Jurnal Pangan dan Gizi Vol 03 No. 05 Tahun 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE. Waktu dan Tempat

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH CAMPURAN TEPUNG TERIGU DENGAN BEBERAPA JENIS TEPUNG DAN JUMLAH DAGING BELUT TERHADAP MUTU NAGET BELUT

Key words: chicken nuggets, broiler chicken livers, the fat content, elasticity, flavour

PENGEMBANGAN PENGOLAHAN SEREAL UNTUK PRODUK DODOL DAN BAKSO SEHAT. H. Jalil Genisa

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

METODOLOGI PENELITIAN

TEKNOLOGI PENGOLAHAN NUGGET

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbandingan Tepung Tapioka : Tepung Terigu :

PENGOLAHAN DAGING NUGGET. Materi 6b TATAP MUKA KE-6 Semester Genap

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

KUALITAS FISIKOKIMIA NAGET AYAM YANG MENGGUNAKAN FILER TEPUNG SUWEG (Amorphophallus campanulatus B1). Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA PADA PEMBUATAN MAKANAN TRADISIONAL EMPEK-EMPEK PALEMBANG BERBAHAN BAKU DAGING, KULIT DAN TULANG IKAN GABUS

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

Jajang Gumilar, Obin Rachmawan, dan Winda Nurdyanti Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET GURAMI DENGAN MENGGUNAKAN PATI GARUT, MAIZENA, DAN TAPIOKA SEBAGAI FILLER PROPOSAL SKRIPSI

METODE. Materi. Rancangan

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

BAB III METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu Penelitian. Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/kap/thn.

SIFAT ORGANOLEPTIK NUGGET DAGING BROILER MENGGUNAKAN TEPUNG TEMPE. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour)

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

1 kg beras dicuci 3 kali dimasak dengan 2 liter air selama 25 menit

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN :

I. PENDAHULUAN. dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negaranegara

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN PENGIKAT TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK OTAK-OTAK IKAN SAPU-SAPU (Liposarcus pardalis)

KAJIAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FILLER TERHADAP SOSIS DAGING BABI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

ANALISIS SIFAT FISIKO KIMIA NUGGET RAJUNGAN (PORTUNUSPELAGICUS) DENGAN BERBAGAI JENIS TEPUNG SEBAGAI BAHAN PENGISI

PENGARUH SUBSTITUSI OAT BRAN PADA SOSIS TEMPE TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN SENSORIS

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal

Anas Ubadillah dan Wikanastri Hersoelistyorini

PEMBUATAN SPONGE CAKE BEBAS GLUTEN DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

Kadar Lemak, Protein Dan Sifat Sensoris Kornet dengan Substitusi Jantung Pisang

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP KARAKTERISTIK DAN DAYA TERIMA CHICKEN NUGGET SKRIPSI. Oleh MARGI KUSUMANINGRUM

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

PENGARUH PROPORSI BANDENG (Chanos chanos)-menjes TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET BANDENG PROPOSAL SKRIPSI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

METODE. Bahan dan Alat

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal.

TINJAUAN PUSTAKA. empat di dunia. Ubi jalar merupakan salah satu sumber karbohidrat dan memiliki

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING PEMPEK

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG TAPIOKA DENGAN BEBERAPA JENIS TEPUNG TERHADAP MUTU MAKANAN MPEK-MPEK PALEMBANG

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

KARAKTERISASI DAGING SINTETIS DARI PERLAKUAN KONSENTRAT KEDELAI, TEPUNG TERIGU DAN METODE PEMASAKAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

SIFAT FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET KEONG SAWAH DENGAN BAHAN PENGISI PATI TEMU IRENG Physical, Chemical and Organoleptic Properties of Nugget Snails Fields with Filler of Curcuma aeruginosa roxb Starch Tri Listiana 1 dan Joko Teguh Isworo 2 1 Program Studi Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Semarang 2 Program Studi Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang Korespondensi, email : jurnalpkpg@gmail.com Abstract Snails fields is a type of freshwater snails and easy to find in the rice fields, ditches, and lakes. This animal is widely consumed in various regions of Southeast Asia and has good nutritional value because they contain high protein. Starch is made of extraction of Curcuma aeruginosa roxb, starch component retrieval is 49.56% so it has the potential to be extracted and used as a starch source material. The purpose of this research is to know elasticity, protein content, moisture content, fat content and flavor nuggets snail fields based on the addition of starch as filler Curcuma aeruginosa roxb retrieval. Variations addition of starch is carried out snails field (K): starch of Curcuma aruginosa roxb (P) (K100: P0, K80: P20, K75: P25, K70: P30, K65: P35, K60: P40, K55: P45). The research design used was Completely Randomized Design (CRD). Results indicated the highest elasticity in starch concentration of 45% is 14.94 N / mm, protein content in starch concentrations of 0% (48.4%), fat content at a concentration of 45% (30.03%), water content at 0 % (15.30%). Results favorite flavor nuggets snail with substitution K55: P45 with a value of 2.86 and substitution of products with K100: P0 has the smallest value that is equal to 2.43. Keywords: snails field nuggets, starch of Curcuma aeruginosa roxb, quality PENDAHULUAN Keong sawah (Pila ampullacea) adalah sejenis siput air tawar dan mudah dijumpai di sawah, parit atau danau. Kandungan gizi keong sawah antara lain protein 51,8%, lemak 13,61%, serat 6,09%, kadar abu 24% (Tarigan, 2008). Pembuatan nugget memerlukan bahan-bahan tambahan yang berperan sebagai bahan pengisi dan bahan pengikat disamping bumbu dan rempah-rempah. Pati temu ireng terbuat dari ekstraksi rimpang temu ireng (Curcuma aeruginosa roxb). Karakteristik fisik pati temu ireng yaitu rendemen 24,28%, granula pati 22µm, absorbsi air 1,81g/g, absorsi minyak 1,92g/g, dan derajat putih 77,02% (Purnama, 2004). Memperhatikan potensi pati temu ireng maka pati temu ireng dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan atau bahan campuran pangan. Apabila pati temu ireng digunakan sebagai bahan campuran pangan maka dapat meningkatkan nilai ekonomi pati temu ireng. Nugget cukup disukai masyarakat dan menjadi salah satu produk pangan dengan nilai ekonomi tinggi. Produk nugget umumnya ditambahkan bahan pengisi untuk memperbaiki tekstur nugget dan mengurangi volume bahan baku nugget. Dua potensi bahan pangan tersebut belum banyak dimanfaatkan, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang pendayagunaan pati temu ireng sebagai bahan pengisi nugget keong sawah. METODOLOGI Bahan baku utama yang digunakan adalah keong sawah umur 2 bulan, pati temu 21

ireng, garam, gula, bawang putih, bawang bombai, dan merica. Bahan kimia yang digunakan yaitu klorofom, etanol, selenium, H 2 SO 4 pekat, aquades, NaOH 40%, HCl 0,1 N, asam borat, indikator PP dan indikator BTB. Alat yang digunakan adalah Tekstur Analyzer (ball probe), labu Kjedahl, destilator, kompor listrik, Food Processor, soxhlet, desikator, oven dan alat laboratorium lainnya. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap monofaktor (RAL monofaktor), dengan perlakuan sebanyak 7 (tujuh) level perlakuan. Variabel dependen adalah sifat fisik, kimia, dan organoleptik dan variabel independen adalah penambahan pati temu ireng sebagai bahan pengisi. Masing-masing percobaan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 21 unit percobaan. Diagram alir proses pembuatan sawah tersaji pada Gambar 1. produk nugget keong HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kekenyalan Semakin banyak penambahan pati temu ireng kekenyalan nugget keong sawah semakin mengalami peningkatan. Semakin tinggi level penambahan pati temu ireng semakin kenyal tekstur nugget keong sawah. Kekenyalan tertinggi terdapat pada penambahan pati temu ireng 45%, yaitu 14,94 N/mm. Hasil data penelitian dianalisis dengan uji Anova dengan menggunakan α 0.05 pada taraf signifikan diperoleh p-value 0,000 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan level penambahan pati temu ireng berpengaruh terhadap kekenyalan tekstur nugget keong sawah. Hasil uji lanjut LSD menyatakan penambahan pati temu ireng 0% berbeda nyata dengan penambahan pati temu ireng 30%, 35%, 40%, dan 45%. Penambahan pati temu ireng 20% berbeda nyata dengan penambahan pati temu ireng 35%, 40%, dan 45%. Penambahan pati temu ireng 25% berbeda nyata dengan penambahan pati temu ireng 40% dan 45%. Penambahan pati temu ireng 30% berbeda nyata dengan penambahan pati temu ireng 0% dan 45%. Pati temu ireng mempunyai kadar amilosa 24,45%, granula pati 22µm dan amilopektin 75,54%. Amilosa dan amilopektin berperan dalam menentukan kekenyalan nugget keong sawah. Pemanasan dan penambahan air akan menyebabkan amilosa berdifusi keluar granula, sehingga granula tersebut hanya mengandung sebagian amilopektin dan akan pecah membentuk suatu matrik dengan amilosa yang disebut gel. Fraksi amilosa berperan penting dalam stabilitas gel, karena sifat hidrasi amilosa dalam pati yang dapat mengikat molekul air dan kemudian membentuk massa yang elastis/kenyal. Hal ini yang mempengaruhi kekenyalan nugget keong sawah dengan yang semakin tinggi maka kekenyalan nugget keong sawah akan meningkat. 2. Kadar Protein Kadar protein nugget keong sawah menurun pada tiap level penambahan pati temu ireng. Kadar protein tertinggi adalah 48,4% pada level penambahan 0% sedangkan kadar protein terendah 37.6% pada level penambahan pati 45%. Hasil uji statistik dengan taraf signifikan 0,05 dan diperoleh p-value 0,345 > 0,05. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak berpengaruh nyata terhadap kadar protein nugget keong sawah. Terjadinya penurunan kadar protein pada nugget keong sawah dimungkinkan dari proses pengolahan yaitu pada proses penggorengan. Pengolahan dengan suhu tinggi dapat menurunkan nilai gizi yang terkandung dalam suatu bahan pangan karena dalam pengolahan yang melibatkan pemanasan 22

yang tinggi karbohidrat dan protein akan mengalami karamelisasi (pencoklatan non enzimatis). Reaksi Maillard merupakan pencoklatan (browning) makanan pada pemanasan atau pada penyimpanan, biasanya diakibatkan oleh reaksi kimia antara gula reduksi, terutama D-glukosa, dengan asam amino bebas atau gugus amino bebas dari suatu asam amino yang merupakan bagian dari suatu rantai protein. Kecepatan reaksi Maillard dapat di pengaruhi oleh suhu dan lama pemanasan. 3. Kadar Air Rata-rata kadar air nugget keong sawah dengan perbedaan level penambahan pati temu ireng menunjukkan bahwa semakin tinggi persentase penambahan pati temu ireng maka kadar air nugget keong sawah akan semakin menurun. Rata rata kadar air tertinggi 15,30% pada level penambahan pati temu ireng 0% dan rata rata terendah 5,10% pada level penambahan pati temu ireng 45%. Hasil uji Anova menggunakan α 0,05 pada taraf signifikan diperoleh p- value 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa berpengaruh nyata terhadap kadar air nugget keong sawah. Uji lanjut LSD menyatakan bahwa level penambahan pati temu ireng 0% berbeda nyata dengan penambahan pati temu ireng 20%, 25%, 30%, 35%, 40%, dan 45%. Faktor utama kadar air produk adalah kadar air bahan baku utama, air yang ditambahkan selama pemasakan dan pembebasan air selama pemasakan. Kemampuan molekul molekul pati temu ireng dalam menyerap air berkurang diduga disebabkan gugusan hidroksil pada molekul pati telah mengalami kerusakan akibat proses gelatinisasi sebelumnya. Winarno (1997) menyatakan bahwa jumlah gugus hidroksil dalam molekul pati yang sangat besar menyebabkan kemampuan menyerap air sangat besar. Kadar air nugget juga dipengaruhi oleh kadar lemak. Cahaner et al (1986) menyatakan bahwa kenaikan kadar lemak diikuti oleh penurunan kadar air. Faktor lain yang mempengaruhi penurunan kadar air adalah nugget mengalami proses penggorengan. Menurut Jamaludin et al (2008) selama proses penggorengan terjadi secara simultan perpindahan panas dan massa. Perpindahan panas terjadi dari minyak panas kepermukaan bahan dan merambat ke dalam sehingga kandungan air bahan keluar dalam bentuk uap air kepermukaan, kemudian bahan menyerap minyak (perpindahan massa). Kondisi ini menyebabkan banyak perubahan dalam bahan, baik secara fisik maupun kimiawi pada bahan yang digoreng. 4. Kadar Lemak Kadar lemak nugget keong sawah dengan perbedaan level penambahan bahan pengisi pati temu ireng dengan menggunakan α 0,05 pada taraf signifikan diperoleh p-value 0,68 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak berpengaruh nyata terhadap kadar lemak nugget keong sawah. Perbedaan level penambahan pati temu ireng 0%, 20%, 25%, 30%, 35%, 40% dan 45% tidak berpengaruh nyata terhadap komposisi lemak nugget, artinya dalam pengambilan keputusan penilaian nugget keong sawah menggunakan pertimbangan selain kadar lemak. Namun, penilaian secara deskriptif kadar lemak tertinggi 30,03% pada level penambahan pati temu ireng 45%, sedangkan rata rata kadar lemak terendah 21,91% pada level penambahan pati 0%. Kadar lemak nugget keong sawah meningkat dimungkinkan karena pati temu ireng mampu mengikat senyawa yang memiliki gugus polar dan non polar yang terkandung di dalam bahan (Sasikumar,2005) sehingga kadar lemak pada nugget keong sawah 23

meningkat dengan semakin tinggi level penambahan pati temu ireng. Meningkatnya kadar lemak nugget keong sawah juga disebabkan oleh proses penggorengan. Pada proses penggorengan nugget terjadi perpindahan panas dan massa, panas akan menguapkan air dan kemudian bahan akan menyerap minyak atau lemak, sehingga kadar lemak dalam nugget meningkat, dan kadar air nugget menurun. 5. Warna Tingkat kesukaan panelis terhadap warna produk nugget keong sawah dengan bahan pengisi pati temu ireng diperoleh hasil; nilai rata-rata warna tertinggi pada level penambahan pati 45% sebesar 2,95 sedangkan nilai rata-rata terendah pada level penambahan 0% sebesar 1,55. Hasil uji statistik Friedman dengan α 0,05 diperoleh data taraf signifikan p- value 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan level penambahan pati temu ireng berpengaruh terhadap warna nugget keong sawah. Uji lanjut Wilcoxon menyatakan bahwa penilaian warna pada level penambahan pati 0% berbeda nyata dengan penambahan pati 20%, 25%, 30%, 35%, 40%, dan 45%. Penambahan pati 25% berbeda nyata dengan 40% dan 45%. Penambahan pati temu ireng 30% berbeda nyata dengan 45%, penambahan pati 35% berbeda nyata dengan penambahan pati 40% dan 45%. Hal ini dikarenakan dari bahan baku daging keong sawah yang berwarna hitam dan proses pengolahan pada penggorengan yang mengakibatkan terjadinya reaksi Maillard yang menjadikan warna menjadi coklat karena panas. Penggorengan yang terlalu lama akan menjadikan warna nugget keong sawah menjadi kehitaman sehingga berpengaruh terhadap tingkat kesukaan warna nugget keong sawah. 6. Aroma Nilai rata-rata aroma tertinggi pada level penambahan pati 20% sebesar 3,20 sedangkan rata-rata nilai aroma terendah pada level penambahan pati temu ireng 0% sebesar 2,95. Pada level penambahan pati temu ireng 0% aroma amis nugget keong sawah masih agak amis sehingga panelis kurang menyukai aroma nugget. Hasil uji statistik Friedman dengan α 0,05 diperoleh data taraf signifikan p- value 0,560 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan level penambahan pati temu ireng tidak berpengaruh terhadap aroma nugget keong sawah. Hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa panelis lebih menyukai nugget keong sawah dengan aroma yang agak tidak amis hal ini dikarenakan aroma amis keong sawah berkurang dengan penambahan bumbu dan proses penggorengan. Aroma khas nugget keong sawah adalah amis yang disebabkan oleh trimetilamin pada daging keong sawah. Daging yang banyak mengandung lemak dan mengandung pro-oksidan dapat merupakan penyebab utama perubahan aroma. Senyawa-senyawa yang berperan dalam aroma pada keong sawah adalah senyawa belerang atsiri, hidrogen sulfida, metil merkaptan, metil sulfidadan gula yaitu ribose, glukosa dan glukosa 6 fosfat (Deman, 1997). 7. Tekstur Tekstur yang baik untuk nugget keong sawah adalah kenyal. Nilai rata-rata tekstur tertinggi pada level penambahan pati temu ireng 25% sebesar 2,90 sedangkan rata-rata nilai tekstur terendah pada level penambahan pati temu ireng 0% sebesar 2,45. Hasil uji statistik Friedman dengan α 0,05 diperoleh data taraf signifikan p-value 0,748 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan level penambahan pati temu ireng tidak berpengaruh terhadap tekstur nugget keong sawah. 24

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa panelis lebih menyukai nugget keong sawah dengan tekstur agak kenyal. Hal ini dikarenakan perbandingan level penambahan pati temu ireng lebih sedikit dari daging keong sawah sehingga tekstur nugget agak kenyal. 8. Rasa Rasa yang baik untuk nugget keong sawah adalah gurih. Penambahan bumbubumbu saat pembuatan adonan nugget keong sawah menjadikan rasa nugget keong sawah enak dan gurih. Nilai rata-rata rasa tertinggi pada level penambahan pati temu ireng 30% sebesar 3,35 sedangkan rata-rata rasa terendah pada level penambahan 0% dan 45% sebesar 2,80. Hasil uji statistik Friedman dengan menggunakan α 0,05 diperoleh data taraf signifikan 0,528 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan level penambahan pati temu ireng tidak berpengaruh terhadap rasa nugget keong sawah. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa panelis lebih menyukai nugget keong sawah dengan rasa gurih. Hal ini dimungkinkan pada level penambahan pati temu ireng 30% didapatkan tekstur agak kenyal, perpaduan antara tingkat kekenyalan dan rasa inilah lebih disukai panelis sehingga pada level penambahan pati temu ireng 30% panelis memberikan nilai yang paling disukai pada nugget keong sawah. Pada level penambahan pati temu ireng 35%, 40%, dan 45% penilaian rasa agak disukai panelis hal ini juga terjadi pada tekstur nugget keong sawah pada level penambahan pati temu ireng 35%, 40% dan 45% kemungkinan panelis memberikan penilaian rasa nugget keong dengan pertimbangan tekstur nugget keong sawah. 9. Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Organoleptik Nugget Keong Untuk hasil organoleptik kesukaan panelis terhadap warna, tekstur, aroma, dan rasa pada nugget keong sawah berdasarkan 0%, 20%, 25%, 30%, 35%, 40%, dan 45% dapat dilihat pada Gambar 6. Persentase yang paling banyak adalah nugget keong sawah dengan perbedaan level penambahan pati temu ireng 25% dan 35% dengan kriteria netral, meskipun pada level penambahan pati temu ireng 20%, 30%, 40% dan 45% juga Agak Tidak Suka. Panelis agak tidak suka terhadap nugget keong sawah karena aroma daging keong sawah yang amis. Aroma khas nugget keong sawah adalah amis yang disebabkan oleh trimetilamin pada daging keong sawah. Daging yang banyak mengandung lemak dan mengandung prooksidan dapat merupakan penyebab utama perubahan aroma. Senyawa-senyawa yang berperan dalam aroma pada keong sawah adalah senyawa belerang atsiri, hidrogen sulfida, metil merkaptan, metil sulfidadan gula yaitu ribose, glukosa dan glukosa 6 fosfat (Deman, 1997). KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa keong sawah dan pati temu ireng dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan nugget. Produk nugget keong sawah terbaik dihasilkan pada konsentrasi pati temu ireng sebesar 45% berdasarkan nilai kekenyalan yaitu 14,94 N/mm dan berdasarkan uji organoleptik tekstur nugget keong sawah yaitu agak kenyal. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa level penambahan pati temu ireng berpengaruh terhadap sifat fisik kekenyalan dan kadar air nugget keong sawah. Kadar protein dan kadar lemak nugget keong sawah tidak dipengaruhi oleh perbedaan level penambahan 25

pati temu ireng. Penambahan pati temu ireng tidak berpengaruh terhadap sifat organoleptik nugget keong sawah kecuali pada warna nugget. Penambahan pati temu ireng optimum adalah 45% yaitu dengan kekenyalan 14, 94 N/mm, kadar protein 24,96%, kadar air 5,10%, kadar lemak 30,03% dan dari nilai rata-rata perlakuan terbaik terhadap citarasa nugget keong sawah. DAFTAR PUSTAKA Cahaner, A; Z. Nitsan dan I.Hir.1986. Weight and fat Content Of Adipose Tissue in Broiler Selected for againt Abdominal Adipose Tissue. Poultry Sci. 65: 215-222 Deman, J.M., 1997. Kimia Makanan II. Penerjemah K. Padmawinata. Bandung : ITB-Press Jamaludin, R.B; Hastuti P; dan Rochmadi.2008. Model Matematik Perpindahan Panas dan Massa Proses Penggorengan Buah pada Keadaan Hampa. Dalam : Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Purnama, T. 2004. Ekstraksi dan Karakterisasi Pati Temu Ireng. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Sasikumar, B. 2005. Genetic Resources of Curcuma : Diversity, Characterization and Utilization. India : Indian Institute of Spices Research, Calicut 673 012, Kerala Tarigan, B.R. 2008. Pemanfaatan Tepung Keong Sawah sebagai Subsitusi Tepung Ikan dalam Ransum Terhadap Performans Kelinci Lepas Sapih. Skripsi. Fakultas Pertanian. Medan : Universitas Sumatera Utara. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama 26

Keong Sawah Perebusan keong sawah (100 C selama 60 menit) Bumbu (garam 3%, merica 5%,b.putih 8%,b.bombai 8%, gula putih5%, penyedap 3%), air es 10%, telur 5% (% dihitung dari adonan nugget) Bahan pengisi pati temu ireng (0%,20%,25%,30%,35%,40%, dan 45%) Tapioka : Air 1: 1 Rata-rata = T.Roti 10gr/potong Pengupasan keong sawah Penggilingan Homogenisasi Pengukusan (45 menit, 65 C) Battering dan breading cangkang Pencetakan nugget (5cmx2cmx1,5cm) Penyimpanan dingin 0-3ºC, 15 menit Penggorengan pada suhu 180 ºC, 3 menit (Deep Fying) Nugget goreng Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Nugget Keong Sawah 27

28