HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat. a. Gambaran Kepuasan Pasien Jamkesmas Pada Pelayanan Keperawatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN INTISARI MUFLIH

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nursalam, Manajemen Keperawatan, Ed 3, Salemba Medika, Jakarta, Hal : 295

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

Oleh : Rahayu Setyowati

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT II YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. RASIDIN KOTA PADANG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan di Instalasi Rawat Inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang

VOLUME II No 1 Januari 2014 Halaman 74-84

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN ASKESKIN, ASKES PNS, UMUM PADA PELAYANAN LOKET PENDAFTARAN RAWAT JALAN DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 10, No. 3, Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan prima dalam bidang kesehatan kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kesembuhan dan pemulihan status kesehatan. Bersama dengan itu klien sekarang

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT CUT MUTIA KABUPATEN ACEH UTARA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa

BAB I PENDAHULUAN. internasional memasuki pasar pelayanan medis di Indonesia. Setiap

Kata kunci : Orientasi Pasien Baru, Kepuasan Pasien.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Wawan Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berkembangnya jumlah rumah sakit di Indonesia menjadikan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah program jaminankesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP WARDAH RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan standar yang telah ditetapkan perusahan dan standar yang telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, pertumbuhan pasar, strategi pesaing dan faktor-faktor lain yang

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 78-83

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari sejarah kehidupan bangsa. Setelah Indonesia merdeka pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang merata merupakan aspek penting yang harus

Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Ruang Rawat Inap Kelas III

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG TUBERKULOSIS (TB) DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN TB PARU DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali pelayanan penunjang medis di bidang farmasi. Pelayanan yang baik

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan mencegah penyakit dengan masyarakat sebagai sasaran utamanya. (1) Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya rumah sakit merupakan tempat pemenuhan kebutuhan dan

PENGARUH PELAYANAN BIDAN DELIMA TERHADAP KEPUASAN KLIEN DI WILAYAH KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2013), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen dalam. merasakan kepuasan terhadap kualitas yang ditawarkan.

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kecenderungan menuntut kualitas pelayanan yang lebih baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa pelayanan kesehatan seperti rumah sakit untuk memberikan informasi, fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menunjang aktifitas sehari-hari. Demi terpenuhinya. kesehatan. Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 mendefinisikan

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PENGGUNA YANKESTIS DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSUD SYECH YUSUF KAB.

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan RI menunjukkan bahwa rumah sakit merupakan pusat pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan elemen utama di rumah

BAB I PENDAHULUAN. Peran utama pemerintah terhadap rakyat adalah memberikan. pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan baru sebagai kebutuhan dasar mutu layanan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan merupakan faktor vital untuk memenangi persaingan. Kepuasan

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT DENGAN TINDAKAN TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ATAS PRIVASI KLIEN TAHUN 2015

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD SUBANG. Ibrahim N. Bolla, S.Kp.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit masa kini menghadapi berbagai tantangan berat, termasuk menghadapi era globalisasi di mana perubahan berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Deklarasi Universal Hak Azasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan harapan sebelum pasien

Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 19-26

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado

BAB I PENDAHULUAN. bidang termasuk bidang Kesehatan yang semakin ketat. Untuk. mempertahankan eksistensinya, setiap organisasi pelayanan Kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA S K R I P S I

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal ANALISIS HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUMAH BERSALIN NISA KOTA PALU

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA BPJS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN.

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, KEPUASAN PASIEN, DAN CITRA RUMAH SAKIT TERHADAP LOYALITAS PASIEN DI POLIKLINIK OBSTETRI & GYNEKOLOGI

HUBUNGAN PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR DENGAN KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI GAWAT DADURAT (IGD) RSUP PROF. DR. R. D.

