1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pelabuhan umum di Indonesia terdiri dari pelabuhan umum yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

BAB V PENUTUP. kajian dalam penelitian ini dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan

GALI POTENSI KERJASAMA INDONESIA AUSTRALIA, MANAJEMEN IPC KUNJUNGI PELABUHAN DI AUSTRALIA

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tumbuh pesatnya persaingan pada industri jasa kepelabuhanan.

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112,

BAB I. Pendahuluan. Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. membutuhkan eksistensi sistem transportasi laut sebagai penggerak pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan berusaha untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dari analisa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT. Definisi dan Persyaratan Hub Port

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

BAB I 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN

Tanjung Perak dan Bisnis Maritim

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur, merata baik materil maupun spiritual. Negara yang

FUNGSI PELABUHAN P P NOMOR 69 TAHUN 2001 SIMPUL DALAM JARINGAN TRANSPORTASI; PINTU GERBANG KEGIATAN PEREKONOMIAN DAERAH, NASIONAL DAN INTERNASIONAL;

2017, No Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar; c. bahwa berdasarkan pertimbangan

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Mengapa KPBU?

TOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT

MENGAKHIRI TRIWULAN I, IPC BUKUKAN PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

PANDANGAN DWELLING TIME BERDASARKAN PRE-CLEARANCE, CUSTOMS CLEARANCE DAN POST CLEARANCE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pesawat Polonia

MENEGAKKAN KEDAULATAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN MENUJU NEGARA MARITIM YANG BERMARTABAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

# masuk ke suatu daerah tertentu dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau, bahkan antar negara. Hal tersebut ditegaskan dalam UU No.

BAB I PENDAHULUAN. dan prasarana untuk kepentingan umum (infrastruktur). 1

Konsesi Pelabuhan di Indonesia ( Regulasi & Perkembangannya )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONSEP INTEGRATED PORT. SAPTONO R. IRIANTO DIREKTUR KOMERSIAL PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

MEMPELAJARI PERENCANAAN BANYAKNYA BONGKAR MUAT PETIKEMAS BERJENIS DRY (FULL DAN HIGH CUBE) DAN OVER DIMENTION PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA

Pelabuhan Tanjung Priok

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara maritim, Indonesia merupakan di Asia Tenggara yang

BAB I PENDAHULUAN. anggaran, evaluasi anggaran - general, evaluasi anggaran punitive, umpan balik

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN ANGKUTAN DI PERAIRAN KEPELABUHANAN PP NO 10/2010 JO PP NO 22/2011 PP NO 21/2010

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

BAB I Pendahuluan I.1. Umum. I.2. Latar Belakang.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

I.1 Latar Belakang Perusahaan petikemas di dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan untuk mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan.

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. interest dan pendapatan non bunga atau fee based income. Pendapatan bunga diperoleh dari

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

ALBACORE ISSN Volume I, No 3, Oktober 2017 Diterima: 18 Agustus 2017 Hal Disetujui: 21 September 2017

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

Bahan Pemaparan PT Prima Indonesia Logistik pada Rapat Kerja RKAP PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) 2016 Medan, 3 September 2015

Kebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan

STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA)

BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya,

TINDAKAN KARANTINA terhadap MP OPTK/HPHK di TPK

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

BAB I Pendahuluan. Tahun 2015 merupakan tahun diimplementasikanya Asean Economic

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor. Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PEMERIKSAAN INVESTIGATIF ATAS PERPANJANGAN KERJASAMA PENGOPERASIAN DAN PENGELOLAAN PELABUHAN PT. PELINDO II DENGAN PT

2 METODOLOGI PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENILAIAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN TELUK BAYUR CAPACITY ASSESMENT OF CONTAINER TERMINAL AT TELUK BAYUR PORT

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 235 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis kebijakan pajak..., Wiwiet Septiana Rosario, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B A B 1 P E N D A H U L U A N. bernama Pelabuhan Panjang yang merupakan salah satu Pelabuhan Laut kelas

