BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai serangan otak atau brain attack merupakan penyebab kematian ketiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB 3 METODE PENELITIAN

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

MEDIA MEDIKA INDONESIANA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah. untuk pasien dan keluarganya (Adibhatla et al., 2008).

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi).

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang)

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini didapatkan 65 orang penderita pasca stroke iskemik dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi penyebab paling umum dari kecacatan fisik maupun mental pada usia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

1.1 Pengertian 1.2 Etiologi dan Faktor Resiko 1.3 Patofisiologi Jalur transport lipid dan tempat kerja obat

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. negara karena serangan Jantung. Salah satu penyakit yang menyebabkan kematian

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein yang sangat penting, disintesa dihati dan dikumpulkan didalam alfa granul trombosit.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan kegawatan neurologi yang serius, menduduki peringkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

RS PERTAMINA BALIKPAPAN

BAB VI PEMBAHASAN. Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Pentingnya mengenal faktor. usaha mencegah serangan Jantung

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) adalah keadaaan dimana terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Profil kesehatan masyarakat di negara-negara industri telah berubah secara

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada penelitian ini risk estimate dinyatakan dalam rasio prevalensi (RP).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Stroke adalah serangan otak yang timbulnya secara mendadak karena

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau

Transkripsi:

61 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 44 subyek pasien pasca stroke iskemik dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya 58,7(SD 9,76) tahun, penelitian sebelumnya mengatakan setelah umur 55 tahun risiko stroke iskemik akan meningkat 2 kali lipat tiap dekade. Jenis kelamin menurut penelitian sebelumnya laki-laki cenderung untuk terkena stroke lebih tinggi dibandingkan wanita dengan perbandingan 1,3:1. 35 Penelitian ini perbandingan laki-laki dan wanita tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu 1:1. Kebiasaan merokok pada penelitian ini didapatkan sebanyak 7 subyek (15,9%), sesuai dengan yang ada di kepustakaan yang menyebutkan bahwa kebiasan merokok kurang dari 20 batang per hari berisiko terkena stroke iskemik 2,02 kali dan yang merokok lebih dari 20 batang per hari risiko terkena stroke 2,52 kali lebih tinggi dari yang bukan perokok. Hal ini disebabkan karena efek zat kimia yang terdapat pada rokok (tar, CO, nikotin, pestisida, polonium, dll) dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi fibrinogen, hematokrit dan agregasi platelet, menurunkan aktifitas fibrinolitik dan aliran darah serebral, menyebabkan vasokonstriksi sehingga mempercepat tejadinya plak aterosklerotik. 13 Penelitian ini subyek dengan riwayat merokok adalah perokok sedang yaitu kurang dari 20 batang perhari, dan sudah berhenti merokok setelah terkena stroke, yang perlu

62 menjadi perhatian disini adalah efek dari merokok tidak langsung hilang setelah berhenti merokok tapi tergantung dari berapa lama subyek telah merokok. Risiko pada perokok berat yaitu lebih dari 20 batang perhari lebih tinggi dari perokok ringan. Hipertensi pada penelitian ini terdapat sebanyak 33 subyek (75%), dengan rerata tekanan sistolik 150,9(SD 21,11) mmhg dan rerata tekanan diastolik 90,68(SD 11,08) mmhg, berdasarkan JNC VII sebagian besar subyek penelitian menunjukan hipertensi stage 1. Hipertensi dapat menyebabkan stroke iskemik maupun stroke hemoragik, tetapi kejadian stroke hemoragik akibat hipertensi lebih banyak sekitar 80%. Hipertensi kronis diduga menyebabkan lipohialinosis parenkim pembuluh darah kecil sehingga menyebabkan terjadinya stroke hemoragik, sedangkan stroke iskemik pada hipertensi disebabkan melalui proses shear stress yang mengakibatkan disfungsi endotel dinding pembuluh darah yang kemudian berkembang menjadi plak aterosklerotik. Menurut studi Framingham tekanan darah > 160/95 mmhg akan menyebabkan risiko stroke sebesar 3,1 kali pada pria dan 2,9 kali pada wanita. 13 Riwayat diabetes melitus (DM) terdapat sebanyak 7 subyek (15,9%). Dari kepustakaan disebutkan DM menyebabkan stroke iskemik karena terbentuknya plak aterosklerotik pada dinding pembuluh darah yang disebabkan gangguan metabolisme sistemik. Diabetes melitus mempercepat terjadinya aterosklerosis baik pada pembuluh darah kecil (mikroangiopati) maupun pembuluh darah besar (makroangiopati) di seluruh pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak. 13