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kelima Pancasila serta Undang-Undang Dasar Negara Republik. kebutuhan dasar hidup yang layak dan memberikan kepastian

BAB I PENDAHULUAN. pesat dari industri Rumah Sakit dapat dilihat dari tingginya tingkat investasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa mengabaikan mutu pelayanan perorangan (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sangat berkaitan erat dengan pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ejournal Keperawatan (e-kp) Volume 3 Nomor 2,Mei 2015

Transkripsi:

PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat. Ruang lingkup pelayanan kesehatan menyangkut kepentingan masyarakat banyak maka peranan pemerintah dalam pelayanan kesehatan sangatlah besar. Masalah kesehatan masyarakat pada dasarnya adalah masalah masyarakat sendiri maka dalam menyediakan serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan juga membutuhkan bantuan dari masyarakat (Azwar, 2003). Upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, maka pemerintah bekerjasama dengan PT. Asuransi Kesehatan mengadakan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang mencapai 121 juta orang pada tahun 2010. Pelayanan Askes Sosial meliputi rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap, pelayanan obat, persalinan, penunjang diagnostik pelayanan canggih, pelayanan alat kesehatan dan suplemen, tindakan medis operatif dan non operatif, pelayanan rehabilitasi medis, perawatan intensif Intensive Care Unit (ICU), hemodialisa (cuci darah), serta pelayanan emergency-gawat darurat (Chandra, 2008). Pelayanan kesehatan melalui askes sangat erat kaitannya dengan kondisi ekonomi masyarakat dan juga jenis penyakit yang dideritanya. Sarana pelayanan kesehatan dalam menghadapi era globalisasi, berupaya meningkatkan kualitas akan jasa yang ditawarkan kepada masyarakat. Hal ini disebabkan karena kualitas jasa dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai keunggulan kompetitif. Implementasi kualitas jasa yang dilakukan oleh sarana pelayanan kesehatan dengan cara memberikan pelayanan (service) terbaik bagi konsumen dengan tujuan menciptakan kepuasan pasien. Sebagai salah satu bentuk sarana pelayanan kesehatan yang bergerak di bidang jasa maka perlu memperhatikan kualitas jasa yang dijadikan indikator oleh para pasien baik pasien yang membayar secara langsung, juga pasien pegawai negeri atau penerima pensiun yang menggunakan asuransi kesehatan selain itu pasien yang merupakan masyarakat miskin (Irawan, 2003). Jamkesmas merupakan program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Sampai dengan Desember 2010, cakupan peserta Jamkesmas di Propinsi Jawa Barat sebanyak 19.000.000 jiwa. Karena itu diperkirakan penerima atau pengguna Jamkesmas 2011 akan 1

bertambah, baik jumlah kasus maupun biayanya. Apalagi selama masa transisi sekarang ini, warga miskin tidak memiliki kartu Jamkesmas untuk mendapatkan jaminan kesehatan dari PT. Askes, tetapi cukup menunjukkan surat keterangan tanda miskin (SKTM) dari kelurahan. Berdasarkan data dari RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2011 diketahui bahwa jumlah pasien Jamkesmas sebanyak 3.075 pasien dan yang dirawat inap bedah (Dadali) sebanyak 744 pasien (24,19%), sedangkan jumlah pasien yang bukan Jamkesmas sebanyak 814 pasien. Bed Occupancy Rate (tingkat hunian tempat tidur) Ruangan Dadali cenderung mengalami naik turun yaitu pada tahun 2009 sebesar 54,02%, tahun 2010 sebesar 47,94% dan pada tahun 2011 menjadi 56,84%. RSUD Cideres Kabupaten Majalengka telah berupaya untuk meningkatkan kinerja tenaga medisnya (tenaga keperawatannya) dengan berusaha memberikan pelayanan kesehatan yang sebaik baiknya kepada pasien. Pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang diberikan kepada pasien rawat inap yang menjadi peserta Jamkesmas di ruang penyakit bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tersebut diharapkan dapat memberikan kepuasan kepada para pasien yang dirawat di Rumah Sakit tersebut. Penilaian kepuasan yang diterima pasien jamkesmas terhadap kualitas pelayanan pada RSUD Cideres Kabupaten Majalengka dinilai kurang maksimal. Dengan demikian peneliti menganggap bahwa hal tersebut perlu diteliti mengenai pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien jamkesmas pada RSUD Cideres Kabupaten Majalengka (Profil RSUD Cideres Kabupaten Majalengka, 2011). Berdasarkan hal tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk mengajukan penelitian dengan judul, Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien jamkesmas pada pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Periode Mei-Juni Tahun 2012". HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat a. Gambaran Kepuasan Pasien Jamkesmas Pada Pelayanan Keperawatan Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan Kepuasan Pasien Jamkesmas Pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Pe riode Mei- Juni Tahun 2012

Kepuasan Pasien Jamkesmas f % Tidak puas 28 50,9 Puas 27 49,1 Jumlah 55 100 Berdasarkan data pada tabel 4.1 di atas, diketahui bahwa frekuensi pasien Jamkesmas yang tidak puas sebanyak 28 pasien (50,9%) dan yang puas sebanyak 27 pasien (49,1%). b. Gambaran Pendidikan Pasien Jamkesmas Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan Pendidikan Pasien Jamkesmas di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Periode Mei-Juni Tahun 2012 Pendidikan f % Tinggi 7 12,7 Rendah 48 87,3 Jumlah 55 100 Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas, diketahui bahwa frekuensi pasien Jamkesmas yang berpendidikan tinggi sebanyak 7 pasien (12,7%) dan yang berpendidikan rendah sebanyak 48 pasien (87,3%). c. Gambaran Pekerjaan Pasien Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi berdasarkan Pekerjaan Pasien Jamkesmas di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Periode Mei-Juni Tahun 2012 Pekerjaan f % Bekerja 42 76,4 Tidak bekerja 13 23,6 Jumlah 55 100 Berdasarkan data pada tabel 4.3 di atas, diketahui bahwa frekuensi pasien Jamkesmas yang bekerja sebanyak 42 pasien (76,4%) dan yang tidak bekerja sebanyak 13 pasien (23,6%). d. Gambaran Pendapatan Pasien

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi berdasarkan Pendapatan Pasien Jamkesmas di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Periode Mei-Juni Tahun 2012 Pendapatan f % Tinggi 15 27,3 Rendah 40 72,7 Jumlah 55 100 Berdasarkan data pada tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa sebanyak 15 pasien (27,3%) dan yang berpendapatan rendah frekuensi pasien Jamkesmas sebanyak 40 pasien (72,7%). yang berpendapatan tinggi e. Gambaran Pengetahuan Pasien Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi berdasarkan Pengetahuan Pasien Jamkesmas di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Periode Mei-Juni Tahun 2012 Pengetahuan f % Baik 32 58,2 Kurang 23 41,8 Jumlah 55 100 Berdasarkan data pada tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa frekuensi pasien Jamkesmas yang berpengetahuan baik sebanyak 32 pasien (58,2%) dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 23 pasien (41,8%). 2. Analisis Bivariat a. Hubungan Pendidikan dengan Kepuasan Pasien Jamkesmas Tabel 4.6 Hubungan Pendidikan dengan Kepuasan Pasien Jamkesmas Pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Pe riode Mei- Juni Tahun 2012 Pendidikan Pasien Kepuasan Pasien Jamkesmas Total Jamkesmas Tidak puas Puas f % f % f % Tinggi 3 42,9 4 57,1 7 100 Rendah 25 52,1 23 47,9 48 100 Jumlah 28 50,9 27 49,1 55 100 value 0,705

Hasil penghitungan statistik dengan uji chi square diperoleh value = 0,705 dengan α = 0,05 ( value > α) sehingga hipotesis nol gagal ditolak. Dengan demikian maka tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kepuasan pasien Jamkesmas pada pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei- Juni tahun 2012. b. Hubungan Pekerjaan dengan Kepuasan Pasien Jamkesmas Tabel 4.7 Hubungan Pekerjaan dengan Kepuasan Pasien Jamkesmas Pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Periode Mei-Juni Tahun 2012 Pekerjaan Pasien Kepuasan Pasien Jamkesmas Total Jamkesmas Tidak puas Puas f % f % f % Bekerja 21 50,0 21 50,0 42 100 Tidak bekerja 7 53,8 6 46,2 13 100 Jumlah 28 50,9 27 49,1 55 100 value 1,000 Hasil penghitungan statistik dengan uji chi square diperoleh value = 1,000 dengan α = 0,05 ( value > α) sehingga hipotesis nol gagal ditolak. Dengan demikian maka tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kepuasan pasien Jamkesmas pada pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei- Juni tahun 2012. c. Hubungan Pendapatan dengan Kepuasan Pasien Jamkesmas Tabel 4.8 Hubungan Pendapatan dengan Kepuasan Pasien Jamkesmas Pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Pe riode Mei- Juni Tahun 2012 Kepuasan Pasien Pendapatan Pasien Jamkesmas Total Jamkesmas Tidak puas Puas value f % f % f % Tinggi 8 53,3 7 46,7 15 100 1,000

Rendah 20 50,0 20 50,0 40 100 Jumlah 28 50,9 27 49,1 55 100 Hasil penghitungan statistik dengan uji chi square diperoleh value = 1,000 dengan α = 0,05 ( value > α) sehingga hipotesis nol gagal ditolak. Dengan demikian maka tidak ada hubungan antara pendapatan dengan kepuasan pasien Jamkesmas pada pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei- Juni tahun 2012. d. Hubungan Pengetahuan dengan Kepuasan Pasien Jamkesmas Tabel 4.9 Hubungan Pengetahuan dengan Kepuasan Pasien Jamkesmas Pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Periode Mei-Juni Tahun 2012 Pengetahuan Kepuasan Pasien Jamkesmas Total Pasien Jamkesmas Tidak puas Puas f % f % f % Baik 21 65,6 11 34,4 32 100 Kurang 7 30,4 16 69,6 23 100 Jumlah 28 50,9 27 49,1 55 100 value 0,021

Hasil penghitungan statistik dengan uji chi square diperoleh value = 0,021 dengan α = 0,05 ( value < α) sehingga hipotesis nol ditolak. Dengan demikian maka ada hubungan antara pengetahaun dengan kepuasan pasien Jamkesmas pada pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari setengah pasien Jamkesmas pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012 menyatakan tidak puas yaitu sebesar 50,9%. Pasien yang tidak puas karena harapan yang tinggi terhadap pelayanan Jamkesmas. Ketidakpuasan pasien dapat mengakibatkan jumlah pasien terus mengalami penurunan dari tahun ketahun. Penurunan jumlah pasien akan menyebabkan menurunnya jumlah pendapatan rumah sakit, pembiayaan operasional rumah sakit, kualitas pelayanan sehingga pelayanan yang diberikan kepada pasien akan mengalami hambatan, hal ini menyebabkan kepuasan pasien terus menurun. Menurut Utama (2005) bahwa ketidakpuasan pasien dapat diartikan sama dengan keluhan terhadap rumah sakit, berikut pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatannya dan struktur sistem perawatan kesehatan (biaya, sistem asuransi, kemampuan dan prasarana pusat kesehatan dan lain-lain). Pasien mengharapkan interaksi yang baik, sopan, ramah, nyaman dengan tenaga kesehatan, sehingga kompetensi, kualifikasi serta kepribadian yang baik dari pelayan kesehatan. Kotler (2002) menyatakan bahwa kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil dari suatu produk dan harapan-harapannya. Sementara Oliver dalam Barnes (2003) menyatakan kepuasan adalah tanggapan klien atas terpenuhinya kebutuhan yang berarti bahwa penilaian klien atas barang atau jasa memberikan tingkat kenyamanan yang terkait dengan pemenuhan suatu kebutuhan, termasuk pemenuhan kebutuhan yang tidak sesuai harapan atau pemenuhan yang melebihi harapan klien. Berdasarkan hal tersebut maka penilaian kualitas pelayanan merupakan perbandingan antara harapan dan kenyataan yang didasarkan lima dimensi kualitas pelayanan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian kecil pasien Jamkesmas pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012 yang berpendidikan tinggi yaitu sebesar 12,7%. Ketidakmampuan peserta Jamkesmas untuk mengikuti pendididikan ke jenjang yang lebih tinggi dikarenakan sebagian besar mereka berasal dari keluarga tidak mampu dan semasa mengikuti pendidikan belum adanya program pendidikan secara gratis. Banyaknya pasien yang berpendidikan tinggi dapat mempengaruhi tingkat kepuasan terhadap pelayanan kesehatan termasuk pelayanan Jamkesmas. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka

seseorang akan cenderung mudah untuk mendapatkan informasi. Semakin banyak informasi maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui kegiatan pengajaran dan cara lain yang dikenal serta diakui oleh masyarakat. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar pasien Jamkesmas pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012 yang bekerja (76,4%). Dari hasil pengumpulan data jenis pekerjaan yang paling banyak dari 55 responden adalah buruh tani sebesar 41,8%. Pasien bekerja dapat dilatarbelakangi karena adanya kebutuhan hidup dalam keluarganya dan banyaknya pasien yang bekerja dapat menyebabkan ketidakpuasan terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya. Pekerjaan adalah segala usaha yang dilakukan atau dikerjakan untuk mendapatkan hasil atau upah yang dapat dinilai dengan uang. Pekerjaan merupakan suatu usaha untuk menghasilkan barang atau jasa yang dilakukan untuk mendapatkan upah. Bekerja dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Wikipedia, 2012). Menurut Departemen Kesehatan RI (2007) bahwa pekerjaan merupakan segala usaha yang dilakukan atau dikerjakan untuk mendapatkan hasil atau upah yang dapat dinilai dengan uang. Sementara menurut Soeroso (2006) pekerjaan adalah suatu usaha untuk menghasilkan barang atau jasa yang dilakukan untuk mendapatkan upah. Bekerja dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kurang dari setengahnya pasien Jamkesmas pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012 yang berpendapatan tinggi yaitu sebesar 23,3%. Pendapatan yang tinggi dapat disebabkan karena penghasilan yang diperoleh dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dan berada di atas UMR Kabupaten Majalengka. Pasien yang berpendapatan tinggi dapat menyebabkan ketidakpuasan pelayanan keperawatan pada pasien Jamkesmas. Pohan (2007) menyatakan bahwa pendapatan merupakan penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti dan sewa. Definisi tersebut memberikan pengertian yang berbeda dimana income memberikan pengertian pendapatan yang lebih luas, income meliputi pendapatan yang berasal dari kegiatan operasi normal perusahaan maupun yang berasal dari luar operasi normalnya. Sedangkan revenue merupakan penghasil dari penjualan produk, barang dagangan, jasa dan perolehan dari setiap transaksi yang terjadi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari setengah pasien Jamkesmas pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012 yang berpengetahuan baik yaitu sebesar 58,2%. Pengetahuan seorang pasien baik dapat dikarenakan adanya informasi yang diperoleh

oleh pasien. Semakin banyak informasi yang diterima maka semakin baik pula pengetahuannya. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Sementara Hapsoro (2011) menyatakan bahwa pengetahuan sebagai parameter keadaan sosial yang dapat menentukan kesehatan masyarakat. Masyarakat dapat terhindar dari penyakit asalkan pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan keadaan lingkungan sosialnyapun menjadi sehat. Adapun hasil penelitian yang dilakukan Abdurachman (2010) di Kecamatan Tenggarong Kutai Kartanegara menyatakan bahwa pasien yang berpengetahuan rendah sebesar 45,2%. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kepuasan pasien Jamkesmas pada pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Pohan (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka daya untuk mengkritisi segala sesuatu akan meningkat. Sehingga seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi semestinya akan lebih kritis dalam menentukan apakah pelayanan yang telah diberikan dapat memberikan rasa puas atau tidak. Peningkatan ketidakpuasan pasien terhadap layanan dokter atau rumah sakit atau tenaga kesehatan lainnya dapat terjadi sebagai akibat dari semakin tinggi pendidikan rata-rata masyarakat sehingga membuat mereka lebih tahu tentang haknya dan lebih asertif. Sejalan dengan pendapat tersebut Narayan (2010) menyatakan bahwa pasien dengan pendidikan rendah cenderung kurang memahami makna dari informasi-informasi yang diberikan terhadap penanganan medis yang akan dilakukan pada pasien tersebut. Sehingga tingkat kepuasannya pun lebih rendah dibandingkan dengan pasien berpendidikan lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kepuasan pasien Jamkesmas pada pelayanan keperawatan d i Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012. Kenyataan di lapangan banyak yang bekerja namun jenis perkejaannya banyak yang tidak informal sehingga pengetahuan atau tuntutannya berbeda dengan orang yang bekerja secara formal. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Utama (2005) yang menyatakan bahwa pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien. Sementara menurut Pohan (2007) pekerjaan erat kaitannya dengan kejadian kesakitan dimana timbulnya penyakit dapat melalui beberapa jalan yakni karena adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan ada tidaknya gerak badan di dalam pekerjaan. Kondisi ini memungkinan orang yang sudah bekerja memiliki kecenderungan lebih banyak untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Noer (2007) mengenai hubungan karakteristik pasien dengan tingkat kepuasan pelayanan di instalasi rawat inap I RSUP Dr Sardjito Yogyakarta menyatakan bahwa ada hubungan pendapatan pasien dengan tingkat kepuasan pelayanan di Instalasi Rawat Inap. Dan juga hasil penelitian Appendi (2007)

mengenai hubungan karakteristik pasien dengan tingkat kepuasan pasien di Tiga UPF Rawat Inap RSUD Demak menyatakan bahwa pekerjaan terbukti nyata berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan dengan kepuasan pasien Jamkesmas pada pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012. Pada penelitian yang menggunakan data primer maka kelengkapan data sangat diperlukan, maka data yang tidak lengkap berdampak pada hasil yang tidak sesuai dengan harapan. Hasil pengumpulan data ada beberapa responden dalam memberikan jawaban pendapatan tidak memberikan informasi yang sebenarnya sehingga ada kemungkinan terjadi bias. Hal tersebut merupakan salah penyebab sehingga hubungan pendapatan dan kepuasan tidak terbukti. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Utama (2005) yang menyatakan bahwa pendapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien. Demikian pula dengan teori Pohan (2007) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang maka intensitas pemanfaatan terhadap pelayanan kesehatan akan semakin tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahaun dengan kepuasan pasien Jamkesmas pada pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012. Adanya hubungan dapat dikarenakan proporsi pasien Jamkesmas yang berpengetahuan baik dan tidak puas lebih tinggi daripada pasien Jamkesmas yang berpengetahuan kurang dan tidak puas. Hasil penelitian membuktikan bahwa semakin baik pengetahuan pasien Jamkesmas maka pasien semakin tidak puas pada pelayanan keperawatan, dan sebaliknya semakin kurang pengetahuan pasien Jamkesmas maka pasien semakin puas pada pelayanan keperawatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Suryati (2004) pengetahuan pasien sangat penting dan dapat mempengaruhi kepuasan pasien. Menurut Purwanto (2007) menyatakan bahwa pada umumnya pasien dengan pengetahuan yang tinggi cenderung memiliki kebutuhan yang lebih kompleks, oleh karena itu pasien yang memiliki pengetahuan membutuhkan pelayanan yang lebih lengkap dan berkualitas untuk mendapatkan kepuasan. Demikian pula menurut Narayan (2010) bahwa dengan pengetahuan yang baik seseorang dapat melakukan evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatumateri atau objek yang ditentukan. KESIMPULAN Pasien Jamkesmas pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei-Juni tahun 2012 lebih dari setengahnya tidak puas (50,9%), sebagian kecil berpendidikan tinggi (12,7%), sebagian besar bekerja (76,4%), kurang dari setengahnya berpendapatan tinggi (27,3%) dan lebih dari setengahnya berpengetahuan tinggi (58,2%). Tidak ada hubungan antara pendidikan, pekerjaan dan pendapatan dengan kepuasan pasien Jamkesmas pada pelayanan keperawatan sementara pengetahuan berhubungan dengan kepuasan pasien Jamkesmas pada pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka periode Mei- Juni tahun 2012.

SARAN Upaya meningkatkan kepuasan pasien di Ruang Rawat Inap Bedah (Dadali) RSUD Cideres Kabupaten Majalengka perlunya pihak rumah sakit melakukan intervensi terhadap pelayanan keperawatan pada pasien Jamkesmas dan perlunya memperhatikan pasien yang berpengetahuan baik dengan memberikan penjelasan atau informasi mengenai pelayanan keperawatan pasien Jamkesmas agar kepuasan pada pasien dapat tercapai, serta perlunya sosialisasi pada pasien Jamkesmas. DAFTAR PUSTAKA Abdurachman. 2010. Hubungan Pengetahuan Pasien dan Kepuasan Pasien Jamkesmas dengan Perilaku Mencari Pengobatan Masyarakat Miskin di Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara. http://pasca.uns.ac.id/?p=1137, diakses tanggal 22 Maret 2012. Aditama, Y. T. 2002. Kepuasan Konsumen. Jurnal Manajemen Administasi RS Indonesia. Appendi. 2007. Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Tiga UPF Rawat Inap RSUD Demak. http://eprints.undip.ac.id/4645/, diakses tanggal 11 Juni 2012. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC. Azwar, A. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Binurupa Aksara. Barnes, J. 2003. Secrets of Customer Relationship Management (Rahasia Manajemen Hubungan Pelanggan). Yogyakarta: Andi Offset. Budiastuti. 2002. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Rumah Sakit. Diakses Oktober 2011 dari http://www.kepuasan-pasien-terhadap-pelayanan rumahsakit Chandra, S. 2008. Jamkesmas dan Permasalahannya. http://www.yaahowu.com. diakses tanggal 13 April 2012. Departemen Kesehatan RI. 2004. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. http://www.hukumonline.com, diakses tanggal 10 April 2012. Irawan, H. 2003. Prinsip-prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Kuntari dan Lestari. 2008. Analisa Faktor Penentu Tingkat Kepuasan Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT Prenhalindo. Lestari, W dan Kuntari, T. 2005. Analisa Faktor Penentu Tingkat Kepuasan Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. JKKI Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. Moenir, H. A. S. 2004. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Narayan, D. 2010. Pasien Berhak Tahu. Jakarta: Padi Pressindo. Noer. 2007. Hubungan Karakteristik Pasien dengan Tingkat Kepuasan Pelayanan di Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan (edisi kedua). Jakarta. Salemba Medika. Pohan. 2007. Jaminan Mutu Kesehatan. Jakarta: EGC. Purwanto, S. 2007. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Rumah Sakit. http://klinis.wordpress.com/2008/3/28/kepuasan-pasien-terhadap-pelayanan-rumahsakit/ diakses tanggal 5 Mei 2012. Sitorus, R. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit, Penataan Struktur dan Proses (system) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: EGC. Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Suryati, C. 2004. Kepuasan Pasien Rumah sakit (Tinjauan Teoritis dan Penerapannya Pada Penelitian). http://eslick.ebook.reader.co.id/2004/12/7/kepuasan-pasien-rumah-sakit/ diakses tanggal 1 Mei 2012. Tjiptono, F. 2008. Service Manajemen Mewujudkan Layanan Prima. Yogyakarta: CV Andi Offset. Trisnantoro, L. 2005. Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Utama, S. 2005. Memahami Fenomena Kepuasaan Paien Rumah Sakit. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Wirijadinata, J. 2009. Manajemen Kepuasan Pelanggan Atau Masyarakat. http://create.a.pdf/2009/11/11/manajemen-kepuasan-pelanggan-atau-masyarakat/, diakses tanggal 2 April 2012. Yuniarta, E. 2011. Hubungan Tingkat Pendidikan Pasien Terhadap Kepuasan Pelayanan Kesehatan di Bagian Bedah RSUP Dr. Kariadi Semarang (Mei-Juni 2011). Semarang: Universitas Diponegoro.