5 PERMASALAHAN UTAMA PELABUHAN TANJUNG PRIOK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berbagai kajian menunjukkan bahwa selama 20 tahun mendatang aliran peti kemas di Indonesia akan meningkat secara dramatis, dari 8,8 juta TEUs pada tahun 2009 diperkirakan akan menjadi 30 juta TEUs pada tahun 2020, dan 48 juta TEUs pada tahun 2030 (Sudarmo 2012). Berkembangnya penggunaan kontainer dalam sistim logistik skala global, PT. Pelabuhan Indonesia II dituntut untuk mampu meningkatkan produktivitas pelayanan terminal kontainer. Kapasitas Terminal Petikemas di Pelabuhan Tanjung Priok hanya mampu menampung sebesar 4,5 juta TEUs, setelah dilakukan program penataan, perluasan dan rekonfigurasi lahan pelabuhan, penambahan alat serta pemindahan bagunan yang tidak berhubungan langsung untuk operasional, kapasitas meningkat menjadi sekitar 7 sampai dengan 8 juta TEUs. Realisasi throughput hingga tahun 2011 adalah sebesar 5,8 juta TEUs, tahun 2012 telah mencapai 6,2 juta TEUs, tahun 2013 mencapai 6,7 juta TEUs diakhir tahun 2014 diperkirakan mencapai 7 juta TEUs. Untuk itu perlu segera dilakukan penambahan fasilitas untuk menampung pertumbuhan petikemas pada tahun mendatang. Fasilitas terminal pelabuhan eksisting di Pelabuhan Tanjung Priok hanya melayani kapal dengan kapasitas maximum 6.000 TEUs, sedangkan trend pertumbuhan penggunaan kapal petikemas di dunia saat ini menggunakan kapal dengan kapasitas > 8.000 TEUs dalam rangka mengurangi biaya logistik per TEUs. Sehingga untuk melayani kapal Direct Call dengan ukuran besar harus disiapkan fasilitas yang memadai. Pelabuhan Tanjung Priok siap untuk melayani kapal dengan ukuran 15.000 TEUs atau lebih dengan standar pelayanan internasional (KEMENHUB 2012). Berdasarkan hirarkinya Pelabuhan Tanjung Priok adalah pelabuhan utama dan tersibuk di Indonesia yang terletak di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Pelabuhan ini berfungsi sebagai pintu gerbang arus keluar masuk barang ekspor-impor maupun barang antar pulau. Terminal pelayanan peti kemas ekspor-impor di pelabuhan ini terdiri dari Jakarta International Container Terminal I dan II (JICT I dan II), Terminal Petikemas Koja (TPK Koja), Multi Terminal Indonesia (MTI), Mustika Alam Lestari (MAL), dan Terminal Operasi 3. Dalam perkembangannya, Tanjung Priok akan terus dikembangkan agar dapat berfungsi sebagai logistik center di wilayah ASEAN untuk meningkatkan daya saing industri dalam perdagangan internasional maupun iklim investasi. Undang-undang Nomor 21/1992 tentang Pelayaran menyatakan bahwa, PT. Pelabuhan Indonesia menjalankan fungsi selain sebagai operator terminal, juga mengusahakan infrastruktur, pengembangan pelabuhan, dan kerja sama penyewaan lahan di area pelabuhan. Publik menilai berbagai persoalan pelabuhan muncul terkait dengan infrastruktur, suprastruktur jasa kepelabuhanan akibat keterbatasan badan usaha milik negara, yaitu PT. Pelabuhan Indonesia I-IV, masih adanya tumpang-tindihnya fungsi regulator-operator jasa kepelabuhanan, dan terbatasnya sumber pendanaan negara atau pemerintah dalam mendanai proses penyediaan pelabuhan. Undang-undang Nomor 17/2008 tentang Pelayaran memberikan fondasi untuk reformasi sistem pelabuhan di Indonesia yaitu menghapus monopoli