63 Rerata BMI subyek pada penelitian ini 21,47(SD 3,48), menunjukan bahwa rerata BMI subyek mempunyai status gizi normal, sedangkan yang status gizi overweight sebanyak 8 subyek (18,2%) dan status gizi obesitas sebanyak 6 subyek (13,7%). Hubungan langsung obesitas atau kegemukan dengan kejadian stroke belum jelas. Obesitas memicu proses aterosklerosis bila disertai dengan hipertensi, hiperlipidemia, dan diabetes melitus. Studi Framingham membuktikan bahwa berat badan 30% atau lebih diatas normal merupakan faktor risiko independen yang bermakna bagi laki-laki berumur antara 35-64 tahun dan wanita berumur 65-94 tahun. 13 Rerata kolesterol total 201,52(SD 34,22) mg/dl yang hiperkolesterolemia didapatkan sebanyak 25 subyek (56,8%), rerata trigliserida 122,16(SD 56,55) mg/dl yang hipertrigliseridemia sebanyak 11 (25%), rerata kadar LDL 126,46(SD 34,39) mg/dl yang hiper LDL sebanyak 22 (50%), rerata kadar HDL 42,75(SD 9,34) mg/dl yang kadar HDL < 40 mg/dl sebanyak 18 (40,9%). Hasil analisis bivariat yang mempunyai hubungan bermakna dengan aterosklerosis pada pasien pasca stroke iskemik adalah kadar kolesterol total (p=0,003) dan kadar LDL (p=0,006). Sesuai dengan penelitian The Asia Pacific Cohort Studies Collaboration yang diikuti 352.033 orang, mendapatkan peningkatan stroke iskemik sebesar 25 % setiap kenaikkan kolesterol total sebesar 1 mmol/l (38,7 mg/dl). The Eurostroke project yang diikuti 22.183 orang menemukan kenaikkan stroke iskemik sebesar 6 % setiap kenaikkan kolesterol total sebesar 1 mmol/l. yang diikuti 24.343 orang menemukan kenaikkan stroke iskemik sebesar 25 % setiap kenaikan kolesterol total sebesar 1

64 mmol/l. The Copenhagen City Heart Study menemukan kenaikkan HDL kolesterol sebesar 1 mmol/l bisa menurunkan risiko stroke iskemik sebesar 47 %. 36 Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh The Stroke Prevention by Aggresive Reduction in Colesterol Levels (SPARCL) tahun 2006, pada orang pasca stroke iskemik atau TIA dengan level kolesterol LDL 100 sampai 190 mg/dl kalau tidak mendapat pengobatan akan mengalami kejadian stroke ulang sebesar 13,1 % dan yang mendapat pengobatan mengalami kejadian stroke ulang sebesar 11,2 %. 15 Hasil penelitian ini mendapatkan rerata kadar apolipoprotein B 104,05(SD 24,72) mg/dl. Didapatkan hubungan yang bermakna antara kadar apolipoprotein B tinggi (>105 mg/dl) dengan aterosklerosis arteri karotis interna (yang diukur dari ketebalan tunika intima-media) pada pasien pasca stroke iskemik. Hasil analisis uji regresi linier sederhana didapatkan nilai r = 0,718 (sangat bermakna). Hal ini seusai dengan teori yang mengatakan bahwa konsentrasi apolipoprotein B plasma mencerminkan jumlah lipoprotein aterogenik yang beredar dalam sirkulasi. Risiko yang ditimbulkan dari partikel apolipoprotein B berhubungan dengan ukuran dan jumlah apo B dan lamanya apo B dalam plasma. 6 Apo B diidentifikasi lebih akurat yang bertanggung jawab dalam proses aterosklerosis dibanding LDL, yaitu menjebak partikel apo B dalam dinding pembuluh darah arteri adalah kunci dalam patofisiologi aterosklerosis. Terjebaknya partikel apo B dalam dinding endotel pembuluh darah menyebabkan oxidative stress, yang diikuti terjadinya disfungsi endotel, vasokontriksi dan inflamasi pada dinding pembuluh darah, penyerapan

