BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dikembangkan untuk mengetahui interaksi antar stakeholder dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

I. PENDAHULUAN. oleh kualitas SDM yang akan memanfaatkan fasilitas tersebut. (Indriati, A. 2015)

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN INTERNATIONAL FURNITURE & CRAFT FAIR INDONESIA (IFFINA

BAB V KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DAN ARAHAN PENINGKATANNYA DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dalam berbagai pameran berskala internasional diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu wahana. angka pengangguran, UMKM juga memegang peranan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

STRATEGI PEMBERDAYAAN UMKM DI WILAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN ASPARTAN (ASOSIASI PASAR TANI) DALAM MENDORONG BERKEMBANGNYA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan transportasi. Globalisasi berarti menyatukan pasar domestik

USAID LESTARI DAMPAK PELARANGAN EKSPOR ROTAN SEMI-JADI TERHADAP RISIKO ALIH FUNGSI LAHAN, LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

SKRIPSI PERAN PEMERINTAH. Disusun Oleh : ANDRIYAN SOSIAL DAN SURABAYA 2011

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

PENDAHULUAN (Renstra Kementrian Koperasi dan UMKM ) diketahui jumlah

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BAB IV ANALISA SISTEM

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

PENGERTIAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, salah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sagu Sebagai Solusi Swasembada Pangan Nasional Oleh :

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Industri properti di Indonesia walaupun mengalami guncangan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Business plan..., Bogi Sukmono, FE UI, 2008

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PENGUSAHA INDUSTRI KECIL MEBEL DI KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

Bab I. Pendahuluan. kategori tersebut dapat digolongkan menjadi pekerja informal. Berdasarkan data BPS

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. analisis data tentang pemberdayaan industri kecil gitar di desa Mancasan

PERAN KELEMBAGAAN PENGRAJIN KECIL DALAM MENINGKATKAN DISTRIBUSI NILAI TAMBAH INDUSTRI MEBEL. Oleh : MARGONO KETUA APKJ. Team penyusun : Legiman Arya

1. Yulianty Widjaja (Direktur DAVINCI); dan 2. Para Hadirin Sekalian Yang Berbahagia.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan. Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi dan politik, yang imbasnya

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

Studi Dampak dari Proyek Rantai Nilai Mebel di Jepara. Ramadhani Achdiawan, Herry Purnomo and Bayu Shantiko

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pasar bebas di dunia. Khusus di kawasan ASEAN pada tahun 2015

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

I. PENDAHULUAN. pengembangan ekonomi masyarakat. Usaha mikro selama ini terbukti dapat

APIK BULELENG. Buleleng. Bangli. Gianyar

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM)

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **)

BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia sejak terjadinya krisis moneter mengalami

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil dan menengah, termasuk industri furniture merupakan hal

KAWASAN INDUSTRI DI KOTA BANDA ACEH

Oleh : H. BAMBANG RIYANTO, SH., MH., M.Si Bupati Sukoharjo

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MAKALAH PERAN SERTA PEREMPUAN DALAM UMKM

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemakmuran rakyat. Di Indonesia, berbagai macam investasi yang

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini dikembangkan untuk mengetahui interaksi antar stakeholder dalam pengembangan UMKM mebel kayu di Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri. Industri mebel kayu yang ada di KecamatanWonogiri didominasi oleh Usaha Menengah, Kecil, Mikro (UMKM). Potensi sektor industri kerajinan mebel kayu termasuk dalam komoditi unggulan hingga pemasarannya mampu menembus pasar dunia. Namun, dalam perkembangannya penjualan ekspor mebel kayu justru semakin menurun. Masalah ini menarik untuk dikaji lebih dalam dikarenakan peranan sektor industri mebel kayu di kecamatan Wonogiri sebagian besar dijalankan oleh pelaku UMKM. Disisi lain, pemerintah telah menyelenggarakan program perencanaan bagi pengembangan industri kecil, namun ternyata belum menunjukkan perubahan berarti. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana interaksi antara pemerintah dengan pihak swasta, komunitas dan masyarakat dalam upaya pengembangan UMKM mebel kayu di Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri. Kecamatan Wonogiri merupakan salah satu diantara 25 wilayah kecamatanyang ada di Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Secara administratif, Kecamatan Wonogiri berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar arah utara, arah timur: Kecamatan Ngadirojo, arah barat: Kecamatan Selogiri dan di arah selatan berbatasan dengan Kecamatan Wuryantoro. Kecamatan Wonogiri sendiri terdiri atas 6 Kelurahan dan 9 Desa. Apabila dilihat secara umum, Kabupaten Wonogiri memiliki beberapa komoditi unggulan. Demikian halnya dengan wilayah Kecamatan Wonogiri. Dari sektor pertanian, 1

komoditi unggulan Kecamatan Wonogiri adalah ketela pohon yang kemudian diekspor menjadi tepung gaplek. Sedangkan di sektor industri, mebel kayu adalah salah satunya. Pada tahun 2007, pasar furnitur kayu sangat diminati hingga pada pasar internasional. Hal ini dapat dilihat pada perkembangan penjualan komoditi ekspor sebagai berikut: Tabel 1.1 Tabel Penjualan Barang Ekspor Kab.Wonogiri Tahun 2007 No Komoditi Volume Nilai (000 Rp) Negara Tujuan 1 Jamu 4.711.882 bks 3.789.159 Singapura, Brunai 2 Gaplek 12.079 ton 12.048.252 China 3 Rotan 36.250 pcs 7.549.000 Taiwan, Korea 4 Mebel 15.150 pcs 10.025.349 Denmark, Jerman 5 Janggelan 392 pcs 2.956.000 Taiwan, Korea Sumber : Data Badan Pusat Statistik Kab. Wonogiri -Wonogiri dalam Angka tahun 2007-2008 Dapat dilihat berdasarkan tabel penjualan barang ekspor diatas, mebel kayu berada pada posisi nilai jual tertinggi kedua di sektor industri, yakni Rp. 10.025.349.000. Kontribusi sektor industri terutama berasal dari mebel kayu penting bagi kabupaten Wonogiri.Hal ini dikarenakan dominasi pelaku usaha mebel kayu merupakan UMKM dengan daya serap tenaga kerja tinggi mayoritas berada di wilayah Kecamatan Wonogiri.Di Kecamatan Wonogiri tercatat terdapat 15 unit usaha menengah mebelair yang tersebar di 2 Kelurahan yakni 5 unit usaha di kelurahan Wonokarto, 10 unit usaha di Kelurahan Purwosari. Namun demikian, pada tahun- tahun berikutnya produksi dan penjualan ekspor mebel kayu justru mengalami penurunan. Terlihat dalam data berikut: 2

Tabel 1.2 Tabel Penjualan Barang Ekspor Mebelair Kec.Wonogiri No Tahun Volume Nilai Jual (000 Rp) 1 2007 15.150 pcs 10.025.349.033 2 2008 7.868 pcs 6.688.474.695 3 2009 3.123 pcs 2.318.058.236 4 2010 3.378 pcs 2.942.855.522 5 2011 446 pcs 390.600.000 Sumber: Data Dinas Perindagkop Kab. Wonogiri tahun 2012. Apabila melihat dari data diatas, permintaan ekspor mebel dari tahun 2007 hingga 2011 mengalami penurunan drastis. Hal ini semestinya perlu mendapat perhatian khusus.. Berdasarkan data survey lapangan, peneliti menemukan fakta empiris bahwa mayoritas pelaku UMKM industri mebel kayu di Kecamatan Wonogiri kesulitan dengan permintaan kuota ekspor yang besar. Kesulitan tersebut dikarenakan faktor akses pada sumber bahan baku dan minimnya kualitas ketrampilan tenaga kerja. Sementara, berdasarkan data penelitian sebelumnya menyatakan bahwa persoalan yang kerap dijumpai pada UMKM adalah persoalan manajemen yakni berkaitan dengan minimnya SDM, termasuk tingkat pendidikan bepengaruh pada penguasaan teknologi. 1 Begitu pula persoalan produksi, seringkali menjadi penghambat dikarenakan akses bahan baku yang terlalu jauh, kendala modal, proses hingga pada output. Selain itu, permasalahan iklim usaha yakni berkaitan dengan peran pemerintah, regulasi serta kebijakan lain yang terkadang tidak mendukung pelaku UMKM. Beberapa hasil penelitian lain yang berbeda dengan penelitian ini diperoleh penulis antara lain penelitian yang berjudul Peran Dinas Koperasi UMKM dalam Mengakomodasi Semangat Kewirausahaan Industri Batik Tulis Di Kabupaten 1 Lihat dalam Tejo, Nurseto. 2004. Strategi Menumbuhkan Wirausaha Kecil Menengah yang Tangguh. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. Vol 1, No 1. Hlm:100. 3

Cirebon. 2 Pokok pikiran dalam penelitian tersebut adalah meninjau faktor internal dan eksternal semangat kewirausahaan pengrajin batik. Gambaran umum penelitian tersebut adalah berupaya untuk menguraikan rencana program yang dilakukan pemerintah melalui Dinas Koperasi dan UMKM untuk mengembangkan semangat wirausaha pelaku usaha. Program yang dilakukan pihak pemerintah Kab. Cirebon berdasarkan pada rencana kerja dinas secara kontinu, antara lain: pengembangan SDM melalui penyelenggaraan diklat wirausaha, bantuan modal dengan memberikan pinjaman lunak, peningkatan kualitas produk UMKM dalam bentuk studi banding wirausaha ke berbagai daerah lain dan penyelenggaraan pameran bagi perluasan pemasaran. Akhirnya penelitian yang dilakukan pun hanya sebatas menguraikan pada peranan pemerintah saja dalam meningkatkan motivasi pelaku UMKM. Sedangkan penelitian lain yang berkaitan dengan industri dan UMKM dapat dilihat pada penelitian yang berjudul Dinamika Industri Kreatif (Subsektor Kerajinan) di Propinsi DIY. 3 Penelitian ini masih membahas mengenai peran pemerintah dalam upayanya memperkuat UMKM khususnya dalam kondisi perubahan pasca gempa di DIY melalui pemberian alat, penyaluran kredit, fasilitasi produk dan mengajak pelaku usaha untuk melakukan studi banding. Perbedaan pada kedua penelitian ini terletak pada bahasan penguatan UMKM yang dilihat dari sisi yang berbeda. Pada penelitian pertama membahas mengenai bagaimana upaya pemerintah untuk meningkatkan motivasi pada pelaku usaha agar mereka dapat terus eksis dan berkembang. Sedangkan pada penelitian yang kedua adalah membahas mengenai upaya pemerintah untuk menjaga eksistensi UMKM dalam kondisi perubahan yakni pada pasca gempa bumi di DIY. 2 Amira Wulandari. 2010.Peran Dinas Koperasi dan UMKM dalam Mengakomodasi Semangat Kewirausahaan Perajin Batik di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon. Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada. 3 Natalia Riza Putri Ayodiya. 2010. Dinamika Industri Kreatif (Subesektor Kerajinan Di Propinsi DIY). Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada. 4

Demikian halnya dalam studi Kumorotomo 4 yang menegaskan bahwa pemerintah memegang peran penting dalam pengembangan UMKM meliputi berbagai aspek, yakni: terkait inovasi pengembangan produk, serta informasi sebagai penentu keberlanjutan usaha. Poin penting bagi pengembangan UMKM adalah adanya koordinasi antara pihak pemerintah, swasta, pelaku usaha serta stakeholder lain yang memiliki kepentingan. Bentuk koordinasi tersebut dapat berupa hubungan interaksi antara pemerintah dengan bank komersial swasta misalnya dalam hal kerjasama pendanaan, kredit usaha murah bagi pelaku UMKM, atau berbagai program bagi peningkatan kewirausahaan yang dapat dijalin dengan lembaga-lembaga pendidikan. Pentingnya faktor interaksi dalam pengembangan UMKM dicontohkan dalam best practicekeberhasilan hubungan kerjasamapemerintah kota Yogyakarta dengan pihak swasta/lsm yaitu LSM Apikri yang turut membantu UMKM khususnya yang bergerak pada sektor kerajinan rakyat yang berada di wilayah Yogyakarta dalam hal pemasaran produk. 5 LSM Apikri merupakan cerminan gerakan sosial masyarakat yang peduli terhadap persoalan UMKM (Sektor kerajinan) di Yogyakarta untuk membangun jaringan pemasaran bagi produk UMKM. Strategi perluasan jaringan pemasaran dilakukan oleh LSM Apikri adalah dengan mendekatkan produk dengan buyers. Dalam hal ini LSM Apikri telah menjalin hubungan untuk meluaskan pemasaran produk UMKM dengan NGO lain, pemerintah maupun dunia usaha membangun kerjasama dengan organisasi perniagaan berkeadilan (Fairtrade organization).hingga saat ini kerjasama Pemerintah Kota Yogyakarta dengan LSM Apikri adalah memfasilitasi kegiatan pemasaran produk 4 Lihat dalam Wahyudi Kumorotomo. 2008. Perubahan Paradigma Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Koperasi dan UMKM. MakalahBackground Study RPJMN Tahun 2010-2014 Bidang Pemberdayaan Koperasi dan UMKM, Bappenas. 5 Lihat dalamdenesya Pravitaningrum, Bella Ayu Pertiwi, Inatha Rezitha. 2012.Tugas Kuliah Small Medium Enterprise. 20 April 2012. 5

pelaku UMKM dalam kegiatan- kegiatan pameran maupun pengadaan pelatihan bagi pelaku usaha UMKM yang diselenggarakan secara rutin. Demikian halnya dengan hubungankerjasama pemerintah RI dengan USAID (United States Agency International Development) 6 merupakan Lembaga milik Pemerintah Amerika Serikat yang bergerak di bidang pembangunan internasional. Interaksi pemerintah RI dengan USAID yang berbentuk kerjasama itu terlaksana pada program bagi peningkatan daya saing Indonesia yang mencakup peningkatan daya saing enam industri. Industri Furniture menjadi salah satu target sasaran dalam proyek ini yang terangkum dalam proyek SENADA dengan jangka waktu empat tahun yakni pada tahun 2006-2009. Dalam kaitannya bagi peningkatan daya saing industri mebel, pemerintah dalam proyek Senada bekerjasama dengan ASMINDO (Asosiasi Mebel Indonesia) untuk mengadakan berbagai program seminar dan pelatihan bagi pelaku usaha maupun membuka peluang informasi produksi dan fasilitasi bagi pemasaran produk internasional bagi pelaku usaha mebel yang tersebar di pulau Jawa dan Propinsi DIY. Oleh karena itu,merujuk pada Keban yang menguraikan prinsip governance sebagai suatu sistem nilai, kebijakan, dan kelembagaan dimana urusan urusan ekonomi, sosial, dan politik dikelola melalui interaksi antara masyarakat, pemerintah, dan swasta. 7 Maka dibutuhkan keterbukaan pemerintah membuka peluang bagi swasta dan masyarakat untuk saling terbuka dalam berinteraksi sesuai dengan kemampuan masing-masing dalam aktivitas pembangunan. Dengan demikian, untuk mengatasi persoalan tersebut penting adanya interaksi hubungan antar stakeholder dalam upaya pengembangan UMKM mebel kayu khususnya di Kecamatan Wonogiri. Hal ini dikarenakan tanggung jawab bukan 6 Lihat dalamsenadasuccess STORIES.United States Agency International Development (USAID). Success Stories 01 to 23 (Aug 2006-Jan 2009). 7 Lihat dalam Yeremias T. Keban. 2008. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik. Yogyakarta: Gava Media. Hlm: 38. 6

hanya terletak pada satu pihak saja namun juga pada pihak lain yang memiliki porsi sama besarnya dengan stakeholder lain dalam pengembangan UMKM mebel kayu secara keseluruhan. Lebih lanjut, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persoalan penurunan produktivitas mebel kayu di Wonogiri yang dijalankan mayoritas UMKM kemungkinan disebabkan oleh berbagai kendala baik faktor internal maupun eksternal. Oleh sebab itu, maka disinilah peran pemerintah dengan stakeholder lain sangat dibutuhkan. Hal ini karena pemerintah memiliki fungsi sebagai fasilitator, yang berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan usaha bagi pengusaha mebel kayu. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya hubungan sinergis antara pemerintah dengan pengusaha maupun stakeholder lain untuk mengembangkan UMKM mebel kayu yang ada di wilayah Kec. Wonogiri khususnya. Sehingga berdasarkan ringkasan permasalahan tersebut diangkat sebuah rumusan pertanyaan Bagaimana interaksi antar stakeholder dalam pengembangan UMKM mebel kayu di Kabupaten Wonogiri? 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka dapat ditarik rumusan masalah yaitu: Bagaimana interaksi yang terjalin antar stakeholder dalam pengembangan UMKM mebel kayu dikecamatan Wonogiri?. 1.3 Tujuan Penelitian 1) Mengetahui bagaimana interaksi antar stakeholderdalam pengembangan UMKMmebelkayu di Kec. Wonogiri, Kab. Wonogiri. 7

2) Mengidentifikasi peran stakeholder dalam pengembangan UMKM mebel kayu di Kec. Wonogiri, Kab. Wonogiri. 1.4 Manfaat Penelitian 1) Memberikan referensi kepada stakeholder mengenai upaya pengembangan UMKM mebel kayu yang berguna sebagai bahan pertimbangan maupun evaluasi dalam merumuskan program perencanaan pengembangan UMKM mebelkayu yang relevan. 2) Memberikan informasi serta pemetaan peran masing- masing stakeholder dalam upaya pengembangan UMKM mebel kayu di Kabupaten Wonogiri. 8