2 pemerintah atas sektor pelabuhan dan membuka kesempatan bagi partisipasi sektor swasta. Hal ini dapat mengarah pada masuknya persaingan yang sangat diperlukan di sektor pelabuhan dan secara umum meningkatkan pelayanan pelabuhan. Undang-undang Nomor 17/2008 tentang Pelayaran pada pasal 82 ayat 4 Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan berperan sebagai wakil pemerintah untuk memberikan konsesi atau bentuk lainnya kepada badan usaha pelabuhan untuk melakukan kegiatan pengusahaan di pelabuhan yang dituangkan dalam bentuk perjanjian, dimana pemberian konsesi tersebut dilakukan melalui mekanisme pelelangan. Disisi lain pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36/2012 tentang Penugasan kepada PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) untuk membangun dan mengoperasikan Terminal Kalibaru Pelabuhan Tanjung Priok. Pemerintah menunjuk langsung PT. Pelabuhan Indonesia II untuk membangun Pelabuhan Peti Kemas Kalibaru. Hal ini tidak sejalan dengan regulasi yang ada. Pembangunan infrastruktur membutuhkan kolaborasi bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan sektor swasta. Selama ini pembangunan pelabuhan terkendala dengan kemampuan pemerintah melalui APBN dan APBD dalam pembiayaan pembangunan, maka dari itu partisipasi sektor swasta sangat diperlukan. Menurut Sapte (1997) kerjasama dengan swasta adalah cara yang efisien dalam merealokasi resiko dan tanggung jawab dalam mengembangkan infrastruktur, karena partisipasi sektor swasta merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam percepatan pembangunan sarana dan prasarana pelabuhan. Untuk penyediaan infrastruktur pembangunan Terminal Petikemas Kalibaru, masa konsesi menjadi suatu hal yang sangat penting, karena terkait dengan kepentingan pemerintah sebagai pemilik proyek maupun pihak swasta sebagai pemegang hak konsesinya (Xueqing et al. 2006) dan (Ng et al. 2007). Penetapannya harus memberikan kondisi yang saling menguntungkan bagi pihak yang bekerjasama, terutama bagi pemerintah dan swasta. Masa konsesi yang terlalu lama berpotensi lebih menguntungkan swasta sebaliknya hal ini akan merugikan pemerintah. Di sisi lain, apabila pemerintah menginginkan masa konsesi yang lebih pendek, swasta akan menolak kontrak atau akan memaksa untuk menaikkan service fee dalam operasional proyek agar dapat memperoleh tingkat laba yang pasti guna mengganti kerugian investasi (Shen et al. 2007). Peraturan Pemerintah nomor 61/2009 tentang Kepelabuhanan pasal 74 ayat 3 pemberian konsesi kepada Badan Usaha Pelabuhan dilakukan melalui mekanisme pelelangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan pada ayat 3 menyebutkan jangka waktu konsesi disesuaikan dengan pengembalian dana investasi dan keuntungan yang wajar. Jangka waktu konsesi pembangunan dan pengoperasian Terminal Kalibaru di Pelabuhan Tanjung Priok adalah 70 tahun yang diberikan kepada PT Pelindo II dengan nilai investasi mencapai US$2,3 miliar atau Rp 29,2 triliun. Selain itu, Pelindo II mendapatkan hak untuk melanjutkan pengoperasian terminal itu melalui kerja sama pemanfaatan selama 25 tahun. Konsesi mewajibkan, Pelindo II untuk membayar fee konsesi setiap tahunnya kepada pemerintah sebesar 0,5% dari pendapatan kotor Terminal Kalibaru sebagai PNBP. Pada penelitian ini variable masa konsesi dipengaruhi oleh kebijakan, kelayakan proyek dan standar kinerja operasional pelabuhan.