65 partikel apo B ke dalam makrofag, terbentuklah sel busa, yang pada akhirnya terjadi aterosklerosis. 6 Semakin banyak partikel yang mengandung apo B di daerah tersebut, artinya semakin banyak pula penumpukan partikel yang berpotensi mengakibatkan terjadinya aterosklerosis pembuluh darah. Akibat terjadinya aterosklerosis akan mengakibatkan aliran darah menjadi tidak lancar bahkan terhenti. Kadar apolipoprotein B menggambarkan jumlah partikel lipoprotein yang bersifat aterogenik, maka pemeriksaan kadar apo B dapat digunakan untuk memprediksi risiko terjadinya aterosklerosis. 6,18 Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumya yang dilakukan Keulen ETP et al., pada Familial Combined Hyperlipidemia (FCHL) dengan kadar apo B>106 mg/dl terdapat peningkatan IMT arteri karotis komunis sebesar 57µm dibanding kontrol sehat dg P<0,05. 4 Penelitian ini mendapatkan subyek yang mempunyai kadar apolipoprotein B tinggi (>105 mg/dl) sebanyak 25 (56,8%) dan yang menderita aterosklerosis sebanyak 23 (92,0%), sedangkan jumlah subyek yang mempunyai kadar aterosklerosis sebanyak 1 (5,3%). Perhitungan Rasio Prevalen (RP) dari tabel 2x2 menghasilkan subyek yang mempunyai kadar apolipoprotein B tinggi (>105 mg/dl) mempunyai risiko 17,5 kali terjadi aterosklerosis pada arteri karotis interna mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh The Quebec Cardiovascular Study yang diikuti oleh 2.115 sampel dan diikuti selama 5 tahun mendapatkan

66 penyakit kardiovaskular 6 kali lipat. 9 Analisis regresi logistik multivariat terhadap 4 variabel yang mempunyai p<0,25 yaitu kadar kolesterol total (p=0,003), kadar trigliserida (p=0,080), kadar LDL (p=0,006) dan kadar apolipoprotein B (p=0,0001), hanya kadar apolipoprotein B tinggi (>105 mg/dl) yang mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian aterosklerosis arteri karotis interna pada pasien pasca stroke iskemik (nilai p = 0,0001; OR=142,1; 95% CI=9,6-2106,3), sedangkan kadar kolesterol total, trigliserida dan kadar LDL menjadi tidak berhubungan secara bermakna (p>0,05). Ini sesuai dengan penelitian Framingham Offspring, kadar apolipoprotein B adalah lebih baik dari kolesterol total dan LDL sebagai faktor risiko aterosklerosis. Apolipoprotein B diidentifikasi lebih akurat yang bertanggung jawab dalam proses aterosklerosis, yaitu menjebak partikel apolipoprotein B dalam dinding pembuluh darah arteri adalah kunci dalam patofisiologi aterosklerosis. Penentu utamanya adalah kadar atau konsentrasi partikel apolipoprotein B dalam plasma. 6 The American Diabetes Association dan American College of Cardiology merekomendasikan kadar apolipoprotein B digunakan dalam praktek klinis rutin sebagai tes terbaik untuk kecukupan terapi penurunan LDL. Mereka juga merekomendasikan bahwa ketika kolesterol target telah tercapai, kadar apolipoprotein B harus diukur untuk memastikan bahwa terapi penurunan LDL telah dicapai secara maksimal. 6 Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian ini dan penelitian-penelitian sebelumnya sekarang

67 saatnya untuk memperkenalkan pemeriksaan kadar apolipoprotein B ke dalam praktek klinik rutin dalam penanganan penyakit stroke iskemik. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah subyek penelitian diambil hanya terbatas pada poli saraf Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang, sehingga belum mencerminkan populasi yang sebenarnya. Penelitian ini belum meneliti pengaruh oxidative stress, shear stress, disfungsi endotel, vasokonstriksi, inflamasi, status trombosis dan peranan makrofag yang dapat memepengaruhi proses aterosklerosis. Penelitian ini belum menganalisis tentang pengaruh penggunaan obat-obatan anti dislipidemia yang dapat mempengaruhi kadar apolipoprotein B. Penelitian yang dilakukan oleh The MERCURY II (Measuring Effective Reductions in Cholesterol Using Rosuvastatisn therapy) pada tahun 2008, ternyata obat dislipidemia golongan statin ini bisa menurunkan kadar apolipoprotein B. 37