BAB III TINJAUAN TENTANG IMPLEMENTASI SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (DEPOSITO)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. usaha prospektif namun padanya tidak memiliki permodalan berupa keuangan

BAB II PRODUK PENGHIMPUNAN DANA

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB II PRINSIP PRINSIP BAGI HASIL

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi mudharabah berasal dari akar kata dharb (,(ضرب yang

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN UMUM AQAD MURABAHAH DALAM FIQH MUAMALAH. Kata aqad dalam kamus bahasa arab berasal dari kata ع ق د - ی ع ق د - ع ق د ا yakni

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. skim pembiayaan syari ah. Dibawah ini akan dijelaskan pengertian tentang

BAB II LANDASAN TEORI. konsekuensi yang mengikutinya sebagai badan hukum.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menghindari kesalah

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB II LANDASAN TEORI. kepastian dana pendidikan anak sesuai rencana untuk setiap cita-cita yang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian dan Landasan Syariah Deposito ib Mudhrabah. penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. membayangkan mesti di dasarkan pada dua konsep hukum Mudhârabah dan

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB II LANDASAN TEORI. tata cara dan proses di dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

1. Firman Allah QS. al-nisa' [4]: 29: 2. Firman Allah QS. al-ma'idah [5]: 1: 3. Firman Allah QS. al-baqarah [2]: 283:

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI ISTISHNA. atas dasar saling merelakan, atau jual beli merupakan pemilikan harta benda

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. menyatakan ijab dan yang kedua menyatakan qabul, yang kemudian

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORITIS. memenuhi kebutuhan, keinginan, dan kepuasan nasabahnya.

BAB I PENDAHULUAN. syariah dianggap sangat penting khususnya dalam pengembangan sistem ekonomi

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB I PENDAHULUAN. pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa pembayaran serta peredaran uang

KEMENTRIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG FAKULTAS SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

Raja Grafindo Persada, 2016, hlm.99

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga tersebut mencakup bagian dari keseluruhan sistem sosial masyarakat

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Konsep Mudharabah dalam Perbankan Syariah. 1. Pengertian Mudharabah dan Implementasinya

MUD{A<RABAH DALAM FRANCHISE SISTEM SYARIAH PADA KANTOR

BAB I PENDAHULUAN. Islam belum mampu menjalankan syariat Islam secara total (kaffat) dalam

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN UANG MUKA. Secara bahasa, murābahah berasal dari kata ar-ribhu ( الر بح ) yang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MUDHARABAH. dimana pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (shahibul mal)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kelahiran nya, perbankan syariah yang dilandasi dengan dua

BAB II LANDASAN TEORI. dan/atau UUS berdasarkan Akad wadi ah atau Akad lain yang tidak. bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Setiap manusia akan membutuhkan orang lain, bertolong-tolongan,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Tabungan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB III PEMBAHASAN. antara kedua belah pihak yang salah satu dari keduannya memberikan modal

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Musyarakah dalam Fiqh Muamalah. tanggung jawab yang sama. Musyarakah bisa berbentuk mufawadhah atau

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengawasan adalah : a. Menurut Sondang P. Siagian pengawasan adalah proses pengamatan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

monay, dalam perbankan dan pembolehan sepekulasi menyebabkan penciptaan uang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV STOCK INDEX FUTURE TRADING DI CENTRAL CAPITAL FUTURES DALAM PERSPEKTIF MADZHAB SYAFI I

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

A. LATAR BELAKANG MASALAH

ditetapkan dalam jumlah yang pasti. 2

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENALTI PADA PENGAMBILAN SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (DEPOSITO) SEBELUM JATUH TEMPO DI BMT SYIRKAH

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi

BAB III PEMBAHASAN. pemilik dana itu telah memutuskan untuk menyerahkan sebagian dananya untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI MUDHARABAH DAN BAGI HASIL..(ض ر ب ) Secara etimologi kata Mudharabah berasal dari kata dharb

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan

HILMAN FAJRI ( )

Transkripsi:

BAB III TINJAUAN TENTANG IMPLEMENTASI SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (DEPOSITO) A. Pengertian Deposito Mudharabah 1. Deposito Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan lembaga yang bersangkutan. 1 Dalam pasal 1 angka 22 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008, deposito didefinisikan sebagai investasi dana berdasarkan akad Mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan lembaga keuangan syariah. 2 Sedangkan yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang menggunakan prinsip-prinsip syariah dalam pengumpulan, pengelolaan, dan pembagian hasilnya. 3 Produk deposito ditujukan sebagai sarana investasi, maka dalam praktek perbankan Syariah digunakan akad Mudharabah. Melalui akad Mudharabah ini pada awal perjanjian sudah ditentukan berapa nisbah bagi hasil baik bagi pihak 98. 1 Muhammad Yusuf, Bisnis Syariah, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), Ed. Ke- 2, h. 2 Abdul Ghofur Anshori, op. cit., h. 20. 3 Wiku Suryomurti, op. cit., h. 125. 32

33 nasabah maupun bagi pihak lembaga keuangan Islam. 4 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa karakteristik dari produk ini antara lain: 1. Motif utama nasabah adalah investasi 2. Pengembalian dana investasi dilakukan sesuai kesepakatan investasi. 5 Berdasarkan jenisnya deposito mudharabah berjangka pada umumnya terbagi menjadi 2 yaitu: 1. Deposito berjangka biasa Deposito berjangka biasa yaitu deposito yang berakhir pada jangka waktu yang diperjanjikan, perpanjangan hanya dapat dilakukan setelah ada permohonan baru/pemberitahuan dari penyimpan. 2. Deposito berjangka otomatis Deposito berjangka otomatis adalah deposito pada saat jatuh tempo, secara otomatis akan diperpanjang untuk jangka waktu yang sama tanpa pemberitahuan dari penyimpan. 6 4 Abdul Ghofur Anshori, loc. cit. 5 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2004), Cet. ke-2. h. 105. 6 Muhammad Yusuf, op. cit., h. 99.

34 2. Mudharabah Kata Mudharabah berasal dari kata al-dharb, yang berarti secara harfiah adalah bepergian atau berjalan. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al- Muzammil : 20......Dan yang lainnya, bepergian di muka bumi mencari karunia Allah..." Selain al-dharb, disebut juga dengan qiradh yang berasal dari al-qardhu, berarti al-qath u (potongan) karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungannya. 7 Menurut istilah mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama ( shahibul mal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan. 8 berikut: Beberapa ulama memberikan pengertian tentang mudharabah sebagai a. Menurut Madzhab Maliki, mudharabah adalah penyerahan uang di muka oleh pemilik modal dalam jumlah yang ditentukan kepada seorang yang akan 7 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Ed. 1, Cet ke-6, h. 135. 8 Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam Sejarah, Konsep, Intrumen, Negara, dan Pasar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Cet ke-2, h. 257.

35 menjalankan usaha dengan uang itu dengan imbalan sebagian dari keuntungannya. b. Menurut Madzhab Syafi I, mudharabah adalah pemilik modal menyerahkan sejumlah uang kepada pengusaha untuk dijalankan dalam suatu usaha dagang dengan keuntungan menjadi milik bersama antara keduanya. c. Menurut PSAK 105 paragraf 4, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (pemilikn dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak ke dua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan, sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pengelola dana. 9 Jadi, dari pengertian diatas mudharabah disebut juga dengan kontrak antara pemilik modal dan pengusaha dalam rangka mengembangkan usaha. Modal berasal dari pihak pertama dan kerja dari pihak kedua. Mereka bersatu dalam keuntungan dengan pembagian berdasarkan nisbah. Jika mendapatkan keuntungan maka, maka keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang disepakati. 10 3. Deposito Mudharabah Deposito mudharabah adalah simpanan dana dengan skema pemilik dana (shahibul maal) mempercayakan dananya untuk dikelola bank (mudharib) dengan hasil yang diperoleh dibagi antara pemilik dana dan bank dengan nisbah yang ke-1, h.148. 9 Osmad Muthaher, Akuntansi Perbankan Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Cet h. 5. 10 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah, (Jakarta: Rajawali, 2008), Ed. 1,

36 disepakati sejak awal. Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan dengan jangka waktu ditentukan, deposito yang diperpanjang setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila pada akad sudah dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru. 11 Dalam transaksi penyimpanan deposito mudharabah, lembaga keuangan wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberian keuntungan dan/atau perhitungan distribusi keuntungan serta risiko yang dapat timbul dari deposito tersebut. 12 Pembagian nisbah/keuntungan antara kedua belah pihak harus ditentutakn secara propesional dan tidak dapat langsung ditentukan sebelumnya atau dijamin berupa keuntungan dalam jumlah tertentu. 13 Imbalan dibagi dalam bentuk berbagai pendapatan atas penggunaan dana tersebut sesuai syariah dengan proporsi pembagian katakanlah 60% : 40%, untuk nasabah 60% dan untuk BMT 40%, dengan jangka waktu yang berkisar antara 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 12 bulan, 24 bulan. 14 Syarat minimum akad mudharabah untuk deposito yakni : 1. Bank bertindak selaku mudharib, sementara nasabah bertindak selaku shahibul maal. 11 Muhammad dan Dwi Suwiknyo, Akuntansi Perbankan Syariah, (Yogyakarta: Trust Media, 2009), Cet. ke-1, h. 15. 12 Rizal Yahya,Aji Erlangga Martawireja,Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktek Kontemporer, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 61. Andi, 2011), h. 7. 13 Najmudin, Manajemen Keuangan dan Akuntansi Syari iyyah Modern, (Yogyakarta: 386. 14 Musthafa Kamal Pasha, dkk, Fikih Islam, (Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003), h.

37 2. Dana nasabah harus disetor penuh. 3. Pembagian keuntungan dalam nisbah. 4. Pada tabungan nasabah wajib meninvestasikan dana minimun tertentu. 5. Nasabah tidak boleh menarik dana di luar kesepakatan. 6. Biaya operasional dari nisbah bank. 7. Bank tidak boleh mengurangi hak nasabah 8. Bank tidak menjamin dana nasabah, kecuali diatur berbeda dalam perundangundangan yang berlaku. 15 Berdasarkan kewenangan dari pemilik dana terdapat empat bentuk mudharabah yaitu : 1. Mudharabah Mutlaqah Dalam deposito mudharabah mutlaqah, pemilik dana tidak memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada lembaga keuangan Syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara, maupun objek investasinya. Dengan kata lain lembaga keuangan Syariah mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana keberbagai sector bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan. 2. Mudharabah Muqayyadah Dalam deposito mudharabah muqayyadah, pemilik dana memberikan batasan tertentu kepada lembaga keuangan syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara, maupundengan objek investasinya. Kaifa, 2011), h. 35. 15 Irma Devita Purnamasari, Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer, (Bandung :

38 Dengan kata lain lembaga keuangan Syariah tidak mempunyai hak dan kebebasan penuh dalam menginvestasikan dana ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan. 16 Ada dua jenis mudharabah muqayyadah yaitu: a. Yang dikenal dengan RIA (Unrestricted Invesment Account). Mudharabah jenis ini merupakan di mana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank misalnya, disyaratkan digunakan untuk syarat tertentu atau disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu (mudharabah muqayyadah on balance sheet). 17 b. Yang dikenal dengan mudharabah muqayyadah of balance sheet, mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langusung kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pemilik usaha. 18 3. Mudharabah Musytarakah Bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. 19 16 Adiwarman Karim, Bank Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2011), Cet. Ke-8, h. 352. 17 Akhmad Mujahidin, loc. cit, h. 257. 18 Ibid, h. 258. 332. 19 Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, ( Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia, 2011), h.

39 4. Mudharabah Musyarakah Pendanaan ini diperoleh perusahaan pembiayaan melalui kerja sama dengan pihak lain untuk usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad lain. 20 B. Dasar Hukum Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito) Dasar hukum simpanan mudharabah berjangka (deposito) terdapat dalam Al-qur an dan Sunnah Nabi diantaranya sebagai berikut: 1. Terdapat dalam Al-Quran : a. Firman Allah dalam surat An-Nisa : 29 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu b. Firman Allah dalam surat Al-baqarah : 283 20 Abdul Ghofur Anshori, op. cit., h. 112.

40.... Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya c. Firman Allah dalam surat Al-baqarah : 192 Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia dari Tuhanmu d. Terdapat dalam Hadist Nabi : 1. HR. Thabrani dari Ibnu Abbas ك ا ن س ی د نا ا ل ع ب ا س ب ن ع ب د ال م طل ب إ ذ ا د ف ع ال م ا ل م ض ا ر ب ة ا ش ت ر ط ع ل ى ص ا ح ب ھ أ ن لا ی س ل ك ب ھ ب ح ر ا, و لا ی ن ز ل ب ھ و ا د ی ا, و لا ی ش ت ر ي ب ھ د ا ب ة ذ ا ت ك ب د ر ط ب ة, e. Ijma ف ا ن ف ع ل ذ ل ك ض م ن, ف ب ل غ ش ر ط ة ر س و ل الله صل ى الله ع ل ی ھ و ا ل ھ و س ل م ف ا ج ا ز ه. Abbas bin Abdul Muthalib, jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharibnya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan dilanggar, ia (Mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar rasulullah, beliau membenarkannya. (H.R. Thabrani dari Ibnu Abbas). 21 Diriwayatkan sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorangpun mengingkari 21 Ali Ahmad al-jarjawi, loc. cit.

41 mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma (Wahban Zulhaila, al-fiqh al- Islam wa Adillatuhu, 1989, 4/838). f. Qiyas Transaksi mudharabah ini diqiyaskan kepada transaksi musaqah. 22 C. Rukun dan Syarat Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito) Dalam Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito) terdapat beberapa rukun dan syarat-syarat yang harus dipenuhi diantaranya adalah: 23 1. Rukun Deposito sebagai berikut: 1. Adanya shahibul mal 2. Adanya mudharib 3. Adanya sebuah usaha (amal) 4. Adanya harta (maal) 5. Adanya hasil 6. Terjadinya akad 2. Syarat Deposito sebagai berikut: 1. Modal harus dalam bentuk uang tunai 22 Perpustakaan Nasional, op. cit., h. 139. 23 Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), Cet. Ke-1, h. 229.

42 Dalam hal modal harus jelas jumlah dan jenisnya dan diketahui oleh kedua belah pihak pada waktu dibuatnya akad, harus berupa uang (bukan barang). 2. Ijab qabul Dalam pernyataan kehendak berupa ijab dan qabul antara kedua pihak memiliki syarat-syarat seperti, harus jelas menunjukkan maksud untuk melakukan kegiatan, harus bertemu antara kedua belah pihak artinya penawaran pihak pertama sampai dan diketahui oleh pihak kedua. Ijab yang diucapkan oleh pihak pertama harus diterima dan disetujui oleh pihak kedua sebagai ungkapan kesediaan bekerja sama. Harus sesuai maksud pihak pertama yang cocok dengan keinginan pihak kedua. 3. Penentuan nisbah Nisbah penentuan bagi hasil ditentukan dalam bentuk persentase sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. 24 Nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. 25 4. Dapat dibedakan dengan jelas antara modal dan hasil. D. Karakteristik Deposito Mudharabah Deposito mudharabah ini merupakan investasi nasabah kepada lembaga keuangan syariah, sehingga dalam akuntansinya, kedudukan deposito tidak dicatat sebagai utang bank, tetapi dicatat sebagai investasi. 24 Veithzal Riva I, Islamic Financial Management, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), Cet. Ke-1, h. 127. 25 Sri Nurhayati-Wasilah, op.cit., h. 117.

43 Secara lebih luas terdapat beberapa karakter-karakter deposito mudharabah diantaranya adalah: 1. Keuntungan dari dana yang didepositokan, harus dibagi antara shahibul maal (nasabah) dan mudharib (lembaga keuangan) berdasarkan nisbah bagi hasil yang disepakati. Yang menjadi acuan dalam deposito syariah ini adalah nisbah, bukan bunga. 2. Keuntungan (bagi hasil) yang diterima deposan akan meningkat sesuai dengan peningkatan keuntungan lembaga keuangan islam. Sistem perhitungan bagi hasil di lembaga keuangan syariah ada dua jenis: a. Profit/loss sharing Dalam sistem ini, besar kecil pendapatan bagi hasil yang diterima nasabah tergantung keuntungan lembaga keuangan syariah. Dalam sistem ini bagi hasil diberikan kepada nasabah setelah dipotong biaya operasional bank. b. Revenue sharing Penentuan bagi hasil tergantung pendapatan kotor lembaga keuangan. Lembaga keuangan syariah pada umumnya menerapkan sistem revenue sharing karena lembaga keuangan syariah lebih berpihak kepada kemaslahatan/kepentingan nasabah dan juga untuk menghilangkan kecurigaan nasabah atas penggunaan biaya operasional lembaga keuangan syariah. jadi, pola ini dapat memperkecil kerugian bagi nasabah. Hanya saja, jika bagi hasil didasarkan pada profit sharing, persentase bagi hasil untuk nasabah jauh lebih tinggi sedangkan nisbah untuk revenue sharing lebih rendah dibanding profit sharing.

44 a. Adanya tenggang waktu antara dana yang diinvestasikan dan pembagian keuntungan. Oleh karena itu deposan memiliki jangka waktu tertentu, maka uang nasabah yang telah diinvestasikan di lembaga keuangan syariah tidak boleh ditarik setiap saat sebagaimana pada tabungan biasa. b. Nisbah bagi hasil deposito biasanya lebih tinggi dari pada nisbah bagi hasil tabungan biasa. Hal ini disebabkan karena masa investasi deposito jauh lebih panjang dibanding tabungan biasa, sehingga peluang return investasinya lebih besar. c. Ketentuan teknis pembukaan deposito mengikuti ketentuan tekni bank, seperti syarat-syarat pembukaan dan penutupan rekening. 26 E. Investasi Dalam Bentuk Deposito Investasi adalah dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada lembaga keuangan syariah berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 27 Investasi yang aman secara duniawi belum tentu aman dari sisi akhiratnya. Artinya, investasi yang sangat menguntungkan sekalipun, dan tidak melanggar hukum positif yang berlaku, belum tentu aman kalau dilihat dari sisi syariah Islam. Untuk itu investasi yang dilakukan pada instrument keuangan harus sesuai dengan syariat Islam salah satunya seperti deposito. 28 26 Ahmad Ifham, op. cit., h. 387. 27 Andri Soemitra, op., cit, h. 74. 28 Adiwarman Aswar Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet, ke-1, h. 140.

45 Deposito adalah kumpulan dana dari nasabah atau investor yang dikelola oleh bank untuk dialokasikan sebagai pembiayaan kegiatan produktif masyarakat. Deposito syariah adalah deposito yang menggunakan prinsip-prinsip syariah dalam pengumpulan, pengelolaan, dan pembagian hasilnya. Dana yang didapat diinvestasikan oleh bank dalam bentuk pembiayaanpembiayaan yang sesuai syariah. Keuntungan yang dihasilkan kemudian dibagi berdasarkan nisbah yang telah ditetapkan sebelumnya. Semakin besar keuntungan dari pembiayaan yang disalurkan oleh pihak bank akan semakin besar pula keuntungan bagi hasil yang diterima nasabah, demikin pula sebaliknya. Tentu saja pola ini jauh lebih fair (adil) bagi kedua belah pihak. 29 Di bawah ini adapun skema tentang pengelolaan dana simpanan mudharabah berjangka (deposito) yaitu: Gambar III: I : Skema Pengelolaan Dana Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito) Nasabah Lembaga Keuangan Syariah Pembiayaan Bagi Hasil 29 Wiku Suryomurti, op. cit.

46 Keterangan: 1. Adanya kesepakatan antara nasabah dengan lembaga keuangan untuk melakukan akad deposito. 2. Nasabah dan lembaga keuangan mendapatkan bagi hasil.