3 Perumusan Masalah Mengingat pentingnya kebutuhan infrastruktur kepelabuhanan yang diikuti dengan adanya trade off dalam alokasi anggaran antara pembiayaan infrastruktur terhadap pembiayaan sektor lain (seperti pendidikan, kesehatan, dan pertahanan keamanan) maupun subsidi dan pembayaran utang pemerintah, maka peran swasta mutlak diperlukan guna mempercepat pembangunan infrastruktur sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 17/2008 tentang Pelayaran. Salah satu contoh proyek pembangunan Terminal Kalibaru sebagai pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok yang dinilai tidak mampu lagi menampung pertumbuhan arus barang, sehingga akan menimbulkan kongesti yang dapat menyebabkan gangguan terhadap perekonomian nasional. Pembangunan Terminal Kalibaru tersebut dengan menggunakan skema konsesi. Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Sejauh mana perubahan Undang-undang Nomor 21/1992 ke Undang-undang Nomor 17/2008 tentang Pelayaran berikut turunannya, memberikan peluang usaha bagi sektor swasta dalam pembangunan Terminal Petikemas Kalibaru? (Analisis diskriptif) 2. Apakah kebijakan berpengaruh secara parsial terhadap masa konsesi? 3. Apakah kelayakan proyek berpengaruh secara parsial terhadap masa konsesi? 4. Apakah standar kinerja operasional pelabuhan berpengaruh secara parsial terhadap masa konsesi? 5. Apakah kebijakan, kelayakan proyek dan kinerja operasional secara simultan berpengaruh terhadap masa konsesi? Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan mengungkap peluang usaha di sektor swasta dalam pembangunan Terminal Petikemas Kalibaru. 2. Untuk mengetahui dan mengungkap pengaruh kebijakan secara parsial terhadap masa konsesi. 3. Untuk mengetahui dan mengungkap pengaruh kelayakan proyek secara parsial terhadap masa konsesi. 4. Untuk mengetahui dan mengungkap pengaruh standar kinerja operasional pelabuhan secara parsial terhadap masa konsesi. 5. Untuk mengetahui dan mengungkap pengaruh kebijakan, kelayakan proyek dan standar kinerja operasional pelabuhan secara simultan terhadap masa konsesi.

4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi akademisi 1) Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang terkait dengan port, shipping and logistics. 2) Diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya. 2. Bagi pemerintah 1) Memberikan masukan atau informasi kepada stakeholders terkait dengan peluang usaha di sektor swasta dalam pembangunan terminal petikemas kalibaru. 2) Memberikan masukan atau informasi kepada stakeholders terkait dengan kebijakan terhadap masa konsesi. 3) Memberikan masukan atau informasi kepada stakeholders terkait dengan kelayakan proyek terhadap masa konsesi. 4) Memberikan masukan atau informasi kepada stakeholders terkait dengan kinerja operasional terhadap masa konsesi. 5) Memberikan masukan atau informasi kepada stakeholders terkait dengan kelayakan proyek dan kinerja operasional baik secara parsial maupan simultan terhadap masa konsesi. 3. Bagi kepentinga profesi Mengetahui tentang masa konsesi di Terminal Petikemas Kalibaru. Ruang Lingkup Penelitian Guna menghindari penafsiran yang berbeda dan lebih terarahnya penelitian ini difokuskan pada pembangunan Terminal Petikemas Kalibaru dengan menganalisis pengaruh masa konsesi (variable endogen) terhadap kebijakan, kelayakan proyek dan standar kinerja operasional pelabuhan (variable eksogen). 2 TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Teoritis Privatisasi Menurut Savas (2000) privatisasi adalah tindakan untuk mengurangi peran sektor publik atau meningkatkan peran sektor swasta dalam suatu aktivitas atau dalam suatu kepemilikan asset-aset organisasi. Tujuan dari privatisasi adalah agar tercipta suatu kompetisi diantara perusahaan-perusahaan yang ada, mengurangi beban negara (APBN), meningkatkan efisiensi, peningkatan mutu pelayanan publik dan melepaskan campur tangan langsung pemerintah. Menurut Simatupang (2013), dalam Undang-undang 17/2008 tentang Pelayaran, swasta diberikan peran

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB