p T 0 R 1 z 0

22 Catatan : Skala dari Mahalanobis distance adalah Mahalanobis distance umum untuk variabel normal dibagi p, dimana p adalah jumlah variabel yang dihitung. Untuk observasi normal yang baru z 0, Mahalanobis distance umum adalah : D T 1 0 = z0 R z0 Alasan untuk hal ini ialah untuk semua observasi z yang sehat, rata-rata dari skala mahalanobis distance kira-kira sama dengan satu, dimana : 1 E( MD) = E z p T 1 R Z = 1 3.4.2 Tahap 2 : Pengukuran Mahalanobis Sampel Abnormal Tujuan dari metode Mahalanobis-Taguchi adalah secara efektif mengenali observasi baru yang tidak normal dengan melihat besarnya skala dari Mahalanobis distance. Sangatlah pasti bahwa skala Mahalanobis distance secara signifikan lebih besar untuk observasi yang tidak normal. Setelah menetapkan garis batas untuk jarak Mahalanobis, kita perlu melakukan tes apakah skala Mahalanobis cukup sensitif untuk observasi tidak normal. Dalam tahap ini, kita mengumpulkan data multivariat dari objek yang tidak normal. Sebagai contoh, untuk optimalisasi software quality control, kita melakukan tes pada software yang dinilai kurang baik dan mengumpulkan hasil tes nya. Setelah data baru dikelompokkan untuk data yang tidak normal, kita menghitung skala Mahalanobis distance untuk setiap observasi tidak normal. Dapat dipastikan bahwa data baru yang dihitung berdasarkan skala Mahalanobis distance lebih besar dari pada 1, apabila lebih besar maka lebih baik.

23 Bagaimana bila data baru yang dihitung berdasarkan skala Mahalanobis distance tidak mencapai nilai lebih besar dari pada 1 untuk sampel tidak normal? Jika hal itu terjadi, maka hal tersebut mengidentifikasikan bahwa variabel yang kita pilih tidak dapat membedakan antara data yang diperoleh dari objek yang normal dengan yang tidak normal. Dalam kasus tersebut, kita harus menambahkan variabel baru dengan harapan variabel baru tersebut dapat memberikan nilai yang lebih baik. Setelah kita menambahkan variabel yang baru, kita harus kembali lagi melakukan langkah pertama, menghitung objek yang sehat dengan variabel yang baru, dan mengatur data yang kasar seperti dijelaskan pada Tabel 3.1 dan menghitung ulang variabel standar serta menentukan garis batas Mahalanobis. Kita harus mengulang proses ini sampai jarak antara skala Mahalanobis distance untuk grup yang sehat dengan yang tidak sehat menjadi cukup besar. Taguchi tidak mencantumkan seberapa besar lebar tersebut secara eksplisit. Bagaimanapun juga, jika dilihat dari cara kerja metode Mahalanobis-Taguchi, jika ada bagian yang dilampaui, jika batas atas dari MD untuk grup yang sehat lebih besar dari batas bawah dari MD untuk grup yang tidak sehat, ini akan menyebabkan banyak kesulitan bagi metode Mahalanobis - Taguchi. Untuk observasi objek yang tidak normal, jika skala dari Mahalanobis distance terlalu besar, hal ini tidak selalu berarti bahwa observasi tersebut merupakan objek yang jelek. Oleh sebab itu, jika ada observasi baru yang mempunyai nilai skala yang tinggi, kita tidak bisa langsung menilai bahwa ini objek yang jelek. Kita perlu melihat terlebih dahulu variabel-variabel yang

24 menyebabkan skala Mahalanobis distance menjadi tinggi dan juga jenis dari ketidaknormalan tersebut, sebelum kita mengambil keputusan. 3.4.3 Tahap 3 : Penyaringan variable menggunakan Taguchi orthogonal array Setelah melewati tahap 1 dan 2, kita pasti sudah mendapatkan nilai skala dari jarak Mahalanobis serta sensitivitasnya melalui kondisi yang tidak normal pada level yang cukup memuaskan. Akan tetapi, kita mungkin memiliki terlalu banyak variabel. Untuk proses pengamatan selanjutnya, semakin banyak variabel berarti semakin tinggi pengeluaran atau biaya untuk pengawasan dan pencegahan. Sebagai contoh, pada optimalisasi software quality control, jika kita mengidentifikasikan ada banyak variabel yang perlu diamati sehingga diperlukan juga banyak tes yang perlu dilakukan untuk mendapatkan nilai dari masingmasing variabel terserbut, maka akan semakin banyak biaya maupun waktu yang diperlukan untuk memperoleh nilai-nilai yang diperlukan. Sedangkan masingmasing variabel memiliki peran dan kapasitas yang berbeda dalam mempengaruhi kualitas suatu software. Beberapa variabel mungkin memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kualitas suatu software dibandingkan dengan variabel lainnya. Melihat hal ini, sangat penting untuk menyaring variabel yang dapat memberikan kontribusi yang tidak begitu banyak terhadap proses pengamatan sehingga biaya untuk proses pengamatan selanjutnya dan pencegahan bisa lebih rendah. Taguchi orthogonal array ada berbagai macam, tergantung dari banyaknya variabel yang akan diamati. Antara lain L 4, L 8, L 9,L 12, L 16, L 18, L 27,L 32, L 36 (Six Sigma and Beyond vol V, hal 423-440). Pada umumnya

25 semakin tinggi nilai othogonal maka semakin banyak varibel yang dapat diamati atau disaring. Sebagai contoh kita menggunakan L 8. Misalkan kita mempunyai 5 variabel, X 1, X 2, X 3, X 4, X 5. Dengan menggunakan observasi dari grup yang normal kita dapat menetapkan garis batas Mahalanobis, juga mendapatkan nilai matrik R serta R -1. X = ( X 1, X 2,..., X 5 ) T, dan membagi dengan S 1,S 2, S 3, S 4,S 5 dari grup normal data. Kita juga mendapatkan n multivariat data dari grup yang tidak normal. Kita memiliki kumpulan data tersebut dari obserbvasi yang tidak normal : x 1 = ( x 11, x 12,..., x 15 ) x 2 = ( x 21, x 22,..., x 25 ).... x n = ( x n1, x n2,..., x n5 ) Kita akan memilih level 2 orthogonal array dengan lebih dari 5 kolom, sehingga 5 variabel dapat dipenuhi. Pada contoh ini, kita mimilih array L 8 (2 7 ) dan percobaan penyaringan diilustrasikan pada Tabel 3.3.

26 Tabel 3.3 Tampilan dari tipe Orthogonal Array untuk penyaringan variabel Kolom L8 Array 1 2 3 4 5 6 7 Skala Mahalanobis distance S/N Expt. Run X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 1 2 n Ŋ 1 1 1 1 1 1 1 1 MD 11 MD 12 MD 1n Ŋ 1 2 1 1 1 2 2 2 2 MD 21 MD 22 MD 2n Ŋ 2 3 1 2 2 1 1 2 2 4 1 2 2 2 2 1 1 5 2 1 2 1 2 1 2 6 2 1 2 2 1 2 1 7 2 2 1 1 2 2 1 8 2 2 1 2 1 1 2 MD 81 MD 82 MD 8n Ŋ 8 Pada tampilan orthogonal array, level 1 berarti inclusion dan level 2 berarti exclusion dari koresponding variabel. Kolom yang kosong berarti tidak ada variabel yang ditempatkan didalamnya. Untuk percobaan array orthogonal seperti digambarkan pada Tabel 3.3, untuk percobaan pertama yang dilakukan, setting dari orthogonal array ialah 1-1- 1-1-1, untuk X 1, X 2, X 3, X 4, X 5, yang berarti bahwa semua atau kelima variabel digunakan untuk menghitung skala Mahalanobis distance untuk n objek yang tidak normal. Untuk percobaan kedua yang dilakukan, setting dari orthogonal array ialah 1-1-1-2-2 untuk X 1, X 2, X 3, X 4, X 5, yang berarti hanya X 1, X 2, X 3, yang digunakan untuk menghitung skala Mahalanobis distance untuk n objek yang

27 tidak normal. X 4, X 5 tidak digunakan dalam perhitungan. Dan seterusnya sampai percobaan ke-8. Seperti percobaan Taguchi orthogonal array lainnya, signal-to-noise ratio (S/N) digunakan sebagai alat ukur untuk memilih variabel yang penting. Seperti digambarakan pada Tabel 3.3 untuk setiap percobaan yang dijalankan, dari 1 sampai 8, n skala Mahalanobis distance dicari / dihitung untuk semua n objek yang tidak normal dengan variabel yang dipilih, yaitu MD 11,..., MD in. Dengan terminologi Taguchi, skala dari Mahalanobis distance memiliki karakteristik semakin besar semakin baik, karena dari obsevasi yang tidak normal, semakin besar skala Mahalanobis distance, semakin mudah sensitivitas dari skala Mahalanobis diukur. Berikut merupakan rumus dari signal-to-noise ratio yang digunakan : 2 n 1 1 η i = log10 untuk semua i = 1,2,...,8. n j= 1 